Anda di halaman 1dari 62

PENGEMBANGAN MODUL SISTEM EKSKRESI BERBASIS

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA


KELAS XI SEMESTER GENAP

PROPOSAL SKRIPSI SARJANA S.1

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
ROBIATUN
NIM. 14222155

Program Studi Pendidikan Biologi

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
C. Batasan Masalah......................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II ................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 13
A. Penelitian Pengembangan (Research and Development)........................... 13
1. Pengertian Penelitian Pengembangan .................................................... 13
2. Tahap-Tahap Research and Development .............................................. 14
3. R & D dalam Penelitian Pendidikan ....................................................... 16
B. Bahan Ajar ................................................................................................. 17
1. Pengertian Bahan Ajar ............................................................................ 17
2. Jenis-jenis Bahan Ajar ............................................................................ 17
C. Modul ......................................................................................................... 18
1. Pengertian Modul ................................................................................... 18
2. Ciri-ciri Modul ....................................................................................... 19
3. Langkah – Langkah Penyusunan Modul ................................................ 19
4. Karakteristik Modul yang Baik .............................................................. 21
5. Manfaat Modul ....................................................................................... 22
6. Keuntungan Pembelajaran Menggunakan Modul .................................. 23
D. Berpikir Kritis ............................................................................................ 24
1. Pengertian Berpikir Kritis ...................................................................... 24
2. Ciri-ciri Keterampilan Berpikir Kritis .................................................... 25
3. Karakteristik Berpikir Kritis ................................................................... 26
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis .............................. 28
5. Cara Mengaplikasikan Berpikir Kritis.................................................... 30
6. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis .................................................. 30
E. Sistem Ekskresi .......................................................................................... 33
1. Sistem Ekskresi pada Manusia ............................................................... 33
2. Gangguan pada Sistem Ekskresi ............................................................ 34
3. Sistem Ekresi pada Hewan ..................................................................... 34
F. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 36
G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ......................................................... 38
BAB III ................................................................................................................. 39
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 39
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 39
B. Jenis Penelitian dan Pengembangan........................................................... 39
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan .................................................... 40
D. Jenis Data ................................................................................................... 51
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 52
F. Teknik pengumpulan dan analisis data ......................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai

pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan

pendidikan yang dikenal sebagai pendidikan (Suardi, 2012). Pendidikan

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan

dengan itu Ibrahim (2016), berpendapat bahwa pendidikan adalah salah satu

aspek penting dalam membangun manusia sebagai sumber daya yang

berkualitas. Melalui pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia

terampil yang dapat mengubah kondisi kehidupan yang bersifat konvensional

kearah yang modern.

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang

mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat berfungsi

sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi

adalah pendidikan (Al-Tabany, 2015).


Tantangan pada era pengetahuan pendidikan di sekolah jangan hanya

diarahkan pada penguasaan dan pemahaman konsep-konsep ilmiah, tetapi juga

pada peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta. Keterampilan

berpikir tingkat tinggi ditandai dengan proses berpikir secara tepat, terarah,

beralasan, dan reflektif dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya.

Keterampilan berpikir tingat tinggi (higher order thinking) merupakan

kebutuhan sebagai kerja diabad 21 (Facione P. A., 2012).

Kompetensi yang dibutuhkan pada abad 21 adalah kemampuan pemecahan

masalah dan berpikir kritis (Vockley, 2008). Untuk menghadapi pembelajaran

di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis,

pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media

dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Wasis, 2015).

Pembelajaran pada abad 21 memiliki tujuan dengan karakteristik 4C, yaitu;

Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving,

Creativity and Innovation. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh lebih dari 250 peneliti dari 60 institusi dunia yang tergabung

dalam ATC21S (Assessment & Teaching of 21st Century Skills)

mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori, salah satunya adalah

cara berpikir (Vockley, 2008).

Keterampilan berpikir kritis merupakan proses mental atau strategi untuk

menganalisis atau mengeveluasi ide, konsep, atau pilihan yang ada.

Kemampuan berpikir kritis mendorong siswa agar mampu memecahkan

masalah agar siswa siap menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Ramdani,

2012).
Sebagaimana firman Allah SWT. Tentang berfikir didalam Surat Al-

Baqarah ayat 219

َ‫لَفيه َماََإثْمََ َكبيرََ َو َم َٰنَف َُعَللنَّاسََ َوإثْ ُم ُه َماََأ َ ْك َب َُر‬


َْ ُ‫عنََ ْٱلخ َْمرََ َو ْٱل َميْسرََق‬ ََ ‫َيسْـَٔلُون‬
َ َ‫َك‬

َ‫ٱل َءا َٰ َيتََلَ َعلَّ ُك َْم‬


ْ َ‫ٱّللَُلَ ُك َُم‬ ََ ‫َكَ َماذَاَيُنفقُونَََقُلََ ْٱل َع ْف ََوَ َك َٰذَل‬
َُ ‫كَيُ َبي‬
ََّ َ‫ن‬ ََ ‫منَنَّ ْفعه َماَ َو َيسْـَٔلُون‬

ََ‫تَت َ َف َّك ُرون‬

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.


Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari
keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kampu berpikir”. (QS. Al-Baqarah: 219)

Menurut ayat diatas, bahwa Allah telah menyuruh kepada kita untuk

berpikir, karena dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari

kegiatan berpikir untuk melakukan segala aktivitasnya, karena berpikir

merupakan aktivitas mental yang mampu memecahkan masalah membuat suatu

keputusan dan memenuhi hasrat keingintahuan. Sehingga Allah SWT akan

memberi lebih kepada orang-orang yang berpikir.

Pembelajaran dengan melatihkan keterampilan berpikir kritis akan

membuat siswa terbiasa untuk memecahkan masalah serta dapat memberikan

alasan secara efektif, mengusulkan pertanyaan penting dalam memecahkan

masalah, menganalisis, mengevaluasi, serta merefleksi secara kritis semua

keputusan (Wilujeng, 2016). Dengan demikian siswa akan selalu berusaha

menemukan solusi setiap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

mengungkapkan bahwa apabila siswa terbiasa memilih dan berusaha mengolah

informasi yang telah diperoleh, maka mereka akan terlatih untuk memecahkan

masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis (Indarti dkk, 2013).
Kemampuan berpikir terbagi atas dua bagian, yaitu kemampuan berpikir

tingkat rendah (Low Order Thinking Skill atau LOTS) dan kemampuan berpikir

tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill atau HOTS). Keterampilan berpikir

kritis siswa Indonesia masih rendah. Indikasinya hasil studi Programme for

International Student Assesment (PISA), yang merupakan program survey

komprehensif diajang internasional pada dasarnya menilai kemampuan

bernalar siswa yang didalamnya juga termasuk keterampilan berpikir kritis

(Rahayu, 2016). Capaian yang diraih oleh siswa Indonesia dalam PISA dalam

beberapa tahun terakhir sangat memprihatinkan. Berdasarkan OECD Family

Database (2015), pada tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat 39 dari 41

negara, tahun 2003 berada diperingkat 38 dari 40 negara, tahun 2006 Indonesia

diperingkat 50 dari 57 negara, pada tahun 2009 berada diperingkat 57 dari 63

negara, dan pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat 64 dari 65 negara

yang ikut berpartisipasi dalam PISA.

Berdasarkan hasil survei empat tahunan TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science Study), pada keikutsertaan pertamakali tahun 1999

kemampuan sains Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara. Pada

tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 34 dari 46 negara. Dan ranking

Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari 48 negara.

Posisi Indonesia dengan rata-rata 405, relatif sangat rendah dibandingkan

negara-negara Asia Tenggara lain yang berpartisipasi dalam TIMSS 2007

(Wasis, 2015). Standar internasional untuk kategori mahir 625, tinggi 550,

sedang 475 dan rendah 400. Maka hasil yang dicapai siswa Indonesia tersebut

masuk pada kategori rendah. Dari hasil pencapaian tersebut, rata-rata siswa
indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta tetapi belum mampu

mengorganisasikan informasi, apalagi membuat rumusan dan mengajukan

argumen pembenaran simpulan (Rahayu, 2016).

Rendahnya kemampuan berpikir kritis juga terjadi pada siswa di SMA

Muhammadiyah 1 Palembang. Hasil observasi dan wawancara terhadap guru

dan siswa diperoleh gambaran awal tentang proses kegiatan belajar mengajar

sebagai berikut: 1) proses pembelajaran siswa kurang aktif karena proses

pembelajaran yang membosankan. Akibatnya, siswa tidak sering mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan dan mengemukakan ide dari permasalahan

terkait materi; 2) guru mata pelajaran Biologi belum menggunakan soal-soal

tipe berpikir tinggat tinggi yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis dan hanya menggunakan soal-soal yang bersumber dari buku ajar guru

dan siswa; 3) siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Palembang masih

banyak yang belum mampu memecahkan suatu masalah; 4) bahan ajar modul

hanya digunakan pada saat mengerjakan latihan; 5) modul yang terdapat di

SMA Muhammadiyah 1 Palembang berasal dari pasaran, dimana modul yang

berasal dari pasaran tersebut belum memuat indikator-indikator berpikir tingkat

tinggi seperti berpikir kritis. Sehingga siswa tidak terpacu untuk menggali

pengetahuannya lebih mendalam; 6) materi sistem ekskresi dianggap pelajaran

yang sulit; 7) proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang

hanya mengandalkan ingatan menjadikan siswa masih belum terampil dalam

memecahkan suatu permasalahan, melakukan penyelidikan ilmiah, menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam

situasi nyata. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai siswa.
Standar kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Biologi adalah 70 dan

kurang dari 50% siswa yang dapat mencapai nilai KKM tersebut.

Berdasarkan permasalahan diatas dapat ditanggulangi melalui aktifitas

pembelajaran menggunakan modul pembelajaran berbasis berpikir kritis pada

materi sistem ekskresi. Lemahnya keterampilan kemampuan berpikir kritis

juga dapat diatasi jika siswa dilatihkan kemampuan untuk meningkatkan daya

analisis, mengembangkan kemampuan observasi, meningkatkan rasa ingin

tahu, kemampuan bertanya, refleksi, dan membaca dengan kritis

(Wijayanti.T.F, Prayitno.B.A, & Sunarto, 2016). Hal tersebut sejalan dengan

itu Kurniawan (2002), berpendapat bahwa melalui latihan yang ditanamkan

kepada siswa dapat membuat siswa untuk berpikir kritis.

Modul biologi berbasis berpikir kritis menggunakan indikator berpikir

kritis dari (Facione, 2015), dimana terdapat enam indikator yaitu interpretasi,

analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, pengaturan diri. Modul yang berbasis

berpikir kritis memberikan kesempatan kepada siswa secara mandiri untuk

tetap bisa membangun pemahamannya sendiri mengenai suatu konsep dengan

melakukan aktivitas yang tersedia dalam modul tersebut.

Tujuan dari penggunaan modul ini yaitu sebagai bahan ajar mandiri, dapat

menggantikan fungsi pendidik, sebagai alat evaluasi, dan dapat dijadikan

sebagai rujukan bagi siswa (Prastowo A. , 2012). Adapun tujuan dari berpikir

kritis adalah untuk mencapai pengetahuan yang mendalam, sehingga dengan

kemampuan berpikir kritis peserta didik mencapai standar kompetensi yang

telah ditetapkan (Jhonson, 2007). Untuk itu, guru harus bisa melatih

kemampuan berpikir kritis peserta didiknya. Modul berbasis berpikir kritis juga
dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis, modul diberikan kegiatan yang

menuntut siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan,

menyimpulkan, mengatur diri sendiri, dan interpretasi. Kegiatan yang

diberikan dapat berupa diskusi, pengamatan, ataupun pemecahan masalah

(Wijayant.T.F & Nawawi.S, 2017).

Modul ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa untuk lebih

aktif dan lebih fokus sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah dan

menyenangkan. Modul ini diharapkan juga dapat melatih siswa untuk dapat

berpikir kritis sehingga siswa mampu untuk menggali pengetahuannya secara

mandiri dan lebih mendalam. Diharapkan juga, melalui pembelajaran dengan

menggunakan modul berbasis berpikir kritis ini dapat membantu guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian yang akan dilakukan adalah:

Pengembangan Modul Sistem Ekskresi Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis

Pada Kelas XI Semester Genap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan

yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah:

1. Bagaimana karakteristik modul sistem ekskresi berbasis keterampilan

berpikir kritis pada kelas XI semester genap?

2. Bagaimana kelayakan modul sistem ekskresi berbasis keterampilan berpikir

kritis pada kelas XI semester genap ?


C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Materi pelajaran yang dikembangkan hanya menyangkut pada materi sistem

ekrsresi kelas XI

2. Produk yang dikembangkan adalah dalam bentuk modul pembelajaran

berbasis keterampilan berpikir kritis berdasarkan kriteria dan kualitas yang

baik.

3. Keterampilan berpikir kritis yang digunakan adalah keterampilan berpikir

kritis Facione.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk :

1. Mengetahui karakteristik modul sistem ekskresi berbasis keterampilan

berpikir kritis pada kelas XI semester genap

2. Mengetahui kelayakan modul sistem ekskresi berbasis keterampilan berpikir

kritis pada kelas XI semester genap

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi peserta didik

a. Memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik.

b. Membantu peserta didik meningkatkan profil keterampilan berpikir

kritis.
c. Sebagai media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dalam

proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

a. Memberikan alternatif bahan pengajaran kepada pendidik untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara pendidik dan

peserta didik.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka

perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran biologi.

4. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan, bagaimana mengembangkan media belajar

mandiri yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Meningkatkan motivasi dari peneliti untuk menciptakan bahan

pembelajaran yang baru untuk meningkatkan keaktifan peserta didik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan (Research and Development)

1. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan merupakan pendekatan penelitian yang

dihubungkan pada kerja rancangan dan pengembangan. Penelitian

pengembangan berorientasi pada produk. Menurut Sujadi (2003), penelitian

pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang

telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sugiyono (2012) mengatakan, “Metode penelitian dan pengembangan

atau dalam Bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut”. Jadi penelitian ini bukanlah untuk

menguji teori, melainkan untuk menguji keefektifan produk yang

dikembangkan.

Penelitian pengembangan tidak hanya sebatas mengembangkan produk,

tetapi juga pengujian terhadap produk yang dikembangkan. Model yang

digunakan dalam penelitian pengembangan harus dipadukan dengan

beberapa model seperti jenis penelitian survei dengan eksperimen atau

action research dan evaluasi (Mulyatiningsih, 2013).

Borg & Gall menjelaskan penelitian pengembangan adalah suatu proses

yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.


Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-

langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang

temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan

produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan

sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan

revisi terhadap hasil uji lapangan (Setyosari, 2013).

2. Tahap-Tahap Research and Development

Borg & Gall (1983), mengembangkan 10 tahapan dalam

mengembangkan model, yaitu:

a. Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara

lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji,

pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk

merumuskan kerangka kerja penelitian;

b. Planning, termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang

meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan

permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,

desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan

melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;

c. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk

permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah

ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan

buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat

pendukung. Contoh pengembangan bahan pembelajaran, proses

pembelajaran dan instrumen evaluasi;


d. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam

skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan

jumlah 6-12 subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data

dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket;

e. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal

yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat

mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang

ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk

(model) utama yang siap diuji coba lebih luas.

f. Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan

khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30

sampai dengan 100 orang. Pengumpulan data dilakukan secara

kuantitatif, terutama dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah

penerapan ujicoba. Hasil yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk

evaluasi terhadap pencapaian hasil ujicoba (desain model) yang

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian pada

umumnya langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen;

g. Operational product revision, yaitu melakukan

perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga

produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional

yang siap divalidasi;

h. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model

operasional yang telah dihasilkan. Dilaksanakan pada 10 sampai dengan

30 sekolah melibatkan 40 samapi dengan 200 subyek. Pengujian


dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis

hasilnya. Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu

model yang dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa

harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh

peneliti/pengembang model;

i. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model

yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);

j. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan

produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas,

terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah

mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan/model, baik dalam

bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun

pemaparan kepada skakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.

3. Research & Development dalam Penelitian Pendidikan

Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada

bidang-bidang ilmu alam dan teknik. Hampir semua produk teknologi,

seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, senjata,

obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat

rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui penelitian

dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian bisa juga

digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi,

manajemen dan pendidikan (Hayati, 2012).


B. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut harus dapat mengembangkan

bahan ajar yang bervariasi agar proses pembelajaran tidak monoton dan

membosankan. Bahan ajar harus berisi materi yang efektif mendukung

pembelajaran siswa.

Menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014), teknik yang dapat

digunakan dalam menyusun bahan ajar adalah sebagai berikut: Pertama

analisa SK-KD-Indikator. Selanjutnya analisis sumber belajar. Terkahir

pemilihan dan penentuan bahan ajar.

Standar Kompetensi Indikator


Kompetensi Dasar

BAHAN AJAR Kegiatan Materi


Pembelajaran Pembelajaran

(Daryanto dan Aris Dwicahyono, 2014)

Gambar 2.1 Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar dapat berbentuk cetak, audio visual, atau multimedia.

Materi yang terdapat pada bahan ajar yang dikembangkan harus berintikan

kompetensi dasar atau indikator pencapaian peserta didik.

2. Jenis-jenis Bahan Ajar

Triyono dkk (2009), mengemukakan ada lima bentuk dari bahan ajar :

(1) bahan cetak seperti hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, (2) audio visual : video/film, VCD, (3) audio: radio, kaset,

CD audio, (4) visual: foto, gambar, model/maket, (5) multi media: CD

interaktif, computer based, internet. Cakupan dari bahan ajar yaitu (1) judul,

mata pelajaran, standar kompetensi/kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, tempat/kelas, (2) tujuan yang akan dicapai, (3) informasi

pendukung, (4) latihan-latihan, (5), petunjuk kerja, dan (6) penilaian

(Daryanto & Cahyono, 2014).

C. Modul

1. Pengertian Modul

Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan adalah modul.

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

bahasa yang sederhana mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan

tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri

dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo A. , 2012). Modul

adalah salah satu bentuk media cetak yang berisi satu unit pembelajaran,

dilengkapi dengan berbagai komponen sehingga memungkinkan siswa-

siswa yang mempergunakannya dapat mencapai tujuan secara mandiri,

dengan sekecil mungkin mendapat bantuan dari guru, mereka dapat

mengontrol mengevaluasi kemampuan sendiri, yang selanjutnya dapat

menentukan mulai darimana kegiatan belajar selanjutnya harus dilakukan

(Wena, 2010). Sejalan dengan itu Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014),

berpendapat bahwa modul merupakan bahan ajar terprogram yang disusun

sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci.

Menurut Wena (2014), unsur-unsur sebuah modul pembelajaran yaitu:


a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajar yang berdiri sendiri.

b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik mencapai

seperangkat tujuan yang telah ditetapkan.

c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain

secara hirarkis.

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan

bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara

terpadu, sistematis dan terperinci. Dengan mempelajari materi modul,

peserta didik diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-

langkah belajar tertentu, karena modul merupakan paket progam untuk

keperluan belajar.

2. Ciri-ciri Modul

Menurut Wena (2014), adapun ciri-ciri modul yaitu sebagai berikut :


a. Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self-instruction.

b. Pengakuan adanya perbedaan individual belajar.

c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit.

d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan.

e. Penggunaan berbagai macam media.

f. Partisifasi aktif dari siswa.

g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa.

h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar.

3. Langkah – Langkah Penyusunan Modul

Bahan ajar modul yang digunakan disekolahdibuatdengan baik agar

dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah


penyusunan modul menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014), yaitu

sebagai berikut :

a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk

tingkah laku siswa yang dapat diamati dan diukur.

b. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang

diikuti dalam modul.

c. Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan

kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh

modul.

d. Adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul.

e. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa.

f. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan

membimbing siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan

dalam tujuan.

g. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.

Kemudian Nasution (2013), menambahkan bahwa langkah-langkah

penyusunan modul dengan menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan

yang terbuka bagi siswa setiap waktu memerlukannya. Secara teoritis

penyusunan modul dimulai dengan perumusan tujuan, akan tetapi dalam

prakteknya sering dimulai dengan penentuan topik atau bahan pelajarannya

dapat dipecahkan dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang akan

dikembangkan menjadi modul.

Adapun tujuan penyusunan modul menurut Prastowo (2014), antara

lain: 1) Siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
guru; 2) Peran guru tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan

pembelajaran; 3) Melatih kejujuran siswa; 4) Mengakomodasikan berbagai

tingkat dan kecepatan belajar siswa; 5) Siswa mampu mengukur sendiri

tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

4. Karakteristik Modul yang Baik

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008),

modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan lima karaktersistik

sebuah modul yaitu intruksi mandiri (self instruction), bersifat lengkap(self

contained), berdiri sendiri (stand alone), menyesuaikan (adaptive).

a. Instruksi mandiri (Self Intruction), siswa dimungkinkan belajar secara

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat

terpenuhi jika modul tersebut memuat tujuan pembelajaran yang jelas;

materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang

kecil/spesifik; ketersediaan contoh dan ilustrasi yang mendukung

kejelasan pemaparan materi pembelajaran; terdapat soal-soal latihan,

tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya sederhana dan

komunikatif; adanya rangkuman materi pembelajaran; adanya

instrumen penilaian mandiri (selfassessment) adanya umpan balik atas

penilaian siswa; dan adanya informasi tentang rujukan.

b. Lengkap(self contained), seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajran secara

tuntas.
c. Berdiri sendiri (stand alone), modul yang dikembangkan tidak

tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-

sama dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk

mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

d. Menyesuaikan (adaptive), modul tersebut dapat menyesuaikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel atau luwes

digunakan diberbagai perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif

adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun waktu

tertentu.

e. Bersahabat/akrab (userfriendly), modul memiliki instruksi dan paparan

informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan

istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan

penggunaaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu

bentuk bersahabat/akrab (user friendly).

5. Manfaat Modul

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi (Prastowo,

2014), sebagai berikut :

a. Bahan Ajar Mandiri

Penggunaan modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan

kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada

kehadiran guru. Siswa dapat mempelajari modul secara mandiri kapan

pun dan dimana pun tanpa harus didampingi guru.

b. Pengganti Fungsi Guru


Modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi

pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai

tingkat pengetahuan dan usia siswa. Maka dari itu, penggunaan modul

dapat berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator/guru.

c. Sebagai Alat Evaluasi

Modul dapat berfungsi sebagai alat evaluasi, karena dengan modul

dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Sehingga apabila

telah menguasai materi yang telah dipelajari, maka siswa dapat

melanjutkan materi selanjutnya.

d. Sebagai Bahan Rujukan Siswa

Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa,

maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa.

6. Keuntungan Pembelajaran Menggunakan Modul

Menurut Santyasa (2009), keuntungan yang diperoleh dari

pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas

pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang

mana mereka belum berhasil. Siswa mencapai hasil sesuai dengan

kemampuannya.

c. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester


d. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

D. Berpikir Kritis

1. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan

pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan. Menurut Purwanto

(2007), berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan

pemahaman atau pengertian yang dikehendakinya. Sedangkan menurut

Santrock (2011), berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan

mentransformasi informasi dalam memori.

Menurut Ennis (2011), berpikir kritis adalah berpikir logis yang

difokuskan pada pengambilan keputusan apa yang harus dipercaya dan apa

yang harus dilakukan. Berpikir kritis memiliki peran yang baik dalam proses

pembelajaran. Contohnya, ketika seseorang dapat membuat kesimpulan

yang tepat dan benar. Seorang pemikir kritis akan lebih agresif, tajam, peka

terhadap informasi atau situasi yang sedang dihadapinya dan santun dalam

melakukannya. Sedangkan Santrock (2011), berpendapat bahwa pemikiran

kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, serta melibatkan evaluasi

bukti. Sejalan dengan itu Wijaya (2010), berpendapat bahwa kemampuan

berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang

lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi,

mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan


mengenai pengertian kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir

yang melibatkan pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk

mendapatkan informasi yang mendekati benar atau sempurna.

Tujuan berpikir kritis menurut Sapriya (2007), ialah untuk menguji

suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan

atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang

dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong

siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan

tentang dunia. Siswa akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat,

sehingga dapat membedakan mana pendapat yang relevan dan tidak relevan,

mana pendapat yang benar dan tidak benar.

2. Ciri-ciri Keterampilan Berpikir Kritis

Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat diamati untuk mengetahui

bagaiamana tingkat kemampuan berpikir kritis seseorang. Berikut ini ciri-

ciri berpikir kritis menurut Wijaya (2010), yaitu sebagai berikut :

a. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.

b. Pandai mendeteksi permasalahan.

c. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan.

d. Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat.

e. Mampu mengidentifikasi perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan

informasi.

f. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis.

g. Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data.


h. Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.

i. Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak.

j. Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang

berkaitan dengan data.

k. Mampu mengetes asumsi dengan cermat.

l. Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam

lingkungan.

m. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda,

seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.

n. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif

pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi.

o. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan

masalah lainnya.

p. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia

dengan data yang diperoleh dari lapangan.

q. Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia.

r. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia.

s. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi

yang diterimanya.

t. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

3. Karakteristik Berpikir Kritis

Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang karakteristik berpikir

kritis yang pertama yaitu Menurut Fisher (2008), menyatakan ada 6

karakteristik berpikir kritis antara lain sebagai berikut :


a. Mengidentifikasi masalah.

b. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan.

c. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah.

d. Membuat kesimpulan.

e. Mengungkapkan pendapat.

f. Mengevaluasi argumen.

Menurut Ennis (2000), mengidentifikasi 12 karakteristik berpikir kritis

yang dikelompokkan ke dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :

a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan

pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan

hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.

d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-

istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta

mengidentifikasi asumsi.

e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan

berinteraksi dengan orang lain.


4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh

banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu.

Menurut Maryam dan Setiawati (2008), ada 8 faktor yaitu :

a. Kondisi fisik

Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.

Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada

kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu

masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya

sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.

b. Keyakinan diri/motivasi

motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian

tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,

dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan

yang telah ditetapkannya.

c. Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika

terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls

untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang

mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Kecemasan dapat menurunkan

kemampuan berpikir kritis seseorang.

d. Kebiasaan dan rutinitas


Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis

adalah terjebak dalam rutinitas. Kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik

dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.

e. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk

merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau

menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik

terhadap stimulus.

f. Konsistensi

Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu

ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan

waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.

g. Perasaan

Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :

sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang

harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat

mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan

sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.

h. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula

menjadi seorang ahli.


5. Cara Mengaplikasikan Berpikir Kritis

Seorang bernama Jensen (2011), dalam bukunya yang berjudul

“pembelajaran berbasis otak”, berpendapat bahwa pemikiran intelejen tidak

hanya dapat diajarkan, melainkan juga merupakan bagian fundamental dari

paket keterampilan esensial yang diperlukan bagi kesuksesan dalam dunia.

Fokus primer pada kreativitas, keterampilan hidup, dan pemecahan masalah

membuat pengajaran tentang pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif

bagi siswa.

Berikut ini beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada level

pengembangan abstraksi dalam mengajarkan pemecahan masalah dan

berpikir kritis menurut Jensen (2011) : “a) Mengumpulkan informasi dan

memanfaatkan sumber daya; b) Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk

dan gaya; c) Meramalkan; d) Mengajukan pertanyaan bermutu tinggi; e)

Mempertimbangkan bukti sebelum menarik kesimpulan; f) Menggunakan

metafor dan model; g) Menganalisis dan meramalkan informasi; h)

Mengkonseptualisasikan strategi (misalnya pemetaan pikiran, mendaftarkan

pro dan kontra, membuat bagan); i) Bertransaksi secara produktif dengan

ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan; 10) Menghasilkan kemungkinan dan

probabilitas (misalnya brainstroming, formula, survei, sebab dan akibat).”

6. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Modul berpikir kritis merupakan salah satu bahan ajar yang lengkap

berisi aktivitas siswa, uraian materi, soal-soal, serta tugas yang mencangkup

indikator berpikir kritis yang bertujuan melatih kemampuan berpikir kritis


siswa. Indikator keterampilan berpikir kritis menurut para ahli dalam Tawil

dan Liliasari (2013), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Indikator berpikir kritis

Indikator Kata-kata operasional Teori


Memberikan Menganalisis pernyatan, mengajukan dan
penjelasan sederhana menjawab klarifikasi
Membangun Menilai kredibilitas suatu sumber, meneliti,
keterampilan dasar menilai hasil penelitian
Membuat inferensi Mereduksi dan menilai deduksi, menginduksi
dan menilai induksi, membuat dan menilai
penilaian yang berharga Ennis (1980)
Membuat penjelasan Mendefinisikan istilah, menilai definisi,
lebih lanjut mengidentifikasi asumsi
Mengatur strategi dan Memutuskan sebuah tindakan, berinteraksi
Teknik dengan orang lain
Interpretasi Memahami, mengekspresikan, menyampaikan
signifikan, dan mengklasifikasi makna
Analisis Mengidentifikasi, menganalisis
Evaluasi Dapat menuliskan penyelesaian soal.
Inferensi Menyimpulan, merumuskan hipotesis, Facione (1990)
Mempertimbangkan
Penjelasan Menjustifikasi penalaran, mempresentasikan
penalaran,
Regulasi diri Menganalisis, mengevaluasi
Klasifikasi dasar Meneliti, mempelajari masalah,
mengidentifikasi, meneliti hubunganhubungan
Klasifikasi mendalam Menganalisis masalah untuk memahami
nilainilai,
kepercayaan-kepercayaan dan asumsiasumsi
utamanya Henri (1991)
Inferensi Mengakui dan mengemukakan sebuah ide
berdasarkan pada proposisi yang benar
Penilaian Membuat keputusan-keputusan
evaluasievaluasi
dan kritik-kritik
Strategi-strategi Menerapkan solusi setelah pilihan atau
Keputusan
Identifikasi masalah Mengupayakan tindakan menarik minat dalam
sebuah masalah
Definisi masalah Mendefinisikan batasan-batasan, akhir dan
alat
Masalah Garrison (1992)
Eksplorasi masalah Pemahaman mendalam tentang situasi
masalah
Penerapan masalah Mengevaluasi solusi-solusi alternative dan
ideide
Baru
Integritas masalah Bertindak sesuai pemahaman untuk
memvalidasi pengetahuan
(Sumber: Tawil dan Liliasari, 2013)
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah indikator kemampuan berpikir kritis dari Facione (2015), antara

lain Interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, serta

selfregulation. Keenam indikator kemampuan berpikir kritis yang

dikembangkan Facione dijabarkan kembali oleh peneliti menjadi beberapa

subskill dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Beserta Subskill

Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator Kemampuan
No Berpikir Kritis Sub Skill

1. Interpretasi a. Mengkategorikan
b. Menyampaikan signifikan
c. Klarifikasi makna
2. Analisis a. Memeriksa gagasan
b. Mengidentifikasi argumen
c. Mengidentifikasi alasan dan klaim
3. Inferensi a. Mempertanyakan bukti
b. Menduga alternatif
c. Menarik kesimpulan
4. Evaluasi a. Menilai kredibilitas klaim
b. Kaji kualitas argumen yang dibuat dengan
menggunakan penalaran induktif atau
deduktif
5. Eksplanasi a. Menuliskan hasil akhir
b. Memberikan alasan
c. Mempresentasikan argumen
6. Self-regulation a. Pengkajian diri
b. Koreksi diri
(Sumber: Facione, 2015)

Peneliti mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis dari

Facione dengan pertimbangan banyaknya penelitian yang menggunakan

indikator Facione dalam mengkur kemampuan berpikir kritis, antara lain

penelitian Chukwuyenum (2013), dalam penelitiannya yang dituangkan

dalam jurnal dengan judul Impact of Critical Thinking on Performance in

Mathematics among Senior Secondary School Students in Lagos State,


penelitian Haryani (2011), yang dituangkan dalam prosiding dengan judul

Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah untuk Menumbuh

kembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, penelitian Kriel (2013),

yang dituangkan dalam prosising dengan judul Creating a Disposition for

Critical Thinking in the Mathematics Classroom, serta penelitian Zhou,

Huang, dan Tian (2013), yang dituangkan dalam jurnal dengan judul

Developing Students’ Critical Thinking Skills by Task-Based Learning in

Chemistry Experiment Teaching. Dengan banyak penelitian yang

menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis Facione menandakan

bahwa indikator Facione terbukti dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis.

E. Sistem Ekskresi

1. Sistem Ekskresi pada Manusia

Menurut buku Lestari (2009), Ekskresi merupakan proses

pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh

tubuh. Salah satu bentuk ekskresi adalah buang air kecil, hasil buangan

itu antara lain berupa urin. Akan tetapi, sebenarnya hasil buangan tidak

hanya berupa urin saja. Zat buangan lainnya dapat berupa keringat, gas

karbon dioksida, zat warna empedu. Zat-zat sisa metabolisme merupakan

zat sampah yang harus dibuang dari tubuh. Zat-zat itu antara lain:

a. urin dikeluarkan oleh ginjal

b. keringat dikeluarkan oleh kelenjar keringat melalui kulit,

c. karbon dioksida dikeluarkan oleh paru-paru, dan

d. empedu dikeluarkan oleh hati.


2. Gangguan pada Sistem Ekskresi

Menurut Ferdinan & Aribowo (2009), adapun gangguan pada sistem

ekskresi yang umum terjadi antara lain sebagai berikut.

a. Sistitis (Cystitis) adalah peradangan yang terjadi di kantung urinaria.

Biasanya, terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam

tubuh.

b. Hematuria, terjadi ketika ditemukan eritrosit dalam urine.

Penyebabnya bermacam-macam, seperti adanya batu dalam ginjal,

tumor di renalpelvis, ureter, kandung kemih, kelenjar prostat atau

uretra.

c. Glomerulonefritis adalah peradangan yang terjadi di glomerulus

sehingga proses filtrasi darah terganggu.

d. Batu ginjal adalah adanya objek keras yang ditemukan di pelvis

renalis ginjal. Komposisi batu ginjal adalah asam urat, kalsium

oksalat, dan kalsium fosfat. Batu ginjal terjadi karena terlalu banyak

mengonsumsi garam mineral, tetapi sedikit mengonsumsi air. Batu

ginjal tersebut sering mengakibatkan iritasi dan pendarahan pada

bagian ginjal yang kontak dengannya.

e. Gagal ginjal, terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk melakukan

fungsinya secara normal. Gagal ginjal dapat diatasi dengan dialisis,

dll.

3. Sistem Ekresi pada Hewan

Selain manusia, hewan pun melakukan ekskresi. Menurut Campbell

(2008), sistem ekskresi pada hewan terbagi menjadi 2 yaitu :


a. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata

1) Planaria

Organ ekskresi yang paling sederhana dapat ditemukan pada

cacing pipih atau planaria. Organ tersebut bernama protonefridia,

berupa jaringan pipa yang bercabang-cabang di sepanjang

tubuhnya. Jaringan pipa tersebut dinamakan nefridiofor. Ujung

dari cabang nefridiofor disebut sel api (flame cell).

2) Cacing Tanah

Cacing tanah, moluska, dan beberapa hewan invertebrata lainnya

memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut nefridia (alat

eksresi).

3) Serangga

Alat ekskresi pada serangga, contohnya belalang adalah tubulus

Malpighi. Badan Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang

terikat pada ujung usus posterior belalang dan berwarna

kekuningan.

b. Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata

1) Pisces (Ikan)

Ginjal pada ikan adalah sepasang ginjal sederhana yang disebut

mesonefros. Setelah dewasa, mesonefros akan berkembang

menjadi ginjal opistonefros. Tubulus ginjal pada ikan mengalami

modifikasi menjadi saluran yang berperan dalam transport

spermatozoa ke arah kloaka.

2) Amphibia (Katak)
Tipe ginjal pada Amphibia adalah tipe ginjal opistonefros. Katak

jantan memiliki saluran ginjal dan saluran kelamin yang bersatu

dan berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada

katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan, juga

menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan

kadar air dalam tubuhnya.

3) Aves (Burung)

Burung memiliki ginjal dengan tipe metanefros. Burung tidak

memiliki kandung kemih sehingga urine dan fesesnya bersatu dan

keluar melalui lubang kloaka. Urine pada burung diekskresikan

dalam bentuk asam urat.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan pengembangan modul berbasis berpikir

kritis adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Jayanti (2012), yang berjudul Pengembangan Modul

Pembelajaran Kimia Berbasis Berpikir Kritis Pada Materi Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan Di Kelas XI IPA MAN Sakatiga, hasilnya adalah

bahwa modul yang disusun valid, praktis dan efektif serta dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Sebanyak 82% siswa mendapatkan

hasil belajar ≥ 70. Perbedaan antara modul penelitian di atas dengan

modul yang akan dikembangkan adalah terletak pada materi, dan mata

pelajaran yang diambil yaitu biologi.

2. Efrilianti (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan

Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Laju


Reaksi di SMA Srijaya Negara Palembang menyatakan bahwa dengan

menggunakan bahan ajar berbentuk modul, siswa lebih mudah mengikuti

pembelajaran kimia sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif yang ditunjukkan dari hasil belajar siswa dimana sebesar

79,47% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 70. Perbedaan antara modul

penelitian di atas dengan modul yang akan dikembangkan adalah terletak

pada materi dan mata pelajaran. Materi modul yang dikembangkan

adalah sistem eksresi. Selain itu, perbedaan terletak pada Indikator

keterampilan berpikir kritis yang digunakan. Pada penelitian Efrilianti

(2013), indikator keterampilan berpikir kritis tidak dituliskan pada

kegiatan pembelajaran, sedangkan pada penelitian yang dikembangkan

indikator dituliskan pada setiap kegiatan pembelajaran.

3. Berdasarkan penelitian Khumairah, Suhery dan Hadeli (2014), yang

berjudul Pengembangan Modul Kimia Dasar Materi Termokimia

Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Kimia, bahwa modul yang disusun valid, praktis dan efektif

dan juga hasil belajar mahasiswa yang memperoleh pembelajaran

menggunakan modul lebih baik daripada hasil belajar mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran tanpa menggunakan modul. Kemampuan

berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, dengan

rata-rata sebesar 62 untuk kelas eksperimen, dan 29 untuk kelas kontrol.

4. Berdasarkan penelitian Ikashaum (2016), yang berjudul Pengambangan

Modul Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Self


Efficacy Siswa, Bahwa modul yang dibuat tersebut dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Pengembangan modul interaktif sistem eksresi berbasis keterampilan

berpikir kritis ini memiliki spesifikasi produk sebagai berikut:

1. Modul dikembangkan pada materi sistem eksresi.

2. Modul dikembangkan berdasarkan hasil analisis berpikir kritis dari

Facione.

3. Pemberdayaan berpikir kritis pada modul diletakkan pada bagian

kegiatan siswa yaitu, pada bagian evaluasi yang berisi latihan soal.

4. Soal yang dipakai berupa soal esay.

5. Modul dapat menarik minat belajar siswa melalui penggunaan indikator

berpikir kritis.

6. Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan gambar-gambar organ.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/ 2018 di

SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang beralamat di jalan Balayudha.

B. Jenis Penelitian dan Pengembangan

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Research and Development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu

dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan yang dilakukan

menggunakan model prosedural dengan mengadaptasi model pengembangan

Borg dan Gall (Sugiyono, 2012).

Tujuan utama metode penelitian pengembangan ini digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan mengetahui kelayakan produk yang

dikembangkan. Pada penelitian yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1

palembang ini akan dikembangkan media pembelajaran IPA dalam bentuk

modul sistem ekskresi berbasis keterampilan berpikir kritis. Subyek uji coba

dalam penelitian ini peserta didik kelas XI.


C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Menurut Borg dan Gall penelitian pengembangan adalah suatu proses

yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan

(Setyosari, 2013). Tahapan proses dalam penelitian dan pengembangan

biasanya membentuk siklus yang konsisten untuk menghasilkan suatu produk

tertentu sesuai dengan kebutuhan, melalui langkah desain awal produk, uji

coba produk awal untuk menemukan berbagai kelemahan, perbaikan

kelemahan, diuji cobakan kembali, diperbaiki sampai akhirnya ditemukan

produk yang baik.

Borg dan Gall mengemukakan langkah-langkah dalam penelitian dan

pengembangan meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3)

design produk, 4) validasi design, 5) revisi produk, 6) uji coba produk, 7) revisi

produk, 8) uji pelaksanaan lanjutan, 9) penyempurnaan produk akhir, 10)

dimensi dan implementasi (Sugiyono, 2012). Prosedur penelitian dan

pengembangan dimodifikasi menjadi 7 langkah. Uji pelaksanaan lanjutan,

penyempurnaan produk dan dimensi implementasi tidak dilakukan karena

keterbatasan waktu dan biaya.

Secara umum, prosedur pengembangan produk dapat dilihat pada gambar

berikut ini :
Potensi dan Pengumpulan Desain modul sistem
Masalah Data ekskresi berbasis
keterampilan berpikir kritis

Revisi modul sistem ekskresi Validasi modul sistem


berbasis keterampilan berpikir ekskresi berbasis
kritis. keterampilan berpikir
kritis.

Uji Coba modul sistem Revisi modul sistem


ekskresi berbasis ekskresi berbasis
keterampilan berpikir keterampilan berpikir kritis.
kritis.

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Produk


( Sumber : Sugiono, 2012).

Model ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuai dengan

penelitian pengembangan pendidikan yaitu penelitian yang menghasilkan atau

mengembangkan produk tertentu dengan melakukan beberapa uji ahli seperti

uji materi, uji desain dan uji coba produk di lapangan untuk menguji

keefektifan dan kebermanfaatan suatu produk. Dalam penelitian

pengembangan ini dibutuhkan tujuh langkah pengembangan untuk

menghasilkan produk revisi modul yang baik dan benar.

1. Potensi dan Masalah (Research and information collecting)

Tahap ini mengharuskan peneliti atau pengembang melakukan

observasi analisis kebutuhan, wawancara serta angket. Observasi,

wawancara dan penyebaran angket dilakukan pada tanggal 27 November


2017 di SMA Muhammadiyah 1 Palembang. Melalui hasil observasi,

wawancara dan penyebaran angket didapatkan permasalahan antara lain,

proses pembelajaran yang membosankan, bahan ajar modul belum memuat

indikator berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

2. Pengumpulan Data (Planning)

Tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi

lapangan. Studi pustaka digunakan untuk mengetahui bagaimana

pengembangan modul sistem eksresi berbasis keterampilan berpikir kritis

melalui kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan.

a. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sumber belajar di

SMA. Studi lapangan dilakukan dengan cara analisis kurikulum yang

berlaku di sekolah, analisis tahap perkembangan siswa, dan analisis

ketersediaan sumber belajar di lapangan.

b. Studi pustaka mengenai teori yang berhubungan dengan sumber belajar

bentuk modul untuk pembelajaran Biologi di SMA serta studi pustaka

mengenai materi sistem ekskresi.

3. Desain produk (Develop preliminary form of product)

Setelah mengumpulkan informasi, selanjutnya membuat produk awal

modul sistem ekskresi. Penyusunan bentuk awal modul ini mengikuti

langkah-langkah pembuatan modul. Tahap pertama penulisan modul

dimulai dari menentukan materi yang akan dipelajari, menentukan indikator

keterampilan berpikir kritis, membuat matriks modul sistem ekskresi

berbasis keterampilan berpikir kritis. Matriks modul dilengkapi dengan

kompetensi inti, kompetensi dasar indikator pencapaian kompetensi, tujuan


pembelajaran dan soal-soal yang menggunakan indikator keterampilan

berpikir kritis. Adapun kerangka penulisan modul berdasarkan teknik

penulisan modul menurut Daryanto (2013), yaitu sebagai berikut :

a. Halaman Sampul

Berisi antara lain: label kode modul, bidang/program studi keahlian

dan kompetensi keahlian, judul modul, gambar ilustrasi, nama

penyusun, dan tahun modul disusun.

b. Kata Pengantar

Memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran.

c. Daftar Isi

Memuat kerangka (outline) modul, dilengkapi dengan nomor

halaman.

d. Peta Kedudukan Modul

Diagram yang menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan

program pembelajaran.

e. Pendahuluan

1) Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran

a) Kompetensi Inti yang akan dipelajari pada modul:

1.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam


serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia..

1.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan

rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

1.4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara

efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan.

b) Kompetensi Dasar yang akan dipelajari pada modul:

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan

tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ penyusun

sistem dan bioproses yang terjadi pada mahluk hidup.

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta,

disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan

eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan

dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan


kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan

dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun

organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses

ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta

gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi

manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan

simulasi.

4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan

fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi

manusia melalui berbagi bentuk media presentasi.

f. Deskripsi

Penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul, kaitan

modul yang satu dengan modul yang lainnya, dan hasil belajar yang

akan dicapai setelah menyelesaikan modul, serta manfaat kompetensi

tersebut dalam proses pembelajaran dan kehidupan secara umum.

g. Waktu

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang

menjadi target belajar.

h. Prasyarat

Kemampuan awal yang diprasyaratkan untuk mempelajari modul

tersebut, baik berdasarkan bukti penguasaan modul lain maupun

dengan menyebut kemampuan spesifik yang diperlukan.


i. Petunjuk Penggunaan Modul

Memuat panduan tata cara menggunakan modul, yaitu; langkah-

langkah untuk mempelajari modul secara benar; perlengkapan, seperti

sarana/prasarana/fasilitas yang harus dipersiapkan sesuai kebutuhan

belajar.

j. Tujuan Akhir

Pernyataan tujuan akhir yang hendak dicapai peserta didik setelah

menyelesaikan suatu modul. Rumusan tujuan akhir tersebut harus

memuat kinerja (perilaku) yang diharapkan, kreteria keberhasilan dan

kondisi atau variabel yang diberikan.

k. Cek Penguasaan Kompetensi Inti

Berisi tentang daftar pertanyaan yang akan mengukur penguasaan

awal kompetensi peserta didik, terhadap kompetensi yang akan

dipelajari dalam modul.

l. Pembelajaran

1) Kegiatan Belajar 1

2) Kompetensi dasar yang akan dipelajari.

3) Tujuan pembelajaran

Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk satu kesatuan

kegiatan belajar. Rumusan tujuan kegiatan belajar relatif tidak terikat

dan tidak terlalu rinci. Adapun tujuan pembelajaran pada kegiatan

belajar 1 yaitu sebagai berikut :

a) Siswa dapat menafsirkan organ-organ sistem eksresi pada


manusia dengan benar.
b) Siswa dapat menganalisis proses pembentukan urin pada manusia
melalui diskusi kelompok dengan benar.
c) Siswa dapat menyimpulkanmateri mangenai sistem ekskresi pada
manusia dengan benar.
d) Siswa dapat mengevaluasi materi pembelajaran mengenai sistem
ekskresi pada manusia dengan benar.
e) Siswa dapat menjelaskan materi tentang sistem ekskresi pada
manusia dengan baik.
f) Siswa dapat menelaah pemahaman materi mengenai sistem
ekskresi pada manusia dengan baik.
4) Uraian Materi

Berisi uraian pengetahuan/konsep/prinsip tentang kompetensi yang

sedang dipelajari.

Sistem Ekskresi pada Manusia

Menurut buku Lestari (2009), Ekskresi merupakan proses pengeluaran

zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh.

Salah satu bentuk ekskresi adalah buang air kecil, hasil buangan itu

antara lain berupa urin. Akan tetapi, sebenarnya hasil buangan tidak

hanya berupa urin saja. Zat buangan lainnya dapat berupa keringat,

gas karbon dioksida, zat warna empedu. Zat-zat sisa metabolisme

merupakan zat sampah yang harus dibuang dari tubuh. Zat-zat itu

antara lain:

a) urin dikeluarkan oleh ginjal.

b) keringat dikeluarkan oleh kelenjar keringat melalui kulit.

c) karbon dioksida dikeluarkan oleh paru-paru, dan

d) empedu dikeluarkan oleh hati.

5) Rangkuman
Berisi ringkasan pengetahuan/konsep/prinsip yang terdapat pada

uraian materi.

6) Tugas

Berisi instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman

terhadap konsep/pengetahuan/prinsip-prinsip penting yang dipelajari.

7) Tes

Berisi tes tetulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan

guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang

telah dicapai, sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya.

m. Evaluasi

Teknik atau metode evaluasi disesuaikan dengan ranah yang dinilai,

serta indikator keberhasilan yang diacu. Instrumen penilaian dirancang

untuk mengukur dan menetapkan tingkat pencapaian kemampuan

kognitif. Soal dikembangkan sesuai dengan karakteristik aspek yang

akan dinilai dan dapat menggunakan jenis-jenis tes tertulis yang

dinilai cocok.

Bentuk tes yang digunakan seperti test latihan soal pilihan ganda dan

essay yang memuat indikator keterampilan berpikir kritis dimana

indikator berpikir kritis memiliki 16 sub indikator yang dapat memacu

keterampilan berpikir kritis siswa.

n. Kunci Jawaban

Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan pada setiap

kegiatan pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi,

dilengkapi dengan kriteria penilaian pada setiap item tes.


o. Glosarium

Memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan

asing yang digunakan dan disusun menurut urutan abjad (alphabetis).

p. Daftar Pustaka

Semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan pada

penyusunan modul.

4. Validasi desain (Preliminary field testing)

Validasi pada penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 4 subjek ahli

yaitu materi, ahli bahasa, dan ahli design, dan ahli perangkat pembelajaran

untuk mendapatkan validasi/penilaian kelayakan dari produk yang telah

dikembangkan. Uji validasi desain ada 4 tahap yaitu:

a. Uji ahli materi

Uji ahli materi bertujuan untuk menguji kelengkapan materi, dan

berbagai hal yang berkaitan dengan materi. Ahli materi mengkaji aspek

kajian materi, kebenaran materi, sistematika materi dan berbagai hal yang

berkaitan dengan materi.

b. Uji ahli bahasa

Uji ahli bahasa bertujuan untuk menguji ketepatan penulisan bahasa

indonesia yang taat dengan ketentuan EYD (ejaan yang disempurnakan)

serta mengkaji diksi (pilihan kata) yang tepat dengan kemampuan

membaca peserta didik.

c. Uji ahli media/desain

Uji ahli media bertujuan untuk menguji baik dari segi tampilan, tata letak

teks dan gambar, kesesuaian jenis huruf dan ukurannya, kesesuaian


warna, pemilihan background, tampilan cover, warna cover dan

kemenarikan tampilan desian cover.

d. Uji ahli perangkat pembelajaran

Uji ahli perangkat pembelajaran untuk menguji ketepatan materi dengan

rencana pembelajaran, mengkaji kebenaran rencana pembelajaran,

ketepatan menggunakanan silabus yang dipakai, kesesuaian materi dan

evaluasi soal dalam rencana pembelajaran.

5. Revisi Produk Pertama (Main product revision)

Setelah desain produk divalidasi oleh ahli materi, ahli desain, ahli

bahasa, dan instrument maka dapat diketahui kelemahan dari produk

tersebut. Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki untuk menghasilkan

produk yang lebih menarik.

6. Uji Coba Produk (Main field testing)

Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diuji cobakan dalam

kegiatan pembelajaran. Pada uji coba produk, pengujian dilakukan pada

kelompok kecil dengan 15-20 peserta didik dan 1-2 uji coba untuk guru.

Setelah diuji coba lalu diberi angket tanggapan tentang produk modul yang

dikembangkan hal ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari produk

modul tersebut serta uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

apakah produk yang dikembangkan dalam menyampaikan materi sistem

ekskresi lebih efektif, bermanfaat dan mengetahui respon siswa apakah

produk dapat memberdayakan berpikir kritis.

7. Revisi Produk (Operational product revision)


Dari hasil uji coba produk, apabila tanggapan Pendidik maupun Peserta

didik mengatakan bahwa produk ini menarik, kemudian dari segi

keefektifan dan kebermanfaatan perangkat pembelajaran pada Peserta didik

SMA menunjukkan bahwa media pembelajaran modul sistem ekskresi

berbasis keterampilan berpikir kritis ini ternyata lebih efektif dan

bermanfaat bagi proses pembelajaran serta dapat meningkatkan berpikir

kritis dari sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa bahan pembelajaran ini

telah selesai dikembangkan sehingga menghasilkan produk akhir. Namun

apabila produk belum sempurna maka hasil dari uji coba ini dijadikan bahan

perbaikan dan penyempurnaan bahan pembelajaran yang dibuat, sehingga

dapat menghasilkan produk akhir yang siap digunakan di sekolah.

D. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang diubah menjadi

kuantitatif. Data tersebut memberikan gambaran mengenai kualitas produk

yang dikembangkan.

1. Data ahli konten/materi, berupa kualitas produk ditinjau dari aspek format

materi, isi materi, bahasa, dan penilaian.

2. Data ahli media, berupa kualitas produk ditinjau dari aspek tampilan umum

dan keterpaduan warna yang digunakan.

3. Data ahli bahasa, berupa kualitas produk ditinjau dari penulisan bahasa

indonesia yang taat dan sesuai dengan ketentuan EYD (ejaan yang

disempurnakan).

4. Data ahli desain berupa kualitas produk ditinjau dari aspek desain tampilan

cover, materi, dan penilaian.


5. Data siswa, digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon terhadap

kemenarikan modul.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan lembar validasi berupa angket (kuesioner) menggunakan skala

likert yang digunakan untuk mengetahui apakah modul sistem ekskresi dan

instrument yang telah dirancang valid atau tidak. Lembar validasi ini terdiri

dari 4 subjek diantaranya:

1. Lembar validasi materi

Lembar ini berisi tentang kelayakan materi modul sistem ekskresi. Masing-

masing aspek dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Lembar validasi

ini diisi oleh ahli materi.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi

Nilai
No Indikator Penilaian 1 2 3 4

1 Kesesuaian materi bahan ajar dengan indikator


keterampilan berpikir kritis
2 Kesesuaian dengan kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran
3 Kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
4 Kesesuaian dengan bahan ajar (modul)
5 Kebenaran substansi materi pembelajaran
6 Kelengkapan informasi
7 Kesesuaian soal latihan/tes formatif dengan
tujuan/indikator pembelajaran
8 Manfaat untuk penambahan wawasan

2. Lembar validasi media

Lembar ini berisi tentang tampilan media, cover, dan warna terhadap modul

kesesuaian warna cover, ketepatan gambar pada cover, dan kemenarikan


desain cover yang dibuat. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi

beberapa pertanyaan. Lembar validasi ini diisi oleh ahli media.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media

Nilai
No Indikator penilaian 1 2 3 4 5

1 Kelengkapan komponen sumber belajar


Kesesuaian modul dengan KI dan KD
Penggunaan font (jenis dan ukuran)
Lay out
Ilustrasi, gambar, tabel dan warna
2
Desain tampilan
Kemenarikan warna pada cover
Ketepatan jenis huruf pada cover
3 Ketepatan ukuran huruf pada cover
Ketepatan pada gambar cover
Kemenarikan warna tulisan pada materi
Ketepatan jenis huruf pada materi
Ketepatan ukuran huruf pada materi
Ketepatan bentuk huruf pada materi
4 Ketepatan layout pengetikan pada materi
Kejelasan tulisan pada materi
Kesesuaian penggunaan variasi jenis, ukuran dan
bentuk huruf untuk judul bab dan sub bab
5 Kemenarikan warna pada penilaian
Ketepatan jenis huruf pada penilaian
Ketepatan ukuran huruf pada penilaian

3. Lembar validasi ahli bahasa

Lembar ini berisi tentang kesesuaian penulisan bahasa indonesia dengan

EYD (ejaan yang disempurnakan). Masing-masing aspek dikembangkan

menjadi beberapa pertanyaan. Lembar validasi ini diisi oleh ahli bahasa.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Bahasa

Nilai
No Indikator penilaian 1 2 3 4 5
1 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai dengan EYD.
2 Keterbacaan
3 Kejelasan informasi
4 Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
(singkat dan jelas)
5 Tidak menggunakan bahasa daerah

4. Lembar validasi perangkat pembelajaran

Lembar ini berisi tentang kesesuaian rencana perangkat pembelajaran,

silabus yang dipakai, dan evaluasi latihan soal.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen perangkat pembelajaran

Nilai
No Indikator Penilaian 1 2 3 4 5

1 Menggunakan rencana perangkat pembelajaran


kurikulum 2013
2 Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan
kurikulum 2013
3 Kesesuaian KI, KD dengan indikator pencapaian
kompetensi
4. Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan
perangkat pembelajar 2013
5 Kesesuaian RPP dengan kebutuhan peserta didik
6 Menggunakan silabus biologi revisi terbaru
7 Kesesuaian materi dengan evaluasi latihan soal
8 Ketepatan menggunakan bahasa sesuai EYD
9 Kejelasan perangkat pembelajaran, silabus, dan
latihan soal evaluasi
10 Kelengkapan komponen perangkat pembelajaran

5. Lembar validasi tanggapan siswa

Lembar ini berupa angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap modul sistem ekskresi berbasis keterampilan berpikir kritis.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen tanggapan siswa

Nilai
No Indikator Penilaian 1 2 3 4 5

1 Manfaat untuk penambahan wawasan


2 Kejelasan informasi
3 Pemberian motivasi
4 Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien
(singkat dan jelas)
5 Kejelasan petunjuk penggunaan bahan ajar (modul)
6 Penggunaan font, jenis dan ukuran
7 Lay out
8 Ilustrasi pada gambar
9 Desain tampilan

6. Lembar validasi tanggapan guru

Lembar ini berupa angket yang digunakan untuk mengetahui respon guru

terhadap modul sistem ekskresi berbasis keterampilan berpikir kritis.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen tanggapan guru

Nilai
No Indikator Penilaian 1 2 3 4 5

1 Manfaat untuk penambahan wawasan


2 Kesesuaian materi dengan KI dan KD
3 Kesesuaian materi dengan indikator keterampilan
berpikir kritis
4 Kejelasan informasi
5 Pemberian motivasi
6 Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien
(singkat dan jelas)
7 Kejelasan petunjuk penggunaan bahan ajar (modul)
8 Penggunaan font, jenis dan ukuran
9 Lay out
10 Ilustrasi pada gambar
11 Desain tampilan

F. Teknik pengumpulan dan analisis data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan pemusatan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode


observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi dan mengamati

secara langsung keadaan pembelajaran, keaktifan peserta didik dalam

proses pembelajaran biologi untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian.

b. Wawancara

Instrument wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pada pra

penelitian. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan untuk siswa kelas

XI IPA yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai

permasalahan dalam pembelajaran biologi. Wawancara ini bertujuan

untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa dalam

pembelajaran biologi.

c. Angket (kuesioner)

Angket dalam bentuk kuesioner adalah kumpulan dari pernyataan yang

diajukan secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti tentang pribadinya atau hal yang diketahui

(Arikunto, 2010).

Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat kebutuhan peserta didik

terhadap media pembelajaran modul biologi sebagai alat bantu proses

pembelajaran khususnya materi sistem ekskresi. Selain itu juga metode

ini juga digunakan untuk penilaian para ahli.

d. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini adalah foto kegiatan uji coba produk

terhadap siswa.
2. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif dan kuantitatif . Kualitatif adalah data yang diperoleh

berupa masukan dari validator pada tahap validasi, juga masukan dari ahli

materi dan guru Biologi. Sedangkan kuantitatif adalah data yang

memaparkan hasil pengembangan produk yang berupa modul sistem

ekskresi berbasis keterampilan berpikir kritis. Data yang diperoleh melalui

instrumen penilaian pada saat uji coba dianalisis dengan menggunakan

statistik. Cara ini diharapkan dapat memahami data selanjutnya. Hasil

analisis data digunakan sebagai dasar untuk merevisi produk yang

dikembangkan. Data berupa pendapat atau tanggapan pada uji produk yang

dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan statistik. Rumus untuk

menghitung rata-rata nilai validasi dengan rumus :

a. Analisis data lembar validasi

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟


𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

Berdasarkan nilai validasi didapatkan dari rata-rata nilai validasi untuk

mengetahui kemenarikan atau kevalidan sesuai dengan tabel 3.7 sebagai

berikut :

Tabel 3.7 Konversi Interval Kemenarikan

Skor kelayakan bahan ajar Kriteria


5 Sangat menarik
4 Menarik
3 Cukup menarik
2 Tidak menarik
1 Sangat tidak menarik
(Sumber : Widoyoko, 2014).
b. Analisis data lembar angket

Analisis data angket terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

Menjumlahkan nilai yang didapat dari lembar angket. Rumus yang

digunakan untuk menghitung rata-rata nilai angket yaitu sebagai berikut :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

Rata-rata nilai angket yang didapat selanjutnya dikonversi untuk

menentukan kelayakan produk sesuai tabel 3.8

Tabel 3.8 Konversi Nilai Angket

Skor kelayakan bahan ajar Kriteria Keterangan


5 Sangat setuju Sangat layak
4 Setuju Layak
3 Cukup setuju Cukup layak
2 Tidak setuju Tidak layak
1 Sangat tidak setuju Sangat tidak layak
(Sumber : Modifikasi Widoyoko, 2014)

Berdasarkan data tabel diatas, maka produk pengembangan akan

berakhir saat skor penilaian terhadap media pembelajaran ini telah

memenuhi syarat kelayakan dengan tingkat kesesuaian materi, dan kualitas

teknis pada bahan ajar berupa modul sistem ekskresi berbasis keterampilan

berpikir kritis pada kelas XI semester genap dikategori sangat layak atau

layak. Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari

sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan kepernyataan penilaian

untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan

berdasarkan pendapat pengguna.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabany. (2015). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan


Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Borg, & Gall. (1983). Educational Reearch and Introducing (Revision Editional).
USA: Von Hoff Man Pres.
Campbell, N. A. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Chukwuyenum. (2013). Impact Of Critical Thinking On Perfomence In
Mathematics Senior Secondary School Student In Logas State. Journal Of
Research and Method Education , Vol. 3 (5) hal. 18-25 e-ISSN.2320-7388
p-ISSN. 2320-737x.
Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam
Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto, & Cahyono, A. D. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Jakarta: Gava Media.
Efrilianti. (2013). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Berpikir
Kritis Pada Materi Laju Reaksi di SMA Srijaya Negara Palembang.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Ennis. (2000). Critical Thinking Assesment Theory Into Practice. Development
Journal , Vol. 3 (32) Hal.179-186.
Ennis, R. (2011). The Nature of Critical Thinking : An Out Line of Critical
Thinking Dispositions and Abilities. Chicago: University Of Illinois.
Facione, P. A. (2012). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. Insight
Assessment Measuring Critical Thinking Worldwide. Millbrae,CA:
Measured Reasons and The California Academic Press.
Facione, P. A. (2015). Critical Thinking. What It Is and Why It Counts Insight
Assesment , (hal 7-9) ISBN 13: 978-1-891557-07-1.
Ferdinand, F., & Aribowo, M. (2009). Praktis Belajar Biologi 2 Untuk Kelas XI
SMA/MA . Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta Erlangga: Erlangga.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah
untuk Menumbuhkembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.
Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA.
Hayati, S. (2012). Research and Development Sebagai Salah Satu Model
Penelitian Dalam Bidang Penelitian . Jurnal Pengembangan , Vol. 37 No. 1
September 2012 (hal 11-26).
Ibrahim. (2016). Pengembangan Modul Bioteknologi Pendidikan Berbasis
Penelitian Matakuliah Bioteknologi Untuk Mahasiswa SI Universitas Negeri
Malang. Jurnal Pendidikan , Vol. 1 No.9 September 2016 Hal.1781-1786 e-
ISSN.2502-471X.
Ikashaum, F. (2016). Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Sel Efficacy Siawa. Lampung: Program Pascasarjana
Universitas Lampung .
Jayanti, T. (2012). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Berpikir
Kritis Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kli Kelarutan Di MAN Sakatiga.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak Paradigma Pengajaran Baru.
Jakarta: Indeks.
Jhonson. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning
Center.
Kejuruan, D. P. (2008). Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Khumairah, Suhery, T., & Hadeli. (2014). Pengembangan Modul Kimia Berbasis
Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Kriel, C. (2013). Creating a Deposition For Critical Thinking In The Mthematics
Classroom. Biennial Conference (hal. 11-12). Cape Town: Proceedings Of
The 2nd Biennial Conference Of The South African Society For
Engineering Education.
Kurniawan, E. (2002). Pembudayaan Keterampilan Berpikir Kritis di Perguruan
Tinggi Melalui Cognitive. Jurnal Pendidikan ,
http://Learning.Journal.Unnes.ac.id/article/download/1016/926.
Lestari, E. S. (2009). Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas
XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyatiningsih, E. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Yogyakarta: Alfabeta.
Nasution. (2013). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
OECD. (2015). Pisa 2012 Result. What Stidents Know And Can Do Student
Perfomance in Mathematics, Reading and Science , Vol. 1
http://dx.doi,org/10.1787/9789264201118-en.
Prastowo. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan
Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahayu, S. (2016). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siwa SMP Pada Materi
Gaya dan Penerapannya. Pros. Semnas Pendidikan IPA Pasca Sarjana UM ,
Vol.1.2016 ISBN : 978-602-9286-21-2.
Ramdani, A. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Melalui
Kegiatan Lesson Study dan Pengaruh Implementasinya Terhadap Hasil
Belajar IPA Biologi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berkemampuan
Akademik Berbeda di SMP Negeri Kota Mataram. Malang: PPS Universitas
Malang.
Santrock, J. (2011). Educational Psychology 5th Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Santyasa, I. W. (2009). Metodologi Penelitian Pengemnbangan dan Teori
Pengembangan Modul . Nusa Penida: Lembaga Pelatihan Guru.
Sapriya. (2007). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
Setyosari, P. (2013). Metodologi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Suardi. (2012). Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sujadi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tawil, & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dan Impementasinya Dalam
Pembelajaran. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Triyono, Wagiran, Budi, & Siswanto. (2009). Pengembangan Bahan Ajar Materi
Diklat Pada Training of Trainer Calon Tenaga Pengajar/Dosen Lingkungan
Badiklat Perhubungan. Jurnal Pengembangan , (hal7-9).
Vockley. (2008). 21st Century Skills Educational and Competitive Tucson
Arizona. Amerika Serikat: Parthnership For 21st Century Skills.
Wasis. (2015). Hasil Pembelajaran Sains di Indonesia Problem dan Upaya
Mengatasinya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (hal. 24 i).
Surabaya: Program Studi Pendidikan Sains UNS.
Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wena, M. (2014). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wijaya, C. (2010). Pendidikan Remidial : Sarana Pengembangan Mutu SDM.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wijayanti, T. F., & Nawawi, S. (2017). Efektifitas Modul Sistem Reproduksi
Berbasis Berpikir Kritis Terintegrasi Nilai Islam dan Kemuhammadiyahan
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis. Bioedukasi Jurnal Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Metro , Vol. 8 No. 2 November 2017. e
ISSN : 2442-9805. p ISSN : 2086-4701.
Wijayanti, T. F., Prayitno, B. A., & Sunarto. (2016). Pengembangan Modul
Berbasis Berpikir Kritis Disertai Argument Mapping Pada Materi Sistem
Pernapasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
XI SMAN 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan , Vol. 5 No.1 (Hal 102-111)
ISSN : 2252-7893.
Wilujeng. (2016). Implementasi Pembelajaran Sains Dengan Pendidikan Karakter
Berbasis Abad XXI. Seminar Nasional Pendidikan IPA Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pembelajaran IPA (hal.
194). Banjarmasin: Program Studi Magister IPA UNLAM press.
Zhou, Huang, & Tian. (2013). Developing Student Critical thinking Skills By
Task-Based Learning In Chemistry Experiment Teaching. Education
Journal , Vol. 4 No.12A Hal.40-45.

Anda mungkin juga menyukai