1 Nilai C
Ukuran genom dikenal dengan nilai C, yang
Nilai C organis- mana C diartikan sebagai “constant” atau “charac-
me bervariasi; teristic”. Ukuran genom berbeda pendefinisiannya pada
nilai C cukup
organisme haploid dan diploid/poliploid. Ukuran genom
konstan dalam
satu spesies; haploid ditunjukkan oleh jumlah total DNA dalam ge-
sebaliknya, nilai nom, sedangkan ukuran genom pada organisme diploid/
C memiliki varia-
si yang luas dari poliploid didefinisikan sebagai jumlah DNA dalam
satu spesies ke genom haploid yang tidak direplikasi, seperti pada inti
spesies lainnya,
baik pada proka-
sperma.
riot maupun
eukariot.
2 Satuan Ukuran Genom
1 DNA Genik
2 DNA Non-genik
a. Hipotesis Seleksionis
Hipotesis seleksionis menyatakan bahwa DNA
Distribusi gen
pengkode protein non-genik menunjukkan fungsi yang esensial, seperti:
diantara kromo- untuk regulasi global pada ekspresi gen. Menurut hipo-
som manusia
sangat tidak me-
tesis ini, DNA seluruhnya fungsional, sehingga delesi
rata. Beberapa pada DNA akan mempengaruhi kemampuan organis-
kromosom seperti me. Bukti yang mendukung hipotesis seleksionis masih
kromosom 1, 19
dan 20 diprediksi sangat sedikit, bahkan kebanyakan indikasi menjelas-
sangat kaya akan kan bahwa sebagian besar DNA non-genik memang
gen, sedangkan
yang lainnya,
tidak memiliki informasi genetik, dan dapat dihapus
seperti kromosom tanpa efek fenotipik yang jelas.
4 dan 18 tersu-
sun atas banyak b. Hipotesis Netralis
fraksi non-genik.
Hipotesis netralis menyatakan bahwa fraksi DNA
non-genik kurang berfungsi secara genetis dan fisio-
logis. Ohno (1972 dalam Graur dan Li, 2000) menamai
DNA non-genik sebagai “junk DNA (DNA sampah)”
untuk menjelaskan ketidakberfungsiannya. Menurut hi-
potesis netralis, DNA non-genik hanya merupakan hasil
kebetulan dari peristiwa evolusi. Meskipun demikian,
DNA non-genik tetap akan diwariskan dari generasi ke
generasi.
• Ukuran genom antar organisme bervariasi satu sama lain.
• Terbentuknya variasi ukuran genom pada eukariotik dan paradoks nilai C
diperkirakan hipotesis netralis karena terdapat dua alternatif mekanisme, yaitu:
(1) terdapat perbedaan dalam tingkat akumulasi junk DNA, atau (2) terdapat
perbedaan pada kemampuan organisme untuk membuang junk DNA.
Perbedaan antara selfish DNA dan junk DNA adalah: selfish DNA mampu melakukan
amplifikasi sendiri, dan proses eliminasi oleh seleksi selfish DNA terlalu lambat untuk
mengimbangi laju akumulasi; sedangkan junk DNA tidak dapat melakukan amplifikasi
sendiri, sehingga disebut sebagai DNA yang pasif dalam genom, serta dipertahankan
dalam populasi secara acak melalui hanyutan genetik.
d. Hipotesis Nukleotipik
Hipotesis nukleotipik mengungkapkan bahwa
DNA non-genik mempunyai fungsi struktural pada ge-
Hipotesis nukleo- nom, yaitu fungsi yang tidak berhubungan dengan sifat-
tipik memiliki nya yang membawa informasi genetik (Bennet, 1974
satu ciri khas,
yaitu: mengang- dalam Graur dan Li, 2000). Hipotesis ini menyatakan
gap genom bahwa DNA bertindak sebagai "nukleoskeleton" yang
sebagai “unit mempertahankan volume nukleus pada ukuran propor-
struktural dari
nukleus, yaitu sional dengan volume sitoplasma. Ukuran proporsional
sebagai suatu antara volume nukleus dan sitoplasma terlihat pada
blok pembangun
yang terbuat dari pengaturan ukuran sel yang lebih besar membutuhkan
asam nukleat, nukleus yang lebih besar, sehingga volume sel tertentu
bukan sekedar akan menghasilkan ukuran genom tertentu yang sesuai
pembawa infor-
masi genetik. dengan ukuran nukleusnya. Menurut hipotesis nukleo-
tipik, kelebihan DNA dipertahankan oleh seleksi, tetapi
komposisi nukleotida dapat berubah secara acak.
1 Pendekatan Analitis
Escherichia coli Perkiraan awal komplemen
gen
1 minimal dilakukan dengan
mengidentifikasi himpunan semua
gen ortolog yang umum untuk
sekelompok organisme. Contoh
genom minimal dapat dipelajari
dari perbandingan proteomes Es-
cherichia coli, Haemophilus influ-
enzae, dan Mycoplasma genita-
Haemophilus Mycoplasma lium yang ditunjukkan pada Gam-
influenzae genitalium
bar 5.4. Perkiraan gen minimal
Gambar 5.4 Diagram Venn Ortolog untuk bakteri berdasarkan diagram ialah
Gen Pengkode Protein Tiga Spesies
Bakteri 239 gen. Penjelasan lebih lanjut
Sumber: Graur dan Li (2000) pada keterangan gambar.
Keterangan Gambar:
Gambar 5.3 menunjukkan diagram venn ortolog yang umum untuk Gen
Pengkode Protein Antara Tiga Spesies Bakteri. M. genitalium dan H. influenzae
memiliki 240 kesamaan ortolog, M. genitalium dan E. coli memiliki 257, dan H.
influenzae dan E. coli memiliki 1128. Irisan dari ketiga gen ortolog dari ketiga
spesies menunjukkan perkiraan gen minimal berdasarkan pendekatan analitis.
Terdapat 239 gen ortolog yang umum untuk ketiga spesies.
Ingat Kembali !
• Paralog = sekuen yang sama pada jalur perkembangan yang sama.
• Ortolog = sekuen yang sama pada jalur perkembangan yang berbeda.
• Ingat kembali gen paralog dan ortolog yang telah dipelajari pada Bab
IV Sub Bab E.2!
Keterangan Gambar:
Suatu gen berasal dari moyang yang memiliki dua protein (lingkaran dan
segitiga) melakukan fungsi serupa. Pengkodean gen salah satunya hilang
dalam keturunan 1, sedangkan yang lainnya hilang dalam keturunan 2, hasil-
nya adalah konvergensi fungsional.
Pendekatan eksperimental
1 dalam penentuan genom minim-
al telah dilakukan pada 79 lokus
pengkode protein yang dipilih se-
cara acak pada bakteri Gram po-
sitif Bacillus subtilis pada peristi-
wa mutagenesis (Gambar 5.6).
Mutasi yang terjadi hanya pada
6 dari semua lokus membuat B.
subtilis tidak mampu tumbuh dan
membentuk koloni; selama mu-
Gambar 5.6 Lokasi genom dari 79 lokus tan istirahat 73 lokus memperta-
yang dipilih secara acak (garis pada hankan kemampuannya untuk
lingkaran) pada Bacillus subtilis yang telah
tersingkir oleh mutagenesis. membelah. Hanya 3 dari 6 lokus
Sumber: Graur dan Li (2000) mutan mengkode protein yang
Keterangan Gambar: telah diidentifikasi secara jelas
Enam garis pada lingkaran yang diberi titik fungsinya, yaitu dnaA dan dnaB,
bagian luar menunjukkan lokus yang sangat
diperlukan. Di antara keenam garis tersebut, yang terlibat dalam inisiasi pada
hanya tiga lokus gen yang teridentifikasi, replikasi DNA, dan rpoD, yang
yaitu dnaA, dnaB, dan rpoD.
merupakan bagian hasil dari sin-
tesis RNA.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, diiden-
tifikasi bahwa 73 dari 79 gen tidak diperlukan; dengan
kata lain, hanya sekitar 7,5% genom dianggap diper-
lukan. Panjang genom B. subtilis adalah 4,2x 106 bp,
dan diasumsikan bahwa perbandingan genom yang
diperlukan dibanding gen yang tidak diperlukan adalah
sama. Panjang genom yang diperlukan diperkirakan
mencapai 4,2 x 106 bp x 7,5% = 3,2 x 105 bp. Ukuran
rata-rata gen pengkode protein adalah 1,25 Kb, maka
dapat diketahui bahwa perkiraan perangkat minimal gen
bakteri adalah 320.000/1.250 = 254 gen.
1 Miniaturisasi Genom
b. Polisomi
2 Evolusi Kromosom
Evolusi pada kromosom dijelaskan sebagai
berikut.
1
a. Evolusi Jumlah Kromosom pada Prokariotik
Ingat Kembali !
Urutan gen dapat berubah melalui perubahan kromosom yang terjadi
melalui beberapa proses, antara lain inversi dan translokasi. Inversi merupakan
peristiwa pembalikan kromosom (Gambar 5.7), sedangkan translokasi meru-
pakan perubahan informasi genetik melalui pemindahan gen dari satu sisi
kromosom, ke sisi kromosom lainnya. Translokasi dapat terjadi melalui trans-
lokasi resiprok, non-resiprok, dan fusi sentrik (Gambar 5.8).
Keterangan Gambar:
Angka pada tanda kurung pada
kotak berwarna biru merupakan
jumlah konten GC pada masing-
masing spesies bakteri.
Ingat Kembali !
Kode genetik bersifat universal pada semua makhluk hidup (kodon
yang sama mengkode asam amino yang sama), sebagaimana telah
dibahas pada Gambar 1.6 pada pembahasan Bab 1.
RANGKUMAN