Anda di halaman 1dari 73

HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


PREDICT OBSERVE EXPLAIN DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA

OLEH :
IGNASIUS DONI LELANGONA
NIM : 1801050055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugerah, berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “Analisis Penerapan Model Pembelajaran Predict Observe
Explain dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa”.
Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak
terlepas dari berbagai halangan dan kesulitan. Untuk itu, penulis menyampaikan
rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. I Wayan sukarjita, S.Pd.,
M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Drs. Fakhruddin, M. Si. selaku
dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi motivasi selama
proses penyusunan Proposal Penelitian ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
proposal penelitian ini berupa doa, pikiran maupun saran yang bermanfaat
sehingga hambatan dapat teratasi.
Sebagai manusia yang serba tidak sempurna, penulis menyadari akan segala
kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian. Oleh karena itu diharapkan
kepada semua pihak pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga proposal penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Kupang, 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 4
1.5 Batasan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian................................ 5
1.6 Defenisi Operasional.............................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Belajar.................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Belajar.......................................................................... 6
2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar................................................................... 7
2.2 Pembelajaran.......................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Pembelajaran................................................................ 8
2.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran......................................................... 9
2.3 Model Pembelajaran.............................................................................. 10
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran..................................................... 10
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran................................................. 11
2.4 Model Pembelajaran Predict Observe Explain..................................... 12
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Predict Observe Explain ....... 12
2.4.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Predict Observe Explain 14
2.4.3 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Predict Observe Explain 16
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Predict Observe
Explain ......................................................................................... 17
2.5 Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................. 19
2.5.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ..................................... 19
2.5.2 Keterampilan Berpikir Kritis ........................................................ 21
2.5.3 Indikator Berpikir Kritis ............................................................... 23

ii
2.6 Penelitian Sebelumnya yang Relevan ................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 27
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 27
3.2 Sumber Data ......................................................................................... 27
3.3 Teknik Pengumpula Data .................................................................... 28
3.4 Analisis Data ......................................................................................... 28
BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN........................................ 31
4.1 Hasil Kajian ......................................................................................... 31
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 44
4.2.1 Sintak Model Pembelajaran Predict Observe Explain ................ 46
4.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Predict Observe Explain ....... 48
4.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Predict Observe Explain .............. 51
4.2.4 Manfaat Model Pembelajaran Predict Observe Explain ........... 51
4.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Predict Observe Explain............. 52
4.2.6 Perbandingan Pendapat Peneliti Terdahulu Dari Jurnal Yang Dikaji
Tentang Berpikir Kritis ............................................................... 54
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 56
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56
5.2 Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan Abad 21 disertai arus globalisasi dan teknologi
informasi yang tidak terbendung sangat berdampak pada dunia pendidikan
terutama sistem pendidikan nasional. Rusman (2016) mengatakan bahwa sistem
pendidikan nasional memerlukan visi, misi, dan strategi dalam pembentukan
pendidikan nasional. Sejalan dengan perkembangan di bidang pendidikan, maka
dunia pendidikan mencari cara untuk meningkatkan serta memperbaiki
pendidikan di Indonesia, termasuk dari segi mutu atau kualitas pembelajarannya.
Sehingga pendidikan menjadi suatu bentuk usaha untuk melatih potensi dan
keterampilan seseorang sejak lahir. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi
salah satu penunjang dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan bertanggung
jawab dalam meningkatkan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah
satu yang menjadi fokus utama yakni proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Di Indonesia banyak siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) yang


mengharumkan nama Indonesia di luar negeri sebagai juara olimpiade, khususnya
bidang fisika. Ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia dapat
bersaing dengan mutu pendidikan di luar negeri tapi kenyataan tidak semua
sekolah di Indonesia seperti itu.
Sebagian sekolah di Indonesia, minat belajar siswanya rendah, khususnya
dalam bidang fisika. Fisika adalah ilmu tentang alam, yang mempelajari tentang
unsur-unsur alam semesta ini, mulai dari gaya-gaya yang bekerja, partikel-partikel
pembentuk alam hingga sebab akibat yang ditimbulkan. Fisika masih menjadi
pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa karena mereka menganggap
fisika penuh dengan rumus yang harus dihafal dan terlalu banyak hitung-hitungan
yang mereka kerjakan.
Kurangnya minat belajar siswa terhadap fisika karena guru fisika cenderung
menggunakan metode yang tidak sesuai dalam pengembangan keterampilan
berpikir kritis disebabkan keterbatasan waktu, mengejar materi dan sarana

1
prasarana yang kurang memadai. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa
secara aktif menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Sebagian besar dari siswa juga tidak mampu
memghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dimanfaatkan atau dipergunakan. Tentu saja hal tersebut cenderung
membuat siswa terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau
kemampuan pikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir serta terbiasa
malas berpikir mandiri.
Siswa dilatih dalam pembelajaran untuk memecahkan permasalahan perlu
dilakukan upaya antara lain berupa perbaikan strategi pembelajaran yaitu model
pembelajaran yang diharapkan mempermudah siswa dalam berpikir kritis. Melihat
permasalahan-permasalahan tersebut, jelas bahwa kemampuan berpikir kritis
harus dikembangkan oleh guru, karena itu guru hendaknya mengidentifikasi siswa
dan memperbaiki praktik mengajarnya yang lebih baik. Namun, sebelum
menggunakan metode pembelajaran yang tepat maka perlu adanya analisis
kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu agar solusi yang diberikan tepat,
efektif, dan efisien.
Sebagaimana Rahmawati, dkk (2016) menyampaikan bahwa keterampilan
siswa dalam berpikir kritis perlu dinilai atau diukur terlebih dahulu sebelum
memilih model pembelajaran yang tepat dengan tujuan dapat mendiagnosis
seberapa tinggi tingkat keterampilan berpikir kritis sehingga dapat memberikan
umpan balik terhadap siswa tentang kemampuan berpikir kritis yang mereka
miliki. Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswanya,
guru harus memperhatikan karakteristik siswa karena hakikatnya masing-masing
siswa memiliki kelebihan-kelebihan begitu juga keterbatasan-keterbatasan dengan
kemampuan yang dimiliknya. Dengan demikian, dalam memahami dan menyerap
pelajaran yang disampaikan guru setiap siswa juga berbeda. Oleh karena itu, guru
hendaknya memahami bahwa perbedaan dalam kemampuan tersebut memerlukan
perlakuan-perlakuan yang bersifat kolektif (Mulyono, 2012). Salah satu hal yang
perlu diperhatikan adalah gaya berpikir setiap siswa.

2
Dalam proses pembelajaran diperlukan kreativitas guru untuk memilih
alternatif pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai untuk menyampaikan
materi pelajaran, tidak hanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru yang hanya akan membuat peserta didik terbiasa menerima
materi pelajaran yang diberikan oleh guru tanpa berusaha untuk mendapatkan
materi pelajaran dari sumber belajar lainnya, jika hal ini berlangsung secara terus-
menerus maka akan menimbulkan kurangnya kemandirian belajar dan motivasi
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini tentu saja akan mendorong peserta
didik untuk senantiasa fokus dan dapat mengerti pembelajaran yang diberikan
oleh guru.

Model pembelajaran predict observe explain adalah suatu pilihan yang bisa
dimanfaatkan untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Model pembelajaran predict observe explain bersifat kontruktivis karena siswa
diberi kebebasan memikirkan persoalan fisika yang diajukan dan siswa mencoba
membangun pengetahuannya sendiri lewat berpikir, praktik, dan mencari
penjelasannya (Suparno, 2007). Di dalam model pembelajaran predict bserve
explain, guru bersifat sebagai fasilitator, artinya siswa yang aktif untuk
menemukan suatu penyelesaian dalam permasalahan fisika dan guru sebagai
pembimbing siswa menuju penyelesaian masalah. Model pembelajaran predict
observe explain merupakan model pembelajaran yang terdiri dari 3 langkah
kegiatan, yaitu prediction atau membuat prediksi, observation atau mengamati,
dan explanation atau memberikan penjelasan (Suparno, 2007).
Pada model pembelajaran predict observe explain, siswa dapat membuat
dugaan secara bebas terhadap suatu persoalan fisika pada tahap prediksi.
Kemudian siswa akan mengamati apakah dugaan yang diajukan di awal benar
atau tidak yang dibuktikan melalui suatu eksperimen. Setelah siswa menemukan
hasil dari pengamatannya, siswa akan mencari penjelasan mengenai hasil tersebut,
sehingga dengan menggunakan model ini hakikat IPA terutama fisika sebagai
proses dan produk akan didapatkan. Selain itu, siswa dapat mencapai kompetensi

3
yang diharapkan karena penanaman konsep melalui model Pembelajaran predict
observe explain. (Safitri dkk, 2019)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
diperlukan sebuah upaya untuk dapat mengetahui pengaruh model predict observe
explain terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, maka peneliti tertarik
melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Penerapan Model
Pembelajaran Predict Observe Explain dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Fisika Siswa”

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran predict observe
explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalahan diatas maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika
siswa.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai analisis model
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis atau aplikasi penelitian ini bermanfaat :

4
a. Bagi Siswa yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa
dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa.
b. Bagi Guru yaitu memberikan inspirasi dan motivasi kepada pendidik
untuk terus mengembangkan model pembelajaran demi tercapainya
pembelajaran yang efektif.
c. Bagi peneliti yaitu mendapat telaah yang komprehensip dalam
menganalisis dan atau mengunakan model pembelajaran predict observe
explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa .

1.5 Batasan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya menganalisis secara
komprehensip model pembelajaran predict observe explain dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa .
2. Ruang lingkup penelitian ini mencari jawaban atas batasan permasalahan
yang telah dirumuskan yaitu menganalisis model pembelajaran predict
observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika
siswa.

1.6 Defenisi Operasional


a. Menganalisis adalah suatu kegiatan untuk memeriksa atau menyelidiki
suatu peristiwa melalui data untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
b. Model pembelajaran predict observe explain merupakan model
pembelajaran yang terdiri dari 3 langkah kegiatan, yaitu prediction atau
membuat prediksi, observation atau mengamati, dan explanation atau
memberikan penjelasan.
c. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang dalam menganalisis
permasalahan serta ide atau gagasan, ke arah yang lebih spesifik untuk
mencari solusi sesuai nalar dan pengetahuan yang dimiliki.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Setiap aktitivitas dalam lingkungan keseharian kita dilewati terlebih dahulu
melakukan proses pembelajaran, ketika seorang anak kecil sudah mulai berjalan
tentu saja ayah dan ibu dari anak tersebut menunjukkan kepada anaknya cara
berjalan dan ditemani sampai anak tersebut bisa berjalan sendirian. Untuk itu
terkait dengan pembelajaran, penulis akan membahas beberapa pendapat yang
menarik dari para ahli terkait dengan pemahaman mengenai belajar. Belajar bukan
hanya proses memperoleh informasi melalui membaca dan berpikir kritis untuk
sebuah keberhasilan, namun jauh dari itu pemahaman tentang belajar harus
diperoleh dan diterima dengan mengoordinasikan pemahaman dalam belajar dari
memfokuskan perhatian atau terpusat individu atau masing-masing orang baik
secara teoritis maupun empiris dan pentingnya pendidikan yang membawa
perubahan yang pasti menetap dan melekat pada perilaku yang berlangsung terjadi
karena latihan atau pengalaman (Hamzah dkk, 2014 ). Pemahaman belajar seperti
yang disampaikan oleh Majid (2013), “belajar adalah kegiatan kreatif dimana ide
dan kesan dibentuk dengan meninjau objek dan kejadian, serta menanggapi
dengan objek dan kejadian tersebut”. Sementara itu, Amir (2013: 21) menjelaskan
bahwa belajar adalah proses yang dapat menciptakan perubahan perilaku karena
interaksi yang baik dengan lingkungan sehari-hari.
Belajar adalah penyesuaian tingkah laku yang berlangsung relatif tetap dan
terjadi karena latihan atau pengalaman. Pengertian ini mencakup tiga komponen,
khususnya:
1. Belajar ialah perkembangan perilaku.
2. Perkembangan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
3. Perkembangan yang terjadi pada perilaku karena komponen kematangan
diri bukan belajar.

6
2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Rifa'i dan Anni (2012) menyatakan bahwa sebagian prinsip belajar yang
didapat dari hipotesis dan pengujian mengenai belajar masih berkaitan dengan
beberapa prinsip berbeda yang dikembangkan oleh Gagne. Sebagian dari prinsip
yang dimaksud adalah: pengulangan (repetition), keterdekatan (contiguity), dan
penguatan (reinforcement). Prinsip pengulangan menyatakan bahwa keadaan
stimulus dan reaksinya harus diulang atau dilatih secara terus menerus, sehingga
belajar dapat dibenahi dan meningkatkan kualitas belajar. Prinsip kedekatan
menyebutkan bahwa keadaan stimulus yang perlu dijawab oleh siswa harus
disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan reaksi yang ideal. Selanjutnya
prinsip-prinsip penguatan menyebutkan bahwa belajar memperoleh beberapa
pengetahuan baru yang berguna akan diperkuat jika belajar yang ditempuh diikuti
oleh perolehan hasil yang luar biasa.
Dengan demikian, ada beberapa karakter atau prinsip dalam memahami
belajar menurut Suparno yang dikutip oleh Sadirman (2007), yang menyatakan
sebagai berikut:

1. Belajar bukanlah aktivitas untuk memperoleh realita, melainkan kemajuan


dari pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
2. Pandangan baru ialah proses yang konsisten.
3. Belajarlah untuk mencari makna. Makna dibuat oleh siswa dari apa yang
mereka dengar, lihat, rasakan dan alami.
4. Hasil belajar seorang individu bergantung pada apa yang diketahui oleh
subjek belajar, tujuan, inspirasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi
dengan materi atau bahan yang sudah dipelajari.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh wawasan subjek belajar dengan dunia nyata
dan lingkungan.

7
2.2 Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Pembelajaran
Dengan tujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan proses
belajar yang baik pula, untuk itu keadaan ini sering disebut sebagai istilah
pembelajaran. Menurut Murfiah (2017: 150) pembelajaran adalah proses kerja
sama guru dan siswa dalam meningkatkan semua potensi dan sumber belajar, baik
potensi yang ada di dalam diri sendiri, maupun potensi dari luar seperti sarana,
lingkungan, dan sumber belajar sebagai cara untuk mencapai target tertentu.
Semenara itu, menurut Al-Fandi (2011: 242), pembelajaran merupakan mata
rantai interaksi antara siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan jalur komunikasi siswa dengan guru dan sumber belajar
dalam lingkungan belajar. Pembelajaran adalah berbagai bantuan yang dibagikan
oleh pendidik atau guru kepada peserta didik sebagai ilmu pengetahuan,
penguasaan kemampuan, dan penataan mentalitas serta keyakinan dalam
lingkungan belajar.
Pembelajaran adalah kerjasama antara guru dan peserta didik, dimana
terdapat interaksi yang kuat dan terarah untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai. Proses pembelajaran yang baik memerlukan komunikasi oleh semua
pihak yang terlibat dalam pembelajaran baik antara pendidik maupun peserta
didik dan peserta didik dengan peserta didik. Ada beberapa bagian dari proses
komunikasi yang layak dalam pembelajaran, khususnya memberikan apersepsi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pencapaian suatu pembelajaran dilihat
dari hasil selama proses belajar mengajar berlangsung. Meskipun demikian,
sesungguhnya hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh pendidik atau guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pembelajaran yang berhasil terlihat saat pembelajaran dapat menyesuaikan semua
kemampuan berpikir siswa atau peserta didik. Proses pembelajaran adalah suatu
proses dimana terdapat kerjasama antara pendidik dan peserta didik dan timbal
balik yang terjadi dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

8
2.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan aktivitas belajar mengajar, terlebih
dahulu harus mengerti prinsip pembelajaran, sehingga dengan dasar ini akan
memperoleh hasil penanganan yang ideal. Pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan pembelajaran yang berlandas kompetensi kunci adalah prinsi
yang harus dipatuhi dan dipahami dalam penanganan pembelajaran, terutama
dalam menerapkan kurikulum edisi 1999.
1. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik
Pembelajaran yang dipusatkan pada peserta didik atau siswa adalah
hubungan antara siswa dan guru yang aktivitasnya dipusatkan atau berkisar pada
siswa atau peserta didik. Oleh karena itu, siswa ditempatkan sebagai subjek yang
harus menangani aktivitas pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu,
sementara guru atau pendidik bertugas sebagai fasilitator.
2. Pembelajaran Berlandas Kompetensi Kunci
Kompetensi ini ialah pengalaman mendasar yang diharapkan oleh berbagai
pekerjaan. Karena hal ini sebenarnya menolong seseorang dalam mengambil
bagian secara aktif, efektif dalam lingkungan kerja baik di dunia industri dan
dunia bisnis. Seringkali seorang pendidik atau dalam pembelajaran melalaikan
atau bahkan mengabaikan dasar-dasar, terutama yang berhubungan dengan
mentalitas. Kebanyakan guru bahkan lebih mengutamakan informasi dan
kemampuan yang dipikirkan atau direncanakan untuk dicapai menjelang akhir
pembelajaran. Dimana di kemudian hari, pola kerja yang dibutuhkan oleh
lapangan kerja sangat mengutamakan sikap terlepas dari informasi dan
kemampuan.

9
2.3 Model Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum berbicara tentang model pembelajaran, penting untuk melihat
secara mendalam apa yang diketahui tentang model. Model merupakan item atau
ide yang digunakan untuk memperkenalkan sesuatu hal. Ungkapan "model"
dicirikan sebagai gambaran teoritis yang dipakai sebagai dasar dalam melakukan
latihan. Dalam pembelajaran, istilah model dicirikan sebagai gambaran teoritis
yang menggambarkan langkah yang efisien dalam memilah pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model berguna sebagai pegangan
bagi siswa dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan atau aktivitas
pembelajaran. Model bisa dimaksud sebagai suatu contoh yang digunakan dalam
menyusun kurikulum pendidikan, merencanakan dan menyampaikan materi,
memilah siswa, dan menentukan media dan strategi dalam suatu kondisi
pembelajaran. Model menggambarkan tingkat pembelajaran yang paling luas dan
berisi arahan pembelajaran, yang digunakan untuk memilih dan mengembangkan
strategi pengajaran, kemampuan, metode dan kegiatan siswa untuk memberikan
tindakan pada salah satu bagian pembelajaran.
Sementara itu, sebagaimana menurut Soekamto (dalam Trianto, 2009:22)
menyatakan bahwa maksud di balik model pembelajaran adalah gambaran teoritis
yang menggambarkan langkah yang sistematis dalam memilah pengalaman
belajar agar bisa mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berguna sebagai
landasan bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam
merencanakan kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Istilah model pembelajaran
melibatkan pendekatan mode pembelajaran yang luas dan mencakup semuanya.
Model pembelajaran menurut Hamzah & Muhlisrarini (2014), ialah jenis
penggambaran yang tepat, sebagai langkah aktual yang memungkinkan individu
atau kelompok orang mencoba untuk mengikuti model tersebut. Model mengajar
bisa dimaksud sebagai suatu pola atau agenda yang dipakai untuk memilah materi
siswa dan memberikan pedoman kepada pendidik atau guru dalam melaksanakan
pengajaran dikelas. Salah satu contoh model pembelajaran adalah model
pembelajaran berbasis masalah, dimana para siswa bekerjasama dalam

10
memecahkan suatu masalah atau persoalan yang telah disepakati bersama dan
disepakati oleh pendidik atau guru. Setiap kali pendidik atau guru menerapkan
model ini, maka siswa harus bisa memiliki pikiran yang kritis dan bisa
menemukan keterampilan yang ada dalam dirinya untuk menangani serta
memecahkan suatu masalah.
Model pembelajaran ialah suatu tatanan atau contoh yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
membuat suatu bimbingan dan untuk memilih suatu perangkat yang akan
digunakan selama proses tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut, cenderung
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah penyatuan dari suatu strategi,
metode, pendekatan, contoh, pola dan teknik yang terbentuk dari awal sampai
akhir dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran dapat dimanfaatkan
sebagai perencanaan guru dalam melakukan pembelajaran.

2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran


Model pembelajaran harus mempunyai lima komponen karakteristik model
seperti sistem sosial, sistem pendukung, sintakmatik, dampak instruksional dan
pengiring, dan prinsip reaksi. Dimana menurut Dewi (2020) dari masing- masing
komponen tersebut diartikan sebagai berikut:
1. Sistem sosial
Sistem sosial merupakan apa yang terjadi di ruang belajar serta norma atau
moral yang berlaku dalam suatu model pembelajaran. Pendidik atau guru harus
mampu membaca situasi diruang belajar atau kelas dengan pedoman-pedoman
yang harus diterapkan dan harus dipatuhi oleh pendidik ataupun siswa.

2. Sistem pendukung
Sistem yang mendukung secara tidak langsung berhubungan dengan sarana dan
prasarana yang diharapkan agar bisa mempermulus proses pembelajaran agar bisa
mencapai target pembelajaran yang diinginkan

11
3. Sintakmatik
Sintakmatik merupakan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang
diselesaikan oleh pendidik atau guru dari awal hingga akhir pembelajaran,
dimanah langkah tersebut digunakan sepenuhnya dengan maksud untuk mencapai
keberhasilan proses pembelajaran yang bermanfaat. Langkah-langkah tersebut
dibuat menjadi 3 kelompok besar antara lain pembukaan, kegiatan inti, dan
penutup.
4. Dampak instruksional dan pendukung
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang didapat secara langsung
oleh siswa atau peserta didik yang telah dibimbing oleh guru ke sasaran belajar
yang diinginkan. Dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang diperoleh
melalui proses pembelajaran secara langsung karena tercapainya suasana
pembelajaran yang telah diselesaikan.
5. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi ialah pola pendidik atau guru dalam menerapkan perlakuan
kepada siswa. Pola tersebut diterapkan sesuai dengan keterampilan pendidik atau
guru dalam mengontrol kelas.

2.4 Model Pembelajaran Predict Observe Explain


2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Predict Observe Explain
Model pembelajaran predict observe explain adalah model pembelajaran
yang diperkenalkan White dan Gustone (1992). Menurut White & Gustone
predict observe explain dikembangkan untuk menemukan kemampuan
memprediksi siswa dan alasan mereka dalam membuat prediksi tersebut mengenai
gejala sesuatu yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan siswa dalam
melakukan prediksi. Seperti yang dikemukakan Wu dan Tsai (2005), predict
observe xplain dilandasasi oleh teori pembelajaran konstruktivisme yakni dengan
menggali pengetahuan yang telah diperoleh atau dimiliki siswa sebelumnya dan
kemudian menginterprestasikannya. Warsono dan Harianto (2017) beranggapan
bahwa melalui kegiatan melakukan prediksi, observasi, dan menjelaskan hasil

12
pengamatan, maka struktur kognitif siswa akan terbentuk dengan baik (Warsono
dan Harianto, 2017).
Indrawati dan Setiawan (2009) menjelaskan bahwa POE adalah singkatan
dari predict observe explain. Melalui predict observe explain, guru menggali
pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga
tugas utama, yaitu prediksi, observasi, dan eksplanasi. Kemampuan predict
observe explain dapat menyelidiki gagasan siswa dan cara mereka dalam
menerapkan pengetahuan pada keadaan yang sebenarnya (praktikum). Model
predict observe explain merupakan model pembelajaran yang membelajarkan
siswa dengan membuat prediksi atas suatu kejadian berdasarkan konsepsi mereka
sendiri, kemudian mengobservasikan kejadian tersebut secara nyata dan yang
terakhir menjelaskan hasil pengamatan mereka serta menjelaskan ketidaksesuaian
prediksi mereka dengan keadaan yang sebenarnya. Model ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal yang mereka
ketahui terkait materi yang sedang dipelajari, siswa akan bekerja secara berdiskusi
dengan teman sekelasnya, adanya tukar pikiran dengan teman yang lain, adanya
perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
(Widiyaningrum, 2013)
Model predict observe explain merupan suatu model dimana peserta didik
terlibat dalam memprediksi dan mempertimbangkan prediksi mereka, mengamati
secara langsung dan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil prediksi
yang mereka lakukan sebelumnya. Oleh karena itu model predict observe explain
dapat digunakan untuk mengenali gagasan awal peserta didik, memberi informasi
kepada guru tentang pemikiran peserta didik membangkitkan forum diskusi, dan
memotivasi peserta didik untuk menyelidiki sebuah konsep. Model pembelajaran
ini menawarkan konsep pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Model predict observe explain
merujuk pada model pembelajaran yang memastikan peserta didik
mengartikulasikan gagasannya, setelah mereka dilibatkan dalam aktivitas yang
mendorong mereka untuk memahami sebuah konsep. Dalam model predict
observe explain, guru memiliki dua peranan penting, diantaranya yang pertama

13
sebagai motivator, yaitu guru diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk
memecahkan masalah. Dan yang kedua guru sebagai fasilitator, yang artinya guru
diharapkan mampu menyiapkan berbagai fasilitas pembelajaran agar proses
pembelajaran dapat berlangsung.
Sementara itu penyusunan model predict observe explain dilandasi oleh
filsafat konstruktivistik. Secara sederhana filsafat konstruktivistik ini adalah
filsafat pengetahuan yang menganggap pengetahuan sebagai konstuksi dari orang
yang belajar. Seseorang membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungannya. Penggunaan model predict observe explain sangat konsisten
dengan teori konstruktivistik karena menyoroti pentingnya pengetahuan awal dan
pembangunan interprestasi ( Nana, 2019).

2.4.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Predict-Observe Explain


Prosedur model pembelajaran predict observe explain adalah meliputi
prediksi siswa dari hasil demonstrasi (predict) melakukan eksperimen (observe),
mendiskusikan alasan dari prediksi (hasil demonstrasi) yang mereka buat dan
terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka (explain).
Kompetensi siswa tersebut sudah harus mampu memberikan pemahan kepada
mereka dan mengaplikasikan pengetahuan konseptual mereka sendiri melalui
rekonsiliasi dan negosiasi antara pengetahuan awal dan pengetahuan baru.
(Teerasong, dkk, 2007).

1. Prediction (memprediksi)
Suparno (2007) menyatakan model pembelajaran predict observe explain
bagian prediction yaitu memprediksi membuat dugaan atas suatu peristiwa setelah
suatu persoalan disajikan biasanya melalui demonstrasi. Demonstrasi akan
membuat seorang sains lebih memperkaya pengetahuan tentang konsep dasar
keuntungan demonstrasi dapat membuat siswa banyak berpikir, dikarenakan siswa
terfokuskan dalam suatu masalah yang konkrit dan dapat membuat siswa
menggali konsep pokok yang ditemukan dalam eksperimen, maka siswa diminta
untuk membuat dugaan dengan apa yang akan terjadi. Prediksi merujuk pada
meramalkan, memprediksi dan menebak atau menduga suatu pristiwa dari

14
permasalahan yang dimunculkan. Pada tahap ini peserta didik didorong untuk
membuat hipotesis dan membuktikannya.

2. Observe (observasi)
Observasi merupakan keterampilan mendasar. Saat siswa melakukan
observasi menggunakan panca indra mereka, karena observasi biasanya dilakukan
secara nyata atau diperaktikan langsung. Pada tahap ini siswa dibawa untuk
melakukan eksperimen atau percobaan yang bertujuan untuk menguji kebenaran
prediksi yang mereka sampaikan. Dengan melakukan eksperimen diharapkan akan
ada proses ketidakseimbangan antara konsep baru yang dihayati dengan
miskonsepsi yang dibawa dari luar. Mereka melakukan pengulangan pengamatan
membuat pengukuran, menganalisis, menafsirkan data yang selanjutnya berakhir
dengan menarik kesimpulan.
Menurut Suparno (2007) langkah kedua dari model pembelajaran predict
observe explain adalah observe, dugaan yang diberikan oleh siswa dengan alasan
yang diberikan harus dibuktikan dengan mempraktikannya, melihatnya dalam
kenyataan seperti melakukan percobaan untuk membuktikan apakah prediksi yang
diberikan benar atau salah.
Menurut Suyono dan Hariyanto (2015), siswa diajak untuk melakukan
percobaan untuk menguji kebenaran dugaan yang mereka sampaikan. Siswa akan
diarahkan untuk mengamati apa yang terjadi pada eksperimen yang sedang
berlangsung. Yang sangat penting untuk siswa pada tahap ini ialah, mereka akan
memastikan dugaan awal mereka. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk turut serta dalam eksperimen tersebut, mereka akan
mengamati sendiri eksperimen tersebut sehingga siswa memperoleh ilmu baru.
Suyono dan Harianto (2015), menjelaskan dengan melakukan eksperimen pada
tahap ini, pembelajaran terjadi by doing science yang melibatkan siswa secara
langsung dengan mengaktualisasikan diri ke dalam pengalaman nyata. Siswa akan
belajar sebaik-baiknya dengan pengalaman sendiri.

15
3. Explaination (Eksplain)
Explain (Menjelaskan) merupakan suatu proses peserta didik memberikan
penjelasan mengenai kesesuaian antara dugaan dengan hasil pengamatan yang
telah mereka lakukan dari tahap observasi (Indrawati dan Setiawan, 2009).

Menurut Yasmin (2009), Tahap ini membangkitkan diskusi yang baik antara
siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru. Proses yang terjadi juga
membangun penalaran yang tinggi. Siswa akan lebih mudah memahami apabila
mengkomunikasikan dengan teman yang lainnya. Selain itu eksplanasi
mendorong siswa untuk memahami pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran predict observe explain dilandasi dari teori pembelajaran


konstruktivisme. Teori pembelajaran ini mengutamakan penekanan pengetahuan
baru yang dibangun di atas yang ada atau yang telah dimiliki oleh siswa. Rahayu
(2012) menjelaskan tentu saja kompetensi siswa tersebut sudah harus mampu
menjadikan mereka paham dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam
kehidupan yang nyata.

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Predict Observe Explain


Model pembelajaran predict observe explain berlandaskan pada teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh J. Piaget dan
Vygosty. Belajar menurut pandangan konstruktivistik artinya membangun, siswa
mengkonstuksi sendiri pemahamannya melalui aktivitas dalam pembelajaran.

Teori belajar konstruktivisme merupakan kegiatan belajar aktif siswa, siswa


harus membangun sendiri pengetahuannya. Siswa harus punya pengalamaan
dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis, memanupulasi objek, memecahkan
persoalan-persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,
mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan
lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru.

Dilihat dari teori belajar konstruktivisme model pembelajaran predict


observe explain bertujuan untuk mengajarkan siswa agar belajar mandiri dalam
memecahkan suatu permasalahan.

16
Menurut Warsono dan Hariyanto (2017) beberapa manfaat yang diperoleh
dari penggunaan model pembelajaran predict observe explain adalah :

1. Dapat digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh


siswa dapat dilihat dari hasil prediksi yang mereka buat
2. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa melalui
yang dibuat siswa
3. Membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa maupun
atara siswa dengan guru
4. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang
belum dipahami untuk membuktikan hasil prediksinya
5. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk menyelidiki

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Predict Observe


Explain
1. Kelebihan
Sebagai sebuah model pembelajaran, model pembelajaran predict observe
explain memiliki beberapa kelebihan dalam penerapan, pelaksanaan, dan
implikasinya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Yuvita dkk., (2014)
Kelebihan model pembelajaran predict observe explain yaitu merangsang
siswa untuk lebih kritis khususnya dalam membuat prediksi dan menyimpulkan
hasil pengamatan dengan melakukan percobaan ilmiah. Dan kelebihan model
pembelajaran predict observe explain dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional adalah keaktifan siswa dalam penggalian informasi, dan pola
interaksi yang baik antara siswa maupun dengan guru dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran predict observe explain akan terjadi interaksi dan dan
kegiatan diskusi tentang pelajaran yang sedang dikaji. Model pembelajaran
predict observe explain merupakan model pembelajaran yang berlandaskan teori
belajar konstruktivisme dan menggunakan berbagai metode pembelajaran,
diantaranya yaitu metode diskusi, eksperimen, kerja kelompok, dan sebagainya.
Berdasarkan teori belajar konstruktivisme dan metode belajarnya, kelebihan dari
model pembelajaran predict observe explain antara lain:

17
1. Siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir, berpikir kritis,
berpikir sistematis, berpikir terbuka, objektif dan belajar,
menghargai pendapat orang lain.
2. Siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat dan menjawab
pertanyaan.
3. Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menanamkan sikap kerja sama, toleransi, tolong menolong,
tanggung jawab, disiplin, dan rela berkorban antar siswa.
5. Siswa akan dirangsang untuk memiliki keterampilan sains, seperti
mengamati, menginterpretasi, mengelompokan, mengajukan
pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen tertentu.
6. Siswa belajar secara konstruktiv, tidak bersifat hafalan, sehingga
pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan
bertahan lama.
7. Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan,
sehingga tidak mudah bosan.
8. Konsentrasi siswa terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
9. Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan dan lebih mudah
memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.
2. Kekurangan
Sebagai sebuah model pembelajaran, model pembelajaran predict observe
explain memiliki beberapa kekurangan dalam penerapan dan pelaksanaannya. Hal
ini tidak terlepas dari sarana prasarana yang dibutuhkan, kemampuan pendidik
dalam melaksanakan model pembelajaran predict observe explain, waktu yang
diperlukan, dan kesertaan siswa dalam pembelajaran.
predict observe explain merupakan model pembelajaran yang berlandaskan
teori belajar konstruktivisme dan menggunakan berbagai metode pembelajaran,
diantaranya yaitu metode diskusi, eksperimen, kerja kelompok, dan sebagainya.
Berdasarkan teori belajar konstruktivisme dan metode belajarnya,
kekurangan dari model pembelajaran predict observe explain antara lain:

18
1. Memakan waktu yang relatif lama.
2. Siswa yang pemalu atau tidak memiliki kemampuan berbicara di
depan orang banyak akan dirugikan.
3. Siswa terkadang tidak fokus pada masalah yang didiskusikan, asal
mengemukakan pendapat.
4. Terkadang terdapat anggota kelompok yang bersifat pasif dan
merugikan kinerja kelompok.
5. Sering terjadi perdebatan yang menimbulkan persaingan antar
kelompok yang bersifat negatif.
6. Memerlukan alat dan bahan yang cukup, dan terkadang sulit
ditemukan atau tidak ekonomis.
7. Guru harus membuat perencanaan kegiatan yang matang, hal ini
menuntut guru menguasai konsep.
8. Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga
mengetahui tujuan pembelajaran.

2.5. Kemampuan Berpikir Kritis


2.5.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan (ability) merupakan kapasitas seseorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut menurut Robbins
dan Judge (2015) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu
pada dasarnya terdiri atas 2 kelompok faktor, yaitu:
1. Kemampuan intelektual (Intellectual Ability), merupakan kemampuan
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir,
menalar dan memecahkan masalah)
2. Kemampuan fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan
dan karakteristik serupa.
Kesimpulan berdasarkan penjelasan di atas yaitu bahwa, kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir secara mendalam
dengan cara menganalisis dan mengevaluasi sebuah informasi. Informasi yang

19
diperoleh tersebut dapat melalui pengalaman, pengamatan, observasi, atau
kegiatan-kegiatan lainnya. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis mampu untuk membuat keputusan atau tindakan yang baik dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.

Berikut pengertian berpikir kritis menurut para ahli sebagai berikut :

1. Dimulai dari John Dewey yang dikutip dari jurnal pendidikan MIPA
oleh Kartimi dkk (2012). Menyatakan pendapatnya bahwa berpikir
kritis merupakan proses berpikir secara aktif, dimana kita berpikir
mengenai segala sesuatu untuk diri sendiri, membangkitkan
pertanyaan untuk diri sendiri, dan mencari informasi untuk diri
sendiri.
2. Menurut Richard Paul (1990), berpikir kritis merupakan suatu
kemampuan dan disposisi untuk mengevaluasi secara kritis suatu
kepercayaan atau keyakinan, asumsi apa yang mendasarinya dan atas
dasar pandangan hidup mana asumsi tersebut terletak.
Di dalam buku Berpikir Kritis sebuah pengantar Alex Fisher (2001)
menyatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan
dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi
beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi,
dan lain-lain. Berfikir secara kritis berarti bahwa dengan cepat anak dapat melihat
hal-hal yang benar dan hal-hal yang tidak benar.
Berpikir kritis memungkinkan peserta didik untuk menemukan kebenaran di
tengah banjirnya kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis yang memungkinkan peserta
didik untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka
sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah
proses berpikir secara aktif dan masuk akal mengenai suatu masalah untuk
memperoleh cara penyelesaian yang logis sehingga dapat melakukan tindakan
pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan agar dapat

20
memberikan argumen atau alasan yang masuk akal dan bermakna. Dimana
kemampuan berpikir kritis juga merupakan kemampuan memecahkan masalah
dengan mencari, menganalisis, dan mengevaluasi alasan-alasan yang baik agar
dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam memecahkan masalah mata
pelajaran.
Sebagai contoh, ketika seseorang sedang membaca naskah mata pelajaran
atau mendengar suatu ungkapan atau penjelasan tentang mata pelajaran ia akan
berusaha memahami dan mencoba menemukan hal-hal yang penting. Demikian
juga dari suatu data atau informasi ia akan dapat membuat kesimpulan yang tepat
dan benar sekaligus mendeteksi ada tidaknya kejanggalan dari informasi tersebut.
Singkatnya, orang yang berpikir kritis itu selalu akan peka terhadap informasi atau
situasi yang sedang dihadapinya, dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau
informasi itu.

2.5.2 Keterampilan Berpikir Kritis


Keterampilan berpikir kritis dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan
berfikir kreatif. Keduanya merupakan dua kemampuan manusia yang sangat
mendasar karena keduannya dapat mendorong seseorang untuk selalu memandang
setiap permasalahan yang dihadapinya secara kritis, kemudian menentukan
jawabannya secara kreatif, sehingga diperoleh suatu hal yang baru yang lebih baik
dan lebih bermanfaat bagi kehidupannya.
Berpikir kritis dapat dikembangkan dengan mudah apabila seseorang
memiliki disposisi dan kemampuan serta karakteristik pemikir yang kritis. Ennis
mengklasifikasikan keterampilan berpikir kritis menjadi 5 kelompok, yaitu;
1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan
mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan.

21
3. Menyimpulkan, meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil
deduksi.
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut, yakni mendefenisikan istilah.
5. Mengatur model dan taktik, yakni menentukan suatu tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Carin dan Sund (1998), indikator berpikir kritis meliputi
kemampuan mengklasifikasi, mengansumsi, memprediksi dan hipotesis, membuat
kesimpulan, mengukur, merancang sebuah penyelidikan mengamati
menginterprestasi data, meminimalkan kesalahan percobaan mengevaluasi dan
menganalisis.
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi
permasalahan dalam realita kehidupan. Dengan berpikir kritis seseorang dapat
mengatur menyesuaikan mengubah, atau memperbaiki pikirannya. Ungkapan
sejalan juga dikemukakan oleh Splitter, bahwa orang yang berpikir kritis adalah
individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan siap menalar tentang
kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar atau yang mereka pikirkan.

22
2.5.3 Indikator Berpikir Kritis.
Menurut Ennis (2011) dalam Goal for A Critical Thinking Curiculum,
terdapat lima tahap berpikir dengan masing-masing indikatornya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis

No Aspek Indikator Sub indikator


1 Memberikan 1. Mengidentifikasi atau merumuskan
Penjelasan pertanyaan
Sederhana Memfokus 2. Mengidentifikasi atau merumuskan
Pertanyaan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban.
3. Menjaga kondisi berpikir
1. Mengidentifikasi kesimpulan
2. Mengidentifikasi kalimatkalimat
pertanyaan
3. Mengidentifikasi kalimatkalimat
Menganalisis bukan pertanyaan
Pertanyaan 4. Mengidentifikasi dan menangani
suatu ketidaktepatan
5. Melihat struktur dari suatu argument
6. Membuat ringkasan
Bertanya dan 1. Memberikan penjelasan sederhana.
menjawab 2. Menyebutkan contoh
pertanyaan
2 Membangun Mempertimban gkan 1. Mempertimbangkan keahliaN
keterampilan apakah sumber dapat 2. Mempertimbangkan kemenarikan
dasar dipercaya atau tidak konflik
3. Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
4. Mempertimbangkan reputasi
5. Mempertimbangkan penggunaan

23
prosedur yang tepat.
6. Mempertimbangkan risiko untuk
reputasi
7. Kemampuan untuk memberikan
alasan
8. Kebiasaan berhati – hati
Mengobservasi dan 1. Melibatkan sedikit dugaan
mempertimban gkan 2. Menggunakan waktu yang singkat
laporan observasi antara observasi dan laporan
3. Melaporkan hasil observasi
4. Merekam hasil observasi
5. Menggunakan bukti – bukti yang
benar
6. Menggunakan akses yang baik
7. Menggunakan teknologi
8. Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
3 Membuat Infrensi Menginduksi dan 1. Mengemukakan hal yang umum
mempertimbangkan 2. Mengemukakan kesimpulan dan
hasil induksi hipotesis .
3. Mengemukakan hipotesis
4. Merancang eksperimen
5. Menarik kesimpulan sesuai fakta
6. Menarik kesimpulan dari hasil
menyelidik
4 Mengatur Strategi Menentukan suatu 1. Mengungkap masalah
dan Taktik tindakan 2. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang
mungkin
3. Merumuskan solusi alternatif
4. Menentukan tindakan sementara

24
5. Mengulang kembali
6. Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan 1. Menggunakan argument
orang lain 2. Menggunakan strategi logika .
3. Menggunakan strategi retorika.
4. Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan
Sumber:(Ennis, 2011)

2.6 Penelitian Sebelumnya yang Relevan


Ada beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai penerapan
pembelajaran Predict observe explain dalam pembelajaran yang telah
dipublikasikan antara lain :
1. Nur Is Yudiana, 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Deep Dialog Critical
Thinking Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Siswa SMKN 1
Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research)
dengan model Kemmis dan McTaggart. Hasil penelitian menunjukan
pembelajaran Deep Dialog Critical Thinking oleh guru pada siklus I
memperoleh nilai keterlaksanaan sebesar 70 (cukup baik), dan
meningkat pada siklus II dengan perolehan nilai keterlaksanaan
sebesar 91,6 (amat baik). Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
siswa pada kondisi awal memperoleh nilai sebesar 2,83 (baik), pada
siklus satu meningkat menjadi 3,04 (baik), dan terus mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 3,53 (sangat baik). Kriteria
ketuntasan nilai kemampuan berpikir kritis yaitu 2,51 (baik). Dan
persentase siswa yang memperoleh ketuntasan kemampuan berpikir
kritis pada kondisi awal sebesar 68,75%, mengalami peningkatan pada

25
siklus I menjadi 75%, dan terus mengalami peningakatan pada siklus
II menjadi 87, 50%.
2. Yunita Putri Suyanto, Hadi Susanto, Suharto Linuwih, 2012.
Berdasarkan penelitiannya diperoleh uji t dengan derajat kebebasan 65
dan taraf signifikansi 5% didapatkan bahwa t tabel sebesar 1,997
sedangkan t hitung sebesar 5,485. Terlihat bahwa t hitung ≥ t tabel
sehingga hipotesis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis dan kreatif peserta didik meningkat melalui penerapan Predict-
Observe-Explain pada pokok bahasan tekanan.
3. Fitriyani dkk, 2015, Pengaruh Model SAVI terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V SD. Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu eksperimen
semu dengan desain Penelitian Non Equivalent Post-test Only Control
Group Design. Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus II
Sahadewa Kecamatan Negara tahun pelajaran 2014/2015 yang
berjumlah 231 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SDN 2
Lelateng sebanyak 28 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas
V SDN 1 Lelateng sebanyak 29 siswa sebagai kelompok kontrol.
Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI adalah 32,92 berada
pada kategori tinggi. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis IPA
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional adalah15,28 berada pada kategori rendah.

BAB III

26
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa studi
pustaka (lybrary research) dengan jenis penelitian systematic literatur reviuw
(SLR) yang menggunakan literatur-literatur sebagai objek yang utama (Hadi,
1995). Pengumpulan data atau karya tulis ilmiah sebagai sumber pustaka di
peroleh dari google scholar, repositiry, pustaka nasional dan buku-buku
elektronik sebagai bahan referensi.
Pada penelitian ini juga, peneliti menganalisis permasalahan yang pada data
atau informasi serta pustaka untuk menghasilkan analisis secara komprehensip
tentang model pembelajaran Predict Observe Explain dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.

3.2 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini ialah data sekunder yang berasal dari
jurnal, artikel, penelitian terdahulu, maupun data dari situs internet yang sesuai
dengan masalah yang hendak dikaji (Siyoto, Sandu & Ali, 2015).
Adapun sumber data yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Saiful Prayogi, Samsun Hidayat dan Auliya Wulandara, (2013),
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi
Pembelajaran POE (Predict Observe Explain) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Kemampuan berpikir Kritis Siswa Di MAN 1
Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013”, Jurnal Lensa Kependidikan
Fisika, Vol. 1, No. 1.
2. Nita Rachmawati, (2022), “Penerapan POE Berbantuan LKPD untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI MAN Buleleng”, Jurnal Balai Diklat
Keagamaan Denpasar, Vol. 5, No.2.
3. Riska Mulyani, Saminan, dan Sulastri, (2017), “Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik melalui Implementasi

27
Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Predict Observe Explain”,
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science
Education), Vol. 5, No. 2.
4. Astri Ningrum, Desy Hanisa Putri, dan Rosane Medriati, (2022),
“Implementasi LKPD Fisika Pada Model Pembelajaran Predict
Observe Explain Untuk Meningkakan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 11, No. 2.
5. Desita Sari, Desi Hanisa Putri, dan Indra Sakti,
(2022),“Pengembangan LKPD Fisika Berbasis Predict Observe
Explain untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Getaran Harmonis”, Jurnal Ilmu Pembelajaran Fisika, Vol. 2,
No. 1.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpualan data dalam penelitian ini ialah dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai permasalahan yang diteliti berupa buku, catatan, makalah
atau artikel, berupa jurnal dan sebagainya.

3.4 Analisis Data


Setelah keseluruhan data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut sehingga di tarik suatu kesimpulan. Untuk memperoleh
hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data penulis menggunkana teknik
analisis isi. Analisis isi (content analisis) adalah penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis dan tercetak dalam
pustaka ilmiah. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan
diolah dengan cara:
1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang di peroleh terutama dari
segi kelengkapan, kejelasan makna antara yang satu dan lainya.
2. Organizing, yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah di perlukan.

28
3. Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap
hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaida-kaida, teori
dan metode yang telah di tentukan sehingga diperoleh kesimpulan
tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah
(Kothari, 2004).
Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan sumber data dari
berbagai jurnal yang akan dikaji. Jurnal yang akan saya kaji yaitu yang pertama
berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi pembelajaran
POE (Predict Observe Explain) untuk meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa di MAN 1 Mataram tahun pelajaran 2012/2013.
Dari jurnal ini penulis akan mengkaji yaitu sintak, karakteristik, tujuan dan
manfaat, serta kelebihan dari model pembelajaran predict observe explain dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa. Jurnal yang kedua dengan
judul Penerapan POE Berbantuan LKPD untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI MAN Buleleng.
Dari jurnal ini penulis akan mengkaji yaitu sintak, karakteristik, tujuan dan
manfaat, serta kelebihan dari model pembelajaran predict observe explain dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa. Jurnal yang ketiga dengan
judul peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui implementasi
lembar kerja peserta didik berbasis predict observe explain. Dari jurnal ini penulis
akan mengkaji yaitu sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari
model pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa. Jurnal yang keempat dengan judul implementasi
LKPD fisika pada model pembelajaran predict observe explain untuk
meningkakan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari jurnal ini penulis akan
mengkaji yaitu sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari
model pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa. Jurnal yang kelima dengan judul pengembangan
LKPD fisika berbasis predict observe explain untuk melatihkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi getaran harmonis. Dari jurnal ini penulis akan
mengkaji yaitu sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari

29
model pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa.
Dari kelima jurnal diatas yang penulis kaji, penulis akan melihat persamaan
antara jurnal-jurnal tersebut dan membuat suatu kesimpulan akhir.

BAB IV

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

30
4.1 Hasil Kajian
Penelitian Library Research atau kajian pustaka ini diperoleh dengan
mengumpulkan data dari penelitian-penelitian yang terdahulu dan relavan dengan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, baik yang dipublikasikan dalam
bentuk jurnal dan artikel maupun yang tidak diterbitkan seperti dalam bentuk
skripsi. Adapun terdapat tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk menganalisis
penerapan model pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis fisika siswa, dan untuk menghindari penafsiran yang
lebih luas maka peneliti lebih memfokuskan pada variabel penelitian yaitu
terbatas pada kemampuan berpikir kritis fisika siswa. Oleh karena itu, terdapat
beberapa hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari sumber-sumber data yang
relavan yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu bagaimana sintaks,
karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model pembelajaran
predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika
siswa.pada setiap sumber/jurnal yang ingin dikaji. Dan untuk mencapai tujuan
penelitian tersebut, maka peneliti mengkaji kelima penelitian terdahulu yang
relevan dan menjadi sumber data dalam penelitian ini.
Berikut adalah hasil kajian yang peneliti lakukan:
Penelitian pertama “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Strategi Pembelajaran POE (Predict Observe Explain) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Kemampuan berpikir Kritis Siswa Di MAN 1 Mataram Tahun
Pelajaran 2012/2013” oleh Saiful Prayogi, Samsun Hidayat dan Auliya
Wulandara tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas X-1 MAN 1 Mataram Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan instrument
yang digunakan berupa test pilihan ganda dengan jumlah item 15 soal untuk siklus
I dan 15 soal untuk siklus II untuk memperoleh nilai hasil belajar kognitif siswa.
Tes hasil belajar kognitif meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
aplikasi (C3), dan analisis (C4). Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa
dengan menerapkan strategi pembelajaran predict observe explain, selanjutnya

31
dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui nilai kemampuan berpikir kritis
siswa.
Peningkatan antar siklus dilihat dengan membandingkan pencapaian
kemampuan hasil belajar siswa dan berpikir kritis rata-rata kelas antara siklus 1
dan siklus 2. hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 48,39 % menjadi 87,88%
pada siklus II dan nilai kemampuan berpikir kritis siswa 67,28 menjadi 74,62 pada
siklus II yang termasuk dalam kategori kritis.
hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa dan berpikir kritis siswa pada
siklus II mengalami peningkatan. Jadi berdasarkan kriteria yang dibuat, secara
keseluruhan siswa mengalami peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir
kritisnya.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada jurnal penelitian
ini terkait sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis fisika siswa.
Sintak yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru menguji siswa
dalam kemampuan berpikir kritis fisikanya dengan menerapkan model
pembelajaran predict observe explain. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa
dilatih dengan mengikuti sintaks model pembelajaran predict observe explain
yaitu membuat prediksi,mengobservasi dan eksplanasi.
Dengan strategi pembelajaran tersebut, siswa dapat menggali pengetahuan
awalnya, memberikan informasi kepada guru mengenai kemampuan berpikir
siswa, membangkitkan siswa untuk melakukan diskusi, memotivasi siswa untuk
mengesplorasi konsep yang mereka miliki, dan membangkitkan siswa untuk
melakukan investigasi.

Dimana dengan hasil akhir yang ditunjukan siswa pada tes kemampuan
berpikir kritisnya dapat dikatakan baik. Dapat dikatakan baik karena hasil awal
berpikir kritis siswa pada siklus I mempunyai hasil rata-rata kemampuan berpikir
kritis fisika siswa adalah 67,28%. Berbeda dengan hasil berpikir kritis fisika siswa

32
pada tes akhir siswa yang mengalami peningkatan,yang memiliki hasil rata-rata
kemampuan berpikir kritis fisika siswa adalah 74,62%.
Karakteristik yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru terus
memberikan motivasi yang tinggi pada siswa dalam pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran predict observe explain. Dengan motivasi dari
guru dan diterapkannya model pembelajaran predict observe explain, maka siswa
dapat menggali pengetahuan awalnya, memberikan informasi kepada guru
mengenai kemampuan berpikir siswa, membangkitkan siswa untuk melakukan
diskusi, memotivasi siswa untuk mengeksplorasi konsep yang mereka miliki, dan
membangkitkan siswa untuk melakukan investigasi.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dari tahap ke tahap dalam
pembelajaran tidak terlepas dari motivasi guru yang terus menerus membimbing
siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya,
semakin tinggi usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi
yang siswa dapatkan.
Tujuan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah kemampuan berpikir
kritis siswa mengalami peningkatan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru. Dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa tidak terlepas dari
guru yang menjadi menjadi dasar utama pelaksana pembelajaran.
Siswa yang pada dasarnya mempunyai kemampuan berpikir kritisnya yang
bisa dibilang rendah terus berusaha dan belajar sehingga kemampuan berpikir
kritis siswa pada ahkirnya mengalami peningkatkan dari tahap ke tahap maupun
dari waktu ke waktu.

Manfaat yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru menginspirasi
siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa baik
diawal maupun diahkir pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung
motivasi dari guru sangatlah penting bagi siswa karena dari motivasi guru

33
membuat siswa lebih semangat dan giat dalam pembelajaran sehingga pemikiran
siswa menjadi terbuka dalam menerima pembelajaran.
Kelebihan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah penyelesaian
masalah dianggap menyenangan bagi siswa untuk dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengasah kemampuan berpikir kritisnya serta dapat
meningkatkan kemampuan mereka untuk bisa mengimbangi dengan pengetahuan-
pengetahuan yang baru. Penyelesaian masalah dianggap menyenangkan bagi
siswa karena model pembelajaran predict observe explain membuat siswa lebih
dilatih untuk berpikir kritis dalam hal ini melakukan prediksi, mengobservasikan
dan menarik kesimpulan sendiri dari apa yang diobservasikan.
Penelitian kedua “Penerapan POE Berbantuan LKPD untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI
MAN Buleleng”, oleh Nita Rachmawati pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika dengan
penerapan model pembelajaran predict observe explain berbantuan LKPD. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sebanyak 36 peserta didik kelas XI
MIPA 2 menjadi subjek penelitian.
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus
dan setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Tiap akhir siklus diperoleh data
Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) melalui tes KBK dan data hasil belajar
diperoleh melalui tes hasil belajar. Seluruh data dianalisis secara deskriptif
kuantitatif.
Pada siklus I skor rerata KBK 49,78 dengan ketuntasan klasikal KBK 67%.
Pada siklus II rerata KBK meningkat menjadi 77,48 dengan ketuntasan klasikal
KBK 92%. Untuk nilai rerata hasil belajar pada siklus I sebesar 75,27 dengan
ketuntasan klasikal 72,22% dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 81,38
dengan ketuntasan klasikal 94,44%.

Dengan demikian penerapan model pembelajaran predict observe explain


berbantuan LKPD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (KBK) dan
hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA 2 MAN Buleleng Tahun Pelajaran

34
2021/2022.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada jurnal penelitian
ini terkait sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis fisika siswa.
Sintak yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah Guru terus
membimbing peserta didik sehingga bisa berani mengambil keputusan sendiri,
peserta didik mampuh memecahkan masalah dengan mencari solusi sendiri. Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat suatu prediksi yang
bebas tapi terarah, Peserta didik diberikan peluang dalam menanyakan mengenai
apa yang ada dalam pikirannya dengan kenyataan yang mereka lihat dan
berargumen mengapa jawaban yang diprediksikan menjadi pilihan. Setelah itu
peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan yang kemudian
diisikan dalam LKPD, kemudian peserta didik diminta untuk mendiskusikan ide
mereka bersama-sama hingga mampu untuk menarik kesimpulan dan bisa
menghubungkan dari apa yang diprediksikan dengan apa yang diamati.
Karakteristik yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah pembelajaran
dengan diterapkannya model pembelajaran predict observe explain berbantuan
LKPD sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar fisika peserta didik kelas XI MAN Buleleng. Dengan diterapkannya model
pembelajaran predict observe explain peserta didik dilibatkan untuk meramalkan,
mengamati, dan menjelaskan fenomena fisika yang dipelajari. Setelah
diterapkannya model pembelajaran predict observe explain, kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar fisika peserta didik mengalami peningkatan.
Tujuan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah dengan diterapkannya
model pembelajaran predict observe explain membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka, karena terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan penggunaan LKPD juga sangat
membantu untuk memberikan panduan dan aktivitas yang terstruktur kepada
peserta didik. LKPD dapat membantu peserta didik dalam mengorganisir
pemahaman mereka tentang materi fisika dan memperoleh hasil belajar yang lebih

35
baik.
Manfaat yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah peserta didik menjadi
lebih cepat mengingat dalam pembelajaran, karena peserta didik diminta untuk
melakukan percobaan secara langsung yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Dengan melakukan percobaan, membantu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Kelebihan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah peserta didik lebih
mudah untuk memprediksikan suatu kejadian dalam bidang fisika sebelum
kejadian tersebut terjadi, atau dengan kata lain bisa mengaitkan antara suatu yang
diprediksikan dengan suatu kesimpulan.
Penelitian ketiga “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
melalui Implementasi Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Predict Observe
Explain”, oleh Riska Mulyani, Saminan, dan Sulastri pada tahun 2017. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik melalui implementasi LKPD berbasis predict observe explain. Implementasi
dilakukan di SMAN 3 Unggul Sigli. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode pre eksperimental melalui one group pretest posttest
design. Penelitian bertempat di SMAN 3 Unggul Sigli dan sampelnya peserta
didik kelas X MIA 2 yang dipilih secara purposive sampling.
Instrumen yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir
kritis adalah tes berupa soal essay yang berjumlah 10 soal dengan reliabilitas (rxy
= 0,877) berada pada kategori sangat tinggi. Pretest dilakukan sebelum
diimplementasikan LKPD predict observe explain. Setelah pembelajaran selesai
maka dilakukan posttest.
Peningkatan berpikir kritis dilihat dengan membandingkan capaian
kemampuan berpikir kritis rata-rata nilai pretest dan rata-rata nilai posttest. Hasil
pretest secara keseluruhan yang diperoleh adalah 28. Sedangkan pada posttest,
rata-rata nilai siswa adalah 79. Hal ini menunjukan bahwa berpikir kritis siswa
mengalami peningkatan dari pretest dan posttest. Berdasarkan hasil pretest dan
posttest tersebut dapat dilihat peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis dan mengevaluasi dengan analisis N-Gain. Pretest dan posttest

36
analisis N-Gain pada indikator berpikir kritis.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada jurnal penelitian
ini terkait sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis fisika siswa.
Sintak yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru menguji siswa
dalam kemampuan berpikir kritisnya dengan melakukan tes kemampuan berpikir
kritis pada siswa, dalam bentuk pretest dan posttest. Selain menjawab soal dalam
bentuk pretest dan posttest, siswa juga harus dilatih melakukan percobaan dengan
diterapkan model pembelajaran predict observe explain. Rata-rata nilai pretest
yang di peroleh siswa hanya 28, setelah itu siswa di haruskan melakukan
percobaan dengan diterapkan model pembelajaran predict observe explain.
Setelah melakukan percobaan, para siswa di tes lagi dengan kata lain posttest dan
rata-rata nilai siswa adalah 79. Dengan melihat nilai pretest dan posttest maka di
terapkannya model pembelajaran predict observe explain untuk melihat
kemampuan berpikir kritis siswa dikatakan baik, karena rata nilai siswa sebelum
dan sesudah percobaan mengalami peningkatan.
Karakteristik yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru
memberikan suatu cerita menarik yang memancing peserta didik untuk berpikir
dan membimbing penyelesaian masalah peserta didik dengan selalu memberikan
suatu masalah kepada peserta didik sehingga kemampuan pemecahan masalah
pada peserta didik mengalami peningkatan, disini guru mendorong siswa untuk
menyelesaikan sebuah masalah dengan memberikan siswa pretest soal prestasi
dilanjutkan dengan menerapkan model pembelajaran predict observe explain lalu
diakhir pembelajaran diberikan posttest dengan soal prestasi yang sama untuk
menguji kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah atau persoalan.

Tujuan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah untuk melatih siswa
untuk bisa berpikir sebelum di ajarkan. Dengan di terapkannya model
pembelajaran predict observe explain, dengan sendirinya siswa untuk bisa
memprediksikan, mengobservasikan, dan menarik kesimpulan dari suatu masalah

37
atau dengan kata lain menyelesaikan suatu masalah. guru memberikan soal test
dan LKPD kepada siswa sehingga dengan kemampuan berpikirnya siswa bisa
dapat menyelesaikan soal test dan LKPD yang diberikan guru. Dengan di lakukan
percobaan, maka salah satu tujuannya adalah membuat siswa bisa mengenal apa
itu gotong royong.
Manfaat yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah mendorong siswa
untuk berpikir, membangun kerjasama kelompok dan kemampuan sosial siswa.
Guru memberikan soal test dan LKPD untuk mendorong kemampuan berpikir
siswa sehingga siswa bisa mengunakan kemampuan berpikirnya dengan baik.
Guru juga membagi kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang siswa untuk
membangun kerjasama siswa dalam kelompok dan kemampuan sosial siswa
dalam berkomunikasi.
Kelebihan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah penyelesaian
masalah bisa meningkatkan kemampuan peserta didik atau siswa untuk berpikir
kritis serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk bisa mengimbangi
dengan dengan pengetahuan baru. Hal itu terbukti dengan dilakukan pretest dan
posttest pada siswa dengan penerapan model pembelajaran predict observe
explain penyelesaian masalah juga bisa lebih mengembangkan kegiatan belajar
peserta didik atau siswa. Penyelesaian masalah juga bisa membantu siswa atau
peserta didik bagaimana menggerakkan wawasan atau pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian keempat “Implementasi LKPD Fisika Pada Model
Pembelajaran Predict Observe Explain Untuk Meningkakan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa”, oleh Astri Ningrum, Desy Hanisa Putri, dan Rosane
Medriati pada tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan dan perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap implementasi LKPD Fisika pada model pembelajaran predict observe
explain materi di SMAN 6 kota Bengkulu. Populasi penelitian ini adalah siswa
kelas X MIPA SMA Negeri 6 Kota Bengkulu tahun ajaran 2021/2022 semester
genap. Jumlah sampel sebanyak 35 orang siswa yang di ambil melalui teknik
random sampling. Adapun jenis penelitian merupakan penelitian pre-

38
eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian one group pretest-
posttest.
Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara,
dan tes kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan LKPD Fisika berdasarkan perhitungan N-Gain adalah 0,57 dengan
kategori sedang.
Berdasarkan analisis data pada penelitian didapatkan kesimpulan bahwa
antara skor pretest sebelum menggunakan LKPD fisika pada model pembelajaran
predict observe explain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan skor
posttest setelah menggunakan mengalami perbedaan yang signifikan.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada jurnal penelitian
ini terkait sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis fisika siswa.
Sintak yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah guru menerapkan
model pembelajaran predict observe explain dengan mengimplementasikan LKPD
dalam sebuah pembelajaran. LKPD berbasis predict observe explain merupakan
LKPD yang dapat memberikan infomasi kepada guru agar mengetahuai
bagaimana cara berpikir peserta didik, menemukan ide, dan juga memotivasi
peserta didik untuk mencari pengetahuan konsep yang mereka miliki. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah Guru terus memberikan motivasi sehingga
kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis bisa meningkat. Yang pertama
yang di lakukan guru adalah memberikan pretest sebelum pembelajaran, setelah
itu guru memberikan pembelajaran eksperimen, selanjutnya guru memberikan
soal posttest setelah pelajaran.
Dalam pembelajaran eksperimen, guru menerapkan model pembelajaran
predict observe explain untuk memancing siswa untuk berpikir kritis karena
dihadapkan langsung dengan teori yang diajarkan dalam lingkungan sehari-hari.
Hasil yang diperoleh dari kelas eksperimen yaitu nilai minimum pretest dan
posttest yang diperoleh siswa adalah 20 dan 40. Sedangkan nilai maksimum
pretest dan posttest adalah 32,80 dan 71,20 menunjukkan bahwa terdapat

39
peningkatan nilai pretest dan posttest. Nilai maksimum yang didapatkan siswa
pada saat pretest masih tergolong rendah pada saat sebelum diberi perlakuan, hal
ini terjadi karena lemahnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa,
sehingga mereka tidak mampu mendapatkan nilai yang baik pada mata pelajaran
fisika, akan tetapi setelah diberi perlakuan, terdapat peningkatan pada nilai yang
didapatkan oleh siswa dapat dilihat pada nilai maksimum posttest. kemampuan
berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 0,57 dengan
kategori sedang.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan berpikir kritis terhadap implementasi LKPD Fisika pada model
Pembelajaran predict observe explain.
Karakteristik yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah model
pembelajaran predict observe explain mengharapkan siswa untuk bisa melakukan
prediksi sesuatu sebelum melakukan suatu ekseperimen, melakukan eksperimen,
dan menarik kesimpulan dari suatu ekseperimen. Secara tidak langsung, dengan
adanya model pembelajaran predict observe explain, siswa juga sedang di latih
untuk berpikir tingkat tinggi, dalam hal ini berpikir kritis. Siswa termotivasi
karena dihadapkan langsung pada suatu eksperimen. Dari pernyataan tersebut
terbukti dengan tingginya nilai posttest kemampuan berpikir kritis dalam
menggunkan model pembelajaran predict observe explain.
Tujuan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah untuk membuat para
siswa untuk bisa menarik kesimpulan dari pengetahuan, mengetahui bagaimana
menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, dan menemukan sumber
informasi yang relevan untuk mendukung pemecahan masalah.
Manfaat yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah mendorong siswa
untuk lebih berani untuk bisa menarik kseimpulan sendiri, dapat menumbuhkan
sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis, dapat meningkatkan
pemahaman konsep fisika siswa. Guru juga memberikan soal test dan LKPD
untuk mendorong kemampuan berpikir siswa sehingga siswa bisa mengunakan
kemampuan berpikirnya dengan baik.
Kelebihan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah dengan

40
mengimplementasikan LKPD fisika pada model pembelajaran predict observe
explain, mempunyai keunggulan tersendiri karena siswa di latih untuk bisa
berpikir kritis. Kelebihan lainnya adalah LKPD dapat memberikan infomasi
kepada guru agar mengetahuai bagaimana cara berpikir peserta didik, menemukan
ide, dan juga memotivasi peserta didik untuk mencari pengetahuan konsep yang
mereka miliki.
Penelitian kelima “Pengembangan LKPD Fisika Berbasis Predict Observe
Explain untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi
Getaran Harmonis” oleh Desita Sari, Desi Hanisa Putri dan Indra Sakti pada
tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk, mendeskripsikan
kelayakan dan mengetahui respon siswa terhadap LKPD fisika berbasis predict
observe explain untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada
materi getaran harmonis.
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model
pengembangan 4D yaitu Define, Design, Development dan Dissemination, namun
hanya dilakukan sampai tahap Develop. Validasi dilakukan oleh judgment ahli
(dosen) dan praktisi (guru). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA
SMAN 1, kelas X IPA SMAN 6 dan kelas X IPA SMAN 9 Kota Bengkulu yang
berjumlah 45 siswa.
Berdasarkan hasil uji validasi aspek kelayakan isi sebesar 87%, kebahasaan
8 2%, penyajian 92% dan kegrafisan 83% dengan nilai rata-rata keseluruhan 86%
dalam ketegori sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKPD yang
dikembangkan sudah layak untuk digunakan. setelah layak selanjutnya dilakukan
respon siswa (uji keterbacaan). Adapun hasil respon siswa terhadap LKPD ini
adalah dengan nilai sebesar 90% yang berada dalam kategori sangat baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Pengembangan LKPD Fisika Berbasis
predict observe explain sangat berpengaruh untuk melatih kemampuan berpikir
kritis peserta didik SMA.

Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada jurnal penelitian
ini terkait sintak, karakteristik, tujuan dan manfaat, serta kelebihan dari model

41
pembelajaran predict observe explain dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis fisika siswa.
Sintak yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah diterapkannya
pengembangan LKPD fisika berbasis predict observe explain untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis siswa sma pada materi getaran harmonis. Model
pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model pengembangan
4D yaitu Define, Design, Development dan Dissemination, namun hanya
dilakukan sampai tahap Develop.
Tahap pendefinisian (Define) bertujuan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Informasi
yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa hasil observasi, angket atau
kuesioner pengumpulan informasi awal, kemudian angket analisis kebutuhan yang
diisi oleh siswa, analisis kebutuhan yang diisi oleh guru dan studi literatur yang
relevan dengan LKPD yang akan dikembangkan pada penelitian ini
Tahap perancangan (Design) bertujuan untuk merancang kerangka isi atau
garis besar LKPD fisika Berbasis predict observe explain untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi getaran harmonis. Rancangan awal
ini dibuat berdasarkan hasil dari observasi, angket atau kuesioner pengumpulan
informasi dan need assessment.
Tahap Pengembangan (Development) merupakan tahap implementasi dari
perencanaan produk yang telah digunakan pada tahap sebelumnya. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk mendeskripsikan kelayakan terhadap produk akhir berupa
LKPD fisika berbasis predict observe explain untuk melatihkan kemampuan
berpikir kritis pada materi Getaran harmonis yang dikembangkan dan untuk
mengetahui respon siswa terhadap LKPD yang telah dikembangkan.
Kelayakan LKPD ini akan divalidasi oleh 3 orang validasi ahli, yaitu 2 orang
dosen (judgement ahli) dan 1 orang guru (praktisi), setelah divalidasi maka akan
dilakukan revisi terlebih dahulu berdasarkan penilaian validator. setelah layak
selanjutnya dilakukan respon siswa (uji keterbacaan). Adapun hasil respon siswa
terhadap LKPD ini adalah dengan nilai sebesar 90% yang berada dalam kategori
sangat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pengembangan LKPD Fisika

42
Berbasis predict observe explain sangat berpengaruh untuk melatih kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 1 Kota Bengkulu, kelas X
IPA SMA Negeri 6 Kota Bengkulu dan kelas X IPA SMA Negeri 9 Kota
Bengkulu pada materi getaran harmonis.
Karakteristik yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah LKPD
berbasis model pembelajaran predict observe explain didesain untuk mendorong
peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui prediksi,
pengamatan dan menjelaskan dari apa yang telah diamati. Peserta didik akan aktif
dalam proses belajar, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
mereka. Guru juga membantu siswa dengan menerapkan LKPD yang dengan
sendirinya mendorong siswa untuk melakukan eksperimen atau pengamatan
langsung terkait dengan fenomena getaran harmonis. Siswa diajak untuk
mengamati, mengumpulkan data, dan menganalisis hasil observasi mereka sendiri.
Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui
proses model pembelajaran predict observe explain.
LKPD ini akan meminta siswa untuk membuat prediksi tentang fenomena
getaran harmonis sebelum melakukan pengamatan. Dengan melakukan prediksi,
siswa akan terlibat didalam pemikiran kritisdan mempertimbangkan kemungkinan
hasil yang akan terjadi. Setelah melakukan prediksi, siswa diminta untuk
melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena getaran harmonis. Observasi
ini akan melibatkan pengumpulan data dan informasi yang relevan. Siswa dilatih
untuk mengamati dengan saksama, mencatat data dan mengidentifikasikan pola
atau hubungan yang ada. Setelah melakukan prediksi dan observasi, siswa di
minta untuk menjelaskan hasil pengamatan mereka. Mengetahui hubungan antara
hasil yang diamati dengan apa yang diprediksikan.
Tujuan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah untuk membuat siswa
semakin berani untuk melakukan prediksi sebelum melakukan suatu pengamatan.
Siswa juga bisa membandingkan persamaan atau perpedaan dari apa yang diamati
dengan apa yang dipredisksikan. Dengan semua fenomena tersebut, secara tidak
langsung model pembelajaran predict observe explain melatih siswa untuk
berpikir krtis.

43
Manfaat yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah mendorong siswa
untuk berpikir kritis, berani bertanya kepada Guru maupun teman-temannya
ketika sedang melakukan pengamatan. Mendorong kerja sama dan diskusi untuk
para siswa, siswa akan berbagi ide atau pikiran, membandingkan hasil, dan
berdiskusi tentang kesimpulan yang mereka peroleh. Proses ini tidak hanya
melatih kemampuan berpikir kritis, tetapi juga meningkatkan keterampilan
komunikasi dan kerja sama siswa.
Kelebihan yang penulis dapat dalam penelitian ini ialah model
pembelajaran predict observe explain dianggap sangat disukai peserta didik dan
sangat menyenangkan. model pembelajaran predict observe explain bisa
meningkatkan kemampuan pesrta didik atau siswa untuk berpikir kritis. Dengan
diterapkannya model pembelajaran predict observe explain bisa membuat siswa
untuk bertanggung jawab atas apa yang diprediksikan dengan mengaitkan
fenomena getaran harmonis yang telah diamati.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan metode penelitian yang telah dijelaskan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan (library research) dimana peneliti tidak dapat
turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang hendak dikaji, tetapi
peneliti melakukan penelitian dengan mengkaji hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran predict observe explain dan variable terikat berupa kemampuan
berpikir kritis fisika siswa. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji sebanyak 5
hasil penelitian yang relevan yang dikaji oleh peneliti. Adapun beberapa hal yang
dikaji dalam penelitian ini yaitu sintak, karakteristik, tujuan, manfaat dan
kelebihan model pembelajaran predict observe explain serta pengaruh model
pembelajaran predict observe explain terhadap kemampuan berpikir kritis fisika
siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan masalah yang telah dirumuskan


diawal, yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran predict observe explain

44
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa. Data yang diperoleh
berupa jurnal/artikel/skripsi yang relevan dengan peenlitian ini dan diolah melalui
tahap editing, organizing dan penemuan hasil penelitian.
Pada tahap editing, dilakukan pemeriksaan kembali data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan dan keselarasan makna. Pemeriksaan
ini tentu saja berdasarkan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dan hal
apa yang hendak dikaji. Sehingga pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali
apa yang menjadi variabel bebas dan variable terikat dari penelitian yang
dijadikan sumber data relevan. Kemudian apakah terdapat sintak, karakteristik,
tujuan, manfaat dan kelebihan model pembelajaran predict observe explain yang
jelas dalam setiap sumber yang relevan serta apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran predict observe explain terhadap kemampuan berpikir kritis fisika
siswa. Sumber data bersifat kualitatif berkembang sehingga dapat diganti
sumbernya atau ditambahkan hasil penelitian yang relevan yang dirasa cocok.
Selanjutnya pada tahap organizing dilakukan pengorganisasian data-data yang
diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan. Kemudian pada tahap
penemuan hasil penelitian, dilakukan analisis lanjutan untuk memperoleh
kesimpulan ahkir. Pada tahap ini juga ditentukan tercapai atau tidaknya
peningkatan kemampuan berpikir kritis fisika siswa berdasarkan hal-hal yang
telah dikaji.

4.2.1 Sintak Model Pembelajaran Predict Observe Explain


Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka model

45
pembelajaran predict observe explain pada setiap jurnal/sumber memiliki sintaks
yang jelas dan memiliki kesamaan dari kelima jurnal penelitian tersebut yang
berpedoman pada sintaks model pembelajaran predict observe explain yakni
pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivis dimana esensi dari
model pembelajaran ini adalah peserta didik membangun pengetahuan awalnya
sendiri dan dengan bantuan guru dalam pembelajaran mereka berusaha
menentukan hal baru dan akhirnya mampu mengkonstruksi pengetahuan sesuai
dengan hasil pembelajaran yang diperoleh. Sintaks Model Pembelajaran predict
observe explain pada umumnya yang terdiri dari tiga tahap yakni; 1) Prediksi
siswa dari hasil demonstrasi (predict); 2) Melakukan eksperimen (observe); 3)
Mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka buat dan menjelaskan hasil
prediksi dari pengamatan mereka (explain). Peneliti mendapati bahwa hampir
setiap sumber data dari kelima penelitian ini, menggunakan bentuk integrasi dari
model pembelajaran predict observe explain secara langsung dalam sintaks model
pembelajaran karena kedudukannya sebagai teknik pembelajaran. Berikutnya
peneliti membahas lima langkah dalam model pembelajaran predict observe
explain
Langkah pertama, Prediksi siswa dari hasil demonstrasi (predict). Guru
memulai pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada seperangkat alat dan
bahan percobaan yang berkaitan dengan materi fisika, kemudian guru
menjelaskan apa saja yang haruus dilakukan terkait peralatan tersebut. Para siswa
kemudian membuat suatu prediksi apa yang terjadi, hasil apa yang bakal diperoleh
dengan bereksperimen menggunakan alat atau bahan tersebut.
Dugaan yang dibuat oleh siswa tentu telah dipikirkan alasan mengapa siswa
membuat dugaan tersebut. Pada proses ini siswa diberikan kesempatan oleh guru
kebebasan seluas-luasnya dalam menyusun dugaan tersebut. Guru hanya
memberikan arahan saja dan siswa tidak diberikan batasan dalam membuat
dugaan. Mereka bisa membuat dugaan apa saja selama mereka mengerti alasan
dari dugaan tersebut. Pada proses membuat dugaan guru juga harus mengerti
miskonsep apa yang banyak terjadi pada siswa. Hal ini sangat penting untuk guru
dalam membantu siswa untuk membuat dugaan yang benar.

46
Langkah kedua, Melakukan eksperimen (observe). eksperimen merupakan
keterampilan mendasar. Saat siswa melakukan observasi menggunakan panca
indra mereka, karena observasi biasanya dilakukan secara nyata atau diperaktikan
langsung. Pada tahap ini siswa dibawa untuk melakukan eksperimen atau
percobaan yang bertujuan untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka
sampaikan. Dengan melakukan eksperimen diharapkan akan ada proses
ketidakseimbangan antara konsep baru yang dihayarti dengan miskom yang
dibawa dari luar. Mereka melakukan pengulangan pengamatan membuat
pengukuran, menganalisis menafsirkan data yang selanjutnya berakhir dengan
menarik kesimpulan.
dengan melakukan eksperimen pada tahap ini, pembelajaran terjadi by doing
science yang melibatkan siswa secara langsung dengan mengaktualisasikan diri ke
dalam pengalaman nyata. siswa akan belajar sebaik-baiknya dengan pengalaman
sendiri.
Langkah ketiga, Mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka buat dan
menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka (explain). pada langkah ini
dugaan siswa ternyata terjadi dalam eksperimennya atau percobaannya, jika ini
terjadi siswa akan semakin yakin akan konsepnya.
Explainasi merupakan penjelasan yang di berikan oleh siswa tentang
kesesuaian antara dugaan awal yang diberikan dengan pengetahuan yang telah
didapat ketika eksperimen yang dilakukan. Jika hasil prediksi tersebut sesuai
dengen hasil eksperimen dan mereka mendapat penjelasan tentang kebenaran
prediksinya, maka siswa akan semakin yakin dengan prediksinya. Namun jika
hasil eksperimen berbeda dengan dugaan mereka, maka mereka akan
mendapatkan pengetahuan baru dari hasil eksperimen mereka dan kemudian akan
membuat penjelasan tentang ketidak tepatan prediksinya. Biasanya siswa akan
mengalami perubahan konsep dari yang tidak benar menjadi benar. Siswa akan
lebih mudah memahami apabila mengkomunikasikan dengan teman yang lainnya.
Selain itu eksplanasi mendorong siswa untuk memahami pengetahuannya sendiri.
Tahap ini membangkitkan diskusi yang baik antara siswa dengan siswa
maupun antara siswa dengan guru. Proses yang terjadi juga membangun penalaran

47
yang tinggi. Dengan membangun penalaran yang tinggi dengan sendirinya siswa
juga sudah berpikir tingkat tingi, dalam hal ini berpikir kritis tentang materi fisika.
Berdasarkan tiga langkah diatas yang paling efektif untuk meningkatan
kemampuan berpikir kritis fisika siswa adalah langkah ketiga yaitu
Mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka buat dan menjelaskan hasil
prediksi dari pengamatan mereka (explain). Pada tahap ini Guru hanya sebagai
fasilitator dengan memberikan kesempatan kepeda peserta didik dalam hal ini
siswa untuk memberikan penjelasan tentang apa yang dipraktekan. Peserta didik
di minta untuk mengaitkan antara hasil yang diprediksi dengan hasil yang didapat
dari hasil eksperimen. Dengan sendirinya peserta didik secara langsung diminta
untuk berpikir, dalam hal ini berpikir kritis tentang materi fisika karena sudah
mampuh memecahkan masalah fisika dengan memberikan penjelasan dari apa
yang dipraktekan. Sehingga tahap “Mendiskusikan alasan dari prediksi yang
mereka buat dan menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka (explain)”.
sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa
dibandingkan tahap-tahap lainnya.

4.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Predict Observe Explain


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti
menemukan bahwa dari kelima jurnal penelitian yang digunakan sebagai sumber
data untuk diteliti dalam penelitian ini memuat karakteristik model pembelajaran
predict observe explain yang memiliki kesamaan. Model pembelajaran predict
observe explain adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa. Berikut karakteristik dari model pembelajaran predict
observe explain; 1) prediksi; 2) observasi; 3) penjelasan; 4) diskusi; 5) refleksi; 6)
aktif dan partisipatif; 7) berpusat kepada peserta didik; 8) Guru sebagai fasilitator.
Adapun karakteristik dan dampak dari model pembelajaran predict observe
explain bagi peserta didik, dapat dilihat sebagai berikut berikut.

Tahap pertama adalah prediksi, model ini dimulai dengan siswa membuat
prediksi tentang apa yang akan terjadi dalam suatu eksperimen atau situasi fisika.

48
Siswa diminta untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman mereka untuk
membuat prediksi yang masuk akal.
Tahap kedua adalah observasi. setelah membuat prediksi, siswa melakukan
pengamatan langsung terhadap eksperimen atau situasi fisika yang relevan.
Mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menguji
kebenaran.
Tahap yang ketiga adalah penjelasan. Setelah mengamati hasil eksperimen,
siswa diminta untuk menjelaskan apa yang mereka amati dan bagaimana hal itu
sesuai atau tidak sesuai dengan prediksi mereka unntuk memberikan penjelasan
yang tepat.
Tahap yang keempat adalah diskusi. Model pembelajaran predict observe
explain mendorong siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelas atau kelompok
mereka tentang hasil pengamatan dan penjelasan mereka. Diskusi ini membantu
siswa memperdalam pemahaman mereka dan melihat perspektif lain.
Tahap yang kelima adalah refleksi. Setelah melakukan prediksi, observasi,
dan penjelasan, siswa diminta untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka.
Mereka mengevaluasikan kebenaran prediksi mereka, membandingkan hasil
observasi dengan prediksi, dan mengidentifikasi kesalahan atau kesalahan dalam
penjelasan mereka.
Tahap yang keenam adalah aktif dan partisipatif. Model pembelajaran
predict observe explain melibatkan siswa dalam hal ini sebagai peserta didik
secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima informasi
dari Guru, tetapi juga terlibat dalam merumuskan prediksi, melakukan
pengamatan, dan menjelaskan hasilnya. Hal ini memungkinkan siswa untuk
membangun pemahaman yang lebih mendalam dan memperkuat keterampilan
berpikir kritis fisika siswa.
Tahap yang ketuju adalah berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran
predict observe explain menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran.
Mereka diberi kebebasan untuk berpikir secara mandiri, mengajukan pertanyaan,
dan mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Guru berperan sebagai
fasilitator dan pemandu dalam proses pembelajaran.

49
Tahap yang kedelapan adalah Guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran
predict observe explain menempatkan Guru sebagai fasilitator karena mendorong
peserta didik bisa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah fisika dan
pemikiran kritis.
Berdasarkan kedelapan tahapan karakteristik yang ada yang paling efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa adalah tahap
kedelapan yakni Guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran predict observe
explain mengharapkan peserta didik untuk bisa memprediksikan suatu fenomena
fisika serta mampuh membuktikan prediksi mereka dengan melakukan suatu
eksperimen. Dalam hal ini peserta didik sebagai pusat perhatian, dan Guru sendiri
sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, Guru memiliki peran penting dalam
membantu peserta didik belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis
fisika mereka. Guru membantu siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan
melalui penjelasan yang jelas dan penggunaan metode pengajaran yang efektif,
dengan digunakannya model pembelajaran predict observe explain. Mereka juga
dapat menggunakan berbagai alat dan sumber daya untuk membantu peserta didik
melakukan eksperimen. Seorang Guru harus mendorong peserta didik untuk aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan diterapkannya model
pembelajaran predict observe explain membantu siswa untuk bisa belajar dalam
bentuk kelompok yang membuat siswa bisa bekajar kerja sama dan berdiskusi
dengan teman sebayanya.
Dengan peran Guru sebagai fasilitator, membantu peserta didik untuk bisa
menyelesaikan masalah dan bisa berpikir kritis. Guru memberikan tantangan
kepada peserta didik untuk bisa memprediksikan suatu fenomena fisika, agar bisa
membuat peserta didik untuk berpikir secara kritis. Dalam peran Guru sebagai
fasilitator, seorang guru berfokus pada membantu peserta didik untuk bisa
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mempersiapkan mereka untuk
bisa mengahadapi tantangan didunia nyata tentang suatu fenomena fisika.

4.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Predict Observe Exlain


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti

50
menemukan bahwa dari kelima jurnal penelitian yang digunakan sebagai sumber
data yang diteliti dalam penelitian ini memuat tujuan model pembelajaran predict
observe explain yang memiliki kesamaan dari kelima jurnal penelitian tersebut.
Tujuan model Pembelajaran predict observe explain pada terdiri dari
meningkatkan kemampuan memprediksikan, meningkatkan kemampuan
mengamati, dan meningkatkan kemampuan menjelaskan. Peserta didik diajak
untuk membuat prediksi atau perkiraan yang akan terjadi tentang apa yang akan
terjadi dalam suatu eksperimen atau situasi fisika. Hal ini melibatkan pemikiran
kritis dan analisis terhadap konsep-konsep fisika yang telah dipelajari
sebelumnya. Setelah membuat prediksi, peserta didik kemudian melakukan
pengamatan terhadap suatu eksperimen atau situasi fisika yang sesungguhnya.
Mereka mengumpulkan data dan informasi yang relevan melalui pengamatan
langsung atau menggunakan alat bantu. Setelah melakukan pengamatan, peserta
didik diminta untuk menjelaskan hasil yang diperoleh. Mereka harus mampuh
menghubungkan antara prediksi awal dan hasil pengamatan yang diperoleh, serta
menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajari untuk memberi
penjelasan yang tepat.
Melalui model pembelajaran predict observe explain siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran fisika. Mereka akan melatih kemampuan berpikir
kritis, mengembangkan keterampilan observasi, dan memperdalam konsep-konsep
fisika. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis fisika secara aktif.

4.2.4 Manfaat Model Pembelajaran Predict Observe Explain


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti
menemukan bahwa dari kelima jurnal penelitian yang digunakan sebagai sumber
data yang diteliti dalam penelitian ini memuat manfaat model pembelajaran
predict observe explain yang memiliki kesamaan dari kelima jurnal penelitian
tersebut. Manfaat dari model pembelajaran predict observe explain secara umum
menekankan, bagaimana siswa dalam membangun kemampuan berpikir kritis
fisika untuk memperluas pengetahuan dan menjadikan peserta didik untuk saling

51
bekerjasama serta menumbuhkan rasa kepemimpian dalam diri siswa. Manfaat
dari model pembelajaran predict observe explain adalah mendorong siswa untuk
berpikir secara analitis karena diminta untuk memprediksikan suatu fenomena
fisika serta menghubungkan hasil yang diamati dengan hasil yang diprediksikan.
Ketika siswa sudah memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi, observasi
dan menjelaskan, secara tidak langsung kemampuan berpikir kritis dari setiap
siswa mengalami peningkatan. Dengan diterapkannya model pembelajaran predict
observe explain siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, serta
mempunyai kemampuan untuk bertanya kepada teman maupun Gurunya yang
merangsang siswa untuk bisa melakukan suatu diskusi. Dengan sendirinya, siswa
dilatih untuk mengetahui apa itu kerja sama.
Model ini memberikan pengalamaan langsung dan interaktif yang
membantu siswa atau peserta didik memahami konsep fisika secara mendalam
dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang penting.

4.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Predict Observe Explain


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti
menemukan bahwa dari kelima jurnal penelitian yang digunakan sebagai sumber
data yang diteliti dalam penelitian ini memuat kelebihan model pembelajaran
predict observe explain yang memiliki kesamaan dari kelima jurnal penelitian
tersebut. Kelebihan dari model pembelajaran predict observe explain secara
umum menekankan, bagaimana model pembelajaran predict observe explain
dalam membangun kemampuan siswa untuk berpikir kritis, dapat meningkatkan
pengetahuan yang baru pada siswa dan menerapkan wawasan dalam kehidupan
keseharian siswa. Adapun kelebihan dan dampak dari model pembelajaran predict
observe explain bagi siswa yaitu;

1. Model pembelajaran predict observe explain membuat siswa menjadi aktif


dan kritis dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Siswa menjadi aktif karena terlibat langsung dalam
suatu eksperimen atau observasi.

52
2. Siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat karena pada saat tahap
prediksi, siswa dilatih untuk memrediksikan suatu fenomena didalam
bidang fisika.

3. Model pembelajaran predict observe explain menanamkan sikap kerja


sama, toleransi, tolong menolong, tanggung jawab, disiplin, dan rela
berkorban antar siswa, karena didalam model pembelajaran predict
observe explain adanya sebuah pengamatan yang mengharuskan siswa
untuk saling bekerja sama.
4. Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan sendiri, karena pada tahap
explain siswa diharuskan menarik kesimpulan sendiri dengan
mengaitkan dari apa yang diprediksikan dengan apa yang didapatkan
dari hasil pengamatan.

Dari kelima Indikator yang dikaji meliputi Sintak, karakteristik, tujuan,


manfaat dan kelebihan yang paling dominan dalam model pembelajaran predict
observe explain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa
adalah sintak.
Sintak model pembelajaran merupakan acuan umum mengenai bagaimana
suatu pembelajaran dilaksanakan agar sesuai dengan kaidah dan hasil yang
diinginkan atau langkah-langkah yang harus dilalui dari model pembelajaran.
Melaui sintak Guru menghadapkan siswa pada sebuah permasalahan untuk
melatih siswa untuk lebih berpikir kritis tentang suatu fenomena fisika.
Kemampuan berpikir kritis membentuk siswa untuk memigkatkan kreativitas,
dapat mendorong rasa ingin tahu, memperkuat kemampuan pemecahan masalah,
mendorong banyak perkembangan pada siswa, dan mengembangkan rasa mandiri
pada siswa. Guru juga membimbing siswa dalam proses belajar yaitu memberikan
kesempatan pada siswa untuk memprediksikan suatu fenomena fisika dan
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menghubungkan antara
fenomena yang diprediksikan dengan fenomena yang didapatkan dari sebuah
eksperimen fisika dan menjelaskannya, sehingga terjadi interaksi yang baik dalam
pembelajaran.

53
Secara umum sintak sudah mewakili empat indikator lain (karakteristik,
tujuan, manfaat, dan kelebihan) yaitu ; 1) Prediksi siswa dari hasil demonstrasi
(predict); 2) Melakukan eksperimen (observe); 3) Mendiskusikan alasan dari
prediksi yang mereka buat dan menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan
mereka (explain). Sehingga dapat dikatakan indikator yang paling dominan dari
kelima indikator yang dikaji adalah sintak.

4.2.6 Perbandingan Pendapat Peneliti Terdahulu Dari Jurnal Yang


Dikaji Tentang Berpikir Kritis
Berdasarkan lima jurnal yang sudah dikaji, berikut merupakan pendapat
Peneliti sebelumnya tentang berpikir Kritis fisika siswa dalam pembelajaran:
1. Menurut Bassham dkk, (dalam Sarwi dkk, 2008), berpikir kritis mencakup
pemahaman argumen dan meyakininya, menilai argumen secara kritis dan
meyakininya, dan mengembangkan dan mempertahankan argumen dengan
mendukung secara kuat dan penuh keyakinan.
2. Menurut Nurzaman, (2020), Kegiatan berpikir kritis dilakukan guna
memahami realitas, tidak hanya menghafalkan fakta atau konsep, tetapi
lebih menitikberatkan pada kemampuan menyelesaikan masalah untuk
mengambil keputusan dan membuahkan produk baru untuk mendukung
terjadinya pembelajaran bermakna.
3. Riska Mulyani dkk, (2017), Adanya kemampuan berpikir kritis, peserta
didik akan lebih mudah menyelesaikan soal-soal fisika yang bersifat analisis
dan evaluasi.
4. Hamdani dkk, (2019), Kemampuan berpikir kritis merujuk pada
kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, menganalisis fakta,
mengembangkan dan mempertahankan ide, membuat perbandingan, dan
menarik kesimpulan untuk memecahkan masalah.
5. Desita Sari dkk, (2022), Berpikir kritis dapat diartikan sebagai kemampuan
dalam menganalisis ide maupun gagasan menuju kepada arah yang lebih
spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji
dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik.

54
Berdasarkan perbandingan pendapat dari peneliti sebelumnya dari lima
jurnal yang dikaji maka dapat dikatakan bahwa berpikir Kritis berkaitan dengan
berpikir tingkat tinggi yang bukan hanya menghafal fakta atau konsep tetap lebih
diutamakan dalam mengembangkan atau mempertahankan ide, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, dan menjelaskannya untuk memecahkan
suatu masalah, dengan diterapkannya model pe mbelajaran predict observe
explain. Dengan menyelesaikan suatu masalah maka siswa sudah mengambil
keputusannya sendiri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

55
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap

seluruh sumber data yang relevan berupa jurnal dan skripsi mengenai penerapan

model pembelajaran predict observe explain terhadap kemampuan berpikir kritis

fisika siswa, yang telah dianalisis melalui tahap editing, organizing dan penemuan

hasil Penelitian , menunjukan bahwa model pembelajaran predict observe explain

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika siswa.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut
1. Guru harus mampu menguasai model pembelajaran predict observe explain
dengan baik dan mampu memanfaatkan waktu pelajaran yang telah
ditetapkan dalam menerapkan semua tahapan dalam model pembelajaran
predict observe explain agar mampu menarik peserta didik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, terutama dalam bidang fisika.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sejenis dengan
penelitian ini, agar dapat mengkaji lebih lanjut secarah menyeluruh dari
hasil kemampuan berpikir kritisnya terutama dalam bidang fisika yang ada
pada jenjang pendidikan baik itu dari pendidikan SMP, SMA maupun
Perguruan Tinggi.

56
57
1
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fandi, H. (2011). Desain Pembelajaran Yang Demokratis dan Humanis.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Alex Fisher. 2001. Critical Thinking: An Introduction . Cambridge: Cambridge
University Press.
Amaliatun, H. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-
Explain) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SDN
Pisangan 02 pada Materi Wujud dan Sifat Benda. JKPM (Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika), 4(1), 11.
Amir, A. (2013). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Kecerdasan
Majemuk (Multiple Intelligences). Logaritma, I(01), 20-25.
http://jurnal.iainpadangsidimpuan.ac.id/index.php/LGR/article/download/
196/177
Astri Ningrum, Desy Hanisa Putri, dan R. M. (2022). Implementasi LKPD Fisika
Pada Model Pembelajaran Predict Observe Explain Untuk Meningkakan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, 11, 67–74.

Benyamin, B., Qohar, A., & Sulandra, I. M. (2021). Analisis Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas X dalam Memecahkan Masalah SPLTV.
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 909–922.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i2.574
Carin & Sund. 1998. Teaching Science Trough Discovery. Toronto: Merrll
Publishing Company.
Delita, D., Rasyid, A., & Sugandi, M. K. (2021). Predict Observe Explain (Poe)
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, 3, 93–97.
https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/567
Desita Sari, Desi Hanisa Putri, dan I. S. (2022). Pengembangan LKPD Fisika
Berbasis Predict Observe Explain untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa pada Materi Getaran Harmonis. Jurnal Ilmu Pembelajaran
Fisika, 2(2), 59–67.

57
Dewey, J. (1950). Democacy and Education, an Introduction to the Philosophy of
Education. USA: The Macmillan Company
Dewi Tiara Sulistia, M. A. M. (2016). Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran.
Laboratorium Penelitian Dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas
Farmasi Universitas Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, April,
5–24.
Dika R. Dewi. (2019). Skripsi Pengaruh Model Problem Based Learning disertai
Peta Berpikir 3D terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar
Fisika di SMA. 19, 19.
Effendi, M. (2018). Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGMI IAIN Ponorogo. Cendekia:
Journal of Education and Society, 15(2), 305.
https://doi.org/10.21154/cendekia.v15i2.1098
Ennis, R.H. 1993. “Critical Thinking Assessment”, Theory into Practice:
Teaching for Higher Order Thinking, The Ohio State University, Taylor and
Francis Ltd. 32,
Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities, (Online),

http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/
TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf), diakses 4 juni 2023.

Faridloh, Novianti Muspiroh, Mujib Ubaidillah. 2022. Penerapan model


pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain) Berbantuan Aplikasi
Instagram Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis, Jurnal Edu
Sains. Vol. 9, No. 1.
Fayakun, M., & Joko, P. (2015). Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan
Model Kontekstual (CTL) dengan Metodepredict, Observe, Explain terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
11(1), 49–58.
https://doi.org/10.15294/jpfi.v11i1.4003

58
Fernanda, A., Haryani, S., Tri Prasetya, A., & Hilmi, M. (2019). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Xi pada Materi Larutan Penyangga
dengan Model Pembelajaran Predict Observe Explain. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 13(1), 2326–2336.
Firdaus, A., Nisa, L. C., & Nadhifah, N. (2019). Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa pada Materi Barisan dan Deret Berdasarkan Gaya Berpikir. Kreano,
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 10(1), 68–77.
https://doi.org/10.15294/kreano.v10i1.17822
Fitriyani, Ign. I Wy. Suwatra, Nym. Kusmariyatni. 2015. Pengaruh Model Savi
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Mata Pelajaran Ipa
Kelas V SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD Volume: 3 No: 1
Gemasih, L. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
V MIN 12 Aceh Tengah. Frontiers in Neuroscience, 14(1), 1–13.
Gultom, E. C. (2018). Implementation of Predict, Observe, Explain (POE) Model
to Improve the Science Process Skill, the Scientific Attitude And the
Cognitive Ability with Electrolyte and Nonelectrolyte Materials of Students’
X Grade of the Science Class Students. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains,
9(1), 76–83.
Hadi, S. 1995. Statistik II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamzah, A & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Rajawali: Jakarta.
Hunaidah, M., Armin, A., & Fayanto, S. (2018). Penerapan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) dengan Metode Demonstrasi untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Fisika Materi Pokok.
Quantum: Seminar Nasional …, 25, 293–298.
http://seminar.uad.ac.id/index.php/quantum/article/view/275
Indrawati dan Setiawan, W. 2009. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan Untuk Guru SD. Bandung : PTK IPA.

59
Kartimi, L. & Permanasari, A. 2012. Pengembangan Alat Ukur Berpikir Kritis
pada Konsep Senyawa Hidrokarbon untuk Siswa SMA di Kabupaten
Kuningan. Jurnal Pendidikan MIPA, 13 (1).
(http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPM/article/view/ 397/154), diakses 4
juni 2023.

Kothari, C. R. (2004). Research Methodology. New Age International Ltd


Publisher.
Larasanty, N. K. P. I. (2020). Meningkatkan Kompetensi Pengetahuan IPA
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Predict Observe Explain
Berbasis Berpikir Kreatif. Mimbar Ilmu, 25(Vol 25, No 3 (2020)), 391–400.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/view/25598
Lina rosidah, L. rosidah, Savitri Wanabuliandari, & Sekar Dwi Ardianti. (2020).
Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantuan Media KAPINDO untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa pada Tema 6 Kelas IV. Jurnal
Pendidikan Dasar Nusantara, 6(1), 50–64.
https://doi.org/10.29407/jpdn.v6i1.14412
Lourenço, O. (2012). Piaget and Vygotsky: many resemblances, and a crucial
difference. New Ideas in Psychology, 30, 281-295. Mbugua, Z. K., Kibet, K.,
Muthaa, G. M., & Nkonke, G.R
M. Fayakun, P. J. (2015). Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model
Kontekstual (CTL) dengan Metodepredict, Observe, Explain terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.
Majid. I, S. M. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Herbarium pada
Siswa Madrasah Aliyah Ternate. Bioedukasi, 02(01), 192–198.
Mulyani, R. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Melalui Implementasi Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Predict Observe
Explain. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia,5(2),2013–2018.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9810
Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di
Abad lobal. Malang: UINMaliki Press

60
Munthe, S. A., Tambunan, L. O., & Sauduran, G. N. (2023). Pengaruh Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa pada Materi SPLDV di SMP Negeri 1 Panei. Journal
on Education, 5(2), 4426–4436.
https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1163
Murfiah, U. (2017). Pembelajaran Terpadu Teori dan Praktik Terbaik di Sekolah.
Bandung: PT Refika Aditama.
Nana. Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain, Elaboration. Write, Dan
Evaluation (POE2WE). (Jawa Tengah : Lakeisha). 2019. Hlm 16-19
Nur Istiqomah, Bambang Supriadi, L. N. (2019). Analisis Hasil Belajar Siswa
melalui Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis POE (Predict, Observe,
Explain) Berbantu Phet Simulation.
Nurkhasanah, D., Wahyudi, W., & Indarini, E. (2019). Penerapan Model Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V SD. Satya Widya, 35(1), 33–41.
https://doi.org/10.24246/j.sw.2019.v35.i1.p33-41
Paul Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
Priyono, K. (2012). Dalam Pembelajaran Atletik Kelas X-RPL Di SMK Negeri 1
Sudimoro.
Qomariah, Y. N., & Supardi, Z. A. I. (2021). Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Predict Observe Explain untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA dengan Metode Library Research. PENDIPA Journal of
Science Education, 6(1), 49–56.
https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.49-56
Rachmantika, A. R., & Wardono. (2019). Peran Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah. Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 2(1), 441.
Rachmawati, N. (2022). Penerapan POE Berbantuan LKPD untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI
MAN Buleleng. Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar, 5(2).

61
Rahayu, S. Pengembangan Peningkatan Pembelajaran Model POE Berbantuan
Media “I am scientist. Innovative Journal of Curriculum and Educational
Technology. Vol 2. No 1. 2012. Hlm 128-13
Rahmawati, I., hidayat, A., & Rahayu, S. 2016. Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMP pada Materi Gaya dan Penerapannya. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2016, hal. 1112-1119.
Richard Paul & Elder, L. (1990). Miniatur guide to critical thinking concepts and
tools. Dillon Beach: Foundation for Critical Thinking Press.
Rifai, A. R. C. & C. T. Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Unnes.
Riska Mulyani, Saminan, S. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik melalui Implementasi Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Predict Observe Explain (pp. 19–24).
Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. 2015. Perilaku Organisasi: Organizational
Behaviour.
Rosdianto, H., Murdani, E., & . H. (2017). the Implementation of Poe (Predict
Observe Explain) Model To Improve Student’S Concept Understanding on
Newton’S Law. Jurnal Pendidikan Fisika, 6(1), 55.
https://doi.org/10.22611/jpf.v6i1.6899
Rosdianto, H., Murdani, E., & Hendra. (2017). Implementasi Model Pembelajaran
POE ( Predict Observe Explain ) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Siswa pada Materi Hukum Newton. Jurnal Pendidikan Fisika, 6(1), 55–58.
Rusman. (2016). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sadirman. (2007). Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada
Safitri, R. W., & Susilaningsih, E. (2019). Analisis Ketercapaian Kompetensi
Pengetahuan Peserta Didik melalui Pembelajaran Predict , Observe , Explain.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13, 2395–2403.

62
Saiful Prayogi, S. H. dan A. W. (2013). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Strategi Pembelajaran POE (Predict Observe Explain)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
MAN 1 Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Lensa Kependidikan
Fisika, 1, 28–37.
Sah Ulya Ulpa , Saleh Hidayat, N. N. (2019). Pemberdayaan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII melalui Model Pembelajaran Predict
Observe And Explain (POE) (pp. 43–48).
Samudera, V. M., Joni, R., & Wahyudi. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Predict-Observe-Explain terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Ditinjau dari
Sikap Ilmiah. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, III(1), 101–108.
Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Sukendro, S., & Yuliawan, E. (2022). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Atletik Menggunakan Pendekatan Metode Student Centered Learning (SCL)
Model Case Method pada Mahasiswa Porkes FKIP UNJA. Cerdas Sifa
Pendidikan, 10(2), 25–33.
https://doi.org/10.22437/csp.v10i2.15902
Sumartini, T. S. (2017). Meningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
melalui Model Pembelajaran Predict Observe Explanation. JES-MAT (Jurnal
Edukasi Dan Sains Matematika), 3(2), 167.
https://doi.org/10.25134/jes-mat.v3i2.689
Suyono & Hariyanto. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
Teerasong, S., et.al. (2007). “Development of a Predict-Observe-Explain Strategi
for Teaching Flow Injektion an Undegraduate Chemistry”’ The Internasioal
Journal of Learning, Vol. 17, No. 3.
Tri Wiji Astuti, Joko Ariyanto, Sri Dwiastuti. 2023. Pengaruh Model
Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) Terhadap Kemampuan
Berpikir Kirtis Dan Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Sains Dan
Pendidikan. Vol. 3, No. 1.

63
Trianto. 2009. Mendesain Pembelejaran Inovatif–Progresif, Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Penidikan (KTSP).
Jakarta Kencana Prenanda Media Group.
Utami, I. G. A. L. P. (2016). Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural:
Aplikasi dalam Pengajaran Bahasa Inggris. Prasi, 11(01), 4–11.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/download/10964/702
Warsono dan Harianto. 2017. Pembelajaran Aktif (Teori dan asesmen).
(Bandung : PT Remaja RosdaKarya ). Hlm 93
White dan Gunstone. 1992. Probing Understanding . Hongkong: Graficraft
Typosetters Ltd.
Widiyaningrum, R. 2013. Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict,
Observe, Explain) berwawasan lingkungan pada materi Pencernaan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Bioedukasi : universitas Sebelas
maret. Volume 6. 2013. Hlm 100-117

Y.T. Wu dan C.C. Tsai. 2005. Effects Of Constructivistoriented Instruction on


Elementary School Students’ Cognitive Structures, in the Journal of
Biological Education, Vol. 39, No. 3.

Yasmin, M. dan Ansari, B.I. 2009. Taktik Mengembangkan Individual siswa.


(Bandung : PT Remaja Rosdakarya). Hlm 10
Yudiana Nur Is. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Deep Dialog Critical Thinking Dalam
Pembelajaran Ekonomi Pada Siswa SMK N 1 Yogyakarta. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Yulianto, E., A.Sopyan, & Yulianto, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
POE (Predict-Observe-Explain) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kognitif Fisika SMP. UPEJ (Unnes Physics Education Journal),
3(3), 1–6.
Yunita Putri Suyanto, Hadi Susanto, S. L. (2012). Peningkatan pre-test dan post-
tes dapat dihitung menggunakan rumus gain yang sering juga disebut faktor-
g atau faktor Hake adalah sebagai berikut: 1(2257).

64
Yuvita, H. C., Wahyuni, D., & Hariyadi, S. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
POE (Predict Observe-Explain) dengan Perfomance Assessment Terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Arjasa Jember. Pancaran
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran FKIP Universitas Jember. Volume 3
Nomor 4.
Yuyun Nailul Qomariah, Z. A. I. S. (2022). Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Predict Observe Explain untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA dengan Metode Library Research
Zebua, Y., Zagoto, M. M., & Dakhi, O. (2021). Implementasi Model
Pembelajaran Predict Observe Explain Berbasis Drill and Practice untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Pemindahan
Tanah Mekanis. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 5(2), 872–881.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v5i2.2659

65
58

Anda mungkin juga menyukai