Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM BIOLOGI SEKOLAH

FAKTOR LUAR PERTUMBUHAN

Dosen Pengampuh :
Drs. H. Abd. Muis, M.Si

NURASMILA NASRUN
1614042026
PENDIDIKAN BIOLOGI B
KELOMPOK I

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
NOVEMBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Mata Kuliah Praktikum Biologi Sekolah Dengan Judul

Praktikum “Pengaruh Faktor Luar Pertumbuhan” yang disusun oleh :

nama : Nurasmila Nasrun

NIM : 1614040012

kelas : Pendidikan Biologi B

kelompok : I (Satu)

Makassar, November 2019


Dosen Penanggungjawab Praktikan.

Drs. H. Abd, Muis, M.Si Nurasmila Nasrun


NIP. 19640913 199011 1001 NIM. 1614042026
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh suatu organisme yang

disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat

irreversible (tidak dapat kembali pada keadaan semula) disebut pertumbuhan.

Pertumbuhan yang terjadi tentu saja tidak serta merta, melainkan ada

faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Kedua faktor ini memiliki peran masing-masing dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor internal meliputi gen

dan hormon sedangkan faktor eksternal yaitu nutrisi, cahaya, air, suhu dan

kondisi tanah.

Faktor internal yaitu gen merupakan substansi pembawa sifat yang

diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya, selain itu gen juga menentukan

kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang memiliki gen tumbuh yang

baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan periodenya dan

hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi

di dalam tubuh.

Faktor eksternal yaitu nutrisi yang merupakan bahan baku dan sumber

energi dalam proses metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Air

sebagai faktor luar pertumbuhan tanaman karena merupakan tempat

berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Suhu memiliki pengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan

karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti

penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman

dipengaruhi oleh suhu. Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan

optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi

dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain,

misalnya suhu, kandungan mineral, air, dan derajat keasaman atau pH.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukannya praktikum

faktor luar pertumbuhan untuk membuktikan dan melihat bagaimana faktor

luar dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh faktor eksternal atau faktor

lingkungan terhadap pertumbuhan kacang hijau.


C. Manfaat Praktikum
Manfaat dilaksanakannya praktikum yaitu agar praktikan dapat

mengetahui bagaimana pengaruh faktor eksternal atau faktor lingkungan terhadap

pertumbuhan kacang hijau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan primer adalah pola pertumbuhan tumbuhan bergantung

pada letak meristem. Meristem apikal, berada pada ujung akar dan pada pucuk

tunas, menghasilkan se-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang.

Pemanjangan ini, yang disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar

membuat jalinan didalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparannya

terhadap cahaya matahari dan karbondioksida (Campbell dkk, 2003).


Pertumbuhan sekunder terjadi karena adanya aktivitas penebalan

secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh

pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk dari meristem lateral.

Pertumbuhan ini akan menyebabkan membesarnya ukuran dan diameter

tumbuhan. Pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar atau

luas, tetapi dapat pula diukur berdasarkan pertambahan volume, masa atau berat

(segar atau kering) (Campbell dkk, 2003).

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena Organisme multisel

tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam

bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tingkat kerumitan. Tahapan dalam

pertumbuhan dan perkembangan sel yaitu berbagai ragam bentuk yang

mengagumkan dihasilkan dari proses pertumbuhan dan perkembangan (terdapat

hampir 285.000 spesies tumbuhan berbunga), namun itu semua merupakan hasil

dari tiga peristiwa yang sederhana pada tingkat sel. Yang pertama adalah

Pembelahan Sel: satu sel dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah , yang

tidak selalu serupa satu sama lain. Yang kedua adalah Pembesaran Sel: salah satu

atau kedua sel anak tersebut membesar volumenya. Peristiwa yang ketiga adalah

Diferensiasi Sel: sel yang berangkai sudah mencapai volume akhirnya, menjadi

terspesialisasi dengan cara tertentu. Berbagai macam cara sel membelah,

membesar, dan terspesialisasi telah menghasilkan berbagai jenis jaringan dan

organ tumbuhan, dan banyak jenis tumbuhan (Salisbury dan Ross, 2005).

Analogi aliran pada pertumbuhan tumbuhan yaitu tumbuhan

bertumbuh karena adanya meristem yang menghasilkan sel baru, yang kemudian
membesar dan berdiferensiasi, maka tumbuhan meninggalkan catatan riwayat

pertumbuhannya dan memberikan kemungkinan untuk menduga potensi

pertumbuhannya di kemudian hari. Fase perkembangan sel, melalui pembelahan,

perbesaran dan diferensiasi sel terjadi setiap saat pada batang atau akar yang

sedang tumbuh. Sel yang membelah ditemui pada meristem apikal. Sel yang

memanjang terdapat agak lebih jauh dari ujung, dan sel yang terdiferensiasi

terletak lebih jauh lagi dari ujung (Salisbury dan Ross, 2005).

Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada

selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada

dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami

perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan

bahkan kematian tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki

faktor pembatas dan daya toleransi terhadap

lingkungan (Song, Nio, Banyo, dan Yunia 2011).

Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang

memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap

faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada

kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk

memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan

merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang

tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti


kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu

tersebut (Song, Nio, Banyo, dan Yunia 2011).

Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan

dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam

proses fisiologi tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun

85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang

penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air

juga merupakan pelarut garam-garam, gas-gas dan zat-zat lain yang diangkut antar

sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan

stabilitas bentuk daun. Air juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya

stomata (Song, Nio, Banyo, dan Yunia 2011).

Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan

perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan

laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk.

Tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan

tahap pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan.Dua macam respons

tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah

mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata.

Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada

tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta


menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi. Pengaturan derajat

pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui

transpirasi (Song, Nio, Banyo, dan Yunia 2011).

Respons tanaman terhadap kekurangan air pada umumnya ditunjukkan

dengan penurunan konsentrasi klorofil daun. Penurunan kandungan klorofil pada

saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis

dan menurunkan laju fotosintesis tanaman. Kekurangan air akan mempengaruhi

kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada

jaringan (Song, Nio, Banyo, dan Yunia 2011).

Pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi suhu. Pada tahap tertentu

dalam daur hidupnya dan pada kondisi tertentu, tiap spesies atau varietas

mempunyai suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu

minimum, tumbuhan tidak akan tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju

tumbuhnya paling tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh,

bahkan mati. Tumbuhan yang tumbuh mendekati suhu minimum atau

maksimumnya akan sering mengalami cekaman (Salisbury dan Ross, 2005).

Seperti organisme yang lain, panas yang berlebihan membahayakan

dan bahkan membunuh tumbuhan dengan mendenaturasikan enzim-enzimnya dan

merusak metabolismenya. Cuaca yang panas dan kering juga cenderung

mendehidrasi banyak tumbuhan, penutupan stomata sebagai respon terhadap stres

ini menghemat air namun mengorbankan pendinginan

evaporative (Jazilatul, 2017).


Dilema ini merupakan salah satu alasan mengapa hari-hari yang sangat

panas dan kering dapat mematikan sebagian besar tumbuhan. Sebagian besar

tumbuhan memiliki respons pendukung yang memungkinkan tumbuhan sintas

dari stress panas. Di atas suhu tertentu, sekitar 40oC bagi sebagian besar

tumbuhan di wilayah beriklim sedang, sel-selnya mulai mensintesis heat shock

protein, yang membantu melindungi protein-protein lain dari stress panas.

Masalah yang dihadapi tumbuhan ketika suhu lingkungan turun adalah perubahan

fluiditas membrane sel. Jika membran mendingin di bawah titik kritis, fluiditasnya

hilang karena lipid terkunci menjadi struktur-struktur kristal. Ini mengubah

transpor zat terlarut menyeberangi membran dan juga member pengaruh buruk

pada fungsi-fungsi protein membran (Campbell, et al., 2008).

Proses fotosintesis berjalan baik pada suhu sekitar 21oC dan dalam

kondisi demikian proses pembentukan glukosa relatif lancar sehingga kesempatan

untuk mengantarkan fotosintat keseluruh tubuh cukup tinggi. Namum demikian,

pada suhu yang relatif rendah kesempatan tersebut terhambat oleh ketersediaan

energi karena proses pembakaran atau respirasi pada suhu rendah akan

menghasilkan energi yang relatif kecil.

Menurut Taiz & Zieger (2002), temperatur mempengaruhi semua

reaksi biokimia fotosintesis. Pada suhu rendah, fotosintesis dibatasi oleh

ketersediaan fosfat di kloroplas. Lambatnya fotosintesis akan mempengaruhi

sintesisi pati dan sukrosa pada tanaman. Laju fotosintesis tertinggi pada suhu

optimal. Ketika suhu optimal terlampaui, laju fotosintesis kembali menurun. suhu

optimal adalah titik dimana kemampuan berbagai tahap dalam fotosintesis


berjalan optimal. dan seimbang. Suhu yang tinggi menyebabkan peningkatan

respirasi di atas laju fotosintesis. Ini berarti bahwa produk fotosintesis digunakan

lebih cepat daripada yang sedang diproduksi.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin, 04 November 2019

Waktu : Pukul 9.10 s/d 10.50 WITA

Tempat : Laboratorium Zoologi jurusan Biologi FMIPA UNM


B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gelas Plastik 1 buah

b. Jarum 1 buah

2. Bahan

a. Tanah secukupnya

b. Air secukupnya

c. Kacang Hijau (Phaseolus radiatus ) secukupnya

C. Prosedur Kerja
Adapun beberapa langkah awal yang dapat dilakukan yaitu,

1. Siapkan 2 gelas aqua dan lubangi bagian bawah kedua aqua tersebut

dengan menggunakan jarum

2. Memberi tanda A pada satu gelas plastik kemudian tanda B pada gelas

plastik yang satunya lagi.

3. Mengisi tanah yang sama banyak pada masing-masing gelas plastik

tersebut.

4. Menempatkan 5 butir kacang hijau ke dalam setiap gelas.

5. Menandai biji-biji tersebut dengan spidol anti air di bagian luar gelas

dengan angka 1-5. Kita cukup memberi tanda posisi untuk satu biji

didalam setiap gelas plastik, misalnya pada gelas A, kita tinggal

menunjuk satu biji dan kemudian beri tanda 1 (A1) di bagian luarnya.
Melaui aturan searah jarum jam, kita dapat menentukan posisi biji A2-

A5. Dengan cara yang sama, kita juga dapat menentukan posisi biji B1-

B5.

6. Menempatkan gelas plasik A pada tempat terang dan tempatkan gelas

plastik B di tempat gelap.

7. Menyiram biji-biji dalam setiap gelas dengan volume air yang sama.

Misalnya 50 tetes untuk setiap kali penyiraman. Penyiraman dilakukan

satu kali sehari pada tanaman percobaan, misalnya setiap pagi atau setiap

sore.

8. Setelah dilakukan pengamatan, catatlah perkembangan-perkembangan

yang terjadi pada biji kacang hijau.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau

Tinggi tanaman pada Perlakuan


Hari Ke-
Gelap (cm) Terang (cm)
Hari ke -1 2,0 cm 0
Hari ke -2 5,0 cm 0,6
Hari ke- 3 12,5 cm 1,1
Hari ke -4 13,6 cm 0
Hari ke- 5 15,1 cm 0
Hari ke- 6 17,5 cm 0

B. Garafik
Garafik perbandingan hari dan tinggi tanaman
20
18
16
14
Tinggi Batang (cm)

12
10
8 Gelap (cm)
Terang (cm)
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Hari Ke-

C. Pembahasan
Praktikum pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan

menggunakan kacang hijau tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus )

dan pengaruhnya terhadap intensitas cahaya. Diberi perlakuan kepada dua


kacang hijau yang diletakkan di tempat terang dan tempat gelap. Proses

pertumbuhan pada tanaman ditandai dengan terjadinya perkecambahan

pada biji yang dapat dilihat dengan munculya bakal akar atau radikal dari

dalam biji. Proses perkecambahan pada tanaman dibedakan menjadi dua

yaitu epigeal dan hipogeal.


Perkecambahan epigeal ditandai dengan munculnya hipokotil yang

tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas

(permukaan tanah). Sedangkan pada perkecambahan hipogeal ditandai

dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke

permukaan tanah menembus kulit biji. Tanaman kacang hijau termasuk

dalam tipe perkecambahan epigeal karena organ pertama yang muncul saat

biji kacang hijau berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian

akan tumbuh menembus permukaan tanah.Tahap pertumbuhan selanjutnya

adalah pertumbuhan primer yang merupakan pola pertumbuhan yang

bergantung pada letak meristem.


Berdasarkan hasil pengamatan pada hari keenam menunjukkan

bahwa tanaman yang terpapar cahaya matahari memiliki tinggi 17,5 cm

sedangkan tanaman yang dalam kondisi lebih pendek yaitu 1,1 cm.
Menurut Campbell (2003) pertumbuhan primer akan mendorong

akar menembus tanah, ujung akar ditutupi oleh tudung akar, yang secara

fisik melindungi meristem yang Pertumbuhan dapat diukur sebagai

pertambahan panjang, lebar atau luas, tetapi dapat pula diukur berdasarkan

pertambahan volume, masa atau berat (segar atau kering).


Menurut Adisarwanto (1999) perlakuan dengan menumbuhkan

kacang hijau dengan intensitas cahaya yang berbeda akan mempengaruhi


sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kacang hijau dan kacang

merah yang ditumbuhkan di tempat gelap adalah batang tidak kokoh,

karena garis tengah batang lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah

rebah. Menurut Silvikutur (2007) cahaya berpengaruh terhadap arah

pertumbuhan akar dan perluasan atau tidak bergulungnya daun. Daun

berusaha mendapatkan lebih banyak cahaya untuk proses fotosintesis.


Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang sehingga pada

bagian batangnya yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang.

Cahaya juga yang mempengaruhi pertumbuhan xilem sehingga

mempengaruhi perkembangan batang. Selain berpengaruh terhadap proses

fotosintesis, cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan

keseluruhan tumbuhan. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar

tumbuhan dan laju perpanjangan nya. Tumbuhan yang diletakkan ditempat

gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang

terkena cahaya.
Tumbuhan yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh lebih

cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkenacahaya. Akan tetapi

tumbuhan menjadi pucat karenakekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak

berkembang. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi. Dalam

keadaan tidak ada cahaya, auksin merangsang pemanjangan sel-sel

sehingga tumbuh lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak

cahaya auksin mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan tumbuhan

terhambat.
Cahaya menyebabkan auksin rusak terdispersi ke sisi gelap. Laju

tumbuh memanjang pada tumbuhan dengan segera berkurang sehingga


batang lebih pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun berkembang

sempurna, dan berwarna hijau. Selain berpengaruh pada pertumbuhan

tanaman, cahaya dibutuhkandalam proses fotosintesis. Tumbuhan yang

tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun

menjadi pucat. Akan tetapi, jika intensitas cahaya terlalu tinggi,klorofil

akan rusak (Silvikutur, 2007).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan pada tanaman merupakan proses kenaikan massa dan

volume yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal) seperti

bertambahnya tinggi, panjang dan lebar pada bagian - bagian tumbuhan.

Dalam proses pertumbuhan cahaya merupakan faktor terpenting. Tanaman

kacang hijau yang ditumbuhkan di tempat yang memiliki cahaya kurang

cenderung memiliki batang yang tidak kokoh dan mudah rebah serta

pertumbuhan nya lambat dibandingkan tanaman yang ditumbuhkan di tempat


gelap. Hal ini dikarenakan aktivitas dari hormon auksin (hormon

pertumbuhan) yang tidak aktif apabila terdapat cahaya.

B. Saran

Sebaiknya dalam menjalankan praktikum seorang praktikan

bersungguh-sungguh selama kegiatan praktikum sehingga proses praktikum

tidak terganggu dan hasil pengamatan sesuai dengan teori.


DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di


Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Bogor : Penebar Swadaya.

Campbell, N. A., Reece, J. B dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi Edisi kedua Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Jazilatul Maghfiroh. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan


Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi,FMIPA UNY

Mustakim, M. 2015. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press.
Salisbury, F. B., dan Ross, C. W. 2005. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB
Press.

Silvikultur. 2007. Sumber Cahaya Matahari. Jakarta : Pakar Raya.

Song, Nio, Banyo, dan Yunia. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11 No. 2.

Taiz L. & Zieger E. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates.

Anda mungkin juga menyukai