Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

Pengaruh Media Tanam Pada Pertumbuhan Tanaman Cabe Rawit

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Puja Tiara (14222129)


2. Rhea Ulima Caesaria (14222139)
3. Ria Pranita (14222142)

Dosen Pengampu:
Anita R.P Raharjeng, M.Si, M.Biomed,Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAHPALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya. tanaman memperoleh
sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya (Lakitan, 1994).
Interaksi antar makhluk hidup merupakan hal lazim. Demikian pula dalam dunia
tumbuhan. Dalam proses tumbuh dan berkembang, tumbuhan berinteraksi dengan
lingkungan biotik maupun abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan yang bersifat
abiotik yaitu interaksi tumbuhan dengan tanah (Lakitan, 1994).
Pertumbuhan pada tanaman merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga
sampai dewasa yang sifatnya kuantitatif, artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan
dengan suatu bilangan. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan yang
ditandai dengan tanaman menjadi dewasa yaitu dapat menghasilkan biji kembali. Dengan
demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan ukuran
dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk
semula (Kimball, 1990).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas,
dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
cahaya, temperature, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen, tanah dan
lain-lain. Proses pertumbuhan akan menghasilkan produk tanaman yaitu bagian tanaman
yang dapat dipanen dalam perluasan tanah pada satuan waktu tertentu (Budiyanto, 2011).
Tanah merupakan media tanam yang sangat penting dalam menanam tumbuhan yang
akan diamati. Tanah yang dapat digunakan untuk media tanam ini bermacam-macam,
diantaranya yaitu tanah berpasir, tanah hitam, tanah merah, dan lain-lain. Kandungan
unsur mineral yang terkandung pada macam-macam tanah sangat bervariasi dan berbeda-
beda. Berbagai jenis tanah tersebut dapat membantu seberapa besar kemampuan tanaman
cabai (Capsicum sp) dapat tumbuh.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah, untuk mengetahui faktor
ekologis yang memengaruhi pertumbuhan tanaman cabai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan


Pertumbuhan adalah proses perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup
yang meliputi perubahan ukuran berupa pertambahan tinggi, besar dan berat.
Pertumbuhan bersifat kwantitatif, artinya dapat diukur dan dilihat langsung. Pertumbuhan
juga bersifat ireversibel, artinya tidak berubah kembali ke asal karena makhluk hidup
yang sudah mengalami pertumbuhan tidak akan mengecil kembali (Kimball, 1990).
Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih
sempurna pada makhluk hidup. Perkembangan bersifat kwalitatif, artinya tidak dapat
diukur. Perkembangan lebih dilihat sebagai proses pembentukan jaringan dan organ
sehingga individu mempunyai bentuk morfologi yang khas (Kimball, 1990).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan dari cabai rawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor internal dan ekternal. Faktor internal dibagi menjadi dua faktor intraseluler
(gen sebagai pembawa sifat atau lebih dikenal sebagai faktor hereditas) dan faktor
Interseluler (hormon). Sedangkan faktor eksternalnya yaitu suhu, cahaya, air, nutrisi,
kelembaban udara, tingkat keasaman dan basa (pH). Salah satu faktor ekternal yang
berpengaruh yaitu nutrisi yang didapatkan tumbuhan dari tanah.
Menurut Hardjosuwarno (1990), faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Faktor Dalam (Internal)
a. Gen
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh,
warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga
menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya. Hewan, tumbuhan, dan manusia yang
memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan cepat
sesuai dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya.
Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya faktor
yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga dipengaruhi
oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam
pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas
berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai.
Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi lingkungannya tidak sesuai,
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi kurang baik. Demikian juga ternak
unggul hanya akan berproduksi secara optimal bila diberi pakan yang baik dan
dipelihara di lingkungan yang sesuai.
b. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi
di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang
nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup beragam
jenisnya.
2. Faktor Luar (External)
Faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup berasal dari faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup adalah sebagai
berikut.
a. Makanan atau Nutrisi
Makanan merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Karena sedang dalam masa
pertumbuhan, kamu harus cukup makan makanan yang bergizi untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tubuhmu. Zat gizi yang diperlukan manusia dan
hewan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Semua zat ini
diperoleh dari makanan. Sedangkan bagi tumbuhan, nutrisi yang diperlukan
berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan
karbon dioksida (CO2) diubah menjadi zat makanan dengan bantuan sinar
matahari. Meskipun tidak berperan langsung dalam fotosintesis, zat hara
diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
b. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini disebut suhu optimum, misalnya
suhu tubuh manusia yang normal adalah sekitar 37°C. Pada suhu optimum, semua
makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hewan dan manusia
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam kisaran suhu lingkungan
tertentu. Tumbuhan menunjukkan pengaruh yang lebih nyata terhadap suhu. Padi
yang ditanam pada awal musim kemarau (suhu udara rata-rata tinggi) lebih cepat
dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan (suhu udara rata-rata
rendah). Jenis bunga mawar yang tumbuh dan berbunga dengan baik di
pegunungan yang sejuk, ketika ditanam di daerah pantai yang panas
pertumbuhannya menjadi lambat dan tidak menghasilkan bunga yang seindah
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan
perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan
pada tumbuhan dipengaruhi oleh suhu.
c. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup. Tumbuhan sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis.
Namun keberadaan cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan
karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.
Bila kamu menyimpan kecambah di tempat gelap selama beberapa hari,
kecambah itu akan tumbuh lebih cepat (lebih tinggi) dari seharusnya, namun
tampak lemah dan pucat/kekuning-kuningan karena kekurangan klorofil. Selain
tumbuhan, manusia juga membutuhkan cahaya matahari untuk membantu
pembentukan vitamin D.
d. Air dan Kelembapan
Air dan kelembapan merupakan faktor penting untukpertumbuhan dan
perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-
reaksi kimia di dalam tubuh. Tanpa air, reaksi kimia di dalam sel tidak dapat
berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara atau tanah.
Tanah yang lembab berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi
yang lembab banyak air yang dapat diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit
penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel.
Kelembapan juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
e. Tanah
Bagi tumbuhan, tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Tumbuhan akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila
kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara.
Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan
mineral, dan air.

C. Jenis – Jenis Media Tanam


Media tanam adalah komponen mutlak ketika bakal bertepat tanam. Media tanam
yang bakal dipakai wajib disesuaikan dengan tipe tanaman yang ingin ditanam.
Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk tipe tanaman yang tak sama
habitat sumbernya adalah faktor yang susah. Faktor ini dikarenakan setiap daerah
mempunyai kelembapan dan kecepatan angin yang tak sama. Dengan cara umum, media
tanam wajib bisa menjaga kelembapan daerah kurang lebih akar, menyediakan lumayan
udara, dan bisa menahan keterdapatan unsur hara. Jenis media tanam yang dipakai pada
setiap daerah tak rutin sama. Di Asia Tenggara, umpama, sejak tahun 1940 memakai
media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, alias batang
pakis. Bahan-bahan tersebut juga tak hanya dipakai dengan cara tunggal, tetapi bisa
dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Umpama, pakis dan arang dicampur
dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa
dicampur dengan pecahan batu bata. Untuk memperoleh media tanam yang baik dan
sesuai dengan tipe tanaman yang bakal ditanam, seorang kegemaranis wajib mempunyai
pemahaman tentang karakteristik media tanam yang mungkin tak sama-beda dari setiap
jenisnya. berdasarkan tipe bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan
organik dan anorganik (Suharno, 1999).
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu alias batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok
dipakai untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Faktor itu
dikarenakan arang tak lebih sanggup mengikat air dalam jumlah tak sedikit. Keunikan
dari media tipe arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian,
apabila terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Selain itu, bahan media ini juga tak
mudah lapuk jadi susah ditumbuhi jamur alias cendawan yang bisa memenyesalkan
tanaman.
2. Tanah Liat
Tanah liat adalah tipe tanah yang bertekstur paling halus dan lengket alias
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah mempunyai pori-pori berkapasitas keeil
(pori-pori mikro) yang lebih tak sedikit daripada pori-pori yang berkapasitas besar
(pori-pori makro) jadi mempunyai performa mengikat air yang cukup kuat. Pada
dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara jadi butuh dikombinasikan dengan
bahan-bahan lain yang kaya bakal unsur hara.
3. Vermikulit dan Perlit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari pemananasan
kepingan-kepingan mika dan mengandung potasium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit
adalah media tanam yang mempunyai performa kapasitas tukar kation yang tinggi,
khususnya dalam kondisi padat dan pada saat basah.
4. Gabus
Gabus adalah bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer styren yang bisa
dijadikan sebagai pilihan media tanam. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam
membikinnya mennjadi riangan. Tetapi, media tanam tak jarang dijadikan sarang oleh
semut
5. Batang Pakis
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan
sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, mempunyai aerasi dan drainase yang baik,
dan bertekstur lunak jadi mudah ditembus oleh akar tanaman.
6. Kompos
Kompos adalah media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman alias limbah organik, semacam jerami, sekam, daun, rumput, dan
sampah kota. Kelebihan dari pemakaian kompos sebagai media tanam adalah sifatnya
yang sanggup mengembalikan kesuburan tanah melewati pembetulan sifat-sifat tanah,
baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Tidak hanya itu, kompos juga menjadi fasilitator
dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat diperlukan oleh tanaman.
7. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan.
Moss tak jarang dipakai sebagai media tanam untuk masa penyemaian hingga dengan
masa pembungaan. Menurut sifatnya, media moss sanggup mengikat air dengan baik
dan mempunyai sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang
optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya,
semacam kulit kayu, tanah gambut, alias daun-daunan kering.
8. Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran fauna disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap semacam natrium (N), fosfor (P), dan kalium
(K) membikin pupuk kandang tepat untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-
unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
9. Sabut Kelapa
Sabut kelapa alias coco peat adalah bahan organik pilihan yang bisa dipakai
sebagai media tanamKelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan
karakteristiknya yang sanggup mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk
daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, semacam kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
10. Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang telah digiling. Sekam
padi yang biasa dipakai bisa berupa sekam bakar alias sekam mentah (tidak dibakar).
Sekam bakar dan sekam mentah mempunyai tingkat porositas yang sama. Sebagai
media tanam, keduanya berperan penting dalam pembetulan struktur tanah jadi sistem
aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Pemakaian sekam bakar untuk
media tanam tak butuh disterilisasi lagi sebab mikroba patogen telah mati selagi
proses pembakaran. Tidak hanya itu, sekam bakar juga mempunyai kandungan karbon
(C) yang tinggi jadi membikin media tanam ini menjadi gembur, Tetapi, sekam bakar
cenderung mudah lapuk. Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam
yaitu mudah mengikat air, tak mudah lapuk, adalah sumber kalium (K) yang
diperlukan tanaman, dan tak mudah menggumpal alias memadat jadi akar tanaman
bisa tumbuh dengan sempurna.
11. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh jasad mikro
dan adalah sumber energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa
berupa jaringan orisinil tubuh flora alias binatang mati yang belum lapuk. Biasanya,
humus berwarna gelap dan ciijumpai khususnya pada lapisan atas tanah (top soil).
Humus sangat menolong dalam proses penggemburan tanah. dan mempunyai
performa daya tukar ion yang tinggi jadi bisa menyimpan unsur hara. Oleh sebabnya,
bisa menunjang kesuburan tanah.
12. Gel
Gel alias hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang tak jarang dipakai sebagai
media tanam bagi tanaman hidroponik. Pemakaian media tipe ini sangat praktis dan
efisien sebab tak butuh repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram,
alias memupuk. Tidak hanya itu, media tanam ini juga mempunyai keanekaragaman
warna jadi pemilihannya bisa disesuaikan dengan selera dan warna tanaman.
13. Pasir
Pasir tak jarang dipakai sebagai media tanam pilihan untuk menggantikan
kegunaaan tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai apabila dipakai
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran
setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering bakal memudahkan proses
pelantikan bibit tanaman yang dianggap telah lumayan umur untuk dipindahkan ke
media lain.
14. Kerikil
Pada dasarnya, pemakaiaan kerikil sebagai media tanam terbukti :idakjauh tak
sama dengan pasir. Hanya saja, kerikil mempunyai pori-pori makro lebih tak sedikit
daripada pasir. Kerikil tak jarang dipakai sebagai media untuk budi daya tanaman
dengan cara hidroponik. Pemakaian media ini bakal menolong peredaran larutan unsur
hara dan udara dan pada prinsipnya tak menekan pertumbuhan akar.
15. Spons
Para kegemaranis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias telah tak
jarang mekegunaaankan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya,
spans sangat ringan jadi mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja.
Mesikipun ringan, media tipe ini tak membutuhkan pemberat sebab seusai direndam
alias disiram air bakal menjadi berat dengan sendirinya jadi bisa menegakkan
tanaman. Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap terhadap
air dan unsur hara esensial yang biasanya diberbagi dalam bentuk larutan. Tetapi,
pemakaiannya tak awet sebab bahannya mudah hancur. Oleh sebab itu, apabila spans
telah terkesan tak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera
diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan ketidak lebihannya tersebut,
spans tak jarang dipakai sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong
(cutting flower) yang pemakaiannya eenderung hanya sementara waktu saja
D. Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae)
yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya
daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Negara Indonesia (Prajnanta, 2008).
Selain di Indonesia, cabai tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan
percabangan banyak dan tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas
bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar
1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang,
bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan,
kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk
bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm,
bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan,
atau putih, buah yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih,
berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor (Prajnanta, 2008).
Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna
hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya
lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan
ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah.
Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat
dikukus untuk lalap. Cabai rawit dapat diperbanyak dengan biji (Winarso, 2005).
Adapun klasifikasi dari tanaman cabai rawet itu sendiri yaitu:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum Frutescens L
E. Syarat Tumbuh Cabai Rawit
Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000
meter dpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula pada ketinggian 0,5-1.250
mdpl. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-27oC dengan kelembaban
yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan
yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal
adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan
sinar. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7. Pengairan dapat menggunakan irigasi,
air tanah dan air hujan (Winarso, 2005).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 September 2016, sampai dengan tanggal 9
Oktober 2016. Di kediaman masing-masing.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Alat
1) Polibag
2) Sekop
3) Mistar
4) Gelas air mineral
b. Bahan
1) Tanah
2) Sekam
3) Bibit Cabai
4) Air

C. Cara Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ambil biji cabe lalu dilakukan perendaman
2. Setelah biji cabe direndam, kemudian pilih biji cabe yang masih tenggelam pada air
untuk mengetahui kualitas biji cabe yang akan ditanam.
3. Biji cabe kemudian dikeringkan atau dijemur selama beberapa jam
4. Kemudian lakukan penanaman biji cabe tersebut pada media tanam yang telah
disediakan, yaitu tanah yang telah dicampur sekam.
5. Lakukan pengamatan tiap harinya.
6. Lalu catat hasil pengamatan yang telah diamati.
BAB IV

HASILDAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari 3 pengamatan pada tanaman cabai merah selama 4 Minggu, pada media
tanah dan sekam serta pada tempat tumbuh yang berbeda di dapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 1. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam kantong
plastik kecil

No Gambar Pengamatan Usia Keterangan


1 2 minggu Pada usia 2
minggu, Cabai
Merah mulai
tumbuh dengan
ukuran batang 0,5
cm memiliki 2
lembar daun.
2 3 minggu Pada usia 3
minggu, Cabai
Merah
mengalami
pertumbuhan
yang cepat
sehingga ukuran
batangnya 3 cm
dan memiliki 2
lembar daun.
3 4 minggu Pada usia 4
minggu, Cabai
Merah memiliki
ukuran batang 5
cm dan 2 lembar
daun.
Tabel 2. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam
wadah gelas minuman

No Gambar Pengamatan Usia Keterangan


1 2 minggu Pada usia 2 minggu,
Cabai Merah mulai
tumbuh dengan
ukuran batang 0,5
cm memiliki 2
lembar daun.
2 3 minggu Pada usia 3 minggu,
Cabai Merah
mengalami
pertumbuhan yang
cepat sehingga
ukuran batangnya 4
cm dan memiliki 4
lembar daun.

3 4 minggu Pada usia 4 minggu,


Cabai Merah
memiliki ukuran
batang 5 cm dan 4
lembar daun.
Tabel 3. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam kantong
plastik besar

No Gambar Pengamatan Usia Keterangan


1 2 minggu Pada usia 2 minggu,
Cabai Merah mulai
tumbuh dengan
ukuran batang 0,5 cm
memiliki 2 lembar
daun yg masih kecil.
2 3 minggu Pada usia 3 minggu,
Cabai Merah
mengalami
pertumbuhan sehingga
ukuran batangnya 2
cm dan memiliki 2
lembar daun.
3 4 minggu Pada usia 4 minggu,
Cabai Merah memiliki
ukuran batang 4 cm
dan 2 lembar daun.

Berikut merupakan perhitungan jumlah rata-rata pertumbuhan Cabai dalam wadah


tanam yang berbeda tetapi pada waktu dan media tanam yang sama, sebagai
perbandingan dari pertumbuhan Cabai tersebut.

1. Rata – rata ukuran batang


a. Tabel 1

Ukuran batang (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

0,5 cm+3 cm+5 cm


=∑ 3

= 2,8 cm

b. Tabel 2

Ukuran batang (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

0,5 cm+4 cm+5 cm


=∑ 3

= 3,1 cm
c. Tabel 3

Ukuran batang (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

0,5 cm+2 cm+4 cm


=∑ 3

= 2,1 cm

2. Rata – rata jumlah daun


a. Tabel 1

Jumlah daun (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

2 helai+2 helai+2 helai


=∑
3

= 2 helai daun

b. Tabel 2

Jumlah daun (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

2 helai+4 helai+4 helai


=∑ 3

= 4 helai daun

c. Tabel 3

Ukuran batang (minggu 2+minggu 3+minggu 4)


=∑ Jumlah minggu

2 helai+2 helai+2 helai


=∑ 3

= 2 helai daun
B. Pembahasan
Penanaman Cabai Merah dilakukan selama 4 minggu, pada minggu pertama dan
kedua Cabai Merah sama-sama di tanam pada tempat yang sama yaitu di dalam kantong
plastik besar. Kemudian setelah diamati selama 2 minggu Cabai Merah tersebut
dipindahkan pada tempat tumbuh yang berbeda, namun tetap pada media tanam yang
sama yaitu tanah dan sekam. Pengamatan pertama dilakukan pada tanaman cabai yang
tumbuh di kantong plastik kecil, pengamatan kedua dilakukan ada tanaman cabai yang
tumbuh di dalam gelas minuman serta pengamatan yang ketiga tetap pada tempat Cabai
Merah tersebut tumbuh yaitu pada kantong plastik besar.

Dari 3 pengamatan yang telah dilakukan selama 4 minggu pada media tanam
tanah dan sekam serta pada tempat tumbuh yang berbeda, maka dapat dibahas sebagai
berikut:

Pada Tabel 1. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam
kantong plastik kecil didapatkan hasil bahwa pada minggu pertama dan kedua Cabai
mulai tumbuh dengan ukuran batang 0,5 cm memiliki 2 lembar daun yang masih kecil
dengan diameter 0,05cm daun berwarna hijau muda. Pada minggu pertama dan kedua ini
Cabai Merah masih tumbuh di dalam kantong plastik besar, kemudian Cabai Merah
dipindahkan ke dalam kantong plastik kecil. Setelah 1 minggu dipindahkan atau 3
minggu dari penanaman didapatkan hasil Cabai Merah mengalami pertumbuhan yang
cepat sehingga ukuran batangnya menjadi 3 cm dan memiliki 2 lembar daun dengan
diameter 1 cm dengan warna hijau muda. Lalu pengamatan dilakukan kembali pada
minggu terakhir yaitu minggu ke 4 didapatkan hasil Cabai Merah memiliki ukuran batang
5 cm dan 2 lembar daun dengan diameter 1,4 cm, perubahan antara minggu ke 3 dan ke 4
tidak begitu signifikan.

Pada Tabel 2. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam
wadah gelas minuman didapatkan hasil bahwa pada mingu pertama dan kedua Cabai
mulai tumbuh dengan ukuran batang 0,5 cm memiliki 2 lembar daun yang masih kecil
dengan diameter 0,05cm daun berwarna hijau muda. Pada minggu pertama dan kedua ini
Cabai Merah masih tumbuh di dalam kantong plastik besar, kemudian Cabai Merah
dipindahkan ke dalam wadah gelas minuman, kemudian dilakukan pengamatan setelah
pemindahan selama 1 minggu atau pengamatan pada minggu ke 3 didapatkan hasil Cabai
Merah mengalami pertumbuhan yang cepat sehingga ukuran batangnya 5 cm dan
memiliki 4 lembar daun dengan diameter 1 cm. Pada minggu ke 4 pengamatan
didapatkan hasil Cabai Merah memiliki ukuran batang 6 cm dan 4 lembar daun dengan
diameter 1,7 cm dengan warna daun hijau.

Tabel 3. Pengamatan Cabai Merah pada media tanah dan sekam di dalam kantong
plastik besar didapatkan hasil bahwa pada minggu pertama dan kedua Cabai mulai
tumbuh dengan ukuran batang 0,5 cm memiliki 2 lembar daun yang masih kecil dengan
diameter 0,05cm daun berwarna hijau muda. Pada minggu pertama hingga minggu ke 4
Cabai Merah tetap tumbuh di dalam kantong plastik besar, pengamatan. Minggu ke 2
didapatkan hasil Pada usia 3 minggu, Cabai Merah mengalami pertumbuhan sehingga
ukuran batangnya 2 cm dan memiliki 2 lembar daun dengan diameter 1 cm. Dan minggu
ke 4 didapatakn hasil cabai Merah memiliki ukuran batang 4 cm dan 2 lembar daun.

Dari hasil perhitungan jumlah rata-rata pertumbuhan Cabai dalam wadah tanam
yang berbeda tetapi pada waktu dan media tanam yang sama, sebagai perbandingan dari
pertumbuhan Cabai tersebut, diketahui bahwa pada pertumbuhan cabang antara tabel 1,
tabel 2, dan tabel 3, didapatkan perbandingan ukuran batang pada tanaman cabai yaitu 2,8
cm : 3,1cm : 2,1 cm. Lalu, pada jumlah helai daun didapatkan perbandingan yaitu 2 helai
: 4 helai : 2 helai. Sehingga dapat diketahui bahwa pertumbahan dari ketiga tanaman
Cabai, yang ditanam oleh penaman di wadah tanam yang berbeda memiliki perbandingan
yang tidak terlalu jauh atau signifikan.

Kemudian, dari hasil pengamatan yang telah didapat, maka dapat diketahui bahwa
Cabai yang ditanam pada media tanah yang telah dicampur dengan sekam, tanaman
Cabai tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembang yang baik seperti bertambahnya
ukuran batang, bertambahnya jumlah daun. Sehingga menurut kami, media tanam berupa
tanah yang dicampur dengan sekam merupakan media tanam yang baik untuk
pertumbuhan tanaman Cabai tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (1990), bahwa sekam padi adalah kulit
biji padi (Oryza sativa) yang telah digiling. Sebagai media tanam, sekam berperan
penting dalam pembetulan struktur tanah jadi sistem aerasi dan drainase di media tanam
menjadi lebih baik. Tidak hanya itu, sekam sebagai media tanam yaitu mudah mengikat
air, tak mudah lapuk, adalah sumber kalium (K) yang diperlukan tanaman, dan tak mudah
menggumpal alias memadat sehingga akar tanaman bisa tumbuh dengan sempurna.
Selain faktor dari media tanam, terdapat juga beberapa faktor lain yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cabai tersebut, yaitu faktor
internal dan eksternal.
Menurut Hardjono (1990), pertumbuhan dan perkembangan dari cabai rawit ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan ekternal. Faktor internal dibagi
menjadi dua faktor intraseluler (gen sebagai pembawa sifat atau lebih dikenal sebagai
faktor hereditas) dan faktor Interseluler (hormon). Sedangkan faktor eksternalnya yaitu
suhu, cahaya, air, nutrisi, kelembaban udara, tingkat keasaman dan basa (pH). Salah satu
faktor ekternal yang berpengaruh yaitu nutrisi yang didapatkan tumbuhan dari tanah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan hasil pengamatan yang telah diketahui, maka dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dari cabai rawit ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan ekternal. Faktor internal dibagi menjadi dua
faktor intraseluler (gen sebagai pembawa sifat atau lebih dikenal sebagai faktor hereditas)
dan faktor Interseluler (hormon). Sedangkan faktor eksternalnya yaitu suhu, cahaya, air,
nutrisi, kelembaban udara, tingkat keasaman dan basa (pH). Salah satu faktor ekternal
yang berpengaruh yaitu nutrisi yang didapatkan tumbuhan dari tanah.

B. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, diharapkan agar praktikan dapat melakukan
langkah-langkah praktikum dengan baik dan benar. Sehingga praktikum dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas


Negeri Gadjah Mada.
Kimball, John W. 1990. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. 1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Prajanata, Final. 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Suharno. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Tanah. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai