Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA


PADA SISWA KELAS VIII SMPN 4 DOMPU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

NURRAHMAT RUSMANA
Nim. E1R117022

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian Program


Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 DOMPU”. Shalawat dan

salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW

yang telah membawa manusia dari masa jahilliah menuju masa yang berperadaban

mulia.

Penyusunan proposal skripsi ini diajukan sebagai persyaratan untuk

melaksanakan penelitian mendapatkan gelar S1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya proposal skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa

proposal skripsi ini tidak serta merta hadir tanpa bantuan dan dukungan dari semua

pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat

dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.

Peneliti memahami sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini tidak luput dari

kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat diharapkan

demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi

bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik proposal skripsi ini tidak

mungkin terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dengan segenap kerendahan hati terucap terima kasih dan rasa hormat kepada:
3

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mataram.
2. Dr. Laila Hayati, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.
3. Drs. H. Baidowi M.Si., dosen pembimbing akademik Yang Telah
memberikan masukan arahan, serta waktunya dalam penerimaan judul
skripsi ini.
4. Drs. H. Baidowi M.Si., dosen pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Junaidi, S. Pd., M. Pd., dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen pendidikan Matematika yang telah mengajar dan membimbing
selama proses perkuliahan.
7. Kedua orang tuaku tercinta Bpk. Agus Mulyana dan Ibu Rusmiati (Alm)
Yang selalu mendo’akan dan membimbing serta membiayai kuliah dan
selalu memberikan dukungan terbaik untuk meraih cita-cita.
8. Teman-teman serta sahabat seperjuangan Math 2017 kalian terbaik.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, maka


dari itu kritik dan saran yang dapat membantu dalam menyempurnakan
skripsi ini sangat diharapkan.
Mataram, April 2022

Nurrahmat Rusmana
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................

KATA PENGANTAR
ii

DAFTAR ISI
v

BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang


.............................................................................................................
1

1.2 Rumusan Masalah


.............................................................................................................
6

1.3 Tujuan Penelitian


.............................................................................................................
6

1.4 Batasan Masalah


.............................................................................................................
7

1.5 ManfaatPenelitian
.............................................................................................................
8
5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


.....................................................................................................................................
10

2.1 Belajar dan Pembelajaran


10

2.2 Hasil Belajar……


14

2.3 Model Pembelajaran............…….


18

2.4 Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel …….............


26

2.5 Penelitian Relevan……………………………………….……………………


30

2.6 Kerangka Berpikir..................................


33

2.7 Hipotesis……………………..
34

BAB III METODE PENELITIAN


.....................................................................................................................................
35

3.1 Metode dan Desain Penelitian

35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………..

36
6

3.3 Variabel Penelitian

...................................................................................................................

36

3.4 Populasi dan Sempel

...................................................................................................................

36

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

...................................................................................................................

37

3.6 Validitas

...................................................................................................................

39

3.7 Reliabilitas

...................................................................................................................

40

3.8 Teknik Analisis Data

...................................................................................................................

41

3.9 Uji Normalitas

...................................................................................................................

42

3.10 Uji Homegenitas

...................................................................................................................
7

43

3.11 Uji-T

...................................................................................................................

44

3.12 Uji Effect Size

...................................................................................................................

46

3.13 Prosedure peneliti

...................................................................................................................

47

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Siswa Kelas VII
Di SMP 4 Negeri Dompu Tahun Pelajaran 2020/2021
Tabel 1.2 Kriteria Keberhasilan Proses Belajar Siswa Dan Guru
8

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw


Tabel 3.1 Indikator Butir Soal
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Instrumen Tes
Tabel 3.3 Pedoman Observasi Pembelajaran Dengan Model Kooperatif
Type Jigsaw
Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Nilai Cohen’s

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


9

Belajar merupakan aktifitas mental dan fisik untuk menghasilkan

perubahan, perubahan yang diharapkan ialah perubahan sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Agar tercapainya perubahan tersebut, diharapkan siswa terlibat

secara aktif. Disini ditekankan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa dan

guru hanya sebagai fasilitator dan moderator yang akan membimbing siswa

kearah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Pendidikan bertujuan

membangun dan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi

manusia yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pembelajaran pada

hakikatnya merupakan penyediaan system lingkungan yang mengakbiatkan

terjadinya proses belajar pada diri siswa dengan mengoptimalkan pertumbuhan dan

pengemabagan potensi yang ada pada diri siswa tersebut.

Menurut Fau, (Amaano 2020) menyatakan bahwa pembelajaran

didefinisikan sebagai sutau sistem atau proses membelajarkan proses subjek

didik/pembelajar yang direnncanakan ata didesain, dilaksanakan dan dievaluasi

secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat menvapai tujuan-tujuan

pembelajaran seara efektif dan efesien.

Menurut (Purwanto, 1989) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan

kepada siswa dalam waktu tertentu. Tambah kata pengantar Hasil belajar

adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif

edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku. Hasil belajar


10

merupakan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami

aktifitas belajar (Chatarina, 2004).

Hasil belajar kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah

ia mengalami proses belajarnya (Sudjana, 2004). Dengan demikian, hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha yang

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang

berupa perubahan tingkah laku pada diri individu.

Berikut nilai ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran matematika pada

kelas VII semester genap tahun pelajaran 2020/2021 dapat dilihat pada tabel 1.1

berikut ini.

Tabel 1.1 Data Hasil Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Siswa Kelas VII di SMP 4
Negeri Dompu Tahun Pelajaran 2020/2021.

No Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata Persentase Kategori


ketuntasan
1 VIII-A 29 64,97 79,31% Tinggi
2 VIII-B 34 62,91 61,76% Sedang
3 VIII-C 32 67,08 56-25% Sedang
4 VIII-D 34 66,58 52-94% Rendah

(Sumber: Daftar Nilai Guru Matematika Kelas VII SMP Negeri 4 Dompu Tahun Pelajaran
2020/2021).

Tabel 1.2 Kriteria Keberhasilan Proses Belajar Siswa dan Guru

No Tingkat keberhasilan Predikat keberhasilan


1 86-100% Sangat tinggi
2 71-85% Tinggi
3 56-70% Sedang
4 41-55% Rendah
11

5 <40% Sangat rendah

(Sumber: kriteria keberhasilan proses belajar siswa oleh guru matematika kelas VII SMP 4
Dompu).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada hari

senin tanggal 30 Agustus 2021 pukul 10.00 WITA dengan siswa dan guru

kelas VII SMP Negeri 4 Dompu, diperoleh bahwa ada beberapa hal yang diduga

memicu dan menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika pada siswa

di Kelas VII SMP Negeri 4 Dompu yang meliputi faktor internal dan eksternal

seperti siswa hadir di sekolah akan tetapi tidak mengikuti pembelajaran

matematika hal ini diketahui dari absensi BK dan absensi kelas yang memiliki

kehadiran yang berbeda hal ini menunjukan bahawa minat belajar siswa ,

kurangnya disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran dalam kelas, guru masih

terlihat lebih dominan dibandingkan dengan siswa sehingga membuat siswa cepat

merasa bosan serta siswa menjadi pasif dalam mengikuti proses belajar dan

pembelajaran, dikarenakan arus informasi hanya berjalan satu arah yaitu dari guru

kepada siswa tanpa adanya respon balik siswa terhadap guru.. Banyak siswa takut

untuk mengajukan pertanyaan, walupun guru sering meminta peserta didik

untuk bertanya jika masih ada yang kurang dimengerti dalam memahami materi

yang di sampaikan oleh guru. Tersendatnya proses pembelajaran saat mengerjakan

soal-soal latihan karena masih kurangnya pemahaman dalam memahami serta

menguasai materi pelajaran yang diajarkan, terdapat beberapa dari siswa yang

tidak mengerjakan soal-soal yang diberikan dan yang terakhir kurangnya

kemauan peserta didik untuk mengulang kembali pelajaran yang telah mereka

pelajari saat berada dirumah, sehingga membuat daya ingat mereka akan materi
12

yang telah dipelajari menjadi lemah. Namun, disisi lain saat pembelajaran

berlangsung siswa terlihat lebih cenderung berbicara dan mengamati objek lain

ketimbang mendengarkan serta melihat lembar kerja siswa pada saat proses belajar

dan pembelajaran sedang berlangsung, hingga membuat proses pembelajaran

cenderung terganggu mengakibatkan siswa tidak dapat memahami materi

pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu pembelajaran yang dimana

pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi siswa berdiskusi dengan tujuan untuk

lebih meningkatkan interaksi siswa yang awalnya hanya dengan teman sebangku

saja akan berkembang menjadi interaksi dengan kelompok. Hal ini secara tidak

langsung akan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Adapun model pembelajaran yang cocok untuk menfasilitasi siswa

dalam proses belajar dan pembelajaran dalam bentuk kelompok yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Menurut Djamarah (2010) Pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mendorong

peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan mengelola informasi sehingga

siswa secara langsung mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan

materi yang telah dipelajari. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdiri

dari tim-tim heterogen beranggotakan 4 sampai 5 orang, materi pelajaran yang

diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota bertangung jawab

untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain. Guru menyajikan materi,

dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja


13

kelompok, guru memberikan Lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok

yang terdiri dari 4 hingga 5 orang. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama

dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak

mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain

bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum

mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Selain itu model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif

perbaikan proses pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam memecahkan

suatu masalah, berpikir kritis terkait materi yang telah diajarkan sehingga dapat

meningkatkan motivasi maupun hasil belajarnya. Untuk itu salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dimungkinkan dapat digunakan untuk mengatasi

masalah tersebut dan cocok untuk digunakan pada pembelajaran Matematika yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Jigsaw adalah suatu struktur multifungsi struktur kerjasama belajar. Jigsaw

dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan tetapi

terutama digunakan untuk persentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini

menciptakan saling ketergantungan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah

suatu metode pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multi fungsi

kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua

tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap kelompok.

Menurut (Isjoni, 2009) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi. yang maksimal. (Lie 2004)
14

menyatakan jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang

lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus

bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para

anggota dari tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim

ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan

kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk

menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka

pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang

keluarga yang beragam. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari

anggota kelompok asal yang berbeda ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya

untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Kelompok ahli

merupakan gabungan dari beberapa ahli yang berasal dari kelompok asal. Kunci

keberhasilan jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung

kepada anggota timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya

dapat berkinerja baik pada saat penilaian (Slavin, 2008).


15

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan akan lebih

menarik dan cocok untuk di terapkan dalam proses belajar mengajar jika digunakan

dalam pembelajaran matematika. Mengingat mata pelajaran matematika adalah

mata pelajaran yang dapat dipelajari dengan membagi ke dalam pokok-pokok

bahasan yang tidak mengharuskan urutan penyampaian. Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota

relatif kecil dan bersifat heterogen. Hal utama yang membedakan Jigsaw dengan

diskusi kelompok biasa adalah bahwa dalam model Jigsaw masing- masing

individu mempelajari bagian masing-masing dan kemudian bertukar pengetahuan

dengan temannya. Model pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi yang

sama, mempunyai tanggung jawab individual dan kelompok dalam mempelajari

materi yang diberikan, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama

besarnya dalam kelompok, serta dapat belajar kepemimpinan.

Sesuai penjelasan diatas, penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw

dalam kegiatan pembelajaran diharapkan akan dapat menumbuhkan keaktifan dan

kreativitas serta tanggung jawab siswa. Meskipun demikian, model pembelajaran

ini masih jarang digunakan oleh guru. Hal ini disebabkan pengetahuan dan

pengalaman guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw masih

kurang, Jigsaw kurang efektif digunakan bila waktu yang tersedia relatif singkat

sedangkan materi pelajaran sangat luas, selain itu suasana kelas terkesan ribut dan

kurang tertib. Akan tetapi teknik yang terdapat di dalamnya juga mendorong

siswa untuk meningkatkan semangat belajar dan kerjasama mereka di sekolah


16

yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan motivasi maupun hasil belajar

siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukannya penelitian mengenai

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 DOMPU”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan hal tersebut dapat

dikemukakan masalah yaitu:

Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMPN 4 DOMPU

Tahun Ajaran 2021-2022?.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMPN 4 DOMPU

Tahun Ajaran 2021-2022.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka pada peneliti memberikan batasan

masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah nilai pada ranah

kognitif siswa yang diukur menggunakan posttest dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


17

2. Materi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistim persamaan linier

dua variabel, dengan kompotensi dasar yang ingin dicapai adalah (KD) 3.5

Menjelaskan sistem persamaan linier dua variabel dan penyelesaiannya

yang dihubungkan dengan masalah kontekstual dan (KD) 4.5

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua

variabel.

3. Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VIII SMPN 4 DOMPU Tahun Ajaran 2021-2022.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagi Siswa

Memudahkan siswa dalam mencermati permasalahan sehari-hari yang

berkaitan dengan persamaan linier dua variable menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam

memilih dan menerapkan model pembelajaran matematika di kelas,

sehingga proses belajar mengajar matematika menjadi menarik.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk bisa diterapkan dalam

rangka perbaikan proses belajar mengajar matematika di kelas agar dapat


18

meningkatkan prestasi siswa yang berakibat pada peningkatan mutu

pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Sebagai upaya dalam membelajarkan diri dalam persiapan menjadi guru

matematika. Selain itu sebagai acuan dan tambahan referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Belajar

Istilah belajar merupakan hasil dari penugasan ilmu pengetahuan yang

diungkapkan dalam bentuk perubahan perilaku yang menyangkut yang harus

dicapai oleh siswa selama belajar di sekolah aspek kognitif, psikomotorik dari
19

afektif. Kognitif dalam arti penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan guru

di kelas, yang diukur dengan mengunakan alat test. Aspek psikomotor memiliki arti

kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali kemampuan yang telah

dimilikinya, sehingga benar-benar mampu mempraktekkan secara nyata.

Sedangkan afektif yaitu kemampuan perilaku yang menekankan perasaan, emosi,

dan derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek.

Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Belajar juga merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu.

Menurut (Winaputra, dkk. (2007) Belajar adalah perubahan perilaku pada individu

sebagai buah dari pengalaman interkasi fisik yang mana akan mengahsilkan

perubahan yang bersifat relative menetap. Belajar pada hakikatnya merupakan

suatu usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu

sebagai hasil pengalaman atau hasil interaksinya dengan lingkungannya. Belajar

merupakan usaha, proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu sebagai

hasil pengalaman atau hasil interaksinya dengan lingkungannya. Hasil belajar pada

seseorang biasanya relative bertahan lama da menetap, kondisi tersebut biasanya

adanta proses penyimpanan informasi di dalam otak, dan bila belajar tersebut ulangi

berkali-kali maka informasi tersebut akan semakin kuat dan tidak mudah untuk

terlupakan perubahan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang tentunya

harapannya bisa memberikan perubahan yang lebih baik bagi orang yang belajar..

Berbagai pemahaman tentang belajar telah dimunculkan. Belajar menjadi

objek penelitian bagi banyak ahli psikologi dan pendidkan, sehingga lahirlah
20

beranekaragam pandangan mengenai belajar. Berikut definisi belajar menurut

beberapa ahli yaitu:

1) Menurut (Daryanto 2009) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interkasi dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian belajar tersebut dapat diketahui bahwa belajar

merupakan usaha sadar dan disengaja untuk mengubah tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan,

interaksi yang dimaksud berupa pengamatan, pengalaman, ataupun peniruan

individu terhadap individu lain.

2) Menurut (Suyuno dan Hariyanto 2014) belajar merujuk kepada suatu proses

perubahan prilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang

berdasakan praktik atau pengalaman tertentu hasil interkasi aktifnya dengan

lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui belajar adalah suatu proses

mendapatkan pengetahuan dimana belajar merupakan tindakan dan

perilaku seseorang yang kompleks, sedangkan proses belajar terjadi berkat

seseorang memperoleh sesuatu yang ada dilingkungannya dengan begitu

apabila seseorang belajar maka akan terjadi perubahan mental pada diri

seseorang.

3) Menurut (M. Ngalim Purwanto 2014) belajar merupakan suatu perubahan

yang bersifat internal dan relative mantap dalam tingkah laku melalui Latihan
21

atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun non

fisik.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku seseorang misalnya dalam hal penampilannya

dan pengetahuan tentang penampilan tersebut diperolehnya dari membaca

majalah fashion atau meniru penampilan individu lainnya.

Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar atau disengaja

sampai terjadi perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

maupun nilai sikap dan di dapatkannya kecakapan baru. Dengan kata lain

belajar adalah suatu kesadaran individu untuk mengetahui hal-hal yang ada

di alam lingkungannya, sehingga dapat memberikan pengalaman- pengalaman

baru untuk melakukan perubahan tingkah laku yang bermanfaat bagi diri

individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar pada intinya

menyangkut tiga hal pokok yaitu:

a) Belajar membawa perubahan perilaku baik aktual maupun potensial.

b) Perubahan itu menuju kecakapan atau peningkatan kecakapan.

c) Perubahan itu terjadi karena siswa aktif melakukan kegiatan atau aktivitas

untuk membangun pengetahuannya.

2.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak

dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan

pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam
22

lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran

dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang

berpengaruh terhadap pemahaman. Menurut (Susanto, Ahmad, 2013) kata

pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar.

Altivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada peserta didik,

sementara mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah

pembelajaran adalah aktivitas belajar dan megajar yang dilakukan oleh peserta

didik dan guru.

Dari pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran pada

dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu dengan bantuan guru

untuk memperoleh perubahan perubahan perilaku menuju pendewasaan diri dan

interkadi individu dengan lingkungan.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistim pengajaran terdiri

dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material

meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film audio dan

video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio

visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian

informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik, dimana
23

peserta didik sebagai sumber kegiatan dan guru sebagai fasilitator pembelajaran

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil seseorang setelah mereka menyelesaikan belajar

dari sejumlah mata pelajaran dengan dibuktikan melalui hasil tes yang berbentuk

nilai hasil belajar. Penyelesaian belajar ini bisa berbentuk hasil dalam satu sub

pokok bahasan, maupun dalam beberapa pokok bahasan yang dilakukan dalam

satu test, yang merupakan hasil dari usaha sungguh-sungguh untuk mencapai

perubahan prestasi belajar siswa yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru untuk

dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses

pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa

dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil

belajar dan prestasi belajar yang optimal. Tujuan jangka panjang kegiatan

pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk

dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa yang akan datang. Untuk mencapai

hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan

belajar. Berikut penngertian model pembelajaran menurut beberapa ahli:

1) Menurut (Huda 2014) model pembelajaran didefinisikan sebagai rencana atau

pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi


24

intruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau setting yang

berbeda.

Berdasarkan penjelasan tersebut model pembelajaran merupakan suatu

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur pembelajaran secara

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar seseorang guna

tercapainya tujuan belajar.

2) Menurut (Telaumbanua, M., Harefa, 2020) Model pembelajaran merupakan

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang yang akan dilaksanakan saat mengajar

harus sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Model

pembelajaran berfungsi sebagai pedoman sebagai para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar (Harefa, 2020).

Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri beberapa tahapan-tahapan proses

pembelajaran yang harus dilakukan. Model pembelajaran sangat erat kaitannya

dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru

(teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning

and Teaching).

4) Menurut Joyce dan Weil (Trianto, 2010) menyatakan bahwa model

pembelajaran pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk

tujuannya, sintaksnya, lingkungan pembelajaran dan system pengelolaan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut model pembelajaran merupakan konsep-

konsep yang membentuk suatu pola. Pola tersebut digunakan pengajar sebagai
25

acuan dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan baik di kelas maupun kelompok belajar kecil.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat penulis simpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu bentuk dari pembelajaran yang didalamnya terdapat

prosedur yang sistematis untuk mengatur aktivitas pembelajaran sehingga

tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang dipilih dan digunakan para perancang pembelajaran dan

pengajar di dalam kelas maupun kelompok belajar kecil di dalamnya, yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jadi model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau

yang lain.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajranya (Sudjana, 2004). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya sudjana membagi 3 macam yaitu: 1)

keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengarahan, 3) sikap dan cita-

cita. (Sudjana, 2004). ???????

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil seseorang setelah mereka menyelesaikan belajar dari

sejumlah mata pelajaran dengan dibuktikan melalui hasil tes yang berbentuk
26

nilai hasil belajar, realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau

kapasitas yang dimiliki seseorang dan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang menetap.

2.3 Model Pembelajaran

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif dalam bahasa inggris disebut dengan “cooperate”, yaitu bekerja

sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah “homo homini

socius” yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2008).

Selanjutnya diungkapkan (Solihatin 2008) pembelajaran kooperatif mengandung

pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku Bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok yang terdiri antara dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dalam system belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota

lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka

belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk

belajar. Siswa belajar Bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka

melakukannya seorang diri.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) inggris italic (konsisten )

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya yang terdiri dari


27

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen

(Sutiah, 2018)

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa

meningkatkan dan siswqa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,

serta mengembangkan keterampilan siswa. Karakteristik pembelajaran kooperatif

dapat dijelaskan sebagai berikut (Sutiah, 2018):

1. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada Manejemen Kooperatif

Menejemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: a) fungsi menejemen sebagai

perncanaan pelaksanaan kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

Dan Langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, b) fungsi

menejemne sebagai organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan

dengan efektif, c) fungsi manajemen sebagai control, menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentuksn kriteria keberhasilan baik

melalui bentuk tes maupun nontes.

3. Kemampuan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau krja sama perlu


28

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik tidak

akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu

didoronguntuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan

anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama atau

tahapan didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatf,

pelajaran dimukai dengan guru menyampiakan tujuan pelajaran dan

memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi,

sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya, siswa

dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada

saat siswa bekerja Bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase

terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja

kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi

penghargaan terhadap usha-usaha kelompok maupun individu (Rusman,

2012).

Menurut (Arends, 2001) menyatakan bahwa terdapat enam langkah

pembelajaran kooperatif seperti disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif model jigsaw (arends, 2001)
Langkah-Langkah Penjelasan
29

Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran


Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada kegiatan pelajaran dan
memotivasi peserta didik menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi peserta didik.
Fase 2 Guru menyajikan informasi atau materi kepada
Menyajikan informasi peserta didik dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada peserta didik cara
Mengorganisasikan peserta didik ke membentuk kelompok belajar dan cara
dalam kelompok-kelompok belajar membantu setiap kelompok belajar agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok kerja dan pada saat mereka mengerjakan tugas.
belajar

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


Posttest (evaluasi) yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok
mempersentasikan.
Fase 6 Guru mencari cara untuk menghargai upaya dan
Tindak lanjut (memberikan hasil belajar individu dan kelompok serta
penghargaan) memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil
yang diperoleh.

Sumber. (Arends, 2001)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan

tanggung jawab dan kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil

yang heterogen dimana dalam pelaksanaannya guru tidak lagi mendominasi

dalam kegiatan proses belajar mengajar.

2.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe.

Tentunya pemilihan tipe dalam model pembelajaran kooperatif disesuaikan

dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Salah satu model pembelajaran

kooperatif yang cukup menarik dan sesuai untuk mata pelajaran matematika
30

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa secara heterogen

dan bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan

materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Berdasarkan pengertian diatas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan

bersifat heterogen. Hal utama yang membedakan Jigsaw dengan diskusi kelompok

biasa adalah bahwa dalam model Jigsaw masing-masing individu mempelajari

bagian masing-masing dan kemudian bertukar dengan temannya sehingga

akan terjadi ketergantungan positif antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Jigsaw pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa

saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan tugas.

Model pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi yang sama, mempunyai

tanggung jawab individual dan kelompok dalam mempelajari materi yang

diberikan saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya

dalam kelompok serta dapat belajar kepemimpinan. Di dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari

kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok induk siswa

yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan asal yang berbeda, sedangkan

kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal

yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu
31

dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topik untuk

kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.

Menurut (Djamarah, 2010) model pembelajaran tipe jigsaw adalah

pembelajaran yang dilakukan dengan mendorong peserta didik untuk

mengemukkan pendapat dan mengelola informasi sehingga siswa secara langsung

mampu untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dari materi yang telah

dipelajari. Model pmbelajran tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang

membentuk beberapa anggota dalam satu kelompok siswa untuk bisa bertanggung

jawab atas materi yang diberikan, tipe pembelajaran jigsaw adalah pembelajaran

yang dilakukan berkelompok dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

kelompok lainnya.

Menurut (Rusman, 2013), bahwa Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

pembelajaran model jigsaw sebagai berikut:

1. Membaca, para siswa menerima topik dari kelompok ahli dan membaca materi

yang diminta untuk menemukan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli. siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan

yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli

untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3. Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing

untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu tim, dan;

4. Kuis, para siswa mengerjakan kui-kuis individual yang mencakup semua topik.

5. Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.


32

Adapun kelebihan model pembelajaran jigsaw menurut (Rusman, 2013) bila

dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya, yaitu:

a) Meningkatkan kemampuan diri tiap individu.

b) Saling menerima kekurangan terhadap perbedaan individu yang lebih

besar

c) Konflik antar pribadi berkurang

d) Sikap apatis berkurang

e) Pemahaman yang lebih mendalam

f) Motivasi lebih besar

g) Hasil belajar lebih tinggi

h) Retensi atau penyimpanan lebih lama

i) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Adapun kelemahaman model pembelajaran model jigsaw menurut (Arend, 2001)

adalah sebagai berikut:

a) Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa bingung, dan;

b) Siswa yang lemah kemungkinan menggantungkan diri pada siswa yang

pandai

Dalam hal ini siswa diberi tanggung jawab untuk belajar sendiri dan membantu

sesame anggota kelompok, memahami isi dari bahan yang telah di berikan oleh

guru.

2.4 Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

2.4.1 Persamaan Linier Dua Variabel (PLDV)

a. Pengertian Persamaan Linier Dua Variabel


33

Persamaan 3𝑥 − 2𝑦 = 6 memiliki dua variabel yaitu 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦, dan

masing-masing variabel berpangkat satu. Persamaan 3𝑥 − 2𝑦 = 6

disebut persamaan linear dua variable (PLDV). Berikut merupakan

contoh lain dari P.

 𝑝 + 2𝑞 = 14

 4𝑥 − 𝑦 + 9 = 0

 2𝑎 = 3𝑏 – 7

Bentuk umum persamaan linear dua variable (PLDV) dalam 𝑥

dan 𝑦 adalah 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 dengan a, b dan c bilangan real (nyata).

b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel

Bentuk umum PLDV adalah ax + by = c. Oleh karena ax + by = c

merupakan persamaan linear maka grafik persamaan ax+ by = c pada

diagram cartesius akan berbentuk garis lurus. Selain itu, oleh karena

penyelesaian PLDV terdiri atas penyelesaian untuk nilai x dan juga

penyelesaian untuk nilai y maka penyelesaian PLDV akan berbentuk

himpunan penyelesaian.

 Grafik Penyelesaian PLDV

Untuk menggambar grafik persamaan linear dua variabel, dapat di

gambar dengan menggunakan cara-cara seperti menggambar grafik

persamaan garis lurus yaitu:

a. Membuat tabel yang memuat hubungan nilai 𝑥 dan 𝑦. Cukup dipilih

beberapa nilai 𝑥 saja

b. Menggambar masing-masing pasangan bilangan (𝑥, 𝑦) sebagai sebuah titik


34

(noktah) pada bidang koordinat

c. Membuat garis yang melalui titik-titik terserbut.

c.Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

1. Pengertian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dalam 𝑥 dan 𝑦

terdiri atas dua persamaan 𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1 dan 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2 yang

memiliki penyelesaian yang sama, dimana 𝑎1, 𝑎2, 𝑏1, 𝑏2, 𝑐1 dan 𝑐2 adalah

bilangan real (nyata).

2. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Dalam sistem persamaan linear dua variabel terdapat pengganti-

pengganti dari variabel sehingga kedua PLDV menjadi kalimat benar.

Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut penyelesaian atau akar

dari SPLDV. Pengganti-pengganti dari variabel yang mengakibatkan salah

satu atau kedua PLDV menjadi kalimat tidak benar disebut bukan

penyelesaian atau bukan akar dari system persamaan tersebut.

3. Perbedaan Antara Persamaan Linear Dua Variabel dan Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel

Perbedaan :

 PLDV memiliki penyelesaian tak berhingga banyaknya, sementara SPLDV

pada umumnya hanya mempunyai satu pasangan nilai sebagai

penyelesaiannya

 PLDV merupakan persamaan mandiri, artinya tidak terkait dengan PLDV

yang lain. Sementara SPLDV terdiri dari dua.


35

 PLDV yang saling terkait, dalam arti penyelesaian dari SPLDV harus

sekaligus memenuhi kedua PLDV pembentuknya

4. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Terdapat 3 metode untuk menentukan penyelesaian atau akar dari sistem

persamaan linear dua variabel (SPLDV), yaitu sebagai berikut:

a. Metode Grafik

Metode grafik dilakukan dengan membuat grafikik dua buah persamaan linear

yang terdapat pada SPLDV dalam sebuah bidang koordinat cartesius untuk

membuat grafik, terlebih dahulu tentukan titik potong dengan sumbu-𝑥 dan

sumbu-𝑦. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Cara penyelesaian metode grafik

x … …

y … …

Koordinat titik potong kedua grafik tersebut, yaitu (x,y) merupakan penyelesaian

atau akar dari SPLDV :

b. Metode Substitusi

Metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti salah satu variabel

dengan variabel lainnya. Pada metode substitusi, salah satu persamaan

harus dinyatakan dalam bentuk 𝑥 = 𝑎𝑦 + 𝑏 atau 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏, kemudian


36

disubstitusikan pada persamaan kedua sehingga berbentuk sebuah

persamaan dengan satu variabel.

c. Metode Eliminasi

Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu variable,

Pada metode eliminasi, supaya salah satu variabel dapat dieliminasi,

maka salah satu variabel yang sejenis harus memiliki koefisien yang

sama, atau berlawan tandanya, misalnya:

Pada SPLDV 𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1 dan 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2

𝑎1 = 𝑎2 atau 𝑎1 berlawanan dengan 𝑎2.

2.4 Penelitian Relevan

Berbagai penelitian telah di lakukan untuk meningkatkan kualitas dalam

pembelajaran diantaranya adalah:

1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Metro “oleh

Ummi Rosyidah tahun 2016. Pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran kooperatif type jigsaw terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Metro. Hasil penelitian

menunjukan bahwa data yang dianalisis dengan menggunakan uji-t pada taraf

signifikan 5% yaitu hasil t hitung > t tabel yaitu 1,870 > 1,701.
37

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Metro. Pada penelitian

ini memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti laksanakan yakni,

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar

matematika. Hanya saja menurut peneliti, pada penelitian ini memiliki

kekurangan dalam hal mencari pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. hal ini dikarenakan pada penelitian ini tidak mencari pengarufh model

pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw terhadap motivasi belajar seperti

yang peneliti kaji.

2. Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

SMP” oleh Nasrudin dan Zainal Abidin tahun 2016. Pada penelitian ini, model

pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif tipe jigsaw. tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada

kompetensi dasar kubus dan balok siswa kelas VIII A SMP, hasil penelitian

menunjukan bahwa nilai setelah tindakan siklus I meningkat dibandingkan

dengan tes awal yakni 45,85 menjadi 65,75. Selanjutnya nilai rata-rata siswa

pada pelaksanaan tindakan siklus II meningkat dibandingkan dengan nilai rata-

rata siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I yaitu 65,75 menjadi 80,60 dan

telah memenuhi indicator kinerja yang telah di tetapkan yaitu 85% siswa telah

mendapat nilai minimal 65.

Berdasarkan hasil penelitin dapat disimpulkan bahwa pelaksana model

pembelajaran kooperatif tipe dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam


38

belajar matematika hanya saja menurut peneliti, pada penelitian ini memiliki

kekurangan karena dalam penelitian ini hanya melihat peningkatan hasil

belajar matematika setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. hal ini dikarenakan menurut peneliti akan lebih luas lagi jika meneliti

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. hal ini dikarenakan

menurut peneliti akan lebih luas lagi jika meneliti pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap motivasi belajar dan hasil belajar

pada pembelajaran matematika seperti yang peneliti kaji.

2.5 Kerangka Berpikir


Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4

DOMPU Tahun Pelajaran 2021/2022. Kerangka berpikir peneliti dapat

digambarkan dalam skema berikut ini.

Hasil belajar siswa rendah

1. Siswa kurang aktif dalam proses


pembelajaran.
2. Pembelajaran berpusat kepada guru
sehingga siswa cenderung jenuh dalam
proses pembelajaran.
3. Kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan.
4. Kurangnya motivasi dari dalam siswa itu
sendiri untuk belajar

Penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe


jigsaw

Terdapat pengaruh terhadap


hasil belajar
39

1. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.


2. Pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru saja tetapi juga
kepada siswa yang mulai aktif merespon,
bertanya,memahami hingga menerangkan kembali materi
yang di bagikan pada setiap kelompok
3. Siswa dapat memahami materi yang di sampaikan dan setiap
anggota kelompok
Gambarmampu bertanggung
2.9 Kerangka jawab atas materi
berpikir
yang telah di berikan
4. Siswa jadi termotovasi dalam pembelajaran dapat di tinjau
dari minat hingga disiplin dalam mengikuti pembelajaran
dalam kelas

Gambar 2.1. Kerangka berpikir penelitian.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu pembelajaran yang

dilakukan oleh sejumlah siswa yang sudah di bagi ke dalam beberapa kelompok, di

mana siswa belajar dengan kelompoknya masing-masing serta betanggung jawab

atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarj bagian

tersebut pada anggota kelompok lain. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw ini, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya minat,

motivasi, prestasi, serta sikap belajar. Karena siswa diberikan kesempatan untuk

berpikir kritis terhadap suatu pokok permasalahan yang dihadapinya dan mampu

menemukan konsep secara langsung.

2.6 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika pada siswa

kelas VIII SMPN 4 DOMPU Tahun Ajaran 2021/2022.


40

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimen. Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian

eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif (Kristanto, 2018). Penelitian ini


41

bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar matematika kelas VIII SMP Negeri 04 Dompu Tahun Ajaran

2021/2022.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan

post-test only non-equivalent control group design, dimana pada desain ini sampel

dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random.

Kelompok pertama diberikan perlakuan dan kelompok yang lain tidak. Kelompok

yang diberikan perkakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak

diberikan perlakuan disebut kelompok kontrol.

E X B

K - B

Gambar 3.1 Desain penelitian.

Keterangan:

E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
X : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw
B : Post Test

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMPN 4 DOMPU pada bulan September

sampai bulan Oktober 2022 Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022.

3.3 Variabel Penelitian


42

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:

Variabel bebas (x) : Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Variabel terikat (y) : Hasil belajar matematika siswa.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau

obyek itu (Sugiyono, 2014) Populasi dalam penelitian ini adalah dua kelas VIII

semester ganjil SMP Tahun Ajaran 2021/2022. Yaitu kelas VIII A, dan VIII B.

3.4.1 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2019).

Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut (Margono, 2004) teknik

yang di gunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan

terdiri dari kelompok-kelompok individu atau Cluster. Sempel dalam penelitian ini

adalah kelas VIII-A dan VIII-B. Kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas

VIII-B sebagai kelas control.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2014). Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dengan tes akhir

(post-test) yang dilakukan setelah kedua kelas sampel diberikan perlakuan. Post-
43

test yang diberikan baik kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berupa soal

uraian sebanyak 5 soal.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Tes adalah suatu teknik yang di gunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya tedapat berbagai pertanyaan atau

serangkaian tugas yang harus di kerjakan atau di jawab oleh peserta didik untuk

mengukur aspek prilaku peserta didik, (Zainal Arifin, 2012) Tes yang digunakan

berupa soal post-test untuk melihat hasil belajar matematika siswa setelah diberikan

perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Soal post-test

diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah ada

pengaruh dari perlakuan yang telah diberikan terhadap hasil belajar matematika

siswa. Sebelum soal post-tes tini diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, terlebih dahulu soal-soal ini akan dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing dan dosen penguji untuk mengetahui validitas dari soal-soal tersebut.

Instrumen tes yang digunakan adalah instrumen tes terhadap hasil belajar

siswa berbentuk uraian. Tes uraian disusun berdasarkan indikator-indikator yang

mengacu pada kemampuan hasil belajar siswa. Adapun jumlah soal yang disusun

adalah sebanyak soal yang dibagi ke dalam dua perangkat soal. Pemberian skor

pada soal-soal tersebut dimulai dari rentang 0-5.

Untuk lebih mudah dipahami peneliti menyajikan tabel keterkaitan antara

indikator soal dan indikator hasil belajar siswa yang dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.1 Indikator Butir Soal


44

No Indikator Soal Indikator Ketrcapaian Hasil Nomor


Belajar Siswa Soal
3.5 Menjelaskan sistem persamaan 3.5.1. Menentukan himpunan 1,2,3,
linear dua variabel dan penyelesaian persamaan dan 4
penyelesaiannya yang linier dua variabel.
dihubungkan dengan masalah 3.5.2. Menentukan himpunan
kontekstual. penyelesaiansistem
persamaan linier dua
variabel dengan metode
substitusi, eliminasi dan
campuran.
4.5 Menyelesaikan masalah yang 4.5.1 Membuat model 5
berkaitan dengan sistem matematika yang
persamaan linear dua variable berkaitan dengan
sistem persamaan
linier dua variabel.

. 4.5.2 Menyelesaikan masalah


konstekstual sistem 5
persamaan linier dua
variabel dengan metode
eliminasi, substitusi

Soal-soal yang diujikan ketika tes dinilai berdasarkan pedoman

penskoran. Jika siswa melakukan kesalahan, maka skor berkurang sesuai yang

tertera pada pedoman penskoran yang peneliti buat seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Instrumen Tes

Indikator Rubrik Penilaian Skor


 Menentukan himpunan Semua jawaban benar dan sudah sesuai/tepat. 4
penyelesaian persamaan linier
dua variabel. Terdapat sedikit kekurangan pada Langkah- 3
langkah kerja soal tresebut.

Jawaban kurang sesuai atau tidak tepat 2

Jawabang sangat tidak sesuai atau tidak tepat. 1

 Menentukan himpunan Semua jawaban benar dan sudah sesuai/tepat. 4


penyelesaian sistem persamaan
linier dua variabel dengan metode Terdapat sedikit kekurangan pada Langkah- 3
substitusi, eliminasi dan langkah kerja soal tresebut.
campuran.
Jawaban kurang sesuai atau tidak tepat 2

Jawabang sangat tidak sesuai atau tidak tepat. 1


45

 Membuat model matematika Semua jawaban benar dan sudah sesuai/tepat. 4


yang berkaitan dengan
sistem persamaan linier dua Terdapat sedikit kekurangan pada Langkah- 3
variabel. langkah kerja soal tresebut.

Jawaban kurang sesuai atau tidak tepat 2

Jawabang sangat tidak sesuai atau tidak tepat. 1


 Menyelesaikan masalah Semua jawaban benar dan sudah sesuai/tepat. 4
konstekstual sistem persamaan
linier dua variabel dengan Terdapat sedikit kekurangan pada Langkah- 3
metode eliminasi, substitusi langkah kerja soal tresebut.
dan grafik.
Jawaban kurang sesuai atau tidak tepat 2

Jawabang sangat tidak sesuai atau tidak tepat. 1

3.5.2 Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.

Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi (Kurniawan, dkk, 2021). Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu observasi aktivitas guru dan peserta didik untuk mengetahui

langkah-langkah kegiatan pembelajaran tampak atau tidak tampak.

Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi

persyaratan yaitu instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting,

yatu valid dan reliable. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengumpulan data

terlebih dahulu dilaksanakan uji coba guna mengetahui validitas dan reliabilitas

soal-soal yang akan diujikan. Pengujian instrumen tes dilaksanakan di kelas VIII

SMPN 4 DOMPU. Karena kelas VIII SMPN 4 DOMPU adalah 1 sekolah dengan

tempat riset dan pernah belajar materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh observer (pengamat). Observer

disini membantu untuk mengamati bagaimana pembelajaran matematika


46

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII SMPN 4

DOMPU. Untuk pedoman observasi bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3
Pedoman observasi pembelajaran dengan model kooperatif type jigsaw

Terlaksana
No Uraian Kegiatan
Ya Tidak
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Memeriksa kehadiran siswa
b. Memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran dengan model kooperatif type jigsaw
c. Melakukan apersepsi kemampuan prasyarat

2. Kegiatan Inti
a. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen
b. Memberikan stimulus berupa pemberian materi teorema phytagoras

a. Menyampaikan materi teorema phytagoras


b. Melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang dipelajari
c. Membagikan LKS kepada setiap siswa
d. Siswa menuangkan ide atau gagasan mengenai cara memecahkan masalah pada LKS yang
diberikan dalam bentuk catatan.
e. Siswa menyelesaikan masalah yang ada pada LKS

a. Siswa mendiskusikan masalah mengenai hasil


47

catatanya yang berisi langkah mengerjakan LKS


dengan saling bertukar gagasan/ide.
b. Setiap siswa menyampaikan apa yang didapat pada tahap
c. Secara berkelompok siswa memahami mengenai apa
yang disampaikan oleh teman satu kelompoknya.

a. Siswa menuliskan semua jawaban atas permasalahan


dalam LKS yang diberikan secara lengkap, jelas, dan mudah dibaca
b. Siswa mengumpukan hasil diskusinya kepada guru untuk diperiksa
c. Menunjuk satu atau beberapa kelompok mewakili satu kelas mempresentasikan LKS.
d. Meminta kelompok yang tidak maju untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang presentasi

a. Mengadakan post-test untuk mengetahui pemahaman


konsep siswa secara individu tentang pembelajaran.
b. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru
3. Kegiatan Penutup
a. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari
b. Bersama guru, siswa melakukan refleksi
c. Guru meminta siswa mengulang pelajaran di rumah
d. Guru bersama siswa mengucapkan Hamdallah untuk mengakhiri pembelajaran.

3.6 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau keabsihan sesuatu instrument, (Nursalam, 2003). Suatu instrument yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud. validitas suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes (Arikunto, 2006).


48

Sebelum di berikan kepada siswa, soal tes terlebih dahulu divalidasi oleh

validator. Hal ini dilakukan untuk memberikan masukan dan saran bagi peneliti

terhadap instrument, sehingga instrument tersebut dapat digunakan dengan baik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendapat ahli salah satu dosen

pendidikan matematika sebagai validator instrument post test, Dari hasil validasi

didapatkan beberapa saran oleh para validator terhadap instrument yang digunakan

dalam penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik

deskriptif dan analisis statistik inferensial.

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik dekriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014) Termasuk dalam statistik deskritif antara

lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan

modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil,

perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

perhitungan presentase.

3.7.2 Analisis Statistik Inferensial


49

Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probalitas), adalah tehnik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel

dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2013). Pada statistik

inferensial terdapat statistik parametris dan non-parametris. Penggunaan stastistik

parametris dan non-parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan

dianalisis. Statistik parametris memelurkan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang

utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi secara normal. Statistik

non-parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalanya data yang akan

dianalisis tidak harus berdistribusi normal.

Sebelum Dilakukannya Uji-t berikut beberapa asumsi sebagai syarat

sebelum di lakukannya Uji-t.

3.8 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Data yang dimaksud adalah data hasil belajar

matematika siswa diperoleh dari hasil post-test yang telah diberikan kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji apakah data tersebut berdistribusi

normal digunakan rumus Liliefors. Uji liliefors dilakukan dengan mencari nilai

Lhitung , yakni nilai |F ( Zi )−S(Zi)| yang terbesar (Noor, 2017). Adapun perumusan

hipotesis pada uji normalitas ini adalah:

Ho : Data nilai post-test matematika pada materi sistem persamaan linier dua

variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.


50

H1 : Data dari nilai post-test matematika pada materi sistem persamaan linier

dua variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.

3.9 Uji Homegenitas

Homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut

homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansinya Menurut (Usman &

Akbar, 2011). Adapun perumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Data nilai post test matematika pada materi sistem persamaan linier dua

variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang homogen.

H1 : Data nilai post test matematika pada materi sistem persamaan linier dua

variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang tidak

homogen.

Pada penelitian ini uji homogenitas yang digunakan untuk menguji data memiliki

varians yang sama atau tidak adalah Uji Bartlet dengan rumus:

χ = ( ln .n ) {B−∑ dk × log si }
2 2

Dimana:

n : jumlah data

B : ¿; yang mana s2=∑ ¿ ¿¿ ¿

2
Si : varians data untuk setiap kelompok ke-i

dk : derajat kebebasan.

3.10 Uji-t

Uji-t dapat dilakukan jika data yang diuji berdistribsi normal dan memiliki

varians yang sama (homogen). Adapun uji-t yang digunakan dalam penelitian ini

x 1−x 2
t=
2 2
( n 1−1 ) s 1+( n2−1 ) s2 1 1
+
51

adalah Uji Polled Varians dengan rumus:

Keterangan:

t : nilai t hitung
x 1 : nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen
x 2 : nilai rata-rata post test pada kelas kontrol
n1 : banyak siswa pada kelas eksperimen
n2 : banyak siswa pada kelas kontrol
2
s1 : varians post test pada kelas eksperimen
2
s2 : varians post test pada kelas control

Langkah-langkah dalam uji-t:

a. Membuat H0 dan H1

H0 : μ1=μ 2, artinya rata-rata kelas yang diajar dengan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dan konvensional adalah sama.

H1 :  μ1 ≠ μ2 , artinya rata-rata kelas yang diajar pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dan konvensional adalah tidak sama.

b. Menentukan kaidah pengujian

 Taraf signifikansi (α =0,05 ¿

 Derajat kebebasan (n1 +n 2−2 ¿


52

 Kriteria pengujian (jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak, dan jika t hitung < t tabel

maka H0 diterima.

c. Membandingkan t tabel dengan t hitung untuk membuat keputusan.

3.11 Uji Effect Size

Effect Size merupakan indikator yang mengukur besarnya efek dari suatu

perlakuan. Perhitungan Effect Size ini merupakan perhitungan tingkat keefektivan

suatu perlakuan yang menjadi salah satu kriteria acuan untuk menentukan apakah

model pembelajaran tutor sebaya dikatakan lebih efektif dari pada model

pembelajaran konvensional untuk digunakan dalam pembelajaran. Becker juga

menjelaskan bahwa sebuah analisis efek size membandingkan rata-rata dari kelas

eksperimen dengan rata-rata kelas kontrol. (Becker, 2000).Untuk menghitung effect

size pada uji-t digunakan rumus Cohen’s sebagai berikut:

x t −x c
d=
s pooled

Keterangan:

d=¿Cohen’s d effect size (besar pengaruh)

x t =¿rata-rata kelas eksperimen

x c =¿rata-rata kelas control

s pooled =¿ variansi gabungan

Cara mencari standar deviasi gabungan (s¿¿ pooled )¿

s pooled =
√ ( n1−1 ) Sd12 + ( n 2−1 ) Sd 22
n1 +n2

Keterangan:
53

s pooled =¿ variansi gabungan

n1 =¿jumlah siswa kelas eksperimen

n2 =¿jumlah siswa kelas kontrol

2
S1 =¿ variansi kelas eksperimen

2
S1 =¿ variansi kelas control

Tabel 3.5
Kriteria Interpretasi nilai Cohen’s

Cohen’s Standard
Effect Size

Tinggi 0.8 ≤ ES ≤2.0


Sedang 0.5 ≤ ES≤ 0.7
Rendah 0.0 ≤ ES ≤0.4

Sumber: (Becker, 2000).


3.12 Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian, peneliti meggunakan prosedur atau

tahap-tahapan. Sehingga penelitian ini lebih terarah. Terdapat tiga tahap utama.

dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.

Observasi dan Wawancara

Tahap Analisis Silabus dan Penyusunan RPP


Persiapan
Penyusunan LKS
54

Penyusunan Instrumen
Penelitian

Prosedur Penyajian Kelas


Penelitian Tahap Belajar Kelompok
Pelaksanaan
Jigsaw

Rekognisi Grup

Post-Test
Tahap
Evaluasi Analisis Data Hasil Post-Tets

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Ainun, L., Harahap, S. (2016). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal As-
Salam, 1(1). 96-102.
https://jurnal-assalam.org/index.php/JAS/article/view/48.

Andi, S. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Ponegoro: Uwais Inspirasi Indonesia.

Aisyanah, N., Kurniasari, Z. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem


Based Leraning Dengan Strategi Alat Peraga Puzzle Dadu Terhadap
Minat Belajar Dan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Kajian Pendidikan
Matematika 3 (1). 33-44.
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/jkpm/

Andini, M., Adani, B. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
3 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Online Mahasiswa
1 (2). 65-79.https://ejurnal.stikpmeranti.ac.id/index.php/OJM.

Anggraini, L. (2022). Pembelajaran Kuantum Dalam Matematika. Guepedia

Anitra, R. (2021). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran


Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dasar Indonesia 6 (1). 8.
https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPDI/article/download/
2311/pdf
55

Fitrah, M., Luthfyah. (2017). Metodologi Penelitian (Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas & Studi Kasus). Jawa Barat: CV Jejak

Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A, Dkk. (2021). Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 8 (1). 325-332. http://
dx.doi.org/10.37905/aksara.8.1.325-332.2022

Harianja, J. K., Subakti, H,. Chamidah, D, Dkk. (2022). Tipe-Tipe Model


Pembelajaran Kooperatif. Yayasan Kita Menulis.

Kadek, S, A., Wayan, W. (2017). Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw


Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD.
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 1 (2). 94-107.
https://ejournal.undihsa.ac.id/index.php/JSID/article/view/10125

Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


(KTI). Yogyakarta: CV Budi Utama

Kurniasih, D. (2021). Kepuasaan Konsumen. Serang: Bintang Sembilan Visitama

Nurrahmah, A., Rismaningsih, F., Hernaeny, U., Dkk. (2021). Pengantar


Statistika 1. Bandung: Media Sains Indonesia.

Padaribu, Eva. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Dan Kecerdasan


Interpersonal. Jawa Barat: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Perdana, I., Misnawati. (2021). Evaluasi Pembelajaran. Guepedia

Rosyidah, U. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6. Susunan Artikel
Pendidikan 1 (2).
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/1018

Rosyanti, H., Dkk. (2020). Pengaruh Pemberian Soal Pemahaman Berbantuan


Media Quizizz Terhadap Motivasi Belajar Siswa Smp Labschool FIP UMJ.
Prosiding Seminar Nasioanl Penelitian LPPM UMJ 1 (1).
http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit

Sufelmi, E. B. (2016). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar


Matematika. Jurnal Formatif. .https://digilib.mercubuana.ac.id
56

Sutiah. (2018). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Nizamia Learning Center

Simarmata, N. I. P., Dkk. (2021). Metode Penelitian Untuk Perguruan Tinggi.


Yayasan Kita Menulis.

Tela., nina F., Budianing, Y. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatfi


Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Subang 5 (1). 114-12.
http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/view/464/409

Yusuf, M., Daris, L. (2018). Analisis Data Penelitian Teori & Aplikasi Dalam
Bidang Perikanan. Bogor: IPB Press.

Zulmeytri., Nurhastuti., Safaruddin. (2019). Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:


Kencana

Wibowo, A.D. 2021. Metodologi Penelitian Pegangan Untuk Meulis Karya


Ilmiah. Cirebon: Insania

Anda mungkin juga menyukai