DOSEN PENGAMPU
Makmun, S.Ag, M.Ag, Ph.D
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, berupa kemampuan untuk berpikir, mengolah, dan menulis.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul : ‘’Manusia dan Alam’’.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang dengan
tulus memberikan kontribusi, doa, serta saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan bukan hanya untuk makan dan memenuhi kebutuhan
duniawi saja, tetapi juga untuk melaksanakan ajaran Rasul dan Nabi serta melakukan
perintah dan menjauhi larangan Allah swt., yaitu menjadi khalifah di muka bumi.
Menjadi wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Menjadi Kholifah Allah
memegang amanah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Alam raya merupakan manifestasi dan refleksi dari keangungan dan kebesaran
Allah yang menciptakan dan mengaturnya. Al-Qur'an telah mengungkap fenomena-
fenoma alam dan menghubungkan manusia dengan Allah sebagai Pencipta dan
membimbing manusia agar menyadari keberadaannya ditengah-tengah alam sebagai
bagian dari rencana Allah.
Dengan demikian, asal usul manusia dan alam merupakan sebuah komponen
di bumi yang tidak lepas dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan dianggap saling
berdampingan keadaannnya. Bumi sebagai pijakan hidup bagi manusia, dan manusia
sebagai salah satu penolong alam untuk mecegah dan membenahi akan suatu hal yang
dapat merusak ke indahannya. Sebuah keharusan bagi manusia untuk
mempertahankan dan menjaga yang telah diturunkan dan ditetapkan Allah pada alam
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul dan proses kejadian manusia?
2. Bagaimana kedudukan manusia dalam Islam?
3. Seperti apa kejadian alam menurut Sains dan Islam?
4. Bagaimana hubungan manusia dan alam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal usul dan proses kejadian manusia.
2. Untuk mengetahui kedudukan manusia dalam Islam.
3. Untuk mengetahui kejadian alam menurut Sains dan Islam.
4. Untuk mengetahui hubungan manusia dan alam.
III
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul dan Proses Kejadian Manusia Menurut Sains, Darwin,
dan Islam
a. Menurut teori Darwin
Kehadiran manusia yang pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di
alam semesta ini. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan
dari teori tentang spesies baru yang berasal dari spesis lain yang telah ada sebelumnya
melalui proses evolusi. Teori evolusi yang diperkenalkan Darwin pada abad XIX telah
menimbulkan kepanikan, terutama di kalangan gereja dan ilmuwan yang berpaham
teori kreasi khusus,apalagi setelah teori itu diektrapolasikan oleh para penganutnya
sedemikian rupa sehingga seolah-olah manusia itu berasal dari kera, karena taksonomi
manusia (familia hominidae) dan kera besar (familia pongidae) berada pada super
famili yang sama, yaitu hominoidae.
Sejak saat itu, pergumulan antara yang pro dan kontra tentang asal usul
manusia terus berlangsung hingga kini dan sebagian umat Islam menerima teori itu,
selebihnya menolaknya. Teori evolusi berpengaruh pula pada bidang-bidang ilmu
pengetahuan lainnya, termasuk psikologi yang obyeknya manusia. Pengikut Darwin
dalam hal ini antara lain Sigmund Freud. Freud mengemukakan bahwa manusia
mengalami proses perkembangan dari bayi menjadi dewasa melalui tahap-tahap
tertentu, yaitu tahap oral, anal, phalik, laten, pubertas, dan genital. Tahap-tahap
perkembangan ini menggambarkan evolusi manusia dari tahapan yang sederhana,
hingga tahap yang lebih kompleks. Demikian pula, misalnya bayi yang dimulai
dengan hanya bisa telentang, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri kemudian berjalan
dengan dua kaki.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi memiliki
karakter paling unik. Secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang sehingga para
pemikir seperti yang dikemukakan diatas menyamakannya dengan binatang. Letak
perbedaan yang utama antara lain manusia dengan makhluk lainnya terletak pada
kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan ini hanya dimiliki manusia
sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan kebiasaan bersifat instintif.
1
Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara
terpisah oleh Tuhan, tetapi dari nenek moyang yang satu dan menjadi berbeda antara
satu dengan yang lainya akibat kondisi alam. Selanjutnya Charles Darwin kemudian
menggunakan istilah ini satu kali dalam paragraf penutup bukunya yang berjudul On
The Origin of Species (Asal mula Spesies) pada tahun 1859. Kata evolusi ini
kemudian dipopulerkan oleh Herbert Spencer dan ahli biologi lainnya. Seorang ahli
filsafat bernama Herbet Spencer yang berasal dari Inggris untuk pertamakali
menuliskan istilah evolusi. Menurut Spencer dalam bukunya “Social Static”, konsep
evolusi sangat berkaitan dengan perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu
melalui perubahan bertingkat.1
Buku Darwin, The Origin of Species (1858) telah menimbulkan perdebatan
besar dalam masyarakat Eropa, melahirkan pertentangan antara mereka yang percaya
bahwa makhluk manusia adalahciptaan Tuhan (theology) melawan mereka yang
percaya dengan teori Darwin (sience) bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan, tetapi
adalah hasil dari proses evolusi makhluk-makhluk semenjak bumi terbentuk jutaan
tahun yang lampau. Dalam kajian sosioantropologi pendukung kepercayaan yang
pertama disebut pengikut teori kreasi, sedangkan yang kedua disebut pendukung teori
evolusi. Pada abad ke 19 itu di Eropah, agama dengan asas teori kreasi,di satu pihak,
dan sains dengan asas teori evolusi,di pihak lain, adalah dua bidang pemikiran yang
tidak dapat diselaraskan.Masing-masing berjalan sendiri-sendiri.2
Dalam teori evolusi Darwin mengatakan bahwasannya setiap satu spesies
hidup berasal dari satu nenek moyang spesies yang sebelumnya sudah ada, kemudian
ia menganggap spesies itu lama kelamaan akan berubab menjadi spesies lain dan
semua spesies terlahir dengan cara seperti ini. Dalam teori evolusi Darwin, setiap
spesies hidup berasal dari satu nenak moyang spesies yang ada sebelumnya lambat
laun berubah menjadi spesies lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini.3
1
Jorges Oksi Handayani, ‘’Evolusi Antar Species’’, IAIN Kerinci, 2019.
2
Amri Marzali, ‘’Agama dan Kebudayaan’’, UMBARA : Indonesian Journal of
Anthropology, 2016.
3
Vella Ayu Suci Maharani, dkk, ‘’Asal Usul Kehidupan di Bumi’’, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. 2018
2
b. (Perspektif Islam)
Firman Allah: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
sari/ekstrak yang berasal dari tanah." (QS. Al Mukminun: 12).
Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figure Adam sebagai
manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi
dengan segala karakter kemanusiaannya. Ia tidak dilihat dari sisi fisik semata, tetapi
yang lebih penting adalah bahwa Adam adalah manusia lengkap dengan
kebudayaannya, sehingga diangkat sebagai khalifah di muka bumi Firman Allah:
"Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka bumi me Mereka berkata: "mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) d muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan numpahkan darah". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui: (Qs. Al-Baqarah: 2:30).
Manusia yang baru diciptakan Allah itu (Adam) memiliki intelegensi yang
paling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. proses kejadian penciptaan
manusia secara fisik di dunia melalui proses pencampuran bahan dari laki-laki dan
perempuan yang jika masuk kedalam rahim terjadi proses kreatif, tahap demi tahap
membentuk wujud manusia, seperti firman Allah: "Dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah" (Qs. Al-Mukminun
23:12).
Tahap pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang
dimakan oleh laki-laki dan perempuan dan sebagaian dari inti zat yang dimakan
menjadi bahan sperma (air mani); bahan awal penciptaan manusia. Unsur-unsurnya
yang menyusun tubuh manusia menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis tanah,
karena itu ayat diatas dijelaskan lebih lanjut oleh ilmu pengetahuan.
Selanjutnya Allah berfirman :"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)" (Qs Al-Mukminun 23: 13)
Nutfah adalah tetesan cairan yang mengandung gamet pria dan gamet wanita yang
kemudian tersimpan di alam rahim (qarain makin), atau uterus yaitu suatu wadah
yang ideal untuk perkembangan embrio. "Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik" (Qs. Al Mukminun 23:14).
3
'Alaqah adalah embrio yang berumur 24-25 hari yang berubah menjadi
stadium mudgghah (26-27 hari). Kemudian masuk ke stadium tulang (idzam), yaitu
cikal tulang rangka yang berbentuk dalam stadium mudzghah (25- 40 hari) berubah
menjadi tulang rawan, setelah itu embrio berada di dalam stadium tulang (idzam).
Dalam stadium ini berbagai organ benda dalam posisi baru yang berhubungan dengan
tulang atau rangka.
Setelah itu embrio masuk ke dalam stadium dibungkus daging (fakasanal
idzama lahma), artinya setelah tulang dibentuk lalu diikuti oleh pembentukan daging
yang meliputi tulang-tulang ter sebut. Pada minggu ke 8 embrio menjadi fetus
pembentukan otot-otot. Dalam minggu ke 12 terjadi asifikasi pada pusat-pusat pertu
langan. Anggota badan berdiferensiasi dan terbentuk kuku pada jari kaki dan tangan.
Disamping pertumbuhan bermacam-macam struktur organ. Masing-masing organ
juga mengalami pertumbuhan bersama-sama dengan pertumbuhan badan. Dalam ayat
lain Allah berfirman: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyu kur." (Qs. As-Sajadah 32:8-
9).
Di samping pertumbuhan organ-organ tubuh, dalam proses akhir dari
kehamilan, Allah meniupkan ruh pada bayi. Pada ayat ayat di atas dengan jelas Al-
Qur'an menunjukkan bahwa manusia tersusun dari unsur materi dan imateri; Jasmani
dan rohani. Tubuh berasal dari tanah, dan ruh berasal dari subtansi imateri dari alam
gaib. Tubuh akan kembali keasalnya menjadi tanah dan ruh akan pulang kembali ke
alam gaib. Al-Qur'an menjelaskan pula tentang penciptaan manusia yang bermula dari
tanah, dan oleh karenanya Iblis tidak mau di suruh Allah untuk bersujud di hadapan
Allah. Allah berfirman: "(...iblis berkata: Aku lebih baik dari padanya, karena Kau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (Qs. Shaad, 38: 76).
Tubuh memiliki daya-daya yang bersifat fisik, seperti mendengar, melihat,
mencium, merasa, serta memiliki daya gerak. Ruh dan jiwa memiliki dua macam daya,
yaitu daya fikir yang di sebut akal berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di
dalam dada (qalbu). Disamping itu manusia mempunyai pula dorongan-dorongan
yang di sebut nafsu atau kehendak bebas yang melahirkan ambisi dan kreasi. Karena
itu Islam tidak menganjurkan untuk membunuh nafsu, melainkan mengendalikan dan
4
mengolahnya serta mengarahkannya kepada nilai yang mempertinggi derajat ke
manusiaannya.
5
melakukan penghambaan kepada Tuhan dan tidak menundukkan kepalanya kecuali di
hadapan-Nya. Dengan ayat di atas, kita akan menemukan beberapa poin berikut:
1. Pada ayat ini, redaksi melainkan supaya mereka menyembah-Ku" menunjukkan
dan menegaskan bahwa "makhluk atau ciptaan adalah menyembah Tuhan", dan bukan
bermakna bahwa "Dia adalah yang disembah oleh makhluk".
2. Yang dimaksud dengan ibadah disinipun bukanlah ibadah takwiniyyah (seluruh
ciptaan), karena sebagaimana kita ketahui seluruh eksistensi alam penciptaan ini,
masing-masing melakukan ibadah dengan bahasa takwiniyyah mereka, dalam salah
satu Allah Swt berfirman, "Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa
yang adadi bumi", dan jika yang dimaksud oleh Al-Qur'an dari ibadah adalah ibadah
takwiniyyah, maka ayat ini tidak hanya akan menyebutkan jin dan manusia saja.
Pada tempat lain Dia berfirman, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kami akan kembali kepada-Nya." (Qs. Al-Baqarah [2] 156) Ayat diatas menyatakan
bahwa selain manusia berasal dari Tuhan, Dia juga merupakan tempat tujuan manusia,
karena awal manusia adalah dari Tuhan dan akhirnya pun menuju kearah-Nya. Sesuai
dengan ayat ini dikatakan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah melakukan
perjalanan ke arah Tuhan. Seperti firman Allah SWT. "Hai manusia, sesungguhnya
kamu menuju kepada Tuhan mu dengan kerja dan usaha yang sungguh-sungguh,
maka kamu pasti akan menjumpai-Nya." (QS. Al-Insyiqaq [84]:6)
Ayat diatas pun menempatkan manusia sebagai pekerja keras yang bergerak
dan berusaha menuju ke arah sumber keberadaan. Berdasarkan ayat di atas, manusia
berada dalam pergerakannya menuju Tuhan, dan keseluruhan aturan-aturan Al-Qur'an
pun me rupakan perantara untuk sampai kepada tujuan ini, yaitu perjalanan menuju ke
arah Tuhan. Tujuan dari penciptaan adalah ibadah, sebagian menyangka bahwa yang
dimaksud dengan ibadah hanyalah melaksanakan amalan-amalan dan ritual-ritual
yang bernama do'a seperti shalat, puasa dan ber macam-macam dzikir.
Apakah hakikat ibadah dan penyembahan hanyalah seperti ini? Tentu saja
tidak. Karena do'a hanyalah bagian dari ibadah. Berdasarkan pandangan dunia Al-
Qur'an, setiap gerakan dan perbuatan positif yang dilakukan oleh manusia merupakan
ibadah, dengan syarat gerakan dan perbuatan tersebut harus dilakukan ber dasarkan
pada motivasi untuk mendekat pada rububiyyah dan dilakukan berlandaskan pada
nilai-nilai kewajiban Ilahi. Oleh karena itu, petani yang pada pertengahan malam
menggunakan tangan tangan kasarnya untuk mengairi perkebunan dan lahan
pertaniannya demi mensejahterakan kehidupannya dan keluarganya, para pekerja
6
yang bergelimang dengan suara-suara bising mesin-mesin pabrik dari pagi hingga
malam hari, dan sebagainya. Jika dilakukan dengan niat dan tujuan Ilahi, maka setiap
saat baginya berada dalam keadaan ibadah.
Ringkasnya, tujuan dari semua amal, perbuatan dan perilaku manusian adalah
untuk Allah Swt, yaitu manusia akan sampai pada tahapan dimana bahkan makan,
minum, tidur, hidup dan matinya, keseluruhannya adalah untuk Allah Swt.
Sebagaimana dalam salah satu firman-Nya, "Katakanlah, "Sesungguhnya shalat,
ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-
An'am [6]: 162.
7
Menurut mereka, Al-Qur’an ternyata memberikan konsep-konsep mendasar
bagi pengetahuan manusia tentang alam raya ini “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat ayat-ayat Allah
bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran : 190
Sebaliknya jika amalan manusia buruk, Allah perintahkan kepada alam ini
mendatangkan bencana, kesulitan, dan kesedihan yang akan dirasakan manusia akibat
perbuatannya, sebagaimana firman Allah; “Telah nampak kerusakan di muka bumi ini,
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka
kembali ke jalan yang benar”. (QS. Ar Rum:41).
8
Perbuatan tangan manusia di sini dapat diartikan perlakuan tangan manusia
secara langsung terhadap alam, misalnya dengan penebangan hutan tanpa ada
keseimbangan, eksplorasi berbagai macam barang tambang, yang semuanya dapat
merusak ekosistem.
Selain itu peristiwa gempa bumi itu disebabkan oleh adanya patahan-patahan
pada perut bumi bagian dalam yang diakibatkan terjadinya rongga sebagai efek dari
eksplorasi berbagai macam barang tambang yang dilakukan manusia. Tetapi kita
harus ingat, Allah itu Maha Kuasa, Dia bisa menciptakan, mengatur, dan
mengendalikan matahari, bumi, bulan, bintang dan planet-planet lainnya tanpa ada
tiang yang menyangganya ataupun tanpa tali yang menggantungnya. Allah SWT
berkuasa menciptakan manusia awal dari tanah, dari tulang rusuk, dari setetes air
9
mani yang hina, atau cukup dengan mengatakan kun payakun, maka jadilah sesuatu
itu. Apalagi jika hanya untuk menahan lapisan dalam bumi yang akan amruk hal
tersebut tidak sulit bagi Allah. Ini bearti ada hubungan yang sangat erat antara
kekuasaan ALLAH, amal MANUSIA, dan perlakuan ALAM atas perintah Nya.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan sebuah hadits Qudsi yang artinya;
Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, sesungguhnya aku bermaksud menurunkan
adzab kepada penduduk bumi, tatkala Aku melihat masih ada orang-orang yang
memakmurkan rumah-rumah-Ku dan mereka berkasih sayang karena Aku, dan
mereka minta ampun di waktu sahur, Akupun menghindarkan adzab itu dari mereka.
Hadits Qudsi ini menjelaskan dengan gamblang bahwa ada korelasi positif antara
amal (perilaku) manusia dengan perilaku alam yang diberintahkan Allah
SWT.Menurut Abdurrahman Lubis (2007:V); setidaknya ada tiga kehendak Allah
SWT kepada hamba-Nya apabila terjadi suatu musibah: Pertama, kepada orang shalih
yang taat beribadah dan tidak bermaksiat adalah sebagai imtihan (ujian) sebagai
wujud kasih sayang Allah untuk mengangkat derajatnya untuk menduduki maqam
yang lebih tinggi, sehingga ia menjadi kekasih Allah, dan seluruh makhluk akan
melayaninya atas perintah Allah. Kedua, kepada orang shalih yang taat beribadah tapi
masih mau maksiat sebagai indzar (peringatan) agar ia kembali ke jalan yang benar
dan kembali mensucikan diri dari maksiat tersebut. Sekaligus sebagai upaya
introspeksi diri. Ketiga, kepada orang yang ingkar dan selalu maksiat sebagai azab
(siksa), untuk melaknatnya, dan untuk memusnahkannya serta akan digantikan
dengan kaum yang lain, sehingga keburukan dan keingkaran musnah. Hanya setiap
individulah yang yang bersangkutanlah yang paling mengetahui pada posisi mana dia
berada, dan jika secara jujur mengakui rusaknya amal, maka segeralah muhasabah,
bertaubat, serta meningkatkan kualitas amal agama sampai pada taraf Allah SWT
meridhoinya.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk Allah swt yang berasal dari tanah, kemudian menjadi
nuftah, alaqah, dan mugdah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah swt yang
disebut juga anak keturunan dari Nabi Adam as dan Hawa. Menjadi makhluk paling
sempurna dan memiliki berbagai kemampuan, sebaik-baik ciptaan dibandingkan
makhluk-makhluk lainnya. Kedudukannya pun sebagai hamba Allah ialah bertugas
untuk senantiasa beribadah kepada Allah semata dan menjadi khalifah di atas bumi
tugasnya memimpin sebagai wakil Allah di bumi, pengelola dan pemelihara alam,
tugas tersebut akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya nantinya.
Hubungan manusia dengan alam adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sebagai satu kesatuan, memiliki hubungan keterikatan dan bersifat fungsional. Dalam
hubungan manusia dan alam semesta mempunyai hubungan timbal balik, saling
tergantung dan saling membutuhkan. Sebagai makhluk yang menjadi khalifah Allah
menjadi tanggung jawab kita untuk tetap menjaga kelestariannya, mencegah dari hal
buruk yang dapat merusak keindahan alam semesta ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Kusdar, M.Ag, dkk. 2010. Pendidikan Agama Islam. Kalimantan Timur,
Universitas Mulawarman.
12