Anda di halaman 1dari 21

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II

SDN 4 BAYUNG LENCIR PADA MATA PELAJARAN PKN


TENTANG MEMBIASAKAN HIDUP BERGOTONG ROYONG MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR


MATA KULIAH PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL  (PKP)
KODE MATA KULIAH PDGK 4501

OLEH
YOHANES ADI SUSILO
NIM 817223831

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH


UNIVERSITAS TERBUKA
2012.2

                                                                   KATA PENGANTAR

Selama proses pembelajaran berlangsung pasti akan ditemukan berbagai


macam masalah dan hal tersebut perlu diadakan pemecahan masalah dengan
optimal. Kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dari metode maupun
media pembelajaran yang dapat membantu tercapainya ketuntasan belajar.
Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah yang timbul dalam pembelajaran,
penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebab sasaran akhir
PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dan penelitian tindakan kelas ini dibuat
dalam bentuk laporan yang memuat pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan,
perbaikan pembelajaran, temuan hasil yang diperoleh, serta kesimpulan dan
saran.
Untuk mewujudkan semua harapan itu tidak terlepas dari bantuan semua
pihak. Tanpa bantuan semua pihak maka harapan ini tidak akan tercapai.
Semoga laporan Pemantapan Kemampuan Profesioanl (PKP) ini akan
membantu semua siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) serta berguna bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Saran dan kritik yang mambangun akan selalu diharapkan. Atas semua
bantuanya penulis ucapkan banyak terimakasih.

                                                                                                                                
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL    ...................................................................................    i
LEMBAR PENGESAHAN    .........................................................................    ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT    .............................................    iii
KATA PENGANTAR    ..................................................................................    iv
DAFTAR ISI    .................................................................................................    v
DAFTAR TABEL    .........................................................................................    viii
DAFTAR GRAFIK    ......................................................................................    ix

BAB I.   
PENDAHULUAN   
A.  Latar Belakang    ........................................................................................    1
1.     Identifikasi Masalah    .............................................................................    5
2     Analisis Masalah    ...................................................................................    6
3     Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah    ........................................    6
B.     Rumusan Masalah    ...................................................................................    6
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran    .............................................    7
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran    ..........................................    7

BAB II.
KAJIAN PUSTAKA   
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan SD    ...........................................    9
1.     Pengertian    ...........................................................................................    9
2.    Tujuan Pendidikan Kewarganegaran    ...................................................    11
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar    ...............................   
13
C. Hasil Belajar    ...............................................................................................    14
1.     Pengertian Hasil Belajar    ......................................................................    14
2.    Tipe Hasil Belajar    ................................................................................    14

D.    Metode    .......................................................................................................    16


E. Metode Tutor Sebaya    ..................................................................................    17

BAB III.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian)    ......................................................   
19
1.     Subjek Penelitian    ................................................................................    19
2.     Tempat Penelitian    ................................................................................    19
3.    Waktu Penelitian
B. Desain Prosedur Perbaikan pembelajaran    ...............................................    19
1.     Masa Prasiklus (Orientasi)    ...................................................................    20
2.     Siklus I    .................................................................................................    20
3.     Siklus II    ...............................................................................................    21
C. Teknik Analisis Data    ..............................................................................    23

BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran    ..................................................   
24
1.     Hasil Pengolahan Data    .........................................................................    24
2.     Observasi    ..............................................................................................    26
3.     Refleksi    ................................................................................................    27
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran    .............................   
28
1.     Rencana Pembelajaran (Orientasi)    ......................................................    28
2.     Siklus I    .................................................................................................    29
3.     Siklus II    ...............................................................................................    29
 

     BAB I  


PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah


Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan
dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong
berbagai upaya dan perhatian dari pemerintah, komponen pendidikan serta
seluruh lapisan masyarakat terhadap gerak langkah dan perkembangan dunia
pendidikan. Menurut Nanang Fattah dan H Mohammad Ali (MBS : 1.3) 
pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,
pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, 
mengubah perilaku serta meningkatkan kualitas hidup.
Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana
melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan
selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu
menjadi  fokus  perhatian, bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan
karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang. Pendidikan tidak
hanya menyangkut investasi dan kehidupan di masa yang akan datang,
melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah
sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan perbaikan dan peningkatan,
sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan
masyarakat.
Proses  pendidikan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia serta meningkatkan derajat sosial masyarakat bangsa, perlu
dikelola, diatur, dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil
secara optimal. Dengan kata lain sekolah sebagai tempat penyelenggaraan
pendidikan, merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur
saling berkaitan tentunya memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah
memiliki perangkat kepala sekolah, guru, murid, kurikulum, sarana dan
prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki hubungan dengan instansi lain
baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, sekolah memerlukan
pengelolaan yang akurat agar dapat memberikan hasil yang optimal, sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan semua pihak yang berkepentingan.
Sekolah sebagai penyelengara pendidikan harus memiliki perangkat
kurikulum  sebagai rencana yang strategis untuk melaksanakan rencana secara
menyeluruh dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Senada dengan kebijakan pemerintah mengenai desentralisasi pendidikan,
memberikan kewenangan untuk mengelola sendiri organisasi sekolah.
Sehingga  sekolah diberi kekuasaan dan kewenangan untuk menyusun serta
melaksanakan kurikulum  yang dibuat oleh komponen pendidikan di sekolah
tersebut.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang disusun
dan ditetapkan secara lokal dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi dan
diharapkan dapat memberikan keuntungan, seperti kebijakan dan kewenangan
sekolah membawa pengaruh langsung terhadap peserta didik, orang tua dan
para pendidik, bertujuan untuk  memanfaatkan sumber daya lokal secara
efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah, moral peserta didik, para pendidik dan
iklim sekolah. Selain itu dibutukan adanya suatu perhatian bersama untuk
mengambil keputusan dalam memberdayakan guru, manajemen sekolah dan
perubahan perencanaan pengelolaan sekolah.
Dengan demikian upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun
tujuan kelembagaan dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam  meningkatkan
profesionalitasnya untuk menciptakan proses pembelajaran secara optimal dan
mampu mengevaluasi  secara obyektif. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan
oleh seorang pendidik tentunya harus mengacu pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang terdapat dalam kurikulum. KKM merupakan tolak ukur
pencapaian tujuan pembelajaran dari setiap  mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Agar KKM yang ditetapkan
menjadi tolak ukur yang absah tentunya harus memenuhi standar penilaian
pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2007 yang isinya, “ Bahwa dalam rangka
mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional pendidikan
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
Standar Penilaian Pendidikan dengan peraturan menteri pendidikan nasional”.
Standarisasi penilaian yang  disusun dan ditetapkan  di sekolah oleh seluruh
komponen pendidikan dalam rapat akhir tahun sebagai persiapan menghadapi
tahun pelajaran baru yang lebih baik.
Di Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir KKM untuk mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, standar kompetensi, kompetensi dasar dan
khususnya pada indikator membiasakan hidup bergotong royong ditetapkan
sbagai mana terdapat pada tabel 1, yaitu:

Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan


SD Negeri 4 Bayung Lencir
No    Program Pembelajaran Semester II
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan    KKM
1    Standar Kompetensi:
Membiasakan hidup bergotong royong    71
2    Kompetensi dasar:
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan
di sekolah.    70
3    Indikator:
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di rumah.
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah.    70
4    Ketercapaian hasil evaluasi pembelajaran membiasakan hidup bergotong
royong.    62
Tabel 1.1. Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan

Penentuan KKM dengan nilai 70, alasannya karena tingkat kompleksitas


materi pembelajaran, daya dukung pendidik dan sarana belajar serta  intaks
peserta didik terhadap materi tidak terlalu asing bagi mereka. Dengan kata lain
pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik cukup
mendukung untuk mencapai target tersebut. Namun, untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik harus melakukan
usaha secara maksimal, agar harapan dan tujuan dapat tercapai  dengan
memuaskan.
Namun, persoalan yang timbul dalam usaha pencapaian KKM yang telah
ditetapkan,  tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses  pembelajaran
yang telah dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara maksimal tidak
membuahkan hasil yang optimal. Hasil yang dicapai oleh peserta didik masih
berada dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Belum
ketercapaianya kriteria ketuntasan minimal tentunya dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang menunjang ketercapaian hassil proses pembelajaran
Dalam situasi seperti ini, peneliti mengasumsikan adanya tiga pertanyaan yang
sangat penting dari hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pertama, bagaimana cara mempertanggungjawabkan ketidakberhasilan proses
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan?, pertanyaan yang 
kedua, strategi apa yang harus diterapkan dalam memperbaiki
ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran agar tercapai hasil
yang optimal? dan yang ke tiga bagaimana operasionalisasi dari konsep dan
prinsip-prinsip belajar di dalam pengelolaan proses pembelajaran telah sesuai
dengan kriteria untuk menilai kelayakan dan kecukupan yang dijadikan
ukuran bagi semua faktor yang mendukung ketercapaian tujuan?.
Sebagai jawaban atas pertanyaan yang timbul dari adanya kesenjangan antara
tujuan dan hasil pembelajaran yang dicapai, peneliti melakukan kerjasama
dengan teman sejawat sekolah  dan supervisor. Kegiatan ini dilakukan secara
bebas dan demokratis yang diawali dengan proses observasi yang dilakukan
supervisor dan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh penulis dan peserta didik, curah pendapat dan memberikan
motivasi pada peneliti untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Tujuan 
melakukan kerjasama dengan teman sejawat dan supervisor untuk :
1.          Mengetahui segala aspek proses pembelajaran, keunggulan strategi
yang diterapkan maupun masalah-masalah yang dihadapi akibat kelemahan
yang dialami penulis.
2.          Melakukan  analisis terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
hasil proses pembelajaran, apabila kriteria yang ditentukan tidak tercapai, baik
dari segi  kualitas maupun kuantitas.
3.          Melakukan refleksi diri, untuk membangkitkan kesadaran akan
pentingnya meningkatkan mutu proses pembelajaran yang diharapkan oleh
pendidik, peserta didik dan komponen pendidikan lainnya.
4.      merumuskan isu atas permasalahan yang timbul dan harus mencari
alternatif pemecahan masalahnya serta menetapkan perencanaan tindakan 
perbaikan yang akan dilakukan.

Sebagai gambaran keterkaitan kegiatan yang dilakukan penulis dalam proses


pembelajaran dan hasil  observasi yang dilakukan supervisor dan  teman
sejawat, dapat  ditemukan permasalahan yang  dianggap sebagai faktor
penyebab  adanya kesenjangan antara tujuan dan hasil proses pembelajaran.
Permasalahan  yang teridentifikasi dijadikan bahan rujukan bagi penulis untuk
melakukan refleksi diri, agar proses pencapaian tujuan pembelajaran
selanjutnya, dapat dicapai  sesuai dengan kriteria ketuntasan  minimal yang
telah ditetapkan bahkan lebih. Pada akhirnya penulis menyimpulkan seluruh
temuan permasalahan yang teridentifikasi  menjadi bahan kajian yang perlu
dianalisa.
    Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi proses pembelajaran pada mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) tentang membiasakan hidup
bergotong royong yang telah didiskusikan dengan  supervisor, terungkap
beberapa permasalahan.  Adapun permasalahan yang  terungkap yaitu:
1.         Peserta didik  kurang aktif dalam proses pembelajaran.
2.         Peserta didik kurang berani untuk menyampaikan pendapat dalam
diskusi.
3.          Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar PKn.
4.          Peserta didik menganggap mudah terhadap materi PKn.
5.          Apabila diberikan pertanyaan  yang menuntut untuk berpikir,
pertanyaan sering tidak dijawab dengan baik.
6.          Peserta didik  kurang  memberikan respon positif terhadap pendapat
yang disampaikan orang lain.
7.          Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-norma dan sikap
dalam bermusyawarah.
    Analisis Masalah
    Guru jarang memberikan motivasi terhadap peserta didik.
    Guru tidak  jelas dalam menyampaikan tugas dan informasi terhadap peserta
didik.
    Guru kurang memberikan respon dalam bentuk penghargaan terhadap
pendapat yang disampaikan peserta didik.
    Guru belum menerapkan strategi yang tepat untuk  menumbuhkan motivasi
belajar kepada peserta didik.
    Guru terlalu cepat dan kurang sistematis dalam penyampaian tugas diskusi
pada peserta didik.
    Guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
hakekat dan karakteristik materi pembelajaran yang diampunya.

    Alternatif dan Prioritas Masalah


Dari hasil paparan identifikasi dan analisis masalah diatas penulis sangat
paham apa yang menjadi masalah dalam proses belajar mengajar di kelas IIa
SD Negeri 4 Bayung Lencir. Sehingga penulis memilih mengunakan metode
tutor sebaya sebagai alternatif dalam meningkatkan motivasi belajar peserta
didik.

    Rumusan Masalah


Hasil identifikasi permasalan yang telah didiskusikan bersama supervisor dan
teman sejawat menjadi bahan kajian bagi penulis untuk melakukan refleksi
diri,  pada akhirnya dapat disimpulkan sebagai rumusan masalah yang harus
dicari  alternatif pemecahanya dan tindakan/rencana yang dapat dilakukan
untuk melaksanakan perbaikan. Adapun rumusan masalahnya adalah:
“Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran
PKn tentang membiasakan hidup bergotong royong melalui penerapan metode
tutor sebaya di kelas II SDN 4 Bayung Lencir?”

    Tujuan Penelitian


 Tujuan Umum
Untuk  meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn
tentang bentuk pengambilan keputusan dalam  bermusyawarah. Mengkaji
bagaimana cara membelajarkan peserta didik mengenai konsep dan nilai
konsep PKn tersebut agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, bertanggung
jawab sebagai warga negara, serta berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Tujuan khusus
Melalui penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang membiasakan hidup bergotong royong di kelas II SD
Negeri 4 Bayung Lencir.

    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Manfaat bagi peserta didik
a.    Perbaikan akan membawa dampak positif bagi peserta didik, karena
mereka   akan mendapat kesempatan untuk lebih  berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
b.       Perbaikan dengan menerapkan metode tutor sebaya akan membawa
peserta didik ke situasi belajar yang bervariatif sesuai karakteristik materi
yang dikolaborasikan dengan metode-metode  pembelajaran yang diterapkan
oleh guru.
c.      Perbaikan akan meningkatkan  motivasi belajar  peserta didik terhadap
konsep dan nilai konsep PKn  dalam pembelajaran secara maksimal.

2.  Manfaat  Bagi  Guru


a.    Perbaikan dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran    
yang dikelolanya sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
b.      Perbaikan yang dilakukan oleh  guru akan  mendapat kesempatan untuk
mengembangakan ilmu pengetahuan dan keterampilan profesional yang
dimlikinya.
c.       Perbaikan akan memotivasi guru untuk mencoba mengembangkan
inovasi  yang positif dalam membelajarkan peserta didiknya.
d.      Perbaikan akan membuat guru selalu melakukan analisis terhadap
kinerjanya, sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki,
kemudian berusaha untuk mengatasi dengan alternatif pemecahan masalah
yang akan menjadikan kekuatan rasa percaya terhadap kemampuan pada diri
sendiri.

    Manfaat Bagi  Sekolah


Pendidikan di sekolah akan meningkat secara kualitas maupun kuantitas 
seiring dengan kemampuan profesional para  pendidiknya. Selain itu,
penanggulangan berbagai masalah belajar, perbaikan terhadap konsep yang
keliru, serta kesulitan mengajar yang dialami akan segera teratasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

    Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD


    Pengertian
Pendidikan  Kewarganegaraan    secara  teori  dapat  dinyatakan  sebagai;
”seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu
kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara psikologis  dan  ilmiah  untuk  mencapai 
salah  satu  tujuan  IPS  “  (Somantri, 2001:159).
Lebih  lanjut  Muhammad  Nu’man  Somantri  (2001:154)  mengemukakan
bahwa:  “ Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali
peserta didik  dengan  pengetahuan  dan  kemampuan  dasar  yang  berkenaan 
dengan hubungan  antara  warga  negara  dengan  negara  serta  pendidikan 
bela  negara  agar menjadi warga negara  yang dapat diandalkan oleh bangsa
dan negara’.
Sedangkan  Djahiri  (2002:91)  menjelaskan  secara  lebih  luas  tentang  makna
PKn sebagai berikut:
”PPKN  sebagai  bagian  pendidikan  ilmu  kewarganegaraan  atau  PKn  di
manapun dan kapanpun sama/mirip, yakni program dan rekayasa pendidikan
untuk  membina  dan  membelajarkan  anak  menjadi  warganegara  yang 
baik, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme
(rasa kebangsaan)  yang  kuat/mantap,  sadar  serta  mampu  membina  serta
melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat
dan  bangsa  negaranya,  taat  asas/ketentuan  (rule  of  law)  ,  demokratis  dan
partisipatif,  aktif-kreatif-positif  dalam  kebhinnekaan  kehidupan  masyarakat
bangsa-negara  madani  (civil  sociaty)  yang  menjunjung  tinggi  hak  asasi
manusia serta kehidupan  yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa
melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya”.
Pendapat lain tentang Pedidikan Kewarganegaraan dijelaskan Sanusi (1999)
dengan  menawarkan    model  pendidikan  yang  didasarkan  pada  sepuluh 
pilar demokrasi  meliput:  (1)  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa,  (2)  Hak  Asasi 
Manusia,  (3) Kedaulatan rakyat, (4) Kerakyatan yang cerdas, (5) Pembagian
kekuasaan negara, (6)  Otonomi  Daerah,  (7)  Rule  of  law,    (8)  Pengadilan 
yang  merdeka,  (9) Kemakmuran umum, dan  (10) Keadilan sosial.
Sedang  menurut  UU  No.  20  Tahun  2003  pasal  39  ditegaskan  bahwa  :
Pendidikan  Kewarganegaraan  merupakan  usaha  untuk  membekali  peserta
didik dengan  pengetahuan  dan  kemampuan  dasar  berkenaan  dengan 
hubungan  antara warga  negara  dengan  negara  serta  pendidikan 
pendahuluan  bela  negara  agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh
bangsa dan negara.
Sementara  dalam  Kurikulum  2004  disebutkan  bahwa  Pendidikan
Kewarganegaraan  (citizenship),  adalah  merupakan  mata  pelajaran  yang
memfokuskan  pada  pembentukan  diri  yang  beragam  dari  segi  agama, 
sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa yang menjadi warganegara
Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945 (Depniknas, 2003:7).
Berdasarkan  beberapa  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa 
Pendidikan Kewarganegaraan  adalah  merupakan  bagian  dari  ilmu 
pendidikan  sosial  (IPS) yang  dipersiapkan  untuk  membekali  peserta 
didiknya  dengan  pengetahuan  dan keterampilan  dasar    yang  berkenaan 
dengan  hubungan  antara  warga  negara dengan  negara  yang  dilaksanakan 
dengan  proses  pembinaan  dan      pembelajaran agar  menjadi warganegara
yang baik, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  memiliki 
nasionalisme  (rasa  kebangsaan)  yang  kuat/mantap,  sadar  serta mampu 
melaksanakan  hak  dan  kewajiban  dirinya  sebagai  manusia,  warga
masyarakat  dan  bangsa  negaranya,  taat  asas/ketentuan  (rule  of  law), 
demokratis dan  partisipatif,  aktif  serta  kreatif  dalam  kebhinekaan 
kehidupan  masyarakat-bangsa-negara  madani  (civil  sociaty)  yang 
menjunjung  tinggi  hak  asasi  manusia serta  kehidupan  yang  terbuka, 
mendunia  (global)  dan  modern  tanpa  melupakan jati diri masyarakat bangsa
dan negaranya.

    Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Dilihat  dari  segi  materi  dan  tujuan  pembelajarannya,  Pendidikan 
Kewarganegaraan (PKn) merupakan bagian atau salah satu tujuan Pendidikan
IPS,
yaitu  bahan  pendidikan  yang  diorganisasikan  secara  terpadu  (integrated) 
dari
berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, pancasila, UUD
1945, dan  perundang-undangan  negara,  dengan  tekanan,  bahan 
pendidikan    pada hubungan  warga  negara  dengan  negara  dan  bahan 
pendidikan  yang  berkenan dengan bela negara (Soemantri,2001: 161).
Lebih  lanjut  Nu’man  Somantri  (2001:166)  menjelaskan  tentang  fungsi
Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai: “Usaha  sadar  yang  dilakukan 
secara  ilmiah  dan  psikologis  untuk memberikan  kemudahan  belajar 
kepada  peserta  didik  agar  terjadi internalisasi  moral  Pancasila  dan 
pengetahuan  kewarganegaraan  untuk melandasi  tujuan  pendidikan 
nasional,  yang  diwujudkan  dalam  integritas pribadi dan prilaku sehari-hari”.
Sematara itu secara teoretik keilmuan, Djahiri (1994:1) menyatakan bahwa:
Target  harapan  dan  isi  utama  PKn  adalah  memanusiakan  dan
mendewasakan  serta  membudayakan  anak  manusia  (siswa)  secara 
paripurna  berdasarkan  nilai,  moral  Pancasila,  agama  dan  budaya  luhur
bangsa  Indonesia  sehingga  kelak  di  kemudian  hari    akam  hidup  suatu
generasi  “Manusia  Indonesia  Pancasila  Sejati”  dalam  tatanan  kehidupan
budaya pancasila”
Sedangkan  menurut  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  RI  Nomor  22
Tahun  2006  tentang  Standar  isi  untuk  Satuan  Pendidikan  Dasar  dan 
Menengah adalah sebagai berikut  bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegraan
adalah:
1)    Berpikir  kritis,  rasional  dan  kreatif    dalam menanggapi  isu
kewarganegaraan.
2)    Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab serta bertindak secara
cerdas    dalam  kegiatan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bernegara,  serta
anti korupsi
3)    Berkembang  secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk  diri
berdasarkan  karakter-karakter  masyarakat  agar  dapat  hidup  bersama
dengan bangsa-bangsa lain
4)    Berinteraksi  dengan  bangsa-bangsa  lain  dalam  percaturan  dunia 
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

Sejalan  dengan  isi  dari  petikan  peraturan  Permendiknas  di  atas  Bunyamin
Maftuh     (2008:96)     menjelaskan     tentang tujuan     utama Pendidikan
Kewarganegaraan,  “adalah  untuk  mendidik  siswa  yang  baik  dan 
bertanggung jawab, mampu memecahkan masalah mereka sendiri dan masalah
masyarakatnya, termasuk memecahkan konflik antar pribadi dan antar
kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis”.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan mengenai tujuan
dari  Pendidikan  Kewarganegaraan  dapat  di  bagi  pada  sekala  umum, 
adalah merupakan  bagian    dari  tujuan  Ilmu  Pendidikan  Sosial  yaitu 
bahan pendidikan yang  diorganisasikan  secara  terpadu  (integrated)  dari 
berbagai  disiplin  ilmu sosial,  humaniora,  dokumen  negara,  pancasila,  UUD 
1945,  dan  perundang-undangan  negara,  dengan  tekanan,  bahan 
pendidikan    pada  hubungan  warga negara dengan negara dan bahan
pendidikan yang berkenan dengan bela negara.
Sedangkan  dalam  sekala  khusus  adalah  tujuan  yang  bangun  dalam 
bingkai pembinaan,  pengajaran  dan  pembelajaran  terhadap  anak  didik  (di 
tingkat pendidikan dasar dan menengah) yaitu bertujuan untuk mendidik siswa
yang baik dan  bertanggung  jawab,  mampu  memecahkan  masalah  mereka 
sendiri  dan masalah  masyarakatnya,  termasuk  memecahkan  konflik  antar 
pribadi  dan  antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis.
    Adapun     karakter     peserta     didik     setelah mengikuti pendidikan
kewarganegaraan  tersebut  adalah,  diharapkan  mampu  mengembangkan 
peserta didik  yang    berpikir  kritis,  rasional  dan  kreatif    dalam 
menanggapi  isu kewarganegaraan,  berpartisipasi  secara  aktif  dan 
bertanggungjawab  serta bertindak secara cerdas  dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta  anti  korupsi,  berkembang 
secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk diri  berdasarkan 
karakter-karakter  masyarakat  agar  dapat  hidup  bersama  dengan bangsa-
bangsa  lain,  serta  mampu  berinteraksi  dengan  bangsa-bangsa  lain  dalam
percaturan  dunia  secara  langsung  dengan  memanfaatkan  teknologi  dan
komunikasi.

    Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar


Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001).
Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional
(instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa
baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa
hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum
atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan.
Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional
(relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa
tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu
bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada
situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide
Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu
berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif
(intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal
understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman
instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif.
Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the
ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap
tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-
pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu.
Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar,
tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai
pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati
tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

    Hasil belajar


    Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.
Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar
adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan
keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar
penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam
proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam
kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan
yang telah dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-
aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses
yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi
melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan,
terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik.

    Tipe Hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam
suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-
54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek
pengajaran adalah sebagai berikut :

Tipe hasil belajar bidang kognitif


Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a.     Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya
faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b.     Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti
dari suatu konsep
c.    Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan
mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru,
misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.
d.     Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas
(kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas.
f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif


Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang
diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini
didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai
bidang kognitif tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari
yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a.     Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah
situasi dan gejala.
b.     Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulus dari luar .
c.     Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap stimulus.
d.     Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan
kemantapan prioritas yang dimilikinya .
e.     Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai
yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.

Tipe hasil belajar bidang psikomotor


Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan,
kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a.     Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b.     Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.     Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual ,
adaptif, motorik, dan lain-lain.
d.     Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan
ketetapan.
e.     Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai
pada ketrampilan yang kompleks .
f.     Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti
gerakan ekspresif, interpretative.

    Metode
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar
mengajar. Semua metode mengajar itu dapat diterapkan. “Metode adalah cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu,
cara menyelidiki (mengajar dan sebagainya)”. (W.J.S Poerwadarminta, 1986 :
646). Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam
bukunya “Strategi Belajar Belajar” adalah sebagai berikut : Metode mengajar
adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka
Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara
yang paling tepat, bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara
terarah, efisien dan sistematis untuk mencapai tujuan belajar.

    Metode Tutor Sebaya


Salah satu metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi pelajaran adalah
metode diskusi kelompok model tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa bisa
berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif
di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar
yang disajikan sesuai Standar Kompetensi (SK) yang telah ditetapkan.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok
diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan
guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah
siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya
yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami
materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap
anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari
materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu
untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang
disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa.
Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 22 siswa, berarti ada 4 kelompok dengan
catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok
terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor.

Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria:


(1)     memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
(2)     mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
(3)     memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik;
(4)     memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama;
(5)     memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai
yang terbaik;
(6)     bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan
(7)     suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
(1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang
dipelajari;
(2)     mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
(3)     menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada
materi ajar yang belum dikuasai;
(4)     menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat
tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk
memecahkan masalah yang dihadapi;
(4)    melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru
pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.

Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya
hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya
melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

    Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


    Subjek
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir
dengan jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.

    Tempat Penelitian


Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 4 Bayung Lencir yang terletak
pada Jalan Palembang – Jambi KM. 209 Keluarahan Bayung Lencir Indah
Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Yang mana tempat dan
kelas penelitian ini merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti
sudah mengetahui keadaan sekolah dan siswanya, serta bertujuan memperbaiki
dan meningkatkan hasil belajar  siswa tentang membiasakan hidup bergotong
royong yang selama ini hasil belajar siswanya masih rendah atau kurang.

    Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 semester ganjil tahun
ajaran 2012/2013, waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran di kelas
tersebut. Jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
No    Hari/Tanggal    Mata Pelajran    Kegiatan
1.    Selasa, 11 September 2012    PKn    Prasiklus
2.    Selasa, 18 September 2012    PKn    Siklus I
3.    Selasa, 25 September 2012    PKn    Siklus II
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan pembelajaran

    Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Upaya perbaikan pembelajaran akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan
Kegiatan PTK dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Igag Wardani,  2005:51)
yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dan pencapaian hasil yang
diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung jarang siswa mengajukan
pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Kegiatan yang
menjadi penelitian dalam Perbaikan Pembelajaran PKn adalah penggunaan
metode tutor sebaya.
Selanjutnya Rencana Tindakan pada setiap siklus disusun dalam bentuk
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) I dan Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) II serperti tertera pada lampiran.
    Masa Prasiklus (Orientasi)
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan hasilnya dikonsultasikan dengan
pembimbing dapat disimpulkan :
    Tidak semua siswa memahami tentang materi membuat daftar kegiatan
pembagian tugas di rumah.
    Pada saat pembelajaran siswa kurang perhatian terhadap materi pelajaran.
    Hasil belajar siswa sangat rendah.
    Keterampilan penggunaan metode kurang sistematis.
    Siklus I
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi
“Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah”.
    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
    Menyiapkan alat evaluasi.
    Menyiapkan lembar observasi.
    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012
dengan materi membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. Yang
dilakukan pada tahap ini, antara lain :
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan
menggunakan metode tutor sebaya.
    Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu supervisior II
Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat, yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang
merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan supervisior dan
teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh
temuan bahwa metode pembelajaran yang digunakan / dibuat oleh guru masih
belum begitu dipahami oleh siswa. Untuk itu siswa harus bisa berdiskusi
bersama kelompoknya, dengan catatan harus ada salah satu siswa yang bisa
menjadi contoh atau mengajari temanya dalam diskusi tersebut. Sehingga
melalui diskusi tersebut, siswa akan mendapat gambaran yang jelas tentang
materi pelajaran.

    Siklus II
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi
“Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam”.
    Menyiapkan buku sumber.
    Menyiapkan alat evaluasi.
    Menyiapkan lembar observasi.

    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012
dengan materi melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. Yang dilakukan
pada tahap ini, antara lain :
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan
menggunakan metode tutor sebaya.
    Memberikan motivasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yakni supervisior
II Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat, yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang
merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh temuan bahwa
melalui metode tutor sebaya siswa merasakan hal yang baru dalam
pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya membawa dampak
yang positif terhadap pembelajaran. Melalui tutor sebaya, siswa mendapatkan
gambaran yang jelas tentang materi pembelajaran.

    Teknik Analisis Data


Setelah dianalisis diketahui bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat. Ini
terbukti pada siklus I mencapai daya serap 63,6%, siklus II 86,4%. Jika
pelaksanaan perbaikan pertama belum sesuai dengan harapan guru maka perlu
diadakan refleksi untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dari tindakan
yang dilakukan. Hasil analisis dan refleksi digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

    Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


    Hasil Pengolahan Data
Bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil
observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan
dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarnganegaraan (PKn) di kelas II
SD Negeri 4 Bayung Lencir.
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum
perbaikan pembelajaran dan setelah pembelajaran tersaji pada tabel 4.1
berikut.

Aktivitas Belajar Siswa Kelas IIa


SD Negeri 4 Bayung Lecnir
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
No    Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran    Prasiklus    Siklus I    
Siklus II
        Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %
1.    Terlibat aktif    9    40,9%    14    63,6%    18    81,8%
2.    Terlibat pasif    6    27,3%    5    22,7%    4    18,2%
3.    Tidak terlibat    7    31,8%    3    13,6%    0    0,0%
Jumlah     22    100 %    22    100 %    22    100 %
Tabel 4.1 Aktivitas belajar siswa
Keterangan :
    Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif
bertanya, dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran.
    Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya.
    Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja, tidak mau bertanya
maupun menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa
yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan pembelajaran dan
setelah perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum
perbaikan pembelajaran siswa yang terbilang aktif hanya 9 orang (40,9 %)
kemudian naik menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, dan 18 orang (81,8 %)
pada siklus II. Hal ini berarti pula bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran PKn mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas siklus pembelajaran lebih jelas tersaji pada diagram 4.1
berikut.

Aktivitas Belajar Siswa Kelas II


Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn
Diagram 4.1 Aktivitas belajar siswa

    Observasi
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran
PKn menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus kesiklus pembelajaran
ke berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai Standar Kentutasan
Belajar Minimum (SKBM) ≥ 70 baru mencapai 7 orang (31,8 %) kemudian
meningkat menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, 19 orang (86,4 %) pada
siklus II. Dari data di atas maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan
berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan
belajar secara klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar klasikal ≥
85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan
pembelajaran ke setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4.3 dan diagram 4.2 berikut.
Tabel 4.3 Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan    Prasiklus    Siklus I    Siklus II
    Anka    (%)    Anka    (%)    Anka    (%)
Tuntas     7    31,8 %    14    63,6 %    19    86,4 %
Tidak tuntas     15    68,2 %    8    36,4 %    3    13,6 %

Diagram 4.2 Ketuntasan hasil belajar siswa


Hasil Belajar Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn

    Refleksi
Berdasarkan evaluasi hasil belajar PKn di kelas II sebelum perbaikan
pembelajaran terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 7 orang
atau 31,8 % dan hanya 9 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kurang
memuaskan, belum memenuhi target yang diinginkan. Dari hasil observasi dan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilakukan
diskusi dengan supervisior dan teman sejawat diperoleh temuan sebagai berikut
:
Guru kurang menguasai metode diskusi kelompok terbimbimbing tutor sebaya.
Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran
dengan fokus pada penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing tutor
sebaya.  Proses pembelajaran berikut dilakukan melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.
Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi kelompok termbimbing tutor sebaya. Hasil
observasi dan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam
pembelajaran sebanyak  14 orang (64 %) dan 14 orang memperoleh nilai ≥ 70.
Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun
hasil belajar siswa, namun pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil
dengan kata lain hasil pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi
dan refleksi terhadap pembelajaran siklus I diperoleh temuan bahwa metode
pembelajaran yang digunakan kurang efektif sehingga siswa kurang efektif
dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus II melalui metode diskusi kelompok terbimbing tutor
sebaya.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa sebagian besar siswa 18
orang (82 %)  terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya 4 orang (18 %)
terlihat secara pasif aktif dalam pembelajaran. Hasil belajarnya mencapai
ketuntasan sebanyak 85 % atau 17 siswa memperoleh nilai ≥ 60. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa
bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I maupun siklus II.
Dari data tersebut maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan
berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan
belajar secara klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar clasikal ≥
85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II terlihat bahwa fokus
perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa atau
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn pada materi
membiasakan hidup bergotong royong.

    Pembahasan Dari Setiap Siklus


    Rencana Pembelajaran (Orientasi)
Pada umumnya pembelajaran dapat belajar dengan baik karena didukung
dengan lingkungan yang baik. Dalam pelaksanaan banyak siswa yang belum
bisa memahami konsep tentang membiasakan hidup bergotong royong. Di
akhir pembelajaran ternyata hasil belajar siswa sangat rendah. Kemudian
bersama teman sejawat dan supervisior mengidentifikasi kelemahan dan
kelebihan pembelajaran sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

    Siklus I
Dengan mengingat kelemahan pada pembelajaran sebelumnya serta saran dari
teman sejawat dan supervisior. Praktik menggunakan metode diskusi kelompok
terbimbing tutor sebaya secara teratur dan pengarahan bimbingan secara
terus-menerus. Siswa dimotivasi untuk aktif dalam arti siswa mau dibimbing
secara individu, dan secara berulang. Dengan penggunaan metode diskusi
kelompok terbimbing tutor sebaya diharapkan mampu meningkatkan prestasi
siswa.

    Siklus II
Setelah melalui siklus I maka peneliti sudah mempunyai pengalaman dari
refleksi siklus I. Maka dengan perencanaan yang baik akan mempengaruhi
jalanya proses pembelajaran yang baik. Pada siklus II ini pelaksanaan
pembelajaran ditekankan pada pemantapan penggunaan metode diskusi
kelompok terbimbing tutor sebaya. Dari hasil evalusi siswa maka terlihat
adanya peningkatan yang drastis dari prasiklus dengan siklus II ini. Hal ini
terbukti bahwa hasil belajar siswa pada prasiklus yang mencapai KKM ≥70
hanya ada 7 orang atau 31,8%, dan pada siklus II ini hasil belajar siswa
meningkat menjadi 19 orang atau 86,4% siswa mencapai ketuntasan klasikal. 
Hal ini terbukti bahwa metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya
memang benar yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman.

BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
    Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
    Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat
merangsang siswa dalam terkondisinya aktivitas belajar baik secara individu
atau kelompok.
    Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya
siswa yang memperoleh ≥ 70 sebelum tindakan dilakukan berjumlah 7 orang
(31,8%), pada perbaikan pertama 8 orang (63,6%) dan sedangkan setelah
dilakukan tindakan pada siklus II  19 orang (86,4%) tuntas.

    Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn,
hendaknya para pengajar perlu memperhatikan langkah-langkah dalam
melaksanakan model pembelajaran yang baik.  Hal ini merupakan salah satu
cara merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Depdiknas

Djahiri. 1994. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses


Pendidikan.  Jakarta : Kencana Prima

Drijen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Hakiim, Lukman. 2009. Perencanaan Pembelajaran.


Bandung : CV. Wacana Prima.

Karli Hilda, dkk. 2007. Panduan Belajar Tematik SD Untuk Kelas II Semester
1. Bandung : Penerbit Erlangga.

Maftuh Bunyamin. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :


PT Raja Grafindo Persada

Nana Sudjana. 1988. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanusi. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta


 
Somantri Nu’man. 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta. P.T. Bumi Aksara

Suryanto H, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra SD/MI Kelas II. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penulis. 2007. Model Silabus Tematis. Jakarta : Nadya Media.

Wahyudi. 2001. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan


Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Wardani, Igak. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Widihastuti Setiati, dkk. 2008. Pendidikan Kerwarganegaraan SD/MI Kelas II.


Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Winataputra Udin S, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.


Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra Udin S. 2010. Materi Dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai