Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM LAPANG

EKOLOGI HEWAN

“ Analisis Komposisi dan Pola Persebaran serta Penentuan Indeks


Nilai Penting Hewan pada Kawasan Hutan Desa Ara, Kecamatan
Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba”

Disusun Oleh:
Nama : Nurasmila Nasrun
NIM : 1614042026
Kelas : Pendidikan Biologi B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Lapang Ekologi Hewandengan judul


“Analisis Komposisi dan Pola Persebaran serta Penentuan Indeks Nilai
Penting Hewan pada Kawaan Hutan Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari
Kabupaten Bulukumba”yang disusun oleh :
nama : Nurasmila Nasrun
NIM : 1614042026
kelas : Pendidikan Biologi B
kelompok : III (Tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen mata kuliah ekologi hewan dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2019


Dosen Penanggung Jawab Asisten

Dr. Ir. Muh. Wiharto Caronge,S.Si, M.Si Rini Wulandari


NIP : 1966 09 30 1992 03 1 004 1514141001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisme di alam ini pada dasarnya tidak dapat hidup secara terpisah
sendiri. Sama halnya dengan manusia, hewanpun membutuhkan dan membentuk
interaksi antara populasi lain ataupun dengan lingkungannya. Antara makhluk
hidupdan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu system
yang kompleks. Hal inilah yang biasa dikenal dengan istilah ekologi. Ekologi
telah berkembang maju selama sejarah perkembangan manusia. Berbagai tulisan
ilmuan sejak Hipocrates, Aristoteles, hingga filosof lainnya merupakan naskah-
naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah ekologi, walaupun
pada waktu itu belum diberikan nama ekologi.
Hewan menempati lokasibersama dengan makhluk hidup lainnya dan
makhluk tak hidup yangbersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan.
Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidupdengan lingkungnya
disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang mempelajariekosistem disebut
ekologi.Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian
ekologididefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk
hidup(organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana disebutkan
didepan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaringantarindividu
yang menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secaramandiri dan terdapat pola-
pola dan proses-proses yang berjenjang secara kompleks (Sumarto dan Roni,
2016).
Hadirnya berbagai jenis hewan dalam suatu kawasan tertentu, akan
memberikan dampak positif terhadap keseimbangan ekosistem. Hal ini
disebabkan oleh sumber daya yang ada pada kawasan tersebut akan terbagi secara
rata, namun jika hanya satu jenis hewan saja dapat dipastikan dalam kawasan ata
ekosistem tersebut akan terjadi yang namanya kompetisi. Apabila kompetisi
terjadi, tidak hanya hewannya yang akan mengalami penurunan jumlah populasi
tetapi kualitas lingkungan ataupun sumber daya juga akan menurun, apabila hal
tesebut sudah terjadi maka keseimbangan ekosistem dapat terganggu.
Habitat suatu makhluk hidup dipengaruhi oleh berbagai hal, dapat
disebabkan karena factor abiotik ataupun factor biotic. Maka dari itu,untuk
mengetahui faktor tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan
suatuspesies ataupun populasi, perlu diadakan banyak observasi dan pengujian,
khususnya praktikum lapangan. Salah satunya adalah praktikum lapang yang
dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yaitu
Desa Ara. Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengumpulan data (abiotik dan
biotic) dan perhitungan jumlah spesies yang hidup atau berada di kawasan hutan
dan pantai di desa tersebut. Pengamatan lapangan dilakukan untuk menyusun
pengumpulan data yang baik untuk kemudian dijadikan dasar untuk mengetahui
komposisi dan pola persebaran hewan dari suatu komunitas pada daerah tertentu.
Oleh karena hal tersebut diatas, dilakukanlah praktikum Lapangan Ekologi Hewan
di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui keberagaman spesies
hewan di suatu area tertentu melalui analisis komunitas (komposisi dan pola
persebaran) serta indeks nilai penting di Kawasan Hutan Desa Ara, Kecamatan
Bontobahari, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat menerapkan
metode sampling dan pembuatan plot dalam menentukan keberagaman spesies
hewan di suatu area tertentu melalui analisis komunitas (komposisi dan pola
persebaran) serta indeks nilai pentingdi Kawasan Hutan Desa Ara, Kecamatan
Bontobahari, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata ”ekologi” mula-mula diusulkan oleh biologiwan bangsa Jerman,
Ernest Haeckel dalam tahun 1869. Sebelumnya banyak biologiwan terkenal di
abad ke-18 dan ke-19 telah memberikan sumbangan pikiran dalam bidang ini,
sekalipun belum menggunakan kata ”ekologi”. Antony van Leeuwenhoek lebih
dikenal sebagai pelopor ahli mikroskop pada tahun 1700-an, memelopori pula
pengkajian rantai makanan dan pengaturan populasi. Tulisan botaniwan Inggris
Richard Bradley menyatakan ia memahami betul hal produktivitas biologis.
Ketiga bidang tersebut penting dalam ekologi mutakhir (Utina dan Dewi, 2009).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan
logosyang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian
ekologididefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk
hidup(organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana disebutkan
didepan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaringantarindividu
yang menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secaramandiri dan terdapat pola-
pola dan proses-proses yang berjenjang secarakompleks. Ekosistem tersusun atas
dua macam komponen, yaitu komponenmakhluk hidup (biotik) dan komponen
makhluk tak hidup (abiotik).Komponen abiotik terdiri dari komponen benda mati
seperti batu, udara,sinar matahari, dan air; serta komponen kimia-fisik seperti
gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas (Sumarto dan Roni, 2016).
Ekologi yang pada awalnya mengetengahkan fenomena alam, kemudian
berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern yang bertumpu pada hipotesis dan
eksperimen dari perolehan informasi tentang sejarah alam baik di laboratorium
maupun di lapangan.Pengetahuan ekologi sifatnya beragam karena
perkembangannya berawal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sangat
berbeda-beda, seperti ilmu fisika, ilmu kimia atau ilmu perilaku hewan dalam
lingkungan alami atau dalam lingkungan buatan. Setelah itu perkembangannya
dilanjutkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bertumpu pada teori dan
data yang dapat mengungkapkan tentang kenyataan fenomena alam secara ilmiah.
Ekologi Hewan sebagai salah satu ilmu pengetahuan interdisiplin yang modern
merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menjembataniilmu
pengetahuan alam seperti biologi, fisika, kimia dengan ilmu-ilmu sosial. Sehingga
ekologi secara umum atau ekologi Hewan secara khusus, penerapannya dapat
bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, untuk kehidupan manusia atau untuk
pelestarian ekosistem sebagai penunjang kehidupan di bentang alam bumi yang
ditinggali sekarang (Rasidi dan Ischak, 2014).
Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman hayati memiliki
arti yang penting untuk menjaga kestabilan ekosistem. Tumbuhan merupakan
produsen yang menjadi sumber energi dalam suatu daur kehidupan dan sebagai
indikator kondisi suatu lingkungan. Ekosistem merupakan tempat semua makhluk
hidup bergantung. Terkait dengan peranan tersebut maka pengelolaan kawasan
hutan perlu ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan lingkungan agar fungsi
tanah, air, udara, iklim, dan lingkungan hidup terjamin (Zain, 1998).
Menurut Rasidi dan Ischak (2014) dalam ekologi dipelajari berbagai
interaksi yang menentukan distribusi dan kelimpahan makhluk hidup. Interaksi
tersebut sangat menentukan jumlah dan distribusi atau keberadaan makhluk hidup
di dalam sistem ekologinya. Ekologi Hewan mempelajari keterkaitan antara
hewan dengan makhluk hidup lainnya dan lingkungan fisik di sekitarnya.Dalam
arti yang sebenarnya, interaksi utama yang berlangsung antara makhluk hidup
(animate) dan benda tak hidup (inanimate) di dalam suatu ekosistem (misalnya
ekosistem terestris) adalah hubungan saling berhadapan (interaksi) secara
langsung atau tidak langsung antara komponen biotik dan abiotik, misalnya antara
sistem akar tumbuhan dengan air dan nutrien di dalam tanah atau antara sistem
pencernaan cacing dengan serasah di tanah.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan,
baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. Berdasarkan
hal tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga
tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman
ekosistem. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Ukuran keanekaragaman dan penyebabnya mencakup sebagian besar
pemikiran tentang ekologi. Keanekaragaman dapat menghasilkan kestabilan dan
dengan demikian berhubungan dengan sentral ekologi (Lakitan, 1994).
Menurut Fried (2005)walaupun ekosistem bervariasi mulai dari kolam
pasang-surut dan terumbu penghalang sampai bentangan padang rumput yang
kering, semua ekosistem memiliki ciri-ciri yang telah ditemukan seiring semakin
bergeraknya ekologi, yang tadinya merupakan cabang biologi yang nyaris
sepenuhnya deskriptif. Ciri-ciri tersebut antara lain;
a. Aliran energi
b. Pendauran nutrien
c. Pengaturan ukuran populasi
Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang
menekan keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat
apapun. Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara
serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain
namun mengandung komposisi kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan
tropik dan metabolik yang tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam
penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong
atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah memodifikasi komunitas
dan bukannnya menanganinya secara langsung (Michael, 1990).
Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup
pada regio yang sama pada saat tertentu. Populasi, sebagaimana organisme
tunggal, memiliki ciri atau atribut yang unik seperti lajupertumbuhan, struktur
umur, rasio jenis kelamin, dan laju mortalitas.Populasi selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu karena factor kelahiran, kematian, dan migrasi
atau dispersal individu di antara populasiyang terpisah. Jika sumber daya yang
diperlukan organisme cukup melimpah dan kondisi lingkungan sesuai, populasi
dapat meningkat secaracepat (Sumarto dan Roni, 2016).
Kemampuan populasi untuk meningkat secara maksimum padakondisi
optimal disebut potensial biotik. Potensial biotik ditunjukkandengan huruf r jika
digunakan dalam persamaan matematis.Pada kebanyakan contoh, sumber daya
tidaklah tak terbatas dankondisi lingkungan tidaklah optimal. Iklim, makanan,
habitat, ketersediaanair, dan faktor lainnya yang mendukung pertumbuhan
populasi selaluterbatas karena resistensi lingkungan. Lingkungan hanya dapat
mendukungsejumlah individu pada suatu populasi secara terbatas. Jumlah
individuyang dapat hidup pada suatu habitat atau lingkungan dikenal dengan
istilahdaya dukung (carrying capacity). Daya dukung ditunjukkan dengan huruf
Kjika digunakan dalam persamaan matematis.Populasi kadang-kadang
dikelompokkan berdasarkan karakteristikpertumbuhannya. Spesies yang
meningkat jumlahnya sampai mencapaidaya dukung sesuai dengan lingkungannya
dan kemudian berhenti disebutspesies terseleksi-K (K-selected). Spesies yang
tumbuh secara cepat, seringsecara eksponensial sesuai dengan kondisi
lingkungannya disebut sebagaispesies terseleksi-r (r-selected) (Rasidi dan
Ischak, 2014).
Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme
tergantung kepada komples keadaan. Kadaan yang manapun yang.mendekati atau
melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor
pembatas. Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya
apakah suatu organisme akan mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi
wilayah tertentu. Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar
untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup, maka faktor
tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabia organisme diketahui
hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam,
maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas(Odum, 1998).
Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya adalah
temperatur, cahaya, air, gas atmosfir, mineral, arus dan tekanan, tanah, dan api.
Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan terhadap faktor
pembatas. Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak
sebagai ikut menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu
wilayah. Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang
mendiami suatu wilayah tertentu.pula. Organisme ini disebut sebagai indikator
biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut (Odum, 1998).
Pertambahan ukuran populasi memiliki pola tertentu yang dikenal
sebagai bentuk pertumbuhan populasi (population growth form). Secara teoritik
pertumbuhan populasi terjadi secara eksponensial. Di alam lingkungan selalu
terbatas (faktor biotik dan abiotik membatasi pertumbuhan). Adanya faktor
pembatas menyebabkan pertumbuhan di alam memiliki pola-pola tertentu.
Pertumbuhan eksponensial di alam dapat terjadi untuk sementara waktu,
kemudian beberapa faktor biotik dan abiotik seperti sumber makanan, pasangan,
persaingan, iklim dan faktor-faktor lain membatasinya. Sebagai contoh terjadinya
ledakan populasi tikus (tumbuh eksponensial) maka pada titik tertentu populasi
akan kembali menurun karena ketersediaan sumber makanan, kompetisi, predator
maupun kondisi iklim (Zoer’aini, 2003).
Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu
berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah
tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam
komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak
dalam sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah
total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies.
Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda
(Wolf, 1992).
Biodiversitas suatu kawasan merupakanfungsi dari diversitas lokal atau
habitat tertentu danstruktur yang ada di dalamnya pada daerah terestial.
Biodiversitas tanah merupakansalah satu bentuk diversitas alfa yang sangat
berperandalam mempertahankan dan meningkatkanfungsi tanah untuk menopang
kehidupan didalamnya. Pemahaman tentangbiodiversitas tanah masih sangat
terbatas, baik darisegi taksonomi maupun fungsi ekologinya makadiperlukan
upaya untuk mengkaji dan sekaligus melestarikannya. fauna tanah adalah hewan-
hewanyang hidup di atas maupun di bawah permukaan tanah. Berdasarkan
ukurantubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadiempat kelompok, yaitu
mikrofauna, mesofauna,makrofauna megafauna. Brussaard(1998) membedakan
tiga kelompok fungsionalorganisme tanah, yaitu: biota akar (mikorizha,rhizobium,
nematoda, dan lain-lain); decomposer (mikroflora, mikrofauna, dan mesofauna);
dan“ecosystem engineer” (mesofauna dan makrofauna) (Nurrohman dkk, 2018).
Berbagai jenis organisme tanah yang umumnya anggota Invertebrata
dilaporkan berperan penting dalam ekosistem terestrial, terutama di daerah
tropika. Makroinvertebrata tanah yaitu kelompok invertebrata yang sebagian atau
seluruh siklus hidupnya berada di dalam tanah, merupakan salah satu penyusun
biodiversitas tanah serta berperan penting dalam perbaikan sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Diversitas makroinvertebrata tanah dan fungsi ekosistem
menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui.
Tetapi telah banyak dilaporkan bahwa penurunan diversitas dan perubahan peran
makroinvertebrata tanah terjadi akibat perubahan sistem penggunaan lahan. Tanah
yang terdegradasi umumnya menunjukkan penurunan kompleksitas dan biomassa
fauna tanah.Tingginya peranan makroinvertebrata tanah serta spesifikasi
fungsinya, maka beberapa ahli telah mempromosikan makroinvertebrata tanah
sebagai bioindikator kesehatan tanah (Syamsuri, 1997).
Keberadaan dan aktivitas makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi,
infiltrasi air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah sehingga
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan keanekaragaman makrofauna tanah.
Makrofauna seperti cacing dan sejenisnya berperan dalam siklus energi dalam
ekosistem. Makrofauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kadar bahan
organik tanah, umumnya kelimpahan makrofauna disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya tanaman penutup. Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi
oleh kondisi tanah, salah satunya adalah adanya bahan organik dalam tanah.
Keberadaan fauna dapat dijadikan parameter dari kualitas tanah, fauna tanah yang
digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang
relatif melimpah (Nurrohman dkk, 2018).
Menurut Campbell et al (2008)komunitas secara dramatis berbeda-beda
dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga
berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa
komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya
mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya
banyak ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap kajian yang
semakin menyeluruh sifatnya, yaitu :
1. Ekologiorganisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara
berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme
individual dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan
abiotiknya.
2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup
dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat
pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi.
3. Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies
yang ada dalam suatu daerah tertentu.Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat
berbagai macam spesies serangga yang hidup atau yang menempati, untuk
mengetahui keanekaragaman serangga yang hidup di area tertentu maka dapat
mengunakan perhitungan menggunakan rumus Shanon Wiener (H’) dan Indeks
Dominansi (D).
Indeks Dominansi:
D = ∑ (ni/N)2 keterangan : D : Indeks Domonansi Simpson
ni : Jumlah Individu tiap spesies
N : Jumlah Individu seluruh spesies
Indeks Shanon Wienet (H’)
H’ = -∑ pi log pi keterangan : H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener
pi = ni/N = Kelimpahan relative spesies
MenurutSumartodanRoni(2016)Indeksnilaipentingdalamanalisisnya,domi
nansidinyatakandalamdominansinisbi(RelativeDominance)yangsebenarnyaadalahl
uasbidangdasarrelativeyaitupresentasebidangdasarsuatujenisjumlahbidangdasarsel
uruhjenis.Rumusyangdigunakanuntukmenghitungdominansiadalahsebagaiberikut:

Dominansi(m2/ha)=
Dominansirelatif/DR(%)
Metodegaris-
garismerupakanpetakcontoh(plot).Tanamanyangberadatepatpadagarisdicatatjenisn
yadanberapakaliterdapat/dijumpai.Padametodegarisini,sistemanalisismelaluivariab
el-
variabelkerapatan,kerimbunan,danfrekuensiyangselanjutnyamenentukanINP(Inde
ksNilaiPenting)yangakandigunakanuntukmemberinamasebuahvegetasi.Kerapatan
dinyatakansebagaijumlahindividusejenisyangterlewatiolehgaris.Frekuensidiperole
hberdasarkankekerapansuatuspesiesyangditemukanpadasetiapgarisyangdisebar(Mi
chael,1990).
Indeksnilaipenting(importancevalueindex)adalahparameterkuantitatifyan
gdapatdipakaiuntukmenyatakantingkatdominansi(tingkatpenguasaan)spesies-
spesiesdalamsuatukomunitastumbuhan.INPsebagaipenjumlahandarikerapatanrelat
if,frekuensirelatif,dandominansirelatif.Dengandemikianindeksnilaipenting(INP)da
nindeksnilaipentinguntukspesieske-i(INP-
i)dapatdituliskandenganrumussebagaiberikut:

IndeksNilaiPenting(INP)digunakanuntukmenggambarkantingkatpenguasaan
yangdiberikanolehsuatuspesiesterhadapkomunitas,semakinbesarnilaiINPsuatuspes
iessemakinbesartingkatpenguasaanterhadapkomunitasdansebaliknya(Suswantodan
Ischak,2014).
Densitas populasi yang menunjukkan rata-rata jumlah individu
suatupopulasi per unit area (luas atau volume), tidak menggambarkan
sebaran(distribusi) individu di dalamnya, apakah merata, tidak merata,
atauberkelompok. Pola sebaran individu dapat menggambarkan
karakteristikspesies atau karakteristik lingkungan. Beberapa spesies hewan hidup
dalamkelompok sosial, misalnya sebagian besar primata, gajah, dan
singa,sehingga pola sebarannya ditentukan oleh karakteristik spesiesnya.
Polasebaran individu juga dipengaruhi oleh sebaran makanannya. Makanansedikit
dan tersebar tidak merata menyebabkan sebaran individu suatupopulasi hewan
juga tidak merata (Odum, 1998).
Sumber daya alam khususnya sumber daya hutan merupakan salah satu
sumber daya yang sangat penting dan potensial bagi kehidupan manusia sehingga
perlu dijaga keberadaannya sebagai fungsi penyangga sistem kehidupan. Selain
itu hutan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap keadaan tanah, sumber
air, pemukiman manusia, rekreasi, pelindung marga satwa dan pendidikan. hutan
merupakan tempat tinggal bagi spesies tumbuhan dan hewan, menyediakan lahan
untuk pemukiman dan pertanian (Cahyanto dkk, 2014).
Menurut Sumarto dan Roni (2016) metode penelitian ekologi hewan yang
digunakan tergantung kepadajenis hewan yang akan diteliti serta tujuan dari
peneliian. Beberapateknik pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perangkap Sumuran (Fitfall trap)
Metode ini sangat umum digunakan untuk penelitian fauna tanah,namun
dapat juga untuk mempelajari ekologi fauna denganmembandingkan antar habitat
satu dengan yang lainnya. Metode ini hanya dapat menangkap fauna yang aktif di
permukaan tanah. Perangkap yangdigunakan dapat berupa tipe botol dari yang
ukuran diameter kecil sampai yang besar tergantung binatang yang dituju. Botol
berdiameter kecil digunakan untuk mengumpulkan fauna yang berukuran kecil
seperti Collembola dan Coleoptera. Namun yang lazim digunakan adalah gelas
plastik volume 220 ml: diameter = 5,3 cm dan tinggi = 9,8 cm yang ditanam di
tanah. Gelas plastik diisi dengan campuran cairan dengan komposisi 69% air:
30% ethylacetate; dan 1% deterjen. Campuran dituangkan sampai setengah dari
tinggi wadah, permukaan wadah dibuat rata dengan tanah.Untuk menghindari
masuknya air hujan, gelas plastik diberi naungan. Faunatanah yang lewat pada
perangkap diharapkan terjebak ke dalam gelas yangberisi air deterjen dan asetil
asetat akan mati disana. Perangkapdipertahankan tetap terpasang selama 3 x 24
jam atau tergantung tujuandan target penelitian.
2. Jaring ayun (Sweep netting)
Jaring ayun digunakan untuk mengoleksi fauna yang terdapatdiatas tajuk
vegetasi (herba, semak, perdu dan pohon). Jaring berbentuk kerucut dengan
kedalam 60 cm, diameter 300-380 cm, dan panjang tongkat jarring disesuaikan
dengan tinggi tanaman. Fauna diambil dengan cara mengayunkan jaring di sekitar
dedaunan. Jumlah dan lama ayunan disesuaikan dengan tujuan lokasi dan tujuan
penelitian.
3. Koleksi tangan di permukaan tanah (Ground hand collecting)
Koleksi tangan di permukaan tanah melibatkan pengumpulan sampel
hewan dari permukaan tanah hingga setingg lutut. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan fauna yang ditemukan terlihat di tanah, sampah, kayu busuk, batu
dan lain-lain. Metode ini dilakukan selama 30 menit untuk mencari fauna di
permukaan tanah.
4. Koleksi tangan di udara (Aerial hand collecting)
Koleksi tangan di udara melibatkan pengumpulan sampel fauna dari
tingkat lutut hingga jangkauan tangan. Metode ini digunakan untuk koleksi laba
laba pembuat jaring dan hidup bebas di dedaunan dan batang hidup atau kayu
mati, semak, herba tinggi, batang pohon dan lain-lain.
5. Menggedor vegetasi (Vegetation beating)
Metode ini digunakan untuk mengoleksi fauna yang hidup di semak, dan
pohon. Fauna yang dikoleksi dengan menggedor/mengoyang vegetasi
menggunakan tongkat. Diharapkan fauna yang terdapat pada vegetasi akan jatuh
ke bawah dan tertampung pada alat penampung yang telah disiapkan. Alat
penampung dapat berupa kain putih
6. Koleksi pada serasah (Litter sampling)
Metode ini digunakan untuk mengoleksi fauna yang hidup pada serasah
seperti laba-laba dan serangga tanah. Koleksi pada serasah dilakukan dengan
mensortirfauna dari nanpam koleksi serasah yang ditempatkan di lantai hutan.
Metode ini menggunakan bingkai kayu berukuran 1m x 1 m untuk koleksi serasah
hutan, kemudian menyortir spesimen fauna dengan menempatkan serasah pada
kain putih.
7. Nampan kuning (Yellow pan)
Metode ini digunakan untuk mengoleksi fauna yang aktif di permukaan
tanah dan tertarik dengan warna kuning. Perangkap ini umumnya menggunakan
nampan warna kuning yng berukuran 15X24 cm. Nampan diisi dengan air
setinggi 4 cm dari dasar nampan dan deterjen secukupnya untuk mengurangi
tegagan permukaan. Nampan kuning ditempatkan di areal terbuka agar mudah
terlihat oleh fauna. Fauna yang tertarik dengan warna kuning akan datang serta
mati dalam larutan deterjen dan air yang terdapat dalam nampan.
8. Perangkat penyedot (Suction trapping)
Metode ini untuk mengoleksi laba-laba dan serangga yang menyebar
melalui udara sekitar vegetasi. Alat pengisap diperpanjang dengan selang dan
hasil sedotan ditampung pada wadah diisi larutan pengawet.
9. Perangkat lampu (headlamp)
Metode ini untuk mengoleksi hewan-hewan yang aktif dimalam hari
seperti serangga.Perangkap ini digunakan untuk menangkap serangga yang respon
terhadap cahaya pada malam hari (nocturnal). Perangkap ini menggunakan lampu
sebagai sumber cahaya.
Setiap penelitian ekologi pertama-tama harus menjawab hal-halsebagai
berikut:
1) Tujuan utama penelitian,
2) Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui kegiatan penelitian, dan
3) Hipotesis utama yang akan diuji.
Dalam kaitannya dengan uji suatu hipotesis, peneliti harus menyusun
disain eksperimen (disain survei) yang cocok dan metode sampling yang akan
dilakukan. Membuat inferensi (misalnya memutuskan apakah menerima atau
menolak hipotesis) memerlukan eksperimen yang didisain dengan uji statistik.
Harus difahami bahwa terdapat banyak disain eksperimen dan disain sampling,
sehingga peneliti harus memilihnya sesuai dengan tujuan penelitian. Jika disain
eksperimennya sudah ditentukan, kemudian penelitian dapat dilaksanakan.
Pertama yang dilakukan ialah pengumpulan data yang sesuai. Untuk hal ini,
peneliti menentukan jenis data apa yang akan dikumpulkan dan kemudian
menentukan teknik samplingnya (Rasidi dan Ischak, 2014).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan
dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan. Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya
sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk
menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m.
Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya
pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu / 20 April 2019
Waktu : Pukul 09.00 - 15.00 WITA
Tempat :Kawasan Hutan Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten
Bulukumba Sulawesi Selatan.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Parang
b. Clinometer
c. Meteran
d. Kamera
e. Patok
f. Sekop kecil
g. Mistar besi
h. Spidol
i. Sekop kecil
j. Kompas
k. GPS
2. Bahan
a. Kain
b. Buku tulis dan pulpen
c. Plastik obat
d. Tali rafia
e. Kantongan plastik
C. Prosedur kerja
1. Membuat transek sepanjang 100 meter
2. Membagi transek menjadi 10 bagian
3. Dalam tegakan dibuat plot berukuran 5x5 meter
4. Dalam plot 5x5 meter, diidentifikasi hewan yang ada di serasah, dalam tanah
dan atas pohon.
5. Membuat titik pada plot 5x5 meter

1 2

3 4

6. Sebelum melakukan pengamatan pada plot yang dibuat, terlebih dahulu di


ketahui faktor abiotik dari area pengamatan meliputi, kelembaban, ph,
kemiringan lereng, ketinggian tempat
7. Mengguncang pohon pada plot 5x5 meter untuk mendapatkan sampel dari
pohon tersebut, baik berupa hewan yang tinggal di pohon
8. Menggali tanah pada tiap-tiap sudut plot 5x5 meter sedalam 5 cm, lalu
mengambil tanah yang ada dan memasukkannya ke dalam kantongan plastik
9. Menggambil serasah tiap-tiap sudut pada plot 5x5 meter dan mengidentifikasi
hewan yang ada serta mengukur ketebalan serasah.
10. Merangkai alat untuk menghitung banyaknya hewan tanah yang didapatkan
11. Mencatat banyaknya sampel hewan tanah yang didapatkan setiap plot.
12. Menghitung analisis plot dalam setiap transek.
D. Analisis data
Dalam Praktikum ini di lakukan analisis data sebagai berikut :
a. Analisis deskriptif, dimana data yang diperoleh akan di analisis secara
deskriptif dengan melihat faktor abiotik yang mempengaruhi
keanekaragaman dan kemelimpahan hewan tanah (kelas insecta). Di
antaranya
- Titik Koordinat
- Jenis Tanah
- Suhu
- pH tanah
- Kelembaban
- Kemiringan lereng
- Panjang lereng
- Identifikasi spesies
b. Analisis inferensial, dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan
kelimpahan hewan melalui Indeks Morista sebagai berikut:

∑𝑋𝑖2 − ∑𝑋𝑖
𝑖𝑑 = 𝑛 [ ]
(∑𝑋𝑖)2 − ∑𝑋𝑖
 Menghitung Uniform index dan Clumped index :
Uniform Index
𝑋 2 975 - n + ∑𝑋𝑖
𝑀𝑈 =
(∑𝑋𝑖) − 1

Clumped index
𝑋 2 0.25 - n + ∑𝑋𝑖
𝑀𝑐 =
(∑𝑋𝑖) − 1

 Mengkalkulasikan standard indeks Morista dengan empat formula


yaitu :
Jika Id ≥ 𝑀𝑐 >1,0
𝐼𝑑- 𝑀𝑐
𝐼𝑝 = 0,5 + 0,5 ( )
𝑛 − 𝑀𝑐

Jika 𝑀𝑐 > Id ≥ 1,0


𝐼𝑑- 1
𝐼𝑝 = 0,5 ( )
𝑀𝑐− 1

Jika 1,0 > Id >𝑀𝑈


𝐼𝑑- 1
𝐼𝑝 = −0,5 ( )
𝑀𝑈− 1

Jika 1,0 >𝑀𝑈 >Id


𝐼𝑑- 𝑀𝑈
𝐼𝑝 = −0,5 + 0,5 ( )
BAB IV 𝑀𝑈
H
ASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
B. Pembahasan
Ekologi Hewan sebagai salah satu ilmu pengetahuan interdisiplin yang
modern merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menjembatani ilmu
pengetahuan alam seperti biologi, fisika, kimia dengan ilmu-ilmu sosial. Sehingga
ekologi secara umum atau ekologi hewan secara khusus, penerapannya dapat
bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, untuk kehidupan manusia atau untuk
pelestarian ekosistem sebagai penunjang kehidupan di bentang alam bumi yang
ditinggali sekarang (Rasidi dan Ischak, 2014).
Menurut Nurrohman dkk (2018) ekosistem sendiri merupakan suatu
jejaring komunitas atau hubungan jejaringantarindividu yang menyusun satu
kesatuan yang terorganisasi secaramandiri dan terdapat pola-pola dan proses-
proses yang berjenjang secara kompleks. Hadirnya berbagai jenis hewan dalam
suatu kawasan tertentu, akan memberikan dampak positif terhadap keseimbangan
ekosistem. Hal ini disebabkan oleh sumber daya yang ada pada kawasan tersebut
akan terbagi secara rata, namun jika hanya satu jenis hewan saja dapat dipastikan
dalam kawasan atau ekosistem tersebut akan terjadi yang namanya kompetisi.
Apabila kompetisi terjadi, tidak hanya hewannya yang akan mengalami
penurunan jumlah populasi tetapi kualitas lingkungan ataupun sumber daya juga
akan menurun, apabila hal tesebut sudah terjadi maka keseimbangan ekosistem
dapat terganggu.
Ekosistem, spesies, populasi dan komunitas merupakan dasar yang perlu
diketahui dalam ekologi hewan. Banyak hal yang dapat diperoleh dengan
mengetahui pokok cakupan dari ekologi hewan di atas. Salah satunya yaitu
mengenai analisis komunitas dan pola persebaran suatu organisme khususnya
hewan yang hidup pada suatu kawasan tertentu. Hal tersebut dapat diketahui
dengan observasi, studi literature ataupun praktikum lapang. Adapun metode yang
kami gunakan untuk mengetahui tentang analisis komunitas dan pola persebaran
seperti yang disebutkan di atas adalah metode praktikum lapang.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto, T., Destiana, C. dan Tony, S. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan
Alam Gunung ManglayangKabupaten Bandung. Jurnal Ekologi. Vol 8 (2)
Campbell, Neil.A., Mitchell dan Ritche. 2008. Biologi Jilid 3.Jakarta: Erlangga.

Fried, George dan Hademenos, George. 2005. Schaum’s Outlines Biologi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.

Kershaw,K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London : Edward


Arnold Publishers.

Lakitan, B. 1994. Ekologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Michael, P.E. 1990. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nurrohman, E., Abdulkadir, R. dan Sri, W. 2018. Studi Hubungan
Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan Kandungan C-Organik dan
Organophosfat Tanah di Perkebunan Cokelat (Theobroma cacao L.)
Kalibaru Banyuwangi. Bioeksperimen. Vol 4 (1).
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Sumarto, S. dan Roni, K. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo.

Rasidi, S. dan Ischak. 2014. Ekologi Hewan. Tangerang Selatan: Univesitas


Terbuka

Syamsuri, I.W.R. 1997. Lingkungan Hidup Kita. Malang: PKPKLH IKIP Malang.
Utina, R. dan Dewi, W.K. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo:
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Zain. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan
Rakyat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Zoer´aini, D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai