BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Bencana Alam selama ini selalu dipandang sebagai force majore yaitu sesuatu yang
berada di luar kontrol manusia, bencana alam yang hampir setiap musim melanda
Indonesia adalah banjir dan longsor. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor
bencana alam diakibatkan rusaknya kawasan hutan, disamping faktor lain juga yang
mempengaruhi seperti tingginya curah hujan.
Selain bencana alam banjir sering terjadi tanah longsor. Hal tersebut terjadi karena
adanya alih guna lahan yang tidak terkontrol dan menambah luas ruang terbuka.
Penanggulangan bencana alam merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum, pada saat
maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana hanya ditanggapi dengan
tanggapan darurat (emergency respon). Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang TNI
pasal 7 ayat (2) bahwa TNI termasuk didalamnya TNI AD mempunyai tugas pokok
Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satunya membantu penanggulangan
bencana alam, pengungsian dan pembersihan bantuan kemanusiaan. Dimana TNI AD
selalu siap siaga untuk menciptakan keamanan. Namun pada kenyataan keterpaduan
dilapangan peran TNI AD dengan pemerintah daerah setempat dalam
penanggulangan bencana alam masih belum maksimal dan optimal baik dalam
sebelum, selama dan sesudah pelaksanaaan kegiatan penanggulangan bencana
alam.
Salah satu upaya untuk pencegahan terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan
tanah lonsor adalah penghijauan. Penghijauan merupakan usaha untuk menanam
pohon dan tumbuhan di tempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang
tumbuhan tersebut. Penghijauan dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan
suatu areal yang asri dengan berbagai manfaat lingkungan seperti menjaga
keseimbangan sistem air di alam, mencegah terjadinya erosi dan pengikisan tanah.
Penghijauan sejatinya kita menanam pohon. Penghijauan menjadi semakin banyak
manfaatnya karena pohon yang ditanam lebih dari satu. Diantara manfaat penghijauan
adalah mencegah terjadinya banjir. Hal ini sangat bermanfaat apabila dilakukan di
daerah perkotaan, dimana aktivitas padat sehingga lebih banyak bangunan daripada
lahan kosong. Oleh karena banyaknya bangunan, sehingga di kota sangat jarang
ditemukan tanah lapang. Jalan- jalan dan halaman rumah pun rata- rata sudah dilapisi
semen atau aspal sehingga air hujan tidak dapat terserap masuk. Ditambah dengan
saluran air yang kurang efektif dan juga banyaknya sampah, akan membuat banjir
lebih berpotensi terjadi.
Secara tidak langsung keberadaan pepohonan di bumi dapat mencegah terjadinya
banjir. Hal ini karena fungsi pohon yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni menyerap
adanya air di dalam bumi. Air yang diserap ke dalam tanah mengurangi debit air yang
ada di permukaan bumi, sehingga tidak terjadi kelebihan air dan tidak terjadi banjir.
Maka dari itu di beberapa area yang banyak ditanami pohon, kita jarang melihat
bencana banjir terjadi. Hal ini karena sirkulasi air terjaga dan air tersimpan ke dalam
tanah berkat keberadaan akar- akar pohon. Semakin besar ukuran pohon, maka
kapasitas untuk menyimpan air di dalamnya semakin besar pula. Jenis akar
pepohonan juga mempengaruhi banyak sedikitnya air yang terserap ke dalam tanah,
maka dari itulah kita sebaiknya memilih jenis pohon yang sangat sesuai dengan fungsi
yang kita harapkan.
Pepohonan selain dapat mencegah terjadinya banjir, juga dapat mencegah
terjadinya tanah longsor. Tanah longsor merupakan bencana alam yang berupa
longsornya tanah di area tinggi. keberadaan akar- akar pohon dapat memperkuat
struktur tanah sehingga membuatnya tidak mudah mengalami longsor. Pohon juga
semakin membuat tanah menjadi padat karena akar- akarnya, tanah yang padat tentu
tidak akan mudah mengalami longsor. Maka dari itulah di tanah yang mempunyai
struktur miring, perlu di tanami banyak pepohonan untuk memperkuat struktur
tanahnya sehingga tidak mudah mengalami kelongsoran. Seperti yang kita lihat di
daerah pegunungan, kita mendapati banyak pohon yang ditanam di daerah
pegunungan terutama di lahan miringnya. Dan hal itu membuat daerah pegunungan
tersebut idak mudah mengalami longsor.
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
6. Umum
Sebagai salah satu komponen bangsa, TNI terpanggil di dalam membantu pemerintah
untuk menanggulangi bencana yang terjadi di wilayah Indonesia. Tugas perbantuan ini
dilandasi jati diri TNI sebagai tentara rakyat yang berarti TNI berasal dari rakyat dan
berjuang untuk rakyat. Hal ini juga sesuai dengan makna yang terkandung di dalam “8
Wajib TNI” yang merupakan pedoman perbuatan bagi prajurit TNI terutama butir ke 8
yaitu: “Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat
sekelilingnya”.
Pelibatan TNI dalam OMSP semakin meningkat pada masa mendatang seiring
dengan menurunnya ancaman tradisional berupa invasi ataupun agresi militer asing
terhadap Indonesia. Ancaman nontradisional seperti pemanasan global dan bencana
alam merupakan konsekuensi logis terhadap degradasi lingkungan hidup dan akibat
laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Perkembangan bencana alam
khususnya di Indonesia pada masa mendatang akan mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
7. Landasan Pemikiran
Keterlibatan TNI AD dalam mengatasi dampak bencana alam selama ini adalah
sebagai bentuk keterpanggilan dan kepedulian untuk ikut serta mengurangi
beban masyarakat yang sedang mengalami musibah. Karena sesuai Undang-
Undang yang berlaku, Tugas Pokok TNI AD sesuai Undang-Undang RI No. 34
Tahun 2004 tentang TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dalam pasal 7 ayat (2), memuat salah satu bentuk tugas dari Operasi Militer
Selain Perang yang dilaksanakan TNI adalah untuk “membantu menanggulangi
akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan”.
Sedang dalam Pasal 8, salah satu tugas Angkatan Darat adalah “Melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat” atau yang dikenal dengan
pembinaan teritorial. Dalam membina kemampuan pertahanan aspek darat dan
untuk menjalankan amanat UU yakni membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan, maka TNI AD
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Binter yang
dilaksanakan dalam bentuk operasi ataupun pembinaan. Keberhasilan TNI AD
dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan oleh efektifitas pelaksanaan
pembinaan melalui pembinaan fungsi utama TNI AD didukung oleh pembinaan
fungsi lainnya secara terencana, terpadu serta berkelanjutan.
8. Dasar Pemikiran
Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang TNI pasal 7 ayat (2) bahwa TNI
termasuk didalamnya TNI AD mempunyai tugas pokok Operasi Militer Selain Perang
(OMSP). Salah satunya membantu penanggulangan bencana alam, pengungsian dan
pembersihan bantuan kemanusiaan. Dimana TNI AD selalu siap siaga untuk
menciptakan keamanan. Namun pada kenyataan keterpaduan dilapangan peran TNI
AD dengan pemerintah daerah setempat dalam penanggulangan bencana alam masih
belum maksimal dan optimal baik dalam sebelum, selama dan sesudah pelaksanaaan
kegiatan penanggulangan bencana alam.
Tugas perbantuan penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan oleh TNI
merupakan salah satu bagian dari OMSP yang menjadi tugas pokok TNI. TNI AD telah
membuat Pedoman Penanggulangan Bencana Alam di Darat yang disahkan dengan
Peraturan Kasad nomor Perkasad/96/XI/2009 tanggal 30 Nopember 2009. Dalam
pedoman tersebut dijelaskan bahwa Mabes TNI AD bertugas untuk menyiapkan
Satuan Tugas Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (Satgas PRC PB)
TNI AD sebagai bagian dari PRC PB TNI dalam menghadapi bencana berskala
nasional. Masing-masing satuan komando kewilayahan TNI AD membentuk satuan
tugas PRC PB di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dimana susunan tugas
disesuaikan dengan bencana yang terjadi di daerah tersebut.
BAB III
KONDISI SAAT INI
9. Umum
10. Persoalan
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
11. Umum
12. Internal
a. Kekuatan
1) Kowil jajaran TNI AD dari tingkat Kodam sampai dengan Babinsa telah
tergelar sampai ke pelosok daerah memungkinkan bagi setiap aparat Kowil
untuk lebih mengenal daerahnya masing-masing, sehingga menganalisa upaya
yang bisa dilakukan untuk pencegahan banjir dan tanah longsor di wilayahnya.
2) Tingkat pengalaman aparat Kowil dalam pelaksanaan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Pemerintah Dalam Mencegah bencana banjir dan
tanah longsor sudah cukup memadai, mengingat setiap satuan Kowil
telah menyusun dan melaksanakan kegiatan Program Bakti TNI secara
terencana dan menjadi rutinitas memungkinkan setiap aparat untuk
mengetahui berbagai hambatan yang sering dihadapi dalam penyelenggaraan
Bakti TNI dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelaksanaan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan pemerintah dalam mencegah bencana banjir dan tanah
longsor, sehingga kegiatan evaluasi guna perbaikan penyelenggaraan dapat
dilaksanakan secara optimal.
3) Daya gerak yang ditopang dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi dan kondisi
fisik yang prima dari aparat Kowil hasil binaan dari latihan yang dilaksanakan
secara teratur di satuan merupakan kekuatan yang harus dapat diberdayakan
seoptimal mungkin dalam rangka mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan
penghijauan.
4) Penyusunan program kerja satuan Kowil didasarkan pada sistem “bottom up
planning”, dimana Komando atas menyerap kebutuhan satuan yang ada di
bawahnya merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Kowil untuk
menyusun program kegiatan penghijauan guna mendapatkan persetujuan dari
komando atas sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan pemerintah Dalam Mencegah bencana banjir dan tanah
longsor.
b. Kelemahan
Alat peralatan yang dimiliki oleh satuan Kowil sebagai alat penunjang
penyelenggaraan sangat terbatas baik secara kuantitas maupun kualitas
berakibat pada kegiatan dilaksanakan seadanya dan dalam kondisi serba
kekurangan berpengaruh pada pencapaian sasaran kegiatan.
13. Eksternal
a. Peluang
1) Tugas-tugas TNI dalam OMSP sesuai dengan UU RI No.34 tahun 2004
tentang TNI diantaranya adalah menyelenggarakan pemberdayaan wilayah
pertahanan yang salah satu penjabarannya dilaksanakan ke dalam bentuk
penyelenggaraan kegiatan Bhakti TNI, maka program Sinergitas SATKOWIL
TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba
memiliki payung hukum yang jelas sehingga tidak akan menimbulkan
resistensi di tengah-tengah masyarakat.
2) Guna menghadapi kompleksitas permasalahan dan intensitas penugasan yang
sangat tinggi dihadapkan kepada keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi,
maka unsur pimpinan TNI AD telah menentukan prioritas sasaran dimana
untuk yang memungkinkan bagi Satuan Kowil untuk mendapatkan dukungan
Komando atas terhadap setiap program yang akan digelar di daerahnya.
3) Penerimaan masyarakat dan instansi sektoral lainnya yang terkait di daerah
terhadap hasil-hasil kegiatan Sinergitas SATKOWIL TNI Dengan Anggota
FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba cukup besar dan telah
dirasakan manfaat sepenuhnya bagi rakyat, memungkinkan bagi aparat Kowil
untuk mendapatkan bantuan baik tenaga, dana maupun alat peralatan yang
dibutuhkan untuk memperlancar penyelenggaraan kegiatan tersebut.
b. Kendala
1) Sosialisasi kebijakan pemerintah yang menyangkut dukungan anggaran
bagi kegiatan Sinergitas SATKOWIL TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba belum dilaksanakan secara menyeluruh sampai pada
tingkat daerah, sehingga sering timbul adanya kesalahfahaman antara satuan Kowil
yang akan melaksanakan pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di daerah dengan
instansi pemerintah di daerah yang berpengaruh pada kelancaran proses kegiatan.
2) Kemampuan daya dukung daerah baik berupa dana, alat peralatan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lainnya tidak sama, sehingga berpengaruh
pada pemenuhan dukungan alat peralatan dan sarana penunjang kegiatan.
3) Belum sinkronnya program Binter yang disusun oleh Kowil dengan
program Pemda atau FKPD terutama menyangkut penyelenggaraan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba
sebagai akibat koordinasi yang belum terpadu antara Pemda dengan Kowil
berdampak pada operasionalisasi kegiatan di lapanganan menjadi tumpang tindih,
sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak optimal.
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN
14. Umum
Adanya berbagai perubahan kondisi dan kualitas lingkungan tentunya akan bisa
berpengaruh buruk terhadap manusia. Beragam bentuk kerusakan lingkungan, seperti
pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat
bencana alam, banjir, longsor, kebakaran hutan, krisis air bersih. Hal ini lama
kelamaan akan dapat berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan
masyarakat sendiri.
Manusia memang terkadang tenggelam dalam rangkaian kegiatan yang terlalu
berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan lainnya. Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, telah
mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan yang begitu parah. Hal ini hendaklah
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam menata kembali wilayah Indonesia
dari segala bentuk berbagai kerusakan lingkungan, disamping menciptakan dan
membangun budaya masyarakat dalam berwawasan lingkungan.
Dalam konteks ini, tidaklah berlebihan jika gerakan ramah lingkungan pun bisa
kembali digalakkan melalui kerja sama TNI AD dan Pemerintah Daerah (Pemda)
kepada masyarakat secara menyeluruh. Sebab, dalam rangka menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup, sangatlah perlu adanya kerja sama yang
baik antara TNI AD, pemerintah dengan masyarakat sendiri. Berbagai bencana alam
yang sering melanda sebagian wilayah di negara kita pada dasarnya merupakan
akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian
lingkungan.
Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor,
kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan
masalah lingkungan yang bukan tergolong sepele. Betapa tidak? Sebab, tidak
terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan
potensi pemenuhan generasi mendatang.
Pembangunan di berbagai daerah di Indonesia hendaklah bisa memperhatikan
ekosistem di sekitarnya. Janganlah, eksistensi lingkungan dikesampingkan oleh dalih
penataan kota tanpa menghiraukan kelestarian dan kenyamanan lingkungannya.
15. Harapan
Dengan dilakukan penghijauan diharapkan menambah nilai ekologi maupun estetika
pada ruang hunian mereka, alasan untuk mendapatkan nilai ekonomi, serta alasan
lainnya adalah untuk menjalankan kewajiban karena merupakan program pemerintah.
1. Penghijauan untuk menambah ekologi kawasan
Menurut pandangan masyarakat, penghijauan dapat dijadikan sebagai suatu
sarana untuk menurunkan suhu udara dilingkungan yang cukup panas akibat
kepadatan bangunan yang cukup padat. Upaya penghijauan ini dapat memberikan
perlindungan terhadap angin, debu, sinar matahari, bunyi dan lain-lain.
Penghijauan diharapkan mampu mencegah terjadinya banjir dan tanah
longsor karena penghijauan dapat dijadikan sebagai resapan air hujan, sehingga
persediaan air tanah tetap terjamin. Air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah
akan mengalir di atas permukaan tanah. Aliran air ini juga mempunyai energi
tertentu. Makin curam dan panjang lereng tempat air mengalir, makin besar
energinya. Energi kinetik aliran ini akan mengelupas permukaan tanah, yaitu yang
disebut erosi permukaan. Aliran air permukaan dapat pula menyebabkan
terbentuknya alur pada permukaan tanah yang disebut erosi alur.
2. Penghijauan untuk menambah estetika kawasan
Menurut Pandangan Masyarakat, penghijauan dapat menambahkan kualitas
estetika dan dimensi manusia dengan desain lingkungan untuk penciptaan ruang
yang lebih menyenangkan. Penghijauan dapat meningkatkan permeabilitas ruang
untuk menjaga keseimbangan yang kosong dan massa untuk kontras visual dalam
lingkungan bangunan rumah yang ada. Masyarakat juga berpendapat bahwa
lingkungan yang hijau dan asri akan menambah nilai estetika suatu lingkungan
yang akan berdampak pada kesehatan jiwa.
3. Penghijauan untuk mendukung program pemerintah
Menurut Pandangan Masyarakat, Kegiatan penghijauan adalah tangung
jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, swasta, maupun pihak terkait
lainnya. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan berkewajiban untuk
menyelenggarakan program-program bagi masyarakat. Masyarakat sendiri bisa
berperan sebagai subyek maupun obyek dari kebijakan pemerintah khususnya
terkait penghijauan di skala basis.
4. Penghijauan untuk menambah nilai ekonomi
Menurut Pandangan Masyarakat, penghijauan sebagai sumber produk yang bisa
dijual atau untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti tanaman bunga,
buah, daun, sayur mayur. Untuk warga yang memiliki pekarangan sempit mereka
lebih suka untuk memilih jenis tanaman hias maupun tanaman obat (TOGA).
Penghijauan dengan tanaman keras dapat diambil kayu maupun buahnya. seperti
mangga, jambu, matoa dan tanaman lainnya adalah tanaman penghijauan pilihan
warga.
BAB VI
UPAYA MENGATASI
16. Umum
Penghijauan adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara
konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Penghijauan dalam arti luas adalah
segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar
dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau
pelindung lingkungan. Menurut Manan, S, Penghijauan adalah suatu usaha menanami
lahan-lahan kritis, baik dari segi hidroorologis, fisik, teknis maupun sosial ekonomi,
dengan jenis tanaman tahunan atau perumputan, serta pembuatan bangunan
pencegah erosi tanah di areal yang tidak termassuk areal hutan negara. Menurut
Malau, Fadmin Prihatin, penghijauan sangat dibutuhkan untuk menciptakan
lingkungan yang sejuk, segar, nyaman dan sehat. Namun, dalam pelaksanaan
penghijauan masih acapkali ditemukan hal yang tidak tepat sasaran sehingga aksi
penghijauan yang dilakukan kurang (tidak) menghasilkan manfaat yang besar atau
maksimal. Banyak faktor menyebabkan pelaksanaan penghijauan itu tidak tepat
sasaran. Dari banyak faktor itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
yakni faktor non teknis dan faktor teknis.
17. Tujuan
18. Sasaran
19. Subyek
a. Pemerintah Daerah. Dalam kegiatan penghijauan yang telah dilaksanakan,
Pemerintah Daerah banyak membantu dari segi perencanaan maupun
pelaksanaan. Dari segi perencanaan, Pemerintah Daerah telah melibatkan
masyarakat mengenai konsep-konsep penghijauan melalui berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya-upaya penghijauan. Dari sisi pelaksanaan
Pemerintah Daerah banyak berperan dalam pembiayaan untuk pembangunan fisik,
seperti pada pembuatan taman-taman, pengadaan bibit untuk turus/jalur hijau jalan
dan penghijauan publik lainnya.
b. TNI AD.Kegiatan penghijauan sebagai wujud TNI Peduli Penghijauan, sinergitas
bersama TNI AD, Pemerintah Daerah dan Perangkat Desa merupakan wujud
terjalinnya kemitraan bersama seluruh komponen masyarakat di desa dalam
mengantisipasi banjir dan tangah lonsor dengan menciptakan lingkungan yang asri
dan hijau.
c. Aparat Desa. Aparat Desa telah berperan dalam pengembangan kapasitas warga
terkait penghijauan lingkungan melalui peningkatan keterampilan usaha di bidang
terkait, seperti: pelatihan tentang budidaya tanaman hias dan pupuk organik
kepada warga desa, pelatihan tentang budidaya tanaman jarak, tanaman buah,
dan sayuran. Pelatihan konservasi air tanah, pembuatan lubang biopori dan
pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik kepada kelompok Pengelola
Sampah.
Aparat desa juga mengajak masyarakat untuk melakukan penanaman pohon
dilingkungan masing-masing sehingga menambah ruang hijau privat dan
melaksanakan pagar hijau dengan menanami tanaman hijau dan jika tetap
mempertahankan pagar hijau harus dilengkapi tanaman merambat.
d. Masyarakat. Bentuk Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pelestarian
lingkungan adalah masyarakat terlibat langsung dalam hal pembebasan dan
pembersihan lahan untuk dijadikan taman, pembangunan berbagai macam fasilitas
taman, mentumbang beberapa bibit tanaman serta penanamn tanaman. Selain itu
keberlanjutan dari kegiatan ini yaitu masyarkat berkomitmen untuk menjaga dan
merawat taman desa tersebut dan mungkin akan ada perkembangan kedepannya.
20. Obyek
a. Personel. Aparat Kowil sebagai sumber daya manusianya yang senantiasa harus
meningkatkan keterampilan maupun pengetahuannya di bidang pertanian,
sehingga dapat memadukan kegiatan Binter dan melaksanakan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Pemerintah Dalam Mencegah Banjir dan Tanah Longsor.
b. Materiil. Sebagai komponen pendukung baik alat pertanian, alat bibit
tanaman maupun kendaraan yang perlu senantiasa ada untuk mendukung
penyelenggaraan Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor.
21. Methoda
a. Koordinasi. Koordinasi merupakan metoda yang digunakan untuk menjamin
terwujudnya suatu kerjasama dan kesamaan visi dan persepsi sehingga tercapai
suatu sinergi yang positif dari masing-masing instansi terkait baik TNI maupun
pemerintah agar Sinergitas SATKOWIL TNI dengan pemerintah dapat terwujud.
b. Pengawasan dan Evaluasi. Pengawasan dan evaluasi merupakan metoda yang
digunakan untuk menjamin bahwa Sinergitas SATKOWIL TNI dengan
Pemerintah dalam mencegah banjir dan tanah longsor yang diselenggarakan oleh
Kowil sesuai dengan perencanaan yang telah tersusun, serta melalui evaluasi
dapat menjamin adanya perbaikan dan penyempurnaan dalam Sinergitas
SATKOWIL TNI dengan Pemerintah dalam mencegah banjir dan tanah longsor.
BAB VII
PENUTUP
24. Kesimpulan
Melalui penghijauan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keseimbangan alam.
Menanam pohon sama juga dengan menghijaukan kembali alam dan pohon sebagai
sumber udara, peneduh dan penyimpan air. Dengan demikian lingkungan akan
menjadi sejuk, segar dan asri.
Melestarikan alam adalah tugas dan tanggungjawab kita bersama, oleh karenanya kita
tidak hanya dengan menaman akan tetapi kita wajib ikut melestarikan dengan cara
merawat demi kelangsungan hidup pohon yang baru ditanam agar kuwalitas
lingkungan kita semakin baik.
25. Saran
a. Perlu adanya peningkatan kegiatan koordinasi pada setiap tahapan pada
Upaya Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor melalui kegiatan penghijauan
sehingga tersusun dengan cermat sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan
yang diharapakan.
b. Perlu adanya pengawasan dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan supaya
kegiatan tersebut mencapai tujuan yang diinginkan dan berkelanjutan.
c. Edukasi lanjutan kepada masyarakat agar timbul kesadaran untuk melanjukan
kegiatan Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor melalui kegiatan penghijauan.
Penulis
Imam Ghazali
Kapten Kav 21940042020474