Anda di halaman 1dari 20

TEORI EVOLUSI BIOLOGI DAN AGAMA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evolusi
yang dibina Oleh Dr. Abdul Ghofur, M. Si.

Oleh
Kelompok 10 / Offering A 2015
Mochammad Fahrur Rozi (150341601364)
Yulista Trias Rohayati (150341605343

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pertentangan Konseptual antara Sains dan Agama .................. 3
2.2 Konsep Evolusi ........................................................................ 4
2.3 Konsep Evolusi dan Kerterkaitannya dengan Agama ................ 6
2.4 Evaluasi Manusia menurut Agama Islam ................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................... 16
3.2 Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses perubahan
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama secara bertahap dan simultan.
Perkembangan atau perubahan itu terjadi oleh karena adanya peningkatan
diversitas dan kompleksitas organisme yang berdampak terhadap munculnya
organisme atau sistem/satuan tertentu yang memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk beradaptasi dengan lingkungannya daripada organ-organ lain yang
kurang kompleks (Robert, 2000). Banyak ilmuwan yang memiliki pandangan
mengenai proses terjadinya Evolusi. Pada dasarnya teori Evolusi sudah dikenal
jauh sebelum diperkenalkan oleh Charles Robert Dawin (1809-1882) melalui
bukunya yang berjudul “Origin of Species”. Sejak zaman Yunani kuno sudah
banyak ahli yang mengakui adanya keragaman atau diversitas kehidupan.
Menurut Widoodo, dkk (2003) teori evolusi dibagi kedalam enam
masa, yaitu pada abad ke 18 atau sebelumnya dikenal sebagai masa teori
fixisme, dimana pada masa tersebut ilmuwan berpendapat bahwa setiap jenis
makhluk hidup atau spesies yang sempurna adalah stabil tidak lagi mengalami
perubahan. Selanjutnya pada masa JB Lamarck berpendapat bahwa suatu
organisme berubah sesuai dengan aktivitas ataupun kebiasaan sewaktu
organisme masih hidup dan perubahan/sifat perolehan tersebut diwariskan
kepada generasi berikutnya. Salah satu teori evolusi yang terkenal adalah masa
teori Darwin yang mengungkapkan bahwa adanya seleksi alam sebagai
peristiwa yang menyebabkan evolusi dimana yang terkuat lah yang bisa
bertahan hidup. Selanjutnya adalah masa teori genetika dan neodarwin,
ilmuwan berpendapat bahwa peristiwa seleksi alam bukanlah sebab utama
evolusi organik tetapi hanya berperan sebagai faktor yang menentukan arah
perubahan tersebut dan juga faktor penuntun. Para ahli menemukan bahwa
ilmu genetika sangat perlu dalam menerangkan proses evolusi. Pada masa
selanjutnya yaitu masa evolusi modern, ilmuwan sudah mulai berpikir untuk

1
mengadakan pendekatan molekuler, fisiologis, perkembangan dan banyak
pendekatan lainnya terhadap teori evolusi.
Tidak semua teori evolusi menurut pandangan biologis dapat diterima
dengan baik. Banyak pro dan kontra dikalangan ilmuwan dan masyarakat
terutama agamawan. Hal ini dikarenakan kontradiksinya dengan beberapa
aspek ajaran dari beberapa agama. Hal yang paling kontroversial dari teori ini
adalah upayanya menjelaskan asal-usul manusia dari proses alamiah (Berry,
1989). Mereka menganggap bahwa teori yang dikemukan oleh Lamarck dan
Darwin yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang ada sekarang ini tidak
ada menurut wujudnya akan tetapi lahir menurut proses alami yang berasal dari
makhluk hidup sebelumnya yang lebih rendah tidak dapat diterima. Oleh
karena itu, dari permasalahan tersebut disusunlah makalah yang berjudul
“Teori Evolusi Biologi dan Agama” untuk mengkaji konsep evolusi menurut
sudut pandang Biologi dan keterkaitannya dengan Agama dan diharapkan
memiliki pemahaman yang tepat tentang teori evolusi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertentangan konseptual antara Sains dan Agama?
2. Apa yang dimaksud konsep evolusi?
3. Bagaimana konsep evolusi menurut sudut pandang Biologi dan
keterkaitannya dengan Agama?
4. Bagaimana konsep evolusi manusia menurut Agama Islam?
1.3 Tujuan
1. Memaparkan pertentangan konseptual antara Sains dan Agama.
2. Menjelaskan konsep evolusi.
3. Memaparkan konsep evolusi menurut sudut pandang Biologi dan
keterkaitannya dengan Agama.
4. Memaparkan konsep evolusi manusia menurut Agama Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertentangan Konseptual antara Sains dan Agama


Telah disebutkan bahwa teori Evolusi sudah dikenal jauh sebelum
diperkenalkan oleh Charles Robert Dawin (1809-1882) melalui bukunya
yang berjudul “Origin of Species”. Sejak zaman Yunani kuno sudah banyak
ahli yang mengakui adanya keragaman atau diversitas kehidupan.
Kontribusi utama peradaban Yunani terhadap sains adalah filsafat
mekanisme, yang dengannya menandai lepasnya sains dari akar tradisi
supranatural (Weisz, 1982). Dalam pandangan filsafat mekanisme, seluruh
proses kehidupan di alam diatur oleh hukum alam yaitu hukum-hukum
fisika dan kimia. Tidak ada lagi hal-hal yang tidak dapat diketahui.
Kehidupan merupakan hasil proses-proses fisik dan kimiawi belaka. Adapun
dilain pihak terdapat pandangan vitalisme yang mana hampir semua filsuf
religius menganut pandangan ini. Pandangan vitalisme tetap
mempertahankan pendapat bahwa organisme hidup yang ada di alam, diatur
oleh kekuatan supranatural yang mengendalikan perilaku atom, planet,
bintang, benda hidup, dan seluruh komponen alam (Johnson, 1984). Terlihat
jelas bahwa kedua pandangan ini saling bertolak belakang. Akan tetapi,
untuk menjembatani kesenjangan tersebut, seseorang dapat memikirkan
bagaimana mekanisme hukum alam bekerja. Dapat diyakini bahwa hukum
alam tidak mungkin ada begitu saja dengan sendirinya. Hukum alam adalah
ketentuan Tuhan terhadap alam semesta.
Ketika seorang ahli biologi merenungkan sebuah permasalahan,
akan muncul pertanyaan "mengapa" atau "bagaimana". Kedua pertanyaan
tersebut haruslah lebih dipahami dalam pengertian mekanisme dan sebab
antara (immediate cause) dalam cakupan metafisika (Andrykovitch, 1984).
Jadi, meskipun seorang ahli biologi percaya kepada Tuhan, dalam
memecahkan suatu permasalahan ilmiah tentunya akan memakai
pendekatan-pendekatan fisis dan kimiawi (Luthfi, 2005).

3
Didalam sains, jika ingin menjawab atau menyelesaikan suatu
permasalahan tidak akan cukup jika hanya melakukan pengamatan dan
langsung mengatakan bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan. Kekuasaan
Tuhan meliputi segala sesuatu (causaprima), baik yang dapat dijelaskan
maupun yang tidak dapat dijelaskan oleh sains. Tugas utama saintis adalah
mengkaji dan menjelaskan sebab-sebab alamiah atau sebab antara dari suatu
permasalahan. Menerima penjelasan ilmiah dan memberikan makna religius
pada saat yang sama bukanlah hal yang tidak logis. Namun tidak bijaksana
apabila selalu memaksakan untuk menggunakan gagasan-gagasan
keagamaan sebagai penjelasan bagi masalah ilmiah, atau sebaliknya. Sains
hanyalah salah satu cara untuk mengetahui bagaimana alam bekerja
sedangkan Agama memberikan petunjuk, mengapa dan untuk apa semua itu
ada (Luthfi, 2005).
2.2 Konsep Evolusi
Pada tahun 2500 tahun yang lalu, seorang tokoh yang bernama
Anaximander mengajukan pendapat bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang
lebih kompleks didahului oleh bentuk-bentuk yang lebih sederhana yang
muncul dari dalam air. Selanjutnya pada abad ke 18, Aristoteles mengajukan
pendapat yang berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Anaximander.
Aristoteles, berpendapat bahwa spesies adalah tetap/permanen dan tidak lagi
mengalami berubahan. Ajaran Yahudi-Kristen memperkuat gagasan ini
dengan penafsiran harfiah Kitab Kejadian (Genesis). Gereja menyatakan
bahwa pertanyaan-pertanyaan mengenai asal-usul keanekaragaman spesies
dan sejarah bumi telah dijawab tuntas oleh Injil. Hal tersebut bukan
merupakan sesuatu yang boleh/perlu diteorikan atau diteliti. Alternatif Injil
terhadap proses evolusi berpusat pada dua gagasan dalam Kitab Perjanjian
Lama yaitu penciptaan terpisah (kreasionisme) dan imutabilitas/ketetapan
spesies. Penciptaan terpisah adalah pandangan bahwa Tuhan menciptakan
semua makhluk hidup sekaligus seperri bentuknya sekarang (McMullin,
1993).
Gagasan yang terkenal mengenai teori evolusi berhasil
dikemukakan oleh Charles Robert Dawin (1809-1882) dalam karyanya yang

4
berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the
Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859. Terdapat dua gagasan
penting yang dikemukakan Darwin dalam bukunya yakni yang pertama
adalah modifikasi keturunan (descent with modifcation) yang menyatakan
bahwa spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari
spesies moyangnya. Adapun gagasan kedua menyatakan bahwa seleksi alam
sebagai mekanisme modifikasi keturunan yang menyebabkan terjadinya
suatu peristiwa evolusi (C. Darwin, 1859). Akan tetapi, dalam karyanya
tersebut, Darwin tidak menjelaskan bagaimana makhluk pertama muncul di
muka bumi, sehingga di lain pihak munculah pertanyaan mengenai validitas
evolusi yang menyatakan bahwa ini hanyalah teori. Tanggapan demikian
tampaknya muncul karena adanya miskonsepsi terhadap keterkaitan antara
fakta dan teori. Penggunaan istilah teori dalam sains tidaklah sama
maknanya dengan pemakaian istilah teori dalam bahasa seharihari. Teori
dalam sains merupakan penjelasan komprehensif yang diperkuat oleh bukti-
bukti, sedangkan teori dalam istilah sehari-hari lebih merupakan spekulasi.
Suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta yang kurang
sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih
rendah (E. Mayr, 1986). Teori adalah suatu gagasan sistematis yang
mencoba menjelaskan mengapa dan bagaimana fakta-fakta yang ada di
dunia ini eksis dan berinteraksi (Luthfi, 2005). Teori evolusi adalah teori
ilmiah tentang seleksi alam dan proses-proses yang menyebabkan evolusi.
Biologi evolusi sebagai sains tidak akan pernah menemukan kebenaran
final. Teori tersebut akan terus difalsifikasi, diverifikasi, dan kemajuannya
dicapai dengan asumsi (conjectures) dan penolakan (refutation) (Indriati,
2003). Kepercayaan kepada Tuhan adalah transenden, lebih ke pengalaman
religius, yang unik pada tiap individu. Kepercayaan kepada Tuhan
semestinya tidak harus selalu dihubungkan dengan menerima atau tidak,
setuju atau tidak, terhadap teori-teori dalam ilmu alam. Keimanan
dilandaskan pada kepercayaan pada Tuhan, yang secara fitrah sesungguhnya
sudah dimiliki oleh setiap manusia (Luthfi, 2005).

5
2.3 Konsep Evolusi dan Kerterkaitannya dengan Agama
Teori ilmiah apa pun sesungguhnya tidak dapat meniadakan Tuhan
(Weisz, 1982). teori ilmiah tidak dapat begitu saja menghasilkan simpulan-
simpulan keagamaan, karena kebenaran ilmiah adalah relatif dan bersandar
pada asumsi-asumsi dasar serta bergantung pada teori yang ada. Agama
(wahyu) merupakan petunjuk bagi umat manusia, kebenarannya bersifat
mutlak. Keyakinan keagamaan dengan sendirinya tidak membutuhkan
dukungan dari ataupun perlu mendukung teori ilmiah apa pun (Luthfi,
2005).
Dalam mengemukakan teori evolusi biologi, Darwin tetap
mengakui Tuhan yang menciptakan makhluk-makhluk hidup, walaupun
Darwin adalah penganut atheisme. Pada bukunya “The Origin of Species by
Means of Natural Selection” (1859) menyebutkan sebagai berikut: “Adalah
suatu maksud yang sama agungya dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
menganggap bahwa beberapa macam makhluk asli yang sedikit saja yang
telah diciptakan oleh-Nya, sudah dapat berkembang terus, daripada untuk
mengira bahwa harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru untuk
mengisi lowongan-lowongan yang masih terbuka dibarisan makhluk-
makhluk hidup yang terjadi karena berlakunya hukum-hukum Tuhan”.
Semua ilmuwan, baik ateis maupun teis, bahkan orang awam sekalipun,
menyadari keteraturan dan harmonisasi alam. Alam memperagakan berbagai
fenomena yang indah yaitu keragaman, keserupaan, simetri, keteraturan,
kelestarian nisbi dan kejadian-kejadian yang bersifat probabilistik. Lebih
jauh lagi temuan-temuan sains telah dapat menunjukkan kesatuan alam
semesta, yaitu kesalinghubungan seluruh bagian dan aspek-aspeknya
(Luthfi, 2005).
Biologi dalam mencari jawaban mengenai persoalan asal mula
jenis-jenis makhluk hidup terjadi dan mengemukakan jawaban secara
evolusi. Organisme tidak sekedar dikaji pada aspek fisik maupun biologis
khususnya manusia yang diperlakukan dalam biologi sebagai bagian
integral dari keseluruhan organisme dengan demikian dipandang sebagai
manusia yang utuh (Widodo, dkk 2003). Berbagai respon bermunculan di

6
tengah-tengah masyarakat islam dalam menyikapi teori evolusi. Menurut
Abdul Majid dalam artikelnya yang berjudul “The Muslim Respons to
Evolution” Darwin mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok. (1)
kelompok “literalis” yang melihat evolusi sepenuhnya bertentangan dan
tidak sejalan dengan ajaran islam; (2) kaum “modernis” yang menyerukan
penerimaan total terhadap evolusi; (3) kelompok “moderat” yang melihat
sebagai tidak keseluruhan aspek teori bisa diterima oleh islam (Guessoum,
2011).
Dalam agama keseluruhan yang ada digolongkan atas Sang
Pencipta dan makhluk (segala sesuatu yang dijadikan oleh Sang Pencipta).
Pandangan agama Islam, Allah adalah Tuhan yang menciptakan makhluk
baik yang hidup maupun yang mati. Kemudian mengenai makhluk hidup
yang mengalami evolusi menimbulkan sebuah pertanyaan: Mengapa Tuhan
Yang Maha Kuasa tidak menciptakan jenis-jenis makhluk secara langsung,
mengapa harus melalui waktu yang lama?.Dalam keyakinan agama, Tuhan
itu Maha Esa, tidak hanya Esa zat-Nya, tetapi juga sifat-Nya, cara-Nya
menciptakan. Tuhan menciptakan sesuatu tidak seperti cara manusia
bekerja, sebab Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai
dengan keagungan-Nya. Mengenai waktu yang menurut ukuran manusia,
berpuluh-puluh, beribu-ribu atau berjuta-juta tahun (Widodo, 2003). Al-
Qur’an menjelaskan tentang waktu tersebut antara lain dalam Surat Al-
Mu’minun ayat 112-114

(113) ً‫) قا ًَل َك ْم‬112( ًَ‫ِين‬ ًَ ‫سئ َ ًِل ا ْلعاد‬ ْ َ‫ض َي ْومً ف‬ ًَ ‫قالُوا لَ ِبثْنا َي ْوماً أَ ًْو َب ْع‬
ًَ ‫س‬
‫نين‬ ِ ‫ع َد ًَد‬
َ ‫ض‬ً ِ ‫ن َل ِبثْت ُ ًْم ِإ ًلا َقليلً َل ًْو أَنا ُك ًْم ُك ْنت ُ ًْم ت َ ْع َل ُمونَ ْاْل َ ْر‬
ًْ ‫) قا ًَل ِإ‬114( ‫ً َل ِبثْت ُ ًْم فِي‬

Bertanya (Tuhan): Berapa bilangan tahun kamu berdiam di atas


bumi?Mereka menjawab: Kami telah berdiam di sana sehari atau seterigah
hari. Cobalah tanyakan kepada orang yang pandai menghitung.Berkata
(Tuhan): Tidaklah lama kamu berdiam di sana, hanya sedikit, kalau kamu
ketahui.

Tafsiran ayat diatas adalah waktu didunia hanyalah singkat,


manusia merasa bahwa didunia sangatlah lama padahal tidak mampu

7
dibandingkan dengan keabadian di akhirat kelak. Waktu juga merupakan
makhluk Allah yang ada sebelum jagat raya ini dimana berpengaruh pada
seluruh kehidupan, termasuk dari evolusi makhluk hidup. Teori evolusi
biologis justru membawa orang kepada persoalan asal mula makhluk hidup
yang pertama, yang ada sekarang menolak anggapan generatio spontanea
atau abiogenesis, dan hal ini berarti bahwa makhluk hidup tidak bisa terjadi
dengan sendirinya dari benda-benda mati. Terhadap makhluk hidup yang
pertama di bumi, orang bisa sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan yang
menciptakannya, sebab ahli-ahli biologi tidak pernah bisa membuat benda
hidup yang paling sederhana dari benda mati (Widodo, dkk 2003).
Pendapat kaum modernis memandang para penganut evolusi
meyakini bahwa mekanisme penciptaan makhluk hidup tidak diciptakan
secara serentak dalam satu waktu oleh Allah. Akan tetapi mereka meyakini
bahwa Allah selaku pemegang otoritatas tertinggi dalam menciptakan
makhluk hidup mengunakan mekanisme penciptaan secara gradual. Adapun
pendapat kaum literalis sudah jelas memberikan respon penolakan terhadap
teori evolusi. Pertama kali penolakan terhadap teori evolusi
dikumandangkan oleh Jamaludin Al-Afghani melalui karyanya Refutation
Of The Materialists (1881). Didalam bukunya tersebut Al-Afghani
mengkritik pandangan Darwin maupun para Darwinisme tentang teori
evolusi. al-Afghani menyatakan, sudah tulikah Darwin sehingga tidak
mendengar fakta bahwa orang arab dan yahudi beberapa ratus tahun
lamanya telah mempraktekkan khitan, dan sampai sekarang tak seorang pun
dari mereka yang terlahir dalam keadaan sudah dikhitan (Guessoum, 2011).
Berbeda dengan kedua pendapat lainnya, pendapat kaum moderat lebih
menoleransi Darwintas. Kelompok ini cendrung lebih moderat dalam
menyikapi teori evolusi. Seperti tanggapan Muhammad Abduh dalam
menyikapi polemik dari evolusi. Menurut beliau seandainya teori Darwin
tentang proses penciptaan manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara
ilmiah, maka tidak ada alasan dari Al-Quran untuk menolaknya. Al-Quran
hanya menguraikan proses pertama, pertengahan, dan akhir. Apa yang

8
terjadi antara proses pertama dan pertengahan, serta antara pertengahan dan
akhir, tidak dijelaskannya (Sihab, 2007).
Lima abad sebelum munculnya teori evolusi Darwin (1804-1872)
sebenarnya telah ada seorang ilmuwan muslim yang menuliskan
pendapatnya tentang evolusi. Ilmuwan tersebut bernama Abdurrahman Ibn
Khaldun (1332-1446) yang menulis dalam kitabnya Kjtab al-'Ibarft
Daiivani al-Mubtada' wa al Khabari yang menyatakan bahwa, "Alam
binatang meluas sehingga bermacam-macam golongannya dan berakhir
proses kejadiannya pada masa manusia yang mempunyai pikiran dan
pandangan. Manusia meningkat dari alam kera yang hanya mempunyai
kecakapan dan dapat mengetahui tetapi belum sampai pada tingkat memiliki
dan berpikir" (Shihab, 1999). Kera disini diarikan sebagai sejenis makhluk
yang oleh para penganut evolusionisme disebut Anthropoides. Ketika
menemukan teori tersebut Ibn Khaldun dan ilmuwan-ilmuwan lainnya tidak
merujuk pada ayat-ayat al-Qur'an, tetapi mendasarkannya pada penyelidikan
dan penelitian yang dilakukan.
Sebagai salah satu rukun iman, maka setiap muslim wajib
mempercayai segala sesuatu yang terdapat di dalam al-Qur'an. Namun
demikian, dia tidak dapat memaksa orang untuk membenarkan atau menolak
suatu teori ilmiah berdasar Al-Qur’an. Apabila hal ini dilakukan,
konsekuensinya seseorang akan menerima atau menolak suatu teori ilmiah
sebagai bagian dari suatu aqidah Al-Qur’an. Hal tersebut juga terjadi pada
teori evolusi, dimana sebagian ilmuwan muslim mengingkari teori evolusi
dengan beberapa ayat Al Qur’an dan sebagian lagi membenarkan dengan
ayat Al Qur’an pula. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ayat-ayat
tersebut tidak dapat dipaksakan menjadi dasar pembenar teori Darwin, tetapi
bukan berarti pula bahwa teori tersebut adalah salah menurut Al Qur’an.
Menurut Luthfi (2003), didalam Al-Qur'an tidak dijelaskan secara rinci
apakah penciptaan makhluk hidup melalui proses evolusi atau penciptaan
terpisah. Penolakan atau dukungan terhadap teori evolusi seharusnya
didasarkan pada bukti-bukti empiris yakni melalui metode ilrniah.
2.4 Evaluasi Manusia Menurut Agama Islam

9
Menurut agama Islam, dan agama lainya seperti Nasrani dan
Yahudi sepakat bahwa manusia pertama adalah Adam yang kemudian
menurunkan semua manusia di atas bumi hingga sekarang ini diciptakan
oleh Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat As-Sajadah ayat 7, 8, 9
sebagai berikut.

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya


dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Tafsiran dari ayat diatas adalah yang menciptakan segala sesuatu


dengan sebaik-baiknya. Sesudah Allah menyebutkan tentang penciptaan
langit dan bumi, kemudian Dia menyebutkan tentang penciptaan manusia.
Maksudnya, Allah menciptakan Adam dari tanah yang kemudian
berkembang biak melalui nutfah(air mani). Ketika Allah menciptakan Adam
dari Tanah, Dia menciptakan yang sempurna lagi utuh yakni akal, dan
dengan adanya akal tersebut maka orang yang berbahagia adalah orang yang
menggunakannya untuk ketaatan kepada Tuhannya.
Kemudian menurut Mahmud Yunus (1951). Di dalam Tafsir Al-
Qur’an Karim terjemahannya: Dia membaguskan tiap-tiap sesuatu yang
dijadikan-Nya dan dimulainya menjadi manusia dari tanah. Kemudian
disempurnakan-Nya kejadian manusia dan ditiupkan-Nya roh ke dalam

10
tubuhnya serta dianugerahi-Nya pendengaran, penglihatan, dan hati, Tetapi
sedikit diantara kamu yang berterima kasih”.
Menurut Al-Quran, maka Adam telah dijadikan dari tanah. Biologi
menerangkan juga bahwa tiap-tiap bagian dari jasmani (tubuh) makhluk
hidup berasal dari tanah, melewati makanan dan minuman, dan bahwa tiap-
tiap unsur dari jasmani manusia terdapat unsur dalam tanah. Teori evolusi
biologis yang diterima para ilmuwan sebagaimana suatu penjelasan tentang
kemungkinan terjadinya manusia, dimanakah letak Adam dalam deretan
evolusi makhluk-makhluk hidup itu?.
Menurut agama Islam, Nasrani, dan Yahudi , Adam sebagai nenek
moyang manusia di muka bumi. Pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31-
33 berbunyi sebagai berikut.

)31( َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫اء َهؤ ََُل ِء إِ أن ُك أنت ُ أم‬ ِ ‫ض ُه أم َعلَى أال َم ََلئِ َك ِة فَقَا َل أ َ أنبِئُونِي بِأ َ أس َم‬
َ ‫َو َعلَّ َم آَدَ َم أاْل َ أس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر‬
‫) قَا َل يَا آَدَ ُم أ َ أن ِب أئ ُه أم ِبأ َ أس َمائِ ِه أم فَ َل َّما‬32( ‫س أب َحانَكَ ََل ِع أل َم لَنَا ِإ ََّل َما َعلَّ أمتَنَا ِإنَّكَ أ َ أنتَ أالعَ ِلي ُم أال َح ِكي ُم‬ ُ ‫قَالُوا‬
َ‫ض َوأَ أعلَ ُم َما ت ُ أبدُونَ َو َما ُك أنت ُ أم تَ أكتُ ُمون‬
ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫أ َ أنبَأ َ ُه أم ِبأ َ أس َما ِئ ِه أم قَا َل أَلَ أم أَقُ أل لَ ُك أم ِإنِي أ َ أعلَ ُم َغي‬
َّ ‫أب ال‬
)33(

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman : "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab : "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33. Allah berfirman : "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-
nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-
nama benda itu, Allah berfirman : "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Pada ayat tersebut dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
Adam adalah mkhluk yang sudah dapat berfikir taraf konsepsi, mempunyai

11
kemampuan untuk berfikir abstrak, serta memiliki bahasa. Dengan Adam
dan keturunannya dimaksud juga makhluk manusia yang sadar akan dirinya,
dapat dibebani pertanggungan moral dan spiritual, hal ini manakala
dihubungkan dengan teori evolusi biologis akan tercapai kalau makhluk
dalam perkembangan evolusinya mencapai tingkatan Homo sapiens atau
manusia berakal.
Biologi menggolong-golongkan makhluk-makhluk hidup atas
jenis-jenis (spesies). Pengertian jenis adalah ciptaan pikiran manusia, yaitu
menunjukkan sejumlah individu yang mempunyai ciri-ciri morphologis
yang sama dan mereka dapat kawin sesamanya untuk menghasilkan
keturunan yang normal. Semua manusia di zaman ini, dari suku, bangsa atau
negara manapun, dengan kebudayaan dan agama apapun berasal dari satu
jenis, yaitu Homo sapiens. Tepat pemakaian istilah jenis untuk seluruh
manusia di zaman ini sebab dengan istilah jenis menurut biologi dimaksud
juga bahwa perkawinan antara makhluk-makhluk hidup di dalam satu jenis
yang sama bisa menghasilkan keturunan yang normal (fertil) (Widodo, dkk
2003).
Secara biologis Homo sapiensmasih memiliki struktur hewan dan
mewarisi sejumlah insting serupa. Tetapi Homo sapiensadalah satu-satunya
jenis makhluk hidup di bumi yang secara tiba-tiba dan istimewa memiliki
otak yang khas bersifat manusia sempurna. Terdapat perkembangan tiba-
tiba melonjak dalam kemampuan intelek, seolah-olah perkembangan evolusi
biologis, yaitu evolusi fisik manusia di tempatkan dalam tingkatan kedua
dibandingkan perkembangan inteleknya. Proses evolusi yang terus berjalan
pada Homo sapiensitu terutama mengenai evolusi psycho-social (Widodo,
dkk 2003).
2.4.1 Keterkaitan Adam dan Homo sapiens
Agama tidak mengenal istilah Homo sapiens dalam kitab suci.
Sebab istilah ini memang baru muncul dalam abad 18 hasil pemikiran
manusia untuk diberikan pada kelompok manusia tertentu dalam
pembicaraan ilmiah. Dalam biologi, khususnya taxonomi tau sistematik,
yaitu ilmu yang menggolong-golongkan makhluk-makhluk hidup, maka

12
suatu jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dengan dua kata latin
atau dilatinkan. Homo sapiensmerupakan bahasa latin dengan
Homomewakili genus dan sapiensmewakili penunjuk spesies. Nama- nama
tersebut digunakan untuk mempermudah dalam mempelajari atau
menggolongkan makhluk hidup. Bedasarkan ini sitilah Adam yang terdiri
dari satu kata tidak dipergunakan dalam taksonomi (Widodo, 2003).
Adam adalah nama yang diberikan kepada manusia pertama yang
diciptakan oleh Tuhan, kemudian menurunkan semua manusia di zaman ini,
Adam adalah makhluk manusia yang bisa berpikir taraf konsepsi,
mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan dapat dibebani pertanggungan
moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima ajaran-ajaran dari
Tuhan. Teori evolusi biologis mencoba menjelaskan bahwa dalam
perkembangan evolusi mekhluk-makhluk hidup pada suatu ketika tercapai
tingkat makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri seperti yang dimiliki
Adam. Makhluk hidup demikian oleh ilmu pengetahuan diberi nama Homo
sapiens. Jadi dapat diartikan bahwa Adam adalah homo sapiens yang
pertama, dan semua manusia di zaman ini dapat disebut keturunan Adam
atau termasuk jenis Homo sapiens.
2.4.2 Bukti Evolusi Manusia Menurut Agama Islam
Dalam konteks ini, istilah evolusi tersebut dipergunakan dalam
rangkaian merujuk pada perkembangan embrionik manusia secara definitif.
Kompetisi hidup, seleksi kehidupan merupakan campur tangan Tuhan dalam
memusnahkan suatu populasi untuk regenerasi, sebagai jalan membentuk
populasi baru lainnya. Dalam al-Qur‟an, refleksi kejadian manusia disebut
berulang-ulang dalam beberapa ayat, mulai dari tanah, air, sampai menjadi
manusia sebagai suatu perwujudan evolusi penciptaan manusia. Dalam hal
ini, Allah berfirman mengenai evolusi embrio manusia yang hadir dalam
susunan ruang dan waktu sebagaimana dalam QS. al-Hajj [22]: 5, yang
berbunyi:

13
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah.
Pada Kitab Suci Al-Qur’an ternyata sudah sangat jelas dan rinci
berbicara mengenai proses penciptaan manusia. Oleh sebab itu, kiranya
tidak berlebihan jika al-Qur’an dapat dijadikan sebagai referensi yang tepat
untuk menggali informasi tentang reproduksi dan proses penciptaan
manusia. Berdasarkan keterangan al-Qur’an tersebut, di dapat sebuah
informasi bahwa dalam proses reproduksi manusia ada beberapa tahapan
yang sederhananya dapat disebut dengan evolusi embrionik. Merujuk pada
keterangan beberapa intelektual yang concern terhadap penelitian tentang
penciptaan manusia dinyatakan bahwa evolusi embrionik memiliki sisi
analogilitas dengan teori evolusi Darwin. Evolusi embrionik merupakan

14
konsep evolusi Darwin yang berlangsung di dalam rahim, bukan di alam
semesta (Ja’far, 2013).
Tuhan telah menciptakan manusia melalui beberapa tingkatan
pertumbuhannya, mulai dari tanah, air mani, segumpal daging, lahir sebagai
bai tumbuh sampai dewasa hingga tua dan meninggal dunia dan
dibangkitkan kembali. Menunjukkan bahwa hidup manusia dari zaman- ke
zaman senantiasa berjalan sepanjang evolusinya. Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, kuasa menjadikan jenis-jenis makhluk hidup secara khusu.
Tetapi juga karena Allah Maha Kuasa dan kalau dikehendaki-Nya, maka
kuasa juga Allah untuk menciptakan jenis-jenis makhlukhidup secara
evolusi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kontribusi utama peradaban Yunani terhadap sains adalah filsafat
mekanisme, yang dengannya menandai lepasnya sains dari akar tradisi
supranatural. Adapun dilain pihak terdapat pandangan vitalisme yang
tetap mempertahankan pendapat bahwa organisme hidup yang ada di
alam, diatur oleh kekuatan supranatural. Kedua pendapat tersebut dapat
dijembatani oleh pemikiran bagaimana mekanisme hukum alam bekerja.
Dapat diyakini bahwa hukum alam tidak mungkin ada begitu saja dengan
sendirinya. Hukum alam adalah ketentuan Tuhan terhadap alam semesta
2. Evolusi pada awalnya diperkenalkan oleh tokoh yang bernama
Anaximander yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang
lebih kompleks didahului oleh bentuk-bentuk yang lebih sederhana yang
muncul dari dalam air. Pada zaman sekarang dikenal sebagai masa
evolusi modern, dimana ilmuwan sudah mulai berpikir untuk
mengadakan pendekatan molekuler, fisiologis, perkembangan dan
banyak pendekatan lainnya terhadap teori evolusi
3. Teori evolusi biologis menurut agama khususnya islam, menunjukkan
adanya keberadaan Dzat yang Maha Kuasa yaitu Allah sebagai pencipta
semua makhluk. Hal ini didasarkan pada para ahli biologi tidak pernah
bisa membuat benda hidup yang paling sederhana dari benda
mati.Memaparkan konsep evolusi menurut sudut pandang Biologi dan
keterkaitannya dengan Agama.
4. Bukti nyata evolusi manusia menurut agama islam telah disinggung pada
Al- Qur’an yakni pada embriogenesis yang dari asal air mani, tumbuh
menjadi bayi, anak-anak, dan dewasa. Evolusi embrionik ini berlangsung
pada rahim, bukan di alam semesta.

16
3.2 Saran
Perlu adanya kajian literasi lebih lanjut tentang teori evolusi biologi dan
agama sehingga dalam penulisan makalah selanjutnya dapat meningkatkan
pemahaman tentang evolusi ditinjau dari berbagai prespektif atau disiplin
keilmuan.

17
DAFTAR RUJUKAN

Berry RJ. dan Hallam A. 1986 The Encyclopedia of Animal Evolution,


(Oxford:Equinox, 1989), p. 141; M. Quthub, Islam di Tengab
Pertarungan Tradisi. Jakarta:Dewan Dakwah Islamiyah.
C. Darwin. 1859. On The Origin of Species. London: Murray.
E. Mayr. 1986. "Uncertainty in Science: Is The Giant Panda a Bear or a
Racoon?", Vol 323.
E. McMullin. 1993. Evolution and Special Citation, Zygon 28/3,1993, p. 299;
Johnson, D.L. Rayke, dan H.L. Wedbcrg, Biology, p. 492
G. Andrykovitch dan M. Stanley. 1993. LJvingAn Introduction to Bio/ogp,
(California), 1984, p. 9; E. Sober, Philosophy of dialog. San Fransisco:
Westview Press.
Guessoum, Nidhal. 2011. Islam dan Sains Modern: Bagaimana Mempertautkan
Islam dan Sains Modern. Bandung: Mizan.
Indriati, E. 2003. "Waktu dan Evolusi," Artikel dipresentasikan pada Workshop
Ilmu dan Agama, Gadjah Mada University Post-Graduate Program.
Yogyakarta. 25-27 Juni 2003.
Ja’far. 2013. EVOLUSI EMBRIONIK MANUSIA DALAM AL QURAN.
Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel.
K.D. Johnson, D.L. Rayke, dan H.L. Wedberg. 1984 Biology: An Introduction.
USA: the Benjamin Cummings Publishing.
Luthfi M.J. dan A.Khusnuryani. 2005. Agama dan Evolusi: Konflik atau
Kompromi?. Jurnal Ilmiah Vol.1 No.1 April 2005. 19 hlm.
P.B.Weisz dan Keogh R.N. 1982. The Science of Biology 5" td. New York:
McGraw-Hill Book Company.
Robert N. Bellah. 2000. Beyond Belief Essei-essei tentang Agama di Dunia
Modern, Jakarta:Paramadina.
Weisz. P.B. and R.N. Keogh. 1982. The Science offtiology. Fifth Edition. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Widodo, H., Umie Lestari, dan Mohammad Amin. 2003. Evolusi. Malang:
FMIPA UM

18

Anda mungkin juga menyukai