Anda di halaman 1dari 32

PTK PKN KELAS 2 SD Membiasakan hidup bergotong royong

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II


SDN 4 BAYUNG LENCIR PADA MATA PELAJARAN PKN
TENTANG MEMBIASAKAN HIDUP BERGOTONG ROYONG MELALUI METODE
TUTOR SEBAYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR


MATA KULIAH PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
KODE MATA KULIAH PDGK 4501

OLEH
YOHANES ADI SUSILO
NIM 817223831

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH


UNIVERSITAS TERBUKA
2012.2

KATA PENGANTAR

Selama proses pembelajaran berlangsung pasti akan ditemukan berbagai macam masalah dan
hal tersebut perlu diadakan pemecahan masalah dengan optimal. Kegiatan pembelajaran tidak
pernah terlepas dari metode maupun media pembelajaran yang dapat membantu tercapainya
ketuntasan belajar.
Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah yang timbul dalam pembelajaran, penulis
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebab sasaran akhir PTK adalah perbaikan
pembelajaran. Dan penelitian tindakan kelas ini dibuat dalam bentuk laporan yang memuat
pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan, perbaikan pembelajaran, temuan hasil yang
diperoleh, serta kesimpulan dan saran.
Untuk mewujudkan semua harapan itu tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Tanpa
bantuan semua pihak maka harapan ini tidak akan tercapai.
Semoga laporan Pemantapan Kemampuan Profesioanl (PKP) ini akan membantu semua
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta
berguna bagi dunia pendidikan pada umumnya. Saran dan kritik yang mambangun akan
selalu diharapkan. Atas semua bantuanya penulis ucapkan banyak terimakasih.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... ix

BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
2 Analisis Masalah ................................................................................... 6
3 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ........................................ 6
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............................................. 7
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran .......................................... 7

BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan SD ........................................... 9
1. Pengertian ........................................................................................... 9
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaran ................................................... 11
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar ............................... 13
C. Hasil Belajar ............................................................................................... 14
1. Pengertian Hasil Belajar ...................................................................... 14
2. Tipe Hasil Belajar ................................................................................ 14

D. Metode ....................................................................................................... 16
E. Metode Tutor Sebaya .................................................................................. 17

BAB III.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian) ...................................................... 19
1. Subjek Penelitian ................................................................................ 19
2. Tempat Penelitian ................................................................................ 19
3. Waktu Penelitian
B. Desain Prosedur Perbaikan pembelajaran ............................................... 19
1. Masa Prasiklus (Orientasi) ................................................................... 20
2. Siklus I ................................................................................................. 20
3. Siklus II ............................................................................................... 21
C. Teknik Analisis Data .............................................................................. 23

BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran .................................................. 24
1. Hasil Pengolahan Data ......................................................................... 24
2. Observasi .............................................................................................. 26
3. Refleksi ................................................................................................ 27
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............................. 28
1. Rencana Pembelajaran (Orientasi) ...................................................... 28
2. Siklus I ................................................................................................. 29
3. Siklus II ............................................................................................... 29

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan
yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian dari
pemerintah, komponen pendidikan serta seluruh lapisan masyarakat terhadap gerak langkah
dan perkembangan dunia pendidikan. Menurut Nanang Fattah dan H Mohammad Ali (MBS :
1.3) pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya
bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, mengubah perilaku serta
meningkatkan kualitas hidup.
Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana melainkan suatu
kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan
perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian, bahkan tidak
jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua
orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kehidupan di masa yang akan
datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya
pendidikan senantiasa memerlukan perbaikan dan peningkatan, sejalan dengan semakin
tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.
Proses pendidikan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
serta meningkatkan derajat sosial masyarakat bangsa, perlu dikelola, diatur, dan
diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan kata lain
sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, merupakan sistem yang memiliki
berbagai perangkat dan unsur saling berkaitan tentunya memerlukan pemberdayaan. Secara
internal sekolah memiliki perangkat kepala sekolah, guru, murid, kurikulum, sarana dan
prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki hubungan dengan instansi lain baik secara
vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, sekolah memerlukan pengelolaan yang akurat
agar dapat memberikan hasil yang optimal, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua
pihak yang berkepentingan.
Sekolah sebagai penyelengara pendidikan harus memiliki perangkat kurikulum sebagai
rencana yang strategis untuk melaksanakan rencana secara menyeluruh dan berjangka
panjang dalam pencapaian tujuan pendidikan. Senada dengan kebijakan pemerintah mengenai
desentralisasi pendidikan, memberikan kewenangan untuk mengelola sendiri organisasi
sekolah. Sehingga sekolah diberi kekuasaan dan kewenangan untuk menyusun serta
melaksanakan kurikulum yang dibuat oleh komponen pendidikan di sekolah tersebut.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang disusun dan ditetapkan
secara lokal dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi dan diharapkan dapat memberikan
keuntungan, seperti kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung
terhadap peserta didik, orang tua dan para pendidik, bertujuan untuk memanfaatkan sumber
daya lokal secara efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah, moral peserta didik, para pendidik dan iklim sekolah.
Selain itu dibutukan adanya suatu perhatian bersama untuk mengambil keputusan dalam
memberdayakan guru, manajemen sekolah dan perubahan perencanaan pengelolaan sekolah.
Dengan demikian upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan kelembagaan
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam meningkatkan profesionalitasnya untuk
menciptakan proses pembelajaran secara optimal dan mampu mengevaluasi secara obyektif.
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik tentunya harus mengacu pada
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang terdapat dalam kurikulum. KKM merupakan tolak
ukur pencapaian tujuan pembelajaran dari setiap mata pelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator. Agar KKM yang ditetapkan menjadi tolak ukur yang absah
tentunya harus memenuhi standar penilaian pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2007 yang isinya, “ Bahwa dalam
rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional pendidikan
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Standar Penilaian
Pendidikan dengan peraturan menteri pendidikan nasional”. Standarisasi penilaian yang
disusun dan ditetapkan di sekolah oleh seluruh komponen pendidikan dalam rapat akhir
tahun sebagai persiapan menghadapi tahun pelajaran baru yang lebih baik.
Di Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir KKM untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, standar kompetensi, kompetensi dasar dan khususnya pada indikator
membiasakan hidup bergotong royong ditetapkan sbagai mana terdapat pada tabel 1, yaitu:

Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan


SD Negeri 4 Bayung Lencir
No Program Pembelajaran Semester II
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan KKM
1 Standar Kompetensi:
Membiasakan hidup bergotong royong 71
2 Kompetensi dasar:
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah.
70
3 Indikator:
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di rumah.
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. 70
4 Ketercapaian hasil evaluasi pembelajaran membiasakan hidup bergotong royong. 62
Tabel 1.1. Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan

Penentuan KKM dengan nilai 70, alasannya karena tingkat kompleksitas materi
pembelajaran, daya dukung pendidik dan sarana belajar serta intaks peserta didik terhadap
materi tidak terlalu asing bagi mereka. Dengan kata lain pengalaman dan pengetahuan awal
yang dimiliki peserta didik cukup mendukung untuk mencapai target tersebut. Namun, untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik harus melakukan
usaha secara maksimal, agar harapan dan tujuan dapat tercapai dengan memuaskan.
Namun, persoalan yang timbul dalam usaha pencapaian KKM yang telah ditetapkan, tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses pembelajaran yang telah dirancang, dilaksanakan
dan dievaluasi secara maksimal tidak membuahkan hasil yang optimal. Hasil yang dicapai
oleh peserta didik masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
Belum ketercapaianya kriteria ketuntasan minimal tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang menunjang ketercapaian hassil proses pembelajaran
Dalam situasi seperti ini, peneliti mengasumsikan adanya tiga pertanyaan yang sangat penting
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pertama, bagaimana cara
mempertanggungjawabkan ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah dilaksanakan?, pertanyaan yang kedua, strategi apa yang harus diterapkan dalam
memperbaiki ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran agar tercapai hasil
yang optimal? dan yang ke tiga bagaimana operasionalisasi dari konsep dan prinsip-prinsip
belajar di dalam pengelolaan proses pembelajaran telah sesuai dengan kriteria untuk menilai
kelayakan dan kecukupan yang dijadikan ukuran bagi semua faktor yang mendukung
ketercapaian tujuan?.
Sebagai jawaban atas pertanyaan yang timbul dari adanya kesenjangan antara tujuan dan hasil
pembelajaran yang dicapai, peneliti melakukan kerjasama dengan teman sejawat sekolah dan
supervisor. Kegiatan ini dilakukan secara bebas dan demokratis yang diawali dengan proses
observasi yang dilakukan supervisor dan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh penulis dan peserta didik, curah pendapat dan memberikan motivasi
pada peneliti untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Tujuan melakukan kerjasama
dengan teman sejawat dan supervisor untuk :
1. Mengetahui segala aspek proses pembelajaran, keunggulan strategi yang diterapkan
maupun masalah-masalah yang dihadapi akibat kelemahan yang dialami penulis.
2. Melakukan analisis terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan hasil proses
pembelajaran, apabila kriteria yang ditentukan tidak tercapai, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
3. Melakukan refleksi diri, untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya
meningkatkan mutu proses pembelajaran yang diharapkan oleh pendidik, peserta didik dan
komponen pendidikan lainnya.
4. merumuskan isu atas permasalahan yang timbul dan harus mencari alternatif
pemecahan masalahnya serta menetapkan perencanaan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan.

Sebagai gambaran keterkaitan kegiatan yang dilakukan penulis dalam proses pembelajaran
dan hasil observasi yang dilakukan supervisor dan teman sejawat, dapat ditemukan
permasalahan yang dianggap sebagai faktor penyebab adanya kesenjangan antara tujuan dan
hasil proses pembelajaran. Permasalahan yang teridentifikasi dijadikan bahan rujukan bagi
penulis untuk melakukan refleksi diri, agar proses pencapaian tujuan pembelajaran
selanjutnya, dapat dicapai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan
bahkan lebih. Pada akhirnya penulis menyimpulkan seluruh temuan permasalahan yang
teridentifikasi menjadi bahan kajian yang perlu dianalisa.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKn) tentang membiasakan hidup bergotong royong yang telah
didiskusikan dengan supervisor, terungkap beberapa permasalahan. Adapun permasalahan
yang terungkap yaitu:
1. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
2. Peserta didik kurang berani untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi.
3. Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar PKn.
4. Peserta didik menganggap mudah terhadap materi PKn.
5. Apabila diberikan pertanyaan yang menuntut untuk berpikir, pertanyaan sering tidak
dijawab dengan baik.
6. Peserta didik kurang memberikan respon positif terhadap pendapat yang
disampaikan orang lain.
7. Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-norma dan sikap dalam
bermusyawarah.
Analisis Masalah
Guru jarang memberikan motivasi terhadap peserta didik.
Guru tidak jelas dalam menyampaikan tugas dan informasi terhadap peserta didik.
Guru kurang memberikan respon dalam bentuk penghargaan terhadap pendapat yang
disampaikan peserta didik.
Guru belum menerapkan strategi yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar kepada
peserta didik.
Guru terlalu cepat dan kurang sistematis dalam penyampaian tugas diskusi pada peserta
didik.
Guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan hakekat dan
karakteristik materi pembelajaran yang diampunya.

Alternatif dan Prioritas Masalah


Dari hasil paparan identifikasi dan analisis masalah diatas penulis sangat paham apa yang
menjadi masalah dalam proses belajar mengajar di kelas IIa SD Negeri 4 Bayung Lencir.
Sehingga penulis memilih mengunakan metode tutor sebaya sebagai alternatif dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Rumusan Masalah
Hasil identifikasi permasalan yang telah didiskusikan bersama supervisor dan teman sejawat
menjadi bahan kajian bagi penulis untuk melakukan refleksi diri, pada akhirnya dapat
disimpulkan sebagai rumusan masalah yang harus dicari alternatif pemecahanya dan
tindakan/rencana yang dapat dilakukan untuk melaksanakan perbaikan. Adapun rumusan
masalahnya adalah:
“Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn tentang
membiasakan hidup bergotong royong melalui penerapan metode tutor sebaya di kelas II
SDN 4 Bayung Lencir?”

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn tentang bentuk
pengambilan keputusan dalam bermusyawarah. Mengkaji bagaimana cara membelajarkan
peserta didik mengenai konsep dan nilai konsep PKn tersebut agar menjadi manusia yang
cerdas, terampil, bertanggung jawab sebagai warga negara, serta berpartisipasi aktif dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tujuan khusus
Melalui penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang membiasakan hidup
bergotong royong di kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Manfaat bagi peserta didik
a. Perbaikan akan membawa dampak positif bagi peserta didik, karena mereka akan
mendapat kesempatan untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
b. Perbaikan dengan menerapkan metode tutor sebaya akan membawa peserta didik ke
situasi belajar yang bervariatif sesuai karakteristik materi yang dikolaborasikan dengan
metode-metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
c. Perbaikan akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik terhadap konsep dan nilai
konsep PKn dalam pembelajaran secara maksimal.

2. Manfaat Bagi Guru


a. Perbaikan dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
dikelolanya sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
b. Perbaikan yang dilakukan oleh guru akan mendapat kesempatan untuk
mengembangakan ilmu pengetahuan dan keterampilan profesional yang dimlikinya.
c. Perbaikan akan memotivasi guru untuk mencoba mengembangkan inovasi yang positif
dalam membelajarkan peserta didiknya.
d. Perbaikan akan membuat guru selalu melakukan analisis terhadap kinerjanya, sehingga
menemukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemudian berusaha untuk mengatasi
dengan alternatif pemecahan masalah yang akan menjadikan kekuatan rasa percaya terhadap
kemampuan pada diri sendiri.

Manfaat Bagi Sekolah


Pendidikan di sekolah akan meningkat secara kualitas maupun kuantitas seiring dengan
kemampuan profesional para pendidiknya. Selain itu, penanggulangan berbagai masalah
belajar, perbaikan terhadap konsep yang keliru, serta kesulitan mengajar yang dialami akan
segera teratasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD


Pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan secara teori dapat dinyatakan sebagai; ”seleksi dan
adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk
mencapai salah satu tujuan IPS “ (Somantri, 2001:159).
Lebih lanjut Muhammad Nu’man Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa: “
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga
negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara’.
Sedangkan Djahiri (2002:91) menjelaskan secara lebih luas tentang makna PKn sebagai
berikut:
”PPKN sebagai bagian pendidikan ilmu kewarganegaraan atau PKn di manapun dan
kapanpun sama/mirip, yakni program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan
membelajarkan anak menjadi warganegara yang baik, iman, dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat/mantap, sadar serta
mampu membina serta melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga
masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law) , demokratis dan
partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebhinnekaan kehidupan masyarakat bangsa-negara
madani (civil sociaty) yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta kehidupan yang
terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat bangsa dan
negaranya”.
Pendapat lain tentang Pedidikan Kewarganegaraan dijelaskan Sanusi (1999) dengan
menawarkan model pendidikan yang didasarkan pada sepuluh pilar demokrasi meliput:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Hak Asasi Manusia, (3) Kedaulatan rakyat, (4)
Kerakyatan yang cerdas, (5) Pembagian kekuasaan negara, (6) Otonomi Daerah, (7) Rule
of law, (8) Pengadilan yang merdeka, (9) Kemakmuran umum, dan (10) Keadilan
sosial.
Sedang menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 39 ditegaskan bahwa : Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara
serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang diandalkan
oleh bangsa dan negara.
Sementara dalam Kurikulum 2004 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
(citizenship), adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa yang
menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945
(Depniknas, 2003:7).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah merupakan bagian dari ilmu pendidikan sosial (IPS) yang
dipersiapkan untuk membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara yang
dilaksanakan dengan proses pembinaan dan pembelajaran agar menjadi warganegara
yang baik, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa
kebangsaan) yang kuat/mantap, sadar serta mampu melaksanakan hak dan kewajiban
dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan
(rule of law), demokratis dan partisipatif, aktif serta kreatif dalam kebhinekaan
kehidupan masyarakat-bangsa-negara madani (civil sociaty) yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia serta kehidupan yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa
melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Dilihat dari segi materi dan tujuan pembelajarannya, Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) merupakan bagian atau salah satu tujuan Pendidikan IPS,
yaitu bahan pendidikan yang diorganisasikan secara terpadu (integrated) dari
berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, pancasila, UUD 1945, dan
perundang-undangan negara, dengan tekanan, bahan pendidikan pada hubungan warga
negara dengan negara dan bahan pendidikan yang berkenan dengan bela negara
(Soemantri,2001: 161).
Lebih lanjut Nu’man Somantri (2001:166) menjelaskan tentang fungsi Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebagai: “Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan
psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi
internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan
pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan prilaku sehari-hari”.
Sematara itu secara teoretik keilmuan, Djahiri (1994:1) menyatakan bahwa: Target harapan
dan isi utama PKn adalah memanusiakan dan mendewasakan serta membudayakan
anak manusia (siswa) secara paripurna berdasarkan nilai, moral Pancasila, agama dan
budaya luhur bangsa Indonesia sehingga kelak di kemudian hari akam hidup suatu
generasi “Manusia Indonesia Pancasila Sejati” dalam tatanan kehidupan budaya
pancasila”
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai
berikut bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegraan adalah:
1) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Sejalan dengan isi dari petikan peraturan Permendiknas di atas Bunyamin Maftuh
(2008:96) menjelaskan tentang tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan, “adalah
untuk mendidik siswa yang baik dan bertanggung jawab, mampu memecahkan masalah
mereka sendiri dan masalah masyarakatnya, termasuk memecahkan konflik antar pribadi dan
antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis”.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan mengenai tujuan dari Pendidikan
Kewarganegaraan dapat di bagi pada sekala umum, adalah merupakan bagian dari
tujuan Ilmu Pendidikan Sosial yaitu bahan pendidikan yang diorganisasikan secara
terpadu (integrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara,
pancasila, UUD 1945, dan perundang-undangan negara, dengan tekanan, bahan
pendidikan pada hubungan warga negara dengan negara dan bahan pendidikan yang
berkenan dengan bela negara.
Sedangkan dalam sekala khusus adalah tujuan yang bangun dalam bingkai pembinaan,
pengajaran dan pembelajaran terhadap anak didik (di tingkat pendidikan dasar dan
menengah) yaitu bertujuan untuk mendidik siswa yang baik dan bertanggung jawab,
mampu memecahkan masalah mereka sendiri dan masalah masyarakatnya, termasuk
memecahkan konflik antar pribadi dan antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan
demokratis.
Adapun karakter peserta didik setelah mengikuti pendidikan kewarganegaraan
tersebut adalah, diharapkan mampu mengembangkan peserta didik yang berpikir kritis,
rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif
dan bertanggungjawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain, serta mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa
lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi dan
komunikasi.

Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar


Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang
pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini
dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak
tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum
atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya,
tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding).
Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang
suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia
dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu
dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan
pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan
tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada
tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman
intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to
solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering
menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan
analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan
dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa
sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan
pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

Hasil belajar
Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita
(1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk
menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes
hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah
dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat
belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit
karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan
maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik.

Tipe Hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu
pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga
aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai
hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat
dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :

Tipe hasil belajar bidang kognitif


Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan
jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep
c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep.
Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan
menggunakan rumus tertentu.
d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag
utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif


Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi
lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah
menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke
yang lebih komplek yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari
luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari
luar .
c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
stimulus.
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk
menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang
dimilikinya .
e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Tipe hasil belajar bidang psikomotor


Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak
individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik,
dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan
yang kompleks .
f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif,
interpretative.

Metode
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua
metode mengajar itu dapat diterapkan. “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-
baik untuk mencapai suatu maksud tertentu, cara menyelidiki (mengajar dan sebagainya)”.
(W.J.S Poerwadarminta, 1986 : 646). Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T.
Raka Joni dalam bukunya “Strategi Belajar Belajar” adalah sebagai berikut : Metode
mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan cara-
cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling
tepat, bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis
untuk mencapai tujuan belajar.

Metode Tutor Sebaya


Salah satu metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan ketika siswa mempelajari materi pelajaran adalah metode diskusi kelompok
model tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama
siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk
menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai Standar Kompetensi (SK) yang telah ditetapkan.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang
beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan
menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan
anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan
setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar
dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi
kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua
kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam
mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh
seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 22 siswa, berarti ada 4 kelompok dengan
catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk,
siswa perlu mengajukan calon tutor.

Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria:


(1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
(2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
(3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik;
(4) memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama;
(5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik;
(6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan
(7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
(1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari;
(2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
(3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang
belum dikuasai;
(4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di
kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang
dihadapi;
(4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada
setiap materi yang dipelajari.

Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-
betul diperlukan oleh siswa.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


Subjek
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir dengan
jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 4 Bayung Lencir yang terletak pada Jalan
Palembang – Jambi KM. 209 Keluarahan Bayung Lencir Indah Kecamatan Bayung Lencir
Kabupaten Musi Banyuasin. Yang mana tempat dan kelas penelitian ini merupakan tempat
peneliti mengajar, sehingga peneliti sudah mengetahui keadaan sekolah dan siswanya, serta
bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa tentang membiasakan hidup
bergotong royong yang selama ini hasil belajar siswanya masih rendah atau kurang.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 semester ganjil tahun ajaran
2012/2013, waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran di kelas tersebut. Jadwal
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
No Hari/Tanggal Mata Pelajran Kegiatan
1. Selasa, 11 September 2012 PKn Prasiklus
2. Selasa, 18 September 2012 PKn Siklus I
3. Selasa, 25 September 2012 PKn Siklus II
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan pembelajaran

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Upaya perbaikan pembelajaran akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kegiatan PTK
dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi (Igag Wardani, 2005:51) yang bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran dan pencapaian hasil yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung
jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru.
Kegiatan yang menjadi penelitian dalam Perbaikan Pembelajaran PKn adalah penggunaan
metode tutor sebaya.
Selanjutnya Rencana Tindakan pada setiap siklus disusun dalam bentuk Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) I dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) II serperti tertera pada
lampiran.
Masa Prasiklus (Orientasi)
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan hasilnya dikonsultasikan dengan pembimbing
dapat disimpulkan :
Tidak semua siswa memahami tentang materi membuat daftar kegiatan pembagian tugas di
rumah.
Pada saat pembelajaran siswa kurang perhatian terhadap materi pelajaran.
Hasil belajar siswa sangat rendah.
Keterampilan penggunaan metode kurang sistematis.
Siklus I
Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi “Membuat daftar
kegiatan pembagian tugas di sekolah”.
Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menyiapkan alat evaluasi.
Menyiapkan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 dengan materi
membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. Yang dilakukan pada tahap ini, antara
lain :
Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan metode
tutor sebaya.
Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru,
atau pertanyaan dari siswa lain.
Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh dua
orang pengamat (observer) yaitu supervisior II Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat,
yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan supervisior dan teman sejawat
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan bahwa metode
pembelajaran yang digunakan / dibuat oleh guru masih belum begitu dipahami oleh siswa.
Untuk itu siswa harus bisa berdiskusi bersama kelompoknya, dengan catatan harus ada salah
satu siswa yang bisa menjadi contoh atau mengajari temanya dalam diskusi tersebut.
Sehingga melalui diskusi tersebut, siswa akan mendapat gambaran yang jelas tentang materi
pelajaran.

Siklus II
Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi “Melaksanakan
pemeliharaan lingkungan alam”.
Menyiapkan buku sumber.
Menyiapkan alat evaluasi.
Menyiapkan lembar observasi.

Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012 dengan materi
melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. Yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan metode
tutor sebaya.
Memberikan motivasi agar siswa aktif belajar.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru,
atau pertanyaan dari siswa lain.
Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh dua
orang pengamat (observer) yakni supervisior II Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat,
yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh temuan bahwa melalui metode tutor
sebaya siswa merasakan hal yang baru dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya membawa dampak yang positif
terhadap pembelajaran. Melalui tutor sebaya, siswa mendapatkan gambaran yang jelas
tentang materi pembelajaran.

Teknik Analisis Data


Setelah dianalisis diketahui bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat. Ini terbukti pada
siklus I mencapai daya serap 63,6%, siklus II 86,4%. Jika pelaksanaan perbaikan pertama
belum sesuai dengan harapan guru maka perlu diadakan refleksi untuk mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan dari tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan refleksi digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil Pengolahan Data
Bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi
terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarnganegaraan (PKn) di kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir.
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum perbaikan
pembelajaran dan setelah pembelajaran tersaji pada tabel 4.1 berikut.

Aktivitas Belajar Siswa Kelas IIa


SD Negeri 4 Bayung Lecnir
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
No Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa % Jumlah
Siswa % Jumlah
Siswa %
1. Terlibat aktif 9 40,9% 14 63,6% 18 81,8%
2. Terlibat pasif 6 27,3% 5 22,7% 4 18,2%
3. Tidak terlibat 7 31,8% 3 13,6% 0 0,0%
Jumlah 22 100 % 22 100 % 22 100 %
Tabel 4.1 Aktivitas belajar siswa
Keterangan :
Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif bertanya, dan
menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran.
Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya.
Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja, tidak mau bertanya maupun menjawab
pertanyaan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa yang terlibat
aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah perbaikan
pembelajaran menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang
terbilang aktif hanya 9 orang (40,9 %) kemudian naik menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus
I, dan 18 orang (81,8 %) pada siklus II. Hal ini berarti pula bahwa aktivitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran PKn mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas siklus pembelajaran lebih jelas tersaji pada diagram 4.1 berikut.

Aktivitas Belajar Siswa Kelas II


Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn

Diagram 4.1 Aktivitas belajar siswa

Observasi
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn
menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus kesiklus pembelajaran ke berikutnya.
Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
atau memperoleh nilai Standar Kentutasan Belajar Minimum (SKBM) ≥ 70 baru mencapai 7
orang (31,8 %) kemudian meningkat menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, 19 orang (86,4
%) pada siklus II. Dari data di atas maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan
berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara
klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar klasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥
70.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran ke
setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dan diagram 4.2
berikut.
Tabel 4.3 Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan Prasiklus Siklus I Siklus II
Anka (%) Anka (%) Anka (%)
Tuntas 7 31,8 % 14 63,6 % 19 86,4 %
Tidak tuntas 15 68,2 % 8 36,4 % 3 13,6 %

Diagram 4.2 Ketuntasan hasil belajar siswa


Hasil Belajar Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn

Refleksi
Berdasarkan evaluasi hasil belajar PKn di kelas II sebelum perbaikan pembelajaran terlihat
jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 7 orang atau 31,8 % dan hanya 9 siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa kurang memuaskan, belum memenuhi target yang diinginkan. Dari hasil
observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilakukan
diskusi dengan supervisior dan teman sejawat diperoleh temuan sebagai berikut :
Guru kurang menguasai metode diskusi kelompok terbimbimbing tutor sebaya. Sehubungan
dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada penggunaan
metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya. Proses pembelajaran berikut dilakukan
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.
Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi kelompok termbimbing tutor sebaya. Hasil observasi dan hasil evaluasi pada
siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran sebanyak 14 orang (64 %) dan 14 orang memperoleh nilai
≥ 70. Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil
belajar siswa, namun pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil dengan kata lain hasil
pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran
siklus I diperoleh temuan bahwa metode pembelajaran yang digunakan kurang efektif
sehingga siswa kurang efektif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka dilakukan
upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II melalui metode diskusi kelompok terbimbing
tutor sebaya.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa sebagian besar siswa 18 orang (82 %)
terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya 4 orang (18 %) terlihat secara pasif aktif dalam
pembelajaran. Hasil belajarnya mencapai ketuntasan sebanyak 85 % atau 17 siswa
memperoleh nilai ≥ 60. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun
hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I maupun
siklus II. Dari data tersebut maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan berhasil dan
cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara klasical, yaitu 86,4
% dari standar ketuntasan belajar clasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II terlihat bahwa fokus perbaikan
pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa atau meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran PKn pada materi membiasakan hidup bergotong royong.

Pembahasan Dari Setiap Siklus


Rencana Pembelajaran (Orientasi)
Pada umumnya pembelajaran dapat belajar dengan baik karena didukung dengan lingkungan
yang baik. Dalam pelaksanaan banyak siswa yang belum bisa memahami konsep tentang
membiasakan hidup bergotong royong. Di akhir pembelajaran ternyata hasil belajar siswa
sangat rendah. Kemudian bersama teman sejawat dan supervisior mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan pembelajaran sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Siklus I
Dengan mengingat kelemahan pada pembelajaran sebelumnya serta saran dari teman sejawat
dan supervisior. Praktik menggunakan metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya
secara teratur dan pengarahan bimbingan secara terus-menerus. Siswa dimotivasi untuk aktif
dalam arti siswa mau dibimbing secara individu, dan secara berulang. Dengan penggunaan
metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya diharapkan mampu meningkatkan prestasi
siswa.

Siklus II
Setelah melalui siklus I maka peneliti sudah mempunyai pengalaman dari refleksi siklus I.
Maka dengan perencanaan yang baik akan mempengaruhi jalanya proses pembelajaran yang
baik. Pada siklus II ini pelaksanaan pembelajaran ditekankan pada pemantapan penggunaan
metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya. Dari hasil evalusi siswa maka terlihat
adanya peningkatan yang drastis dari prasiklus dengan siklus II ini. Hal ini terbukti bahwa
hasil belajar siswa pada prasiklus yang mencapai KKM ≥70 hanya ada 7 orang atau 31,8%,
dan pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat menjadi 19 orang atau 86,4% siswa
mencapai ketuntasan klasikal. Hal ini terbukti bahwa metode diskusi kelompok terbimbing
tutor sebaya memang benar yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat merangsang siswa
dalam terkondisinya aktivitas belajar baik secara individu atau kelompok.
Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya siswa yang
memperoleh ≥ 70 sebelum tindakan dilakukan berjumlah 7 orang (31,8%), pada perbaikan
pertama 8 orang (63,6%) dan sedangkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II 19 orang
(86,4%) tuntas.

Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn, hendaknya para
pengajar perlu memperhatikan langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran
yang baik. Hal ini merupakan salah satu cara merangsang agar siswa berusaha lebih baik
memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta : Depdiknas

Djahiri. 1994. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan.


Jakarta : Kencana Prima

Drijen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.

Hakiim, Lukman. 2009. Perencanaan Pembelajaran.


Bandung : CV. Wacana Prima.

Karli Hilda, dkk. 2007. Panduan Belajar Tematik SD Untuk Kelas II Semester 1. Bandung :
Penerbit Erlangga.

Maftuh Bunyamin. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada

Nana Sudjana. 1988. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanusi. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Somantri Nu’man. 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta. P.T. Bumi Aksara

Suryanto H, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penulis. 2007. Model Silabus Tematis. Jakarta : Nadya Media.

Wahyudi. 2001. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM.
Wardani, Igak. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Widihastuti Setiati, dkk. 2008. Pendidikan Kerwarganegaraan SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Winataputra Udin S, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.


Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra Udin S. 2010. Materi Dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Diposting oleh Unknown di 11.33


Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Label: PTK PKn Kelas 2 SD Membiasakan Hidup Bergotong Royong
2 komentar:

Unknown25 April 2016 01.05


izn cops

Balas

Unknown3 Oktober 2019 09.06


Izin copas

Balas

Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Bayung Lencir dan sekitarnya

Pengunjung
28543
Arsip Blog
▼ 2012 (8)
▼ November (8)
PTK PKN KELAS 2 SD Membiasakan hidup bergotong royong
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II S...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II S...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II S...
LAPORAN PTK PKN KELAS 2 SD
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai