Anda di halaman 1dari 14

KONTROVERSI EVOLUSI

MAKALAH
untuk memenuhi tugas Matakuliah Evolusi
yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si.

Oleh :
Pendidikan Biologi / Offering A-A1 2015
Kelompok 11
Nor Azizah 150341600287

Rido Sigit W 150341606332

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan


suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga faktor utama: variasi, reproduksi,
dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang
diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam
suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi
ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang
bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.

Evolusi didorong oleh tiga faktor utama, yaitu seleksi alam, reproduksi dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang
merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-
sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih
banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang
menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi
perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan
seleksi alam.

Banyak sekali para ahli yang mencetuskan ide mereka sebagai teori yang
benar. Banyak teori yang berkaitan, bahkan ada sebuah pembuktian yang
menjatuhkan hipotesis yang lain. Seperti halnya, teori evolusi Darwin yang
sampai sekarang membuat suatu perdebatan yang masih belum terselesaikan.
Mereka saling memberi argumen dengan pembuktian-pembuktian yang membuat
polemik mengenai teori evolusi ini semakin berkembang dan hangat
diperdebatkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka disusunlah makalah yang
berjudul “Kontroversi Evolusi”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kontraversi terhadap teori evolusi?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui berbagai kontraversi terhadap teori evolusi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kontraversi terhadap Teori Evolusi


Untuk membahasa tentang berbagai kontroversi yang berkembang dikhalayak
umum penulis akan membagi berdasarkan teori teori yang mendukung atau yang
menentang teori evolusi.

2.1.1 Sanggahan terhadap Teori Evolusi


Teori evolusi seperi Teori Darwin mendapat tentangan serta komentar-
komentar dari para ilmuwan barat. Ada beberapa faktor yang mendasari
sanggahan dari teori evolusi sebagai berikut.

1. Seleksi Alam

Teori Evolusi seringkali dikaitkan dengan Teori seleksi alam, namun


sebagian orang menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Yang dimaksud
dengan Seleksi Alam adalah makhluk hidup yang dapat menyesuikan perilakunya
baik secara morphology, fisiology dan tingkah laku. Contohnya yaitu sebelum era
revolusi industri berlangsung populasi ngengat Biston betularia putih lebih
banyak dibandingkan ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya
revolusi, jumlah ngengat Biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat
biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia
putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dalam hal ini dapat kita simpulkan yang dimaksud dengan Seleksi Alam
tidak akan merubah struktur morphology suatu makhluk hidup secara ekstrem
yang dikemukanan Darwin, melainkan bagaimana mereka menyesuaikan pertahan
hidup (Adaptasi) mereka.

➢ Contoh Morfology : Gigi sapi untuk makan rumput, dan gigi macan untuk
memakan daging.
➢ Contoh Fisiology : Kemampuan unta untuk menyimpan cadangan air.

➢ Contoh Tingkah laku : Bunglon merubah warna tubuhnya ketika terancam.


Adaptasi masih memiliki kesamaan dengan Teori Evolusi, dikarenakan
makhluk hidup dipaksakan untuk mengikuti kehendak alam atau lazim disebut
sebagai “Seleksi Alam”, oleh karena itu adaptasi ini memang telah ada sesuai
dengan kemampuan awal mereka tercipta. Bukan Evolusi Tapi seleksi alam dan
adaptasi, Sebagai contoh “Apakah tidak aneh jika sapi memiliki taring pada
awalnya kemudian karena mereka adalah herbivore lalu mempunyai Gigi seri” .

Jauh dari itu, salah satu evolusionis terkemuka asal Inggris, Colin
Patterson mengemukakan satu hal. Ia menegaskan bahwa seleksi alam (natural
selection) tidak pernah ditemukan memiliki kekuatan yang dapat menyebabkan
sesuatu berevolusi. Hal ini terjadi karena seleksi alam tidak pernah mampu untuk
menambah ataupun memperbaiki informasi genetis suatu spesies. Seleksi alam
juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies yang lainnya (Yahya,
2001)

2. Bukti Fosil
Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang beraneka
ragam berasal dari satu nenek moyang yang sama. Menurut teori ini, kemunculan
makhluk hidup yang begitu beragam terjadi melalui variasi-variasi kecil dan
bertahap dalam rentang waktu yang sangat lama. Teori ini menyatakan bahwa
awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk. Selama ratusan juta tahun
kemudian, makhluk bersel satu ini berubah menjadi ikan dan hewan invertebrata
(tak bertulang belakang) yang hidup di laut. Ikan-ikan ini kemudian diduga
muncul ke daratan dan berubah menjadi amfibi. Hal ini pun terus berlanjut, dan
seterusnya sampai pada pernyataan bahwa burung dan mamalia berevolusi dari
reptil.

Seandainya pendapat ini benar, mestinya terdapat sejumlah besar “ spesies


peralihan” (juga disebut sebagai spesies antara, atau spesies mata rantai) yang
menghubungkan satu spesies dengan spesies yang lain yang menjadi nenek
moyangnya. Misalnya, jika reptil benar-benar telah berevolusi menjadi burung,
maka makhluk separuh-burung separuh-reptil dengan jumlah berlimpah mestinya
pernah hidup di masa lalu. Di samping itu, makhluk peralihan ini mestinya
memiliki organ dengan bentuk yang belum sempurna atau tidak lengkap. Darwin
menamakan makhluk dugaan ini sebagai “ bentuk-bentuk peralihan”

Para Darwinis menyatakan bahwa dengan mengalami perubahan-


perubahan kecil, mahluk-mahluk hidup berevolusi dari satu spesies ke spesies
lainnya selama jutaan tahun. Menurut pernyataan yang dibantah temuan-temuan
ilmiah ini, ikan beralihrupa ke amfibi, dan reptil beralihrupa ke burung. Proses
yang disebut alihrupa ini, yang dikatakan berlangsung jutaan tahun, seharusnya
meninggalkan sangat banyak petunjuk dalam rekaman fosil.

Dengan kata lain, selama penelitian mereka yang sungguh-sungguh selama


seratus tahun terakhir, para peneliti seharusnya menyingkap banyak makhluk
hidup amat ganjil seperti setengah ikan setengah kadal, setengah laba-laba
setengah lalat atau setengah kadal setengah burung. Akan tetapi, sekalipun hampir
setiap lapisan Bumi telah digali, tidak satu juga fosil telah ditemukan yang dapat
dipakai para Darwinis sebagai petunjuk dari yang mereka sebut sebgai makhluk
hidup peralihan.

Bahkan Darwin sendiri menyadari ketiadaan bentuk-bentuk peralihan


tersebut. Ia berharap mereka akan ditemukan di masa mendatang. Di balik
harapan besarnya, ia sadar bahwa ketiadaan bentuk peralihan ini adalah rintangan
utama bagi teorinya. Itulah mengapa dalam buku The Origin of Species, pada bab
“Difficulties of The Theory” ia menulis:
“… Mengapa, jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui
perubahan sedikit demi sedikit, kita tidak melihat sejumlah besar bentuk peralihan
di manapun? Mengapa semua makhluk tidak dalam keadaan (pengelompokan
yang) membingungkan, tetapi justru seperti yang kita lihat, spesies berada dalam
bentuk-bentuk tertentu yang jelas?...Tetapi menurut teori ini bentuk peralihan
yang tak terhitung jumlahnya seharusnya ada, mengapa kita tak menemukan
mereka dalam jumlah yang tak terhitung terkubur dalam kerak bumi?... Dan pada
daerah peralihan, yang memiliki lingkungan hidup peralihan, mengapa sekarang
tidak kita temukan jenis-jenis peralihan yang saling berhubungan erat?
Permasalahan ini, telah lama, sangat membingungkan saya.”
Satu-satunya penjelasan yang dapat diajukan Darwin untuk menghadapi
keberatan ini adalah bahwa rekaman fosil saat ini belum lengkap. Ia menyatakan
bahwa ketika rekaman fosil telah dipelajari secara teliti, mata rantai yang hilang
akan ditemukan.
Selain itu dalam teorinya, Darwin hanya memperkirakan bahwa
mewariskan pembawaan generasi yang satu kepada yang lainnya adalah kunci
untuk memahami Evolusi. Namun, ia tidak tahu bahwa makhluk hidup terdiri dari
sesuatu yang sangat kecil yang disebut DNA membawa instruksi yang
mengendalikan semuanya, dari bentuk mata, kaki, dan rambut kita.

3. Mutasi

Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis, bukan


sebuah tongkat sulap yang bisa merubah makhluk hidup ke bentuk yang lebih
maju dan sempurna. Dampak langsung mutasi adalah membahayakan.
Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh mutasi hanya akan serupa dengan
apa yang dialami penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl: yaitu
kematian, cacat, dan kelainan tubuh.

Alasan di balik ini sangatlah sederhana: DNA memiliki struktur sangat


kompleks, dan perubahan-perubahan acak hanya akan merusaknya. B. G.
Ranganathan juga memberikan sanggahan bagi para Neo-Darwinisme yang
menyatakan sebagai berikut.“ Mutasi bersifat kecil, acak, dan berbahaya. Mutasi
pun jarang terjadi dan kalaupun itu terjadi, kemungkinan besar mutasi itu tidak
akan berguna. Empat karakteristik dari mutasi ini menunujukkan bahwa mutasi
tidak dapat mengarah pada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak
pada organisme yang sangat terspesialisasi bersifat tidak berguna atau
membahayakan…” (Yahya, 2001)

Pendapat ini diperkuat oleh Gordon Taylor menulis dalam bukunya yang
berjudul The Great Evolution Mystery. Beliau berkata “Pada ribuan percobaan
pengembangbiakan lalat yang dilakukan di seluruh dunia selama lebih dari 50
tahun, tidak satupun spesies baru tercipta. Jangankan itu, satu enzim baru pun
tidak ada”.(Yahya, 2001).
4. Keraguan Darwin
H. S. Lipson mengomentari buku The Origin of Species karangan Darwin
tersebut:

“Ketika membaca The Origin of Species, saya mendapati bahwa Darwin


sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang tentangnya (Darwin); bab
“Difficulties of the Theory” misalnya, menunjukkan keraguan Darwin yang
cukup besar. (Yahya, 2001)

Dalam bukunya “difficulties of theory” Darwin menuliskan : “jika dapat


dibuktikan bahwa terdapat organ kompleks yang mungkin dapat terbentuk
melalui perubahan-perubahan kecil bertahap maka teori saya akan sepenuhnya
hancur berantakan. “ ini membuktikan bahwa ternyata darwin sendiri tidak
yakin terhadap apa yang dia katakan.

Pertentangan di dalam teori Darwin ini sangatlah luar biasa di dunia barat
hingga hampir akhir abad ke-20. Tak ayal, masih banyak ilmuwan yang mengkaji
akan keabsahan teori ini. Karena sesungguhnya, ilmu pengetahuan yang ada dan
dipelajari ini sepatutnya diiringi dengan meyakini akan keberadaan Tuhan. Hal ini
sejalan dengan ungkapan manusia terpintar yang pernah ada, Albert Einstein yang
menyatakan, “Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan
mendalam seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang”
(Yahya, 2001)

2.1.2 Dukungan Terhadap Teori Evolusi


Beberapa hal yang mendukung adanya proses evolusi adalah adanya
berbagai petunjuk evolusi yang berhasil ditemukan oleh para ahli. Petunjuk
adanya evolusi meliputi homologi organ dan data fosil.

1. Homologi Organ Tubuh


Petunjuk tentang adanya evolusi dapat dipelajari dari studi tentang struktur
organ bererbagai mahluk hidup yang memiliki kesamaan, seperti organ organ
yang dimiliki oleh vertebrata. Semua anggota gerak vertebrata memiliki sepasang
tangan, kaki, sayap dan sebagainya. Kemiripan anggota gerak tidak hanya
meliputi tulang, tetapi juga otot, saraf, persendian dan pembuluh darah. Semua
kemiripan meunjukkan bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang sama dan
biasanya dikenal dengan istilah homolog (Widodo,2003).

Anggota gerak cicak dan kadal berfungsi untuk merayap, sayap burung
dan sayap kelelawar untuk terbang, keseluruhan anggota tersebut homolog dengan
kaki depan kuda atau tangan manusia. Berbeda halnya dengan sayap kupu kupu
dengan sayap keleawar. Meskipun keduanya memiliki fungsi yang sama. Hal ini
disebabkan karena asal usul organ tersebut tidak sama. Kesamaan fungsi namun
berbeda asalnya disebut dengan analog (Widodo, 2003)

Adanya homologi organ pada mahluk hidup yang ada ini juga terlihat pada
perbandingan embrio vertebrata. Dalam hal ini studi tendang embriologi
perbandingan menunjukkan bahwa dalam perkembangannya embrio-embrio
vertebrata memiliki persamaan bentuk. Lebih dari itu, dalam fase awal
perkembangannya semua embrio vertebrata memiliki celah insang yang dapat
disesuaikan untuk hidup dilingkungan yang berair. Adanya persamaan ini
memberikan gambaran bahwa semua vertebrata memiliki asal usul nenek moyang
yang sama.

2. Data Fosil
Fosil merpakan mahluk hidup atau sebagian mahluk hidup yang tertimbun
oleh tanah, pasir, lumpur, dan akhirnya membatu. Fosil-fosil dapat ditemukan di
berbagai macam lapisan bumi, sehingga penentuan umurnya didasarkan atas umur
lapisan bumi yang mengandung fosil itu. Dengan membandingkan fosil-fosil yang
telah ditemukan di berbagai lapisan bumi dari yang paling tua sampai ke yang
lebih muda, menunjukkan ada perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur,
maka dapat disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi
(Widodo,2003).

Dari data fosil diperoleh juga tentang homologi antar fosil di suatu daerah
tertentu, selain itu ditemukan pula bahwa mahluk hidup yang ada pada kehidupan
yang lebih awal bersifat lebih primitif dari mahluk hidup yang lebih akhir. Dengan
mempelajari palaentologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang fosil-fosil dapat
diungkapkan banyaknya keterangan yang membenarkan adanya evolusi.
Data fosil untuk kelompok kuda dan primata cukup lengkap untuk dapat
mendeskripsikan evolusi yang terjadi pada dua kelompok hewan tersebut. Namun
selengkap-lengkapnya data fosil masih belum dapat menerangkan secara lengkap
apa yang terjadi pada masa silam. Dasar deskripsi evolusi kuda dan promata ini
digunakan metode pendekatan dengan membandingkan perubahan struktur dari
mahluk hiudp yang paling erat kaitannya dengan mahluk hidup sasaran.

a. Evolusi Kuda
Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap.
Hal ini disebabkanoleh karena kuda hidup berkelompok dan berjumlah cuku p
besar, sehingga meninggalkan sejulah besar fosil dari masa ke masa. Fosil kuda
primitf ditemukan dalam jumlah besar pada zaman Eosen 58 juta tahun yang lalu,
yiatu di Eropa dan Amerika Utara.

Fosil paling primitif dikenal dengan dsds\\\ppus. Ciri-ciri fosil Eohippus


berdasarkan rangkanya dideskripsikan sebagai berikut, kuda ini sebesar kucing
atau kancil dan tingginya sekitar 30 cm, dari fosil diketahui bahwa struktur gigi
Eohippusmerupakan hewan pemakan semak belukar, giginya berjumlah 22 pasang
dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling makanan. Kaki
dengan beberapa jari ikut membantu dalam mengais dan menggali akar-akar yang
lunak.

Pada masa selanjutnya, terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi.


Hutan menjadi berkurang dan timbul pada rumput yang luas. Gigi yang
sebelumnya cocok untuk merabut semak belukar tidak lagi diperlukan. Gigi
tersebut kemudian diganti dengan gigi yang lebih lebar dan bermahkota email
yang cukup tebal untuk menggigt dan mengunyah rumput. Gigi premolar berubah
menjadi gigi molar. Gigi geraham melebar untuk menggantikan fungsi
mengunyah menjadi menggiling. Perubahan gigi mengakibatkan rahang
bertambah lebar.

Perubahan alat gerak diperlihatkan pada bertambah panjangnya kaki,


jumlah kaki yang lebih sedikit, yang cocok untuk kehidupan padang rumput. Kaki
depannya terdiri dari empat jari dan satu jari terrudimen, sedangan kaki
belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari rudimen. Bentuk jari tengah
memanjang dan bersar dari pada jari nenek moyangnya. Ujung jari setiap kaki
ditutupi oleh kuku. Dengan berkurangnya jari, postur tubuh yang lebih besar dan
tengkorak yang memanjang menghasilkan sifat yang lebih streamline, maka
hewaniini dapat berlari-lari lebih mudah dan lebih cepat sehingga dapat
membantu mereka dalam melarikan diri dari predator dan selamat dari seleksi
alam. (Widodo,2003)

b. Evolusi Primata
Paradigma masyarakat ketika membicarakan evolusi manusia dan primata
selalu menganggap bahwa Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera,
padahal tidak. Darwin sendiri dalam bab terakhir bukunya “The Descent of Man”
tahun 1871 bahwa “Man is descended from some less highly organised form ...
Man still bears in his bodily frame the indelible of his lowly origin” (Widodo,
1993). Tetapi Darwin menekankan bahwa kita bukannya harus mencari nenek
moyang itu diantara kera dan monyet yang hidup di zaman ini. Hal ini disebabkan
karena hewan-hewan tersebut dulu berasal dari nenek moyang yang menurunkan
manusia, hanya saja perubahan evolusinya yang menjurus ke arah yang berlainan.

Ketika kita membicarakan tentang evolusi manusia dan primaa, tidaklah


berarti bahwa manusia berasal dari kera. Yang diplejari dalam ilmu evolusi ialah
proses perubahnnya. Mempelajari perubahan mahluk hidup akan ditinjau dari
banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi pada
masa lalu. Dengan membandingkan data fosil dengan mahluk hidup yang ada saat
ini merupakan analisis yang dilakukan para ahli tentang perubahan struktur dari
berbagai organ akan setdaknya memberikan petunjuk tentang adanya evolusi
sebagai berikut.

1. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang yang besar.


Perubahan ini diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua
kaki. Panggul menjadi kuat, gigi kuat, dan membentuk moncong menjadi
bertambah pendek, rongga hidung mengecil.
2. Mata yang semula menghadap ke samping, menjadi bengasur-
angsur menghadap ke depan, dan kemampuan melihat warna menjadi meningkat
dari hitam-putih untuk melihat gelap-terang menjadi mampu melihat hampir
semua spektrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup di malam hari
yang menjadi siang hari. Selain itu mata juga diperlukan untuk melihat makanan
di antara ranting-ranting pohon.
3. Ujung jari berakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini
terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut memiliki
kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang tipis. Cakar mula-
mula diperlukan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup di
tanah enjadi kehidupan arboreal, maka cakar menjadi mengganggu kemampuan
memegang. Dengan demikian terjadi pula perubahan cara memegang dengan
terbentuknya ibu jaridengan persendian yang lain daripada jari-jari yang lain. Hal
inipun erat kaitannya dengan timbulnya florahitan sebagai habitat baru di muka
bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu terkait kalau pindah dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Selain itu terjadi pula perubahan dari yang
mempunyai “empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan, ekorpun dapat
digunakan untuk memegang.
4. Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan menjadi lebih
penting daripada kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kera yang memiliki lengan
yang lebih panjang dan lebih kuat daripada kaki. Hal ini penting untuk dapat
berayun-ayun dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka
jumlah hutan menjadi sedikit. Selain itu ditemukan perimata berukuran besar yang
tidak dapat ditunjung lagi oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai turun ke
permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki
diperlukan untuk mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator dan
koordinasi otot menjadi lebih maksima
5. Volume otak mengalami perubahan yang pesat. Faktor ini sangat
nyata terlihat pada golongan kera-manusia. Australophitecus hanya mempunyai
otak dengan volume 600 cc., sedangkan manusia modern sekitar kita memiliki
sekitar dua kali lipat. Data fosil memurjukkan bahwa fosil manusia lainnya
memiliki kisaran di antara keduanya. Perubahan volume otak dapat dilihat pula
pada perubahan dahi, yang tidak ada pada kera dan hampir tegak pada manusia.
BAB III
RINGKASAN

Berdasarkan uraian yang yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa :

1. Teori evolusi biologi mendapat sanggahan dari banyak kalangan terkait


dengan teori seleksi alam, data fosil, mutasi dan keraguan Darwin.
Sedangkan teori evolusi sendiri dapat ditungkung dari adanya homologi
dan anatomi organ, dan data fosil yang dikelolah lebih lanjut
Daftar Rujukan

Darwin, Charles. 2007. The Origin of Spesies. (terj): Tim Pusat Penerjemah
Universitas Nasional. Jakarta: Yayasan Obor IndonesDarwin.
Widodo, H. 1993. Teori Evolusi Biologis. Malang : Intitut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Widodo, H. Umie, Lestari. Mohamad Amin. 2003 . Bahan Ajar Evolusi. Malang :
Universitas Negeri Malang
Yahya, H. 2001. Penipuan Evolusi. (R. Rais, Trans.). Kaherah: Persekutuan
Melayu Republik Arab Mesir

Anda mungkin juga menyukai