Anda di halaman 1dari 16

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran C : (Format Karmil) pada

PUSAT TERITORIAL Buku Pedoman Lomba Karya Tulis


Teritorial TA 2020

KARANGAN MILITER (KARMIL)

UPAYA PENCEGAHAN BANJIR DAN TANAH LONSOR DENGAN KONSEP


PENGHIJAUAN PADA LAHAN KOSONG SEBAGAI WUJUD NYATA KEPEDULIAN
TNI TERHADAP KESEIMBANGAN EKOSISTEM

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
Bencana Alam selama ini selalu dipandang sebagai force majore yaitu sesuatu yang
berada di luar kontrol manusia, bencana alam yang hampir setiap musim melanda
Indonesia adalah banjir dan longsor. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor
bencana alam diakibatkan rusaknya kawasan hutan, disamping faktor lain juga yang
mempengaruhi seperti tingginya curah hujan.
Selain bencana alam banjir sering terjadi tanah longsor. Hal tersebut terjadi karena
adanya alih guna lahan yang tidak terkontrol dan menambah luas ruang terbuka.
Penanggulangan bencana alam merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum, pada saat
maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana hanya ditanggapi dengan
tanggapan darurat (emergency respon). Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang TNI
pasal 7 ayat (2) bahwa TNI termasuk didalamnya TNI AD mempunyai tugas pokok
Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satunya membantu penanggulangan
bencana alam, pengungsian dan pembersihan bantuan kemanusiaan. Dimana TNI AD
selalu siap siaga untuk menciptakan keamanan. Namun pada kenyataan keterpaduan
dilapangan peran TNI AD dengan pemerintah daerah setempat dalam
penanggulangan bencana alam masih belum maksimal dan optimal baik dalam
sebelum, selama dan sesudah pelaksanaaan kegiatan penanggulangan bencana
alam.
Salah satu upaya untuk pencegahan terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan
tanah lonsor adalah penghijauan. Penghijauan merupakan usaha untuk menanam
pohon dan tumbuhan di tempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang
tumbuhan tersebut. Penghijauan dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan
suatu areal yang asri dengan berbagai manfaat lingkungan seperti menjaga
keseimbangan sistem air di alam, mencegah terjadinya erosi dan pengikisan tanah.
Penghijauan sejatinya kita menanam pohon. Penghijauan menjadi semakin banyak
manfaatnya karena pohon yang ditanam lebih dari satu. Diantara manfaat penghijauan
adalah mencegah terjadinya banjir. Hal ini sangat bermanfaat apabila dilakukan di
daerah perkotaan, dimana aktivitas padat sehingga lebih banyak bangunan daripada
lahan kosong. Oleh karena banyaknya bangunan, sehingga di kota sangat jarang
ditemukan tanah lapang. Jalan- jalan dan halaman rumah pun rata- rata sudah dilapisi
semen atau aspal sehingga air hujan tidak dapat terserap masuk. Ditambah dengan
saluran air yang kurang efektif dan juga banyaknya sampah, akan membuat banjir
lebih berpotensi terjadi.
Secara tidak langsung keberadaan pepohonan di bumi dapat mencegah terjadinya
banjir. Hal ini karena fungsi pohon yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni menyerap
adanya air di dalam bumi. Air yang diserap ke dalam tanah mengurangi debit air yang
ada di permukaan bumi, sehingga tidak terjadi kelebihan air dan tidak terjadi  banjir.
Maka dari itu di beberapa area yang banyak ditanami pohon, kita jarang melihat
bencana banjir terjadi. Hal ini karena sirkulasi air terjaga dan air tersimpan ke dalam
tanah berkat keberadaan akar- akar pohon. Semakin besar ukuran pohon, maka
kapasitas untuk menyimpan air di dalamnya semakin besar pula. Jenis akar
pepohonan juga mempengaruhi banyak sedikitnya air yang terserap ke dalam tanah,
maka dari itulah kita sebaiknya memilih jenis pohon yang sangat sesuai dengan fungsi
yang kita harapkan.
Pepohonan selain dapat mencegah terjadinya banjir, juga dapat mencegah
terjadinya tanah longsor. Tanah longsor merupakan bencana alam yang berupa
longsornya tanah di area tinggi. keberadaan akar- akar pohon dapat memperkuat
struktur tanah sehingga membuatnya tidak mudah mengalami longsor. Pohon juga
semakin membuat tanah menjadi padat karena akar- akarnya, tanah yang padat tentu
tidak akan mudah mengalami longsor. Maka dari itulah di tanah yang mempunyai
struktur miring, perlu di tanami banyak pepohonan untuk memperkuat struktur
tanahnya sehingga tidak mudah mengalami kelongsoran. Seperti yang kita lihat di
daerah pegunungan, kita mendapati banyak pohon yang ditanam di daerah
pegunungan terutama di lahan miringnya. Dan hal itu membuat daerah pegunungan
tersebut idak mudah mengalami longsor.

2. Maksud dan Tujuan


Penulis berharap dapat memberikan gambaran dan penjelasan tentang konsep
penghijauan untuk mencegah bencana alam khususnya banjir dan tanah
longsor, yang terintegrasi dan terpadu melibatkan seluruh pemangku
kepentingan di wilayah yang diperlukan dalam rangka tindakan antisipasi
bencana, dengan harapan sebagai bahan masukan untuk menentukan
kebijakan dimasa yang akan datang.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut


Dalam pembahasan pencegahan bencana banjir dan tanah longsor dengan konsep
penghijauan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Latar Belakang Pemikiran
c. Kondisi Wilayah Saat Ini
d. Faktor-faktor yang Berpengaruh
e. Kondisi Wilayah yang diharapkan
f. Upaya Pencegahan Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Dengan Konsep
Penghijauan
g. Penutup

4. Metoda dan Pendekatan


Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, studi kepustakaan denganmelakukan
penelusuran terhadap literatur, peraturan perundang-undangan dan studi dokumentasi
yang berhubungan dengan penelitian. Metode tersebut diharapkan dapat lebih
mengarahkan pada langkah peneliti dalam melakukan tahapan penelitian yang tepat
dan efisien sampai tahap penulisan hasil penelitian.
5. Pengertian
a. Definisi bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian.       Bencana alam juga dapat diartikan
sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam
merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun hanya
ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk
budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai
bencana. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam”
juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka
tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada
bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan
individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat
bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang
juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-
infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir.
b. Klasifikasi Bencana alamberdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1) Bencana alam geologis, Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang
berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam
geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2) Bencana alam klimatologis, Bencana alam klimatologis merupakan bencana
alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam
klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung,
kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia). Gerakan tanah
(longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah
faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis
(jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).
3) Bencana alam ekstra-terestrial, Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah
bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor.
Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
c. Macam-macam bencana alam di sekitar kita yang sering terjadi diantaranya
1) Banjir,adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi
dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-
wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana.  Banjir bisa
juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang
rendah terkena dampak kiriman banjir.   Adapun jenis Banjir,Banjir merugikan
banyak pihak Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis
banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut
pasang.
a. Banjir Sungai :Terjadi karena air sungai meluap.
b. Banjir Danau  : Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
c. Banjir Laut pasang  : Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa
bumi. Penyebab Terjadinya Banjir diantaranya adaha :  Penebangan hutan
secara liar tanpa disertai reboisasi, Pendangkalan sungai,     Pembuangan
sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai maupun gotong royong,    
Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, Pembuatan tanggul
yang kurang baik, Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan
menggenangi daratan.        
Dampak dari banjirdapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa
rusaknya areal pemukiman penduduk,  sulitnya mendapatkan air bersih, dan
rusaknya sarana dan prasarana penduduk, rusaknya areal pertanian, timbulnya
penyakit-penyakit serta menghambat transportasi darat.
Cara mengantisipasi Banjir. Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal
yang harus dilakukan, diantaranya adalah  membersihkan saluran air dari
sampah yang menyumbat aliran air sehingga menyebabkan terjadinya banjir,
mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air, membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,
sistem-sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap
sungai, tidak mendirikan bangunan pada wilayah yang menjadi daerah lokasi
penyerapan air, tidak menebangi pohon-pohon di hutan karena hutan yang
gundul akan sulit menyerap air sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus
menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan
menggerus tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor, membuat
tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang sungai, tembok-
tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga tingkat ketinggian air
agar tidak masuk ke dalam daratan.
2) Tanah Longsor, adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di atas
tanah yang longsor atau di bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya.
Tidak hanya tanah saja yang longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain
sebagainya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan asa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan
jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah
gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam,
Namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh : Erosi  yang
disebabkan sungai – sungai atau  gelombang laut yang menciptakan lereng-
lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah
melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa bumi menyebabkan
tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah gunung
berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan
bahkan petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan
atau salju;
d. Penghijauan merupakan salah satu upaya melindungi Bumi dengan cara menanam
pepohonan di permukaan Bumi (baca: bentuk permukaan bumi). Pepohonan di
permukaan Bumi berjumlah banyak terdapat pada kawasan yang kita sebut
sebagai hutan. Kita juga mengeahui bahwa fungsi atau manfaat hutan sudah tidak
diragukan lagi. Apabila hutan mempunyai manfaat atau fungsi yang sangat berarti,
maka penghijauan pun juga demikian. Penghijauan bahkan tidak hanya dilakukan
pada lahan yang luas saja, namun juga dapat dilakukan di lingkungan sekitar kita,
seperti rumah dan halaman rumah.
Fungsi penghijauan yang pertama adalah mencegah terjadinya banjir. Hal ini jelas
tercermin pada fungsi pepohonan. Penghijauan pada dasarnya adalah pepohonan.
Pepohonan mempunyai akar yang berfungsi sebagai penyerap air dan
menyimpannya di dalam tanah. Oleh karena itulah air yang terserap akan terkunci
di dalam tanah. Karena terkunci ke dalam tanah maka hal ini akan mengecilkan
resiko terjadinya banjir. Air hujan yang volume nya banyak tidak akan meluap
sehingga tidak terjadi banjir.
Penghijauan dengan menanam pepohonan sangat berperan untuk mencegah erosi
tanah. Hal ini tentu akan lebih terasa di daerah yang miring. Akar- akar pohon yang
mencegkeram tanah dengan kuat bisa melindungi tanah dari pengikisan. Hal ini
akan sangat melindungi tanah dari erosi tanah, terutama yang disebabkan karena
aliran air hujan.

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum
Sebagai salah satu komponen bangsa, TNI terpanggil di dalam membantu pemerintah
untuk menanggulangi bencana yang terjadi di wilayah Indonesia. Tugas perbantuan ini
dilandasi jati diri TNI sebagai tentara rakyat yang berarti TNI berasal dari rakyat dan
berjuang untuk rakyat. Hal ini juga sesuai dengan makna yang terkandung di dalam “8
Wajib TNI” yang merupakan pedoman perbuatan bagi prajurit TNI terutama butir ke 8
yaitu: “Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat
sekelilingnya”.
Pelibatan TNI dalam OMSP semakin meningkat pada masa mendatang seiring
dengan menurunnya ancaman tradisional berupa invasi ataupun agresi militer asing
terhadap Indonesia. Ancaman nontradisional seperti pemanasan global dan bencana
alam merupakan konsekuensi logis terhadap degradasi lingkungan hidup dan akibat
laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Perkembangan bencana alam
khususnya di Indonesia pada masa mendatang akan mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.

7. Landasan Pemikiran
Keterlibatan TNI AD dalam mengatasi dampak bencana alam selama ini adalah
sebagai bentuk keterpanggilan dan kepedulian untuk ikut serta mengurangi
beban masyarakat yang sedang mengalami musibah. Karena sesuai Undang-
Undang yang berlaku, Tugas Pokok TNI AD sesuai Undang-Undang RI No. 34
Tahun 2004 tentang TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dalam pasal 7 ayat (2), memuat salah satu bentuk tugas dari Operasi Militer
Selain Perang yang dilaksanakan TNI adalah untuk “membantu menanggulangi
akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan”.
Sedang dalam Pasal 8, salah satu tugas Angkatan Darat adalah “Melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat” atau yang dikenal dengan
pembinaan teritorial. Dalam membina kemampuan pertahanan aspek darat dan
untuk menjalankan amanat UU yakni membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan, maka TNI AD
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Binter yang
dilaksanakan dalam bentuk operasi ataupun pembinaan. Keberhasilan TNI AD
dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan oleh efektifitas pelaksanaan
pembinaan melalui pembinaan fungsi utama TNI AD didukung oleh pembinaan
fungsi lainnya secara terencana, terpadu serta berkelanjutan.

8. Dasar Pemikiran
Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang TNI pasal 7 ayat (2) bahwa TNI
termasuk didalamnya TNI AD mempunyai tugas pokok Operasi Militer Selain Perang
(OMSP). Salah satunya membantu penanggulangan bencana alam, pengungsian dan
pembersihan bantuan kemanusiaan. Dimana TNI AD selalu siap siaga untuk
menciptakan keamanan. Namun pada kenyataan keterpaduan dilapangan peran TNI
AD dengan pemerintah daerah setempat dalam penanggulangan bencana alam masih
belum maksimal dan optimal baik dalam sebelum, selama dan sesudah pelaksanaaan
kegiatan penanggulangan bencana alam.
Tugas perbantuan penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan oleh TNI
merupakan salah satu bagian dari OMSP yang menjadi tugas pokok TNI. TNI AD telah
membuat Pedoman Penanggulangan Bencana Alam di Darat yang disahkan dengan
Peraturan Kasad nomor Perkasad/96/XI/2009 tanggal 30 Nopember 2009. Dalam
pedoman tersebut dijelaskan bahwa Mabes TNI AD bertugas untuk menyiapkan
Satuan Tugas Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (Satgas PRC PB)
TNI AD sebagai bagian dari PRC PB TNI dalam menghadapi bencana berskala
nasional. Masing-masing satuan komando kewilayahan TNI AD membentuk satuan
tugas PRC PB di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dimana susunan tugas
disesuaikan dengan bencana yang terjadi di daerah tersebut.

BAB III
KONDISI SAAT INI
9. Umum

10. Persoalan

BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

11. Umum
12. Internal
a. Kekuatan
1) Kowil jajaran TNI AD dari tingkat Kodam sampai dengan Babinsa telah
tergelar sampai ke pelosok daerah memungkinkan bagi setiap aparat Kowil
untuk lebih mengenal daerahnya masing-masing, sehingga menganalisa upaya
yang bisa dilakukan untuk pencegahan banjir dan tanah longsor di wilayahnya.
2) Tingkat pengalaman aparat Kowil dalam pelaksanaan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Pemerintah Dalam Mencegah bencana banjir dan
tanah longsor sudah cukup memadai, mengingat setiap satuan Kowil
telah menyusun dan melaksanakan kegiatan Program Bakti TNI secara
terencana dan menjadi rutinitas memungkinkan setiap aparat untuk
mengetahui berbagai hambatan yang sering dihadapi dalam penyelenggaraan
Bakti TNI dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelaksanaan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan pemerintah dalam mencegah bencana banjir dan tanah
longsor, sehingga kegiatan evaluasi guna perbaikan penyelenggaraan dapat
dilaksanakan secara optimal.
3) Daya gerak yang ditopang dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi dan kondisi
fisik yang prima dari aparat Kowil hasil binaan dari latihan yang dilaksanakan
secara teratur di satuan merupakan kekuatan yang harus dapat diberdayakan
seoptimal mungkin dalam rangka mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan
penghijauan.
4) Penyusunan program kerja satuan Kowil didasarkan pada sistem “bottom up
planning”, dimana Komando atas menyerap kebutuhan satuan yang ada di
bawahnya merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Kowil untuk
menyusun program kegiatan penghijauan guna mendapatkan persetujuan dari
komando atas sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan pemerintah Dalam Mencegah bencana banjir dan tanah
longsor.
b. Kelemahan
Alat peralatan yang dimiliki oleh satuan Kowil sebagai alat penunjang
penyelenggaraan sangat terbatas baik secara kuantitas maupun kualitas
berakibat pada kegiatan dilaksanakan seadanya dan dalam kondisi serba
kekurangan berpengaruh pada pencapaian sasaran kegiatan.

13. Eksternal
a. Peluang
1) Tugas-tugas TNI dalam OMSP sesuai dengan UU RI No.34 tahun 2004
tentang TNI diantaranya adalah menyelenggarakan pemberdayaan wilayah
pertahanan yang salah satu penjabarannya dilaksanakan ke dalam bentuk
penyelenggaraan kegiatan Bhakti TNI, maka program Sinergitas SATKOWIL
TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba
memiliki payung hukum yang jelas sehingga tidak akan menimbulkan
resistensi di tengah-tengah masyarakat.
2) Guna menghadapi kompleksitas permasalahan dan intensitas penugasan yang
sangat tinggi dihadapkan kepada keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi,
maka unsur pimpinan TNI AD telah menentukan prioritas sasaran dimana
untuk yang memungkinkan bagi Satuan Kowil untuk mendapatkan dukungan
Komando atas terhadap setiap program yang akan digelar di daerahnya.
3) Penerimaan masyarakat dan instansi sektoral lainnya yang terkait di daerah
terhadap hasil-hasil kegiatan Sinergitas SATKOWIL TNI Dengan Anggota
FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba cukup besar dan telah
dirasakan manfaat sepenuhnya bagi rakyat, memungkinkan bagi aparat Kowil
untuk mendapatkan bantuan baik tenaga, dana maupun alat peralatan yang
dibutuhkan untuk memperlancar penyelenggaraan kegiatan tersebut.
b. Kendala
1) Sosialisasi kebijakan pemerintah yang menyangkut dukungan anggaran
bagi kegiatan Sinergitas SATKOWIL TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba belum dilaksanakan secara menyeluruh sampai pada
tingkat daerah, sehingga sering timbul adanya kesalahfahaman antara satuan Kowil
yang akan melaksanakan pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di daerah dengan
instansi pemerintah di daerah yang berpengaruh pada kelancaran proses kegiatan.
2) Kemampuan daya dukung daerah baik berupa dana, alat peralatan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lainnya tidak sama, sehingga berpengaruh
pada pemenuhan dukungan alat peralatan dan sarana penunjang kegiatan.
3) Belum sinkronnya program Binter yang disusun oleh Kowil dengan
program Pemda atau FKPD terutama menyangkut penyelenggaraan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Anggota FKPD Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba
sebagai akibat koordinasi yang belum terpadu antara Pemda dengan Kowil
berdampak pada operasionalisasi kegiatan di lapanganan menjadi tumpang tindih,
sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak optimal.

BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

14. Umum
Adanya berbagai perubahan kondisi dan kualitas lingkungan tentunya akan bisa
berpengaruh buruk terhadap manusia. Beragam bentuk kerusakan lingkungan, seperti
pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat
bencana alam, banjir, longsor, kebakaran hutan, krisis air bersih. Hal ini lama
kelamaan akan dapat berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan
masyarakat sendiri.
Manusia memang terkadang tenggelam dalam rangkaian kegiatan yang terlalu
berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan lainnya. Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, telah
mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan yang begitu parah. Hal ini hendaklah
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam menata kembali wilayah Indonesia
dari segala bentuk berbagai kerusakan lingkungan, disamping menciptakan dan
membangun budaya masyarakat dalam berwawasan lingkungan.
Dalam konteks ini, tidaklah berlebihan jika gerakan ramah lingkungan pun bisa
kembali digalakkan melalui kerja sama TNI AD dan Pemerintah Daerah (Pemda)
kepada masyarakat secara menyeluruh. Sebab, dalam rangka menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup, sangatlah perlu adanya kerja sama yang
baik antara TNI AD, pemerintah dengan masyarakat sendiri. Berbagai bencana alam
yang sering melanda sebagian wilayah di negara kita pada dasarnya merupakan
akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian
lingkungan.
Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor,
kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan
masalah lingkungan yang bukan tergolong sepele. Betapa tidak? Sebab, tidak
terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan
potensi pemenuhan generasi mendatang.
Pembangunan di berbagai daerah di Indonesia hendaklah bisa memperhatikan
ekosistem di sekitarnya. Janganlah, eksistensi lingkungan dikesampingkan oleh dalih
penataan kota tanpa menghiraukan kelestarian dan kenyamanan lingkungannya.

15. Harapan
Dengan dilakukan penghijauan diharapkan menambah nilai ekologi maupun estetika
pada ruang hunian mereka, alasan untuk mendapatkan nilai ekonomi, serta alasan
lainnya adalah untuk menjalankan kewajiban karena merupakan program pemerintah.
1. Penghijauan untuk menambah ekologi kawasan
Menurut pandangan masyarakat, penghijauan dapat dijadikan sebagai suatu
sarana untuk menurunkan suhu udara dilingkungan yang cukup panas akibat
kepadatan bangunan yang cukup padat. Upaya penghijauan ini dapat memberikan
perlindungan terhadap angin, debu, sinar matahari, bunyi dan lain-lain.
Penghijauan diharapkan mampu mencegah terjadinya banjir dan tanah
longsor karena penghijauan dapat dijadikan sebagai resapan air hujan, sehingga
persediaan air tanah tetap terjamin. Air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah
akan mengalir di atas permukaan tanah. Aliran air ini juga mempunyai energi
tertentu. Makin curam dan panjang lereng tempat air mengalir, makin besar
energinya. Energi kinetik aliran ini akan mengelupas permukaan tanah, yaitu yang
disebut erosi permukaan. Aliran air permukaan dapat pula menyebabkan
terbentuknya alur pada permukaan tanah yang disebut erosi alur.
2. Penghijauan untuk menambah estetika kawasan
Menurut Pandangan Masyarakat, penghijauan dapat menambahkan kualitas
estetika dan dimensi manusia dengan desain lingkungan untuk penciptaan ruang
yang lebih menyenangkan. Penghijauan dapat meningkatkan permeabilitas ruang
untuk menjaga keseimbangan yang kosong dan massa untuk kontras visual dalam
lingkungan bangunan rumah yang ada. Masyarakat juga berpendapat bahwa
lingkungan yang hijau dan asri akan menambah nilai estetika suatu lingkungan
yang akan berdampak pada kesehatan jiwa.
3. Penghijauan untuk mendukung program pemerintah
Menurut Pandangan Masyarakat, Kegiatan penghijauan adalah tangung
jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, swasta, maupun pihak terkait
lainnya. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan berkewajiban untuk
menyelenggarakan program-program bagi masyarakat. Masyarakat sendiri bisa
berperan sebagai subyek maupun obyek dari kebijakan pemerintah khususnya
terkait penghijauan di skala basis.
4. Penghijauan untuk menambah nilai ekonomi
Menurut Pandangan Masyarakat, penghijauan sebagai sumber produk yang bisa
dijual atau untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti tanaman bunga,
buah, daun, sayur mayur. Untuk warga yang memiliki pekarangan sempit mereka
lebih suka untuk memilih jenis tanaman hias maupun tanaman obat (TOGA).
Penghijauan dengan tanaman keras dapat diambil kayu maupun buahnya. seperti
mangga, jambu, matoa dan tanaman lainnya adalah tanaman penghijauan pilihan
warga.

BAB VI
UPAYA MENGATASI

16. Umum
Penghijauan adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara
konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Penghijauan dalam arti luas adalah
segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar
dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau
pelindung lingkungan. Menurut Manan, S, Penghijauan adalah suatu usaha menanami
lahan-lahan kritis, baik dari segi hidroorologis, fisik, teknis maupun sosial ekonomi,
dengan jenis tanaman tahunan atau perumputan, serta pembuatan bangunan
pencegah erosi tanah di areal yang tidak termassuk areal hutan negara. Menurut
Malau, Fadmin Prihatin, penghijauan sangat dibutuhkan untuk menciptakan
lingkungan yang sejuk, segar, nyaman dan sehat. Namun, dalam pelaksanaan
penghijauan masih acapkali ditemukan hal yang tidak tepat sasaran sehingga aksi
penghijauan yang dilakukan kurang (tidak) menghasilkan manfaat yang besar atau
maksimal. Banyak faktor menyebabkan pelaksanaan penghijauan itu tidak tepat
sasaran. Dari banyak faktor itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
yakni faktor non teknis dan faktor teknis.

17. Tujuan

18. Sasaran
19. Subyek
a. Pemerintah Daerah. Dalam kegiatan penghijauan yang telah dilaksanakan,
Pemerintah Daerah banyak membantu dari segi perencanaan maupun
pelaksanaan. Dari segi perencanaan, Pemerintah Daerah telah melibatkan
masyarakat mengenai konsep-konsep penghijauan melalui berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya-upaya penghijauan. Dari sisi pelaksanaan
Pemerintah Daerah banyak berperan dalam pembiayaan untuk pembangunan fisik,
seperti pada pembuatan taman-taman, pengadaan bibit untuk turus/jalur hijau jalan
dan penghijauan publik lainnya.
b. TNI AD.Kegiatan penghijauan sebagai wujud TNI Peduli Penghijauan, sinergitas
bersama TNI AD, Pemerintah Daerah dan Perangkat Desa merupakan wujud
terjalinnya kemitraan bersama seluruh komponen masyarakat di desa dalam
mengantisipasi banjir dan tangah lonsor dengan menciptakan lingkungan yang asri
dan hijau.
c. Aparat Desa. Aparat Desa telah berperan dalam pengembangan kapasitas warga
terkait penghijauan lingkungan melalui peningkatan keterampilan usaha di bidang
terkait, seperti: pelatihan tentang budidaya tanaman hias dan pupuk organik
kepada warga desa, pelatihan tentang budidaya tanaman jarak, tanaman buah,
dan sayuran. Pelatihan konservasi air tanah, pembuatan lubang biopori dan
pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik kepada kelompok Pengelola
Sampah.
Aparat desa juga mengajak masyarakat untuk melakukan penanaman pohon
dilingkungan masing-masing sehingga menambah ruang hijau privat dan
melaksanakan pagar hijau dengan menanami tanaman hijau dan jika tetap
mempertahankan pagar hijau harus dilengkapi tanaman merambat.
d. Masyarakat. Bentuk Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pelestarian
lingkungan adalah masyarakat terlibat langsung dalam hal pembebasan dan
pembersihan lahan untuk dijadikan taman, pembangunan berbagai macam fasilitas
taman, mentumbang beberapa bibit tanaman serta penanamn tanaman. Selain itu
keberlanjutan dari kegiatan ini yaitu masyarkat berkomitmen untuk menjaga dan
merawat taman desa tersebut dan mungkin akan ada perkembangan kedepannya.

20. Obyek
a. Personel. Aparat Kowil sebagai sumber daya manusianya yang senantiasa harus
meningkatkan keterampilan maupun pengetahuannya di bidang pertanian,
sehingga dapat memadukan kegiatan Binter dan melaksanakan Sinergitas
SATKOWIL TNI Dengan Pemerintah Dalam Mencegah Banjir dan Tanah Longsor.
b. Materiil. Sebagai komponen pendukung baik alat pertanian, alat bibit
tanaman maupun kendaraan yang perlu senantiasa ada untuk mendukung
penyelenggaraan Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor.

21. Methoda
a. Koordinasi. Koordinasi merupakan metoda yang digunakan untuk menjamin
terwujudnya suatu kerjasama dan kesamaan visi dan persepsi sehingga tercapai
suatu sinergi yang positif dari masing-masing instansi terkait baik TNI maupun
pemerintah agar Sinergitas SATKOWIL TNI dengan pemerintah dapat terwujud.
b. Pengawasan dan Evaluasi. Pengawasan dan evaluasi merupakan metoda yang
digunakan untuk menjamin bahwa Sinergitas SATKOWIL TNI dengan
Pemerintah dalam mencegah banjir dan tanah longsor yang diselenggarakan oleh
Kowil sesuai dengan perencanaan yang telah tersusun, serta melalui evaluasi
dapat menjamin adanya perbaikan dan penyempurnaan dalam Sinergitas
SATKOWIL TNI dengan Pemerintah dalam mencegah banjir dan tanah longsor.

22. Sarana Prasarana


a. Sarana.
1) Piranti lunak yang berisikan doktrin, peraturan, prosedur tetap, buku petunjuk
dan buku lainnya yang dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor.
2) Alat Peralatan. Alat peralatan seperti Alat Pertanian yang dapat digunakan
baik milik organik TNI, Pemda, swasta dan milik masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan dan koordinasi dalam pelaksanaan dan pelaporan
sehingga kegiatan dapat berjalan lancar, serta Alat Angkutan dan alat peralatan
lainnya untuk mendukung kegiatan Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor.
3) Bibit Tanam. Pengadaan bibit tanaman baik tanaman pepohonan atau tanaman
hias.
4) Anggaran berupa pemenuhan alokasi dana dari Komando atau pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan alat peralatan yang diperlukan dalam
operasionalisasi Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor.
b. Prasarana
1) Lahan kerja yang akan ditanami

23. Upaya yang Dilaksanakan


a. Rehabilitasi Lahan Melalui Kegiatan Agroforestri
Upaya rehabilitasi hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
upaya penghijauan. Selain untuk merehabilitasi lahan upaya ini dimaksudkan untuk
menambah nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Program Penghijauan
merupakan upaya rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan yang dilakukan oleh
pemerintah. Secara nasional Pekan Penghijauan Nasional, Gerakan Menanam
Sejuta Pohon, dan upaya-upaya lain dapat menggerakan masyarakat untuk
memelihara lingkungan melalui pendekatan ekosistem DAS setiap tahunnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lahan secara optimal
adalah melalui kegiatan Agroforestri. Agroforestri merupakan suatu kegiatan yang
dapat didefinisikan sebagai suatu metode penggunaan lahan secara optimal, yang
mengkombinasikan sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang
dengan suatu cara berdasarkan asas kelestarian, secara bersamaan atau berurutan
baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Penghijauan
merupakan salah satu bentuk kegiatan agroforestry di luar kawasan hutan, sistem-
sistem agroforestry yang tercakup dalam kegiatan penghijauan antara lain unit
percontohan UPSA, unit percontohan UPM, hutan rakyat, kebun bibit desa, kebun
rakyat, terasering dan sebagainya. Oleh karena itu TNI AD menganggap pentingnya
penghijauan. Selain untuk menambah lumbung oksigen, daerah tangkapan air dan
juga sebagai buffer degradasi lahan.
Penanaman dilakukan bersama masyarakat dengan menanam bibit akasia dan
jabon. Teknik penanaman yaitu cara berselang, dimana tanaman tahunan
berselang dengan tanaman semusim, serta dengan cara jersi yaitu penanaman
disekeliling tanaman semusim.
Penyulaman dilakukan sebagai bentuk monitoring terhadap kegiatan penanaman.
Hasil penanaman tidak semua tanaman tumbuh dengan baik, tapi ada beberapa
tanaman yang mati hal ini karena kondisi dari lingkungan tersebut. Untuk
menanggulangi hal itu maka kegiatan penyulaman dilakukan.
Faktor yang memicu penurunan kondisi lingkungan tersebut akibat dari faktor fisik
lingkungan yaitu karakteristik tanah, curah hujan tinggi dan kemiringan lereng.
Selain itu terdapat faktor sosial diantaranya cara petani memperlakukan lahan serta
ekstensifikasi lahan pertanian pada lahan kawasan hutan.
Keadaan ini harus segera dikendalikan dengan cara melakukan upaya tindakan
konservasi yang tepat dan penyuluhan kepada masyarakat, karena apabila tidak
dilakukan upaya tersebut kejadian lahan kritis akan semakin besar dan dapat
menurunkan produktivitas lahan tersebut.
Secara ekologis manfaat dari dilakukannya penghijauan, yaitu :
1. Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup
alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya,
2. Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa
lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar,
3. Pohon-pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah persediaan air tanah
yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.
- Akan menurunkan suhu setempat, sehingga udara di sekitarnya menjadi
sejuk dan nyaman.
- Mengurangi resiko terjadinya kebakaran.
- Api yang menyala sendiri tersebut disebabkan tidak ada media yang dapat
menahan panas bumi,
4. Pohon yang pada siang hari menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat diperlukan
manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara
kotor hasil gas buangan sisa pembakaran.
Hasil kegiatan diperlukan suatu evaluasi dan monitoring supaya kegiatan tersebut
mencapai tujuan yang diinginkan dan berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan penghijauan, maka diperlukan suatu monitoring untuk menjaga tanaman
tersebut dapat tumbuh dengan baik. Salah satu upayanya adalah penyulaman
tanaman.
Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diperiksa terus menerus (1-3 bulan pertama),
apabila ditemukan pertumbuhan tanaman yang jelek atau mati secepatnya
dilakukan pergantian tanaman/ penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu
tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain.
Penyulaman yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman
yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam,
penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum
tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan
tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
Bibit sulaman dipilih yang tumbuh baik dengan jenis yang sama secara swadaya
sesuai tanaman yang perlu disulam, penyulaman berguna untuk mengetahui jumlah
tanaman yang sesungguhnya yang nantinya digunakan untuk memperkirakan
produksi tanaman dihasilkan, penanaman dikatakan berjalan dengan baik jika
prosentase penyulaman tidak melebihi dari 10 % dari jumlah produksi.

b. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Gangku Hijau dalam


Melestarikan Lingkungan
RW Hijau adalah sebuah penamaan yang merujuk pada aksi sosial warga yang
mengedepankan perilaku hijau dan bersih di lingkungan RW. Kegiatan Gangku
Hijau merupakan kegiatan penghijauan untuk setiap gang di RW Hijau. Seiring
waktu membangun dan membudayakan perilaku hijau, bersih, sehat dan
bermanfaat di lingkungan RW mengantarkan sebuah konsep baru penataan
lingkungan. Setiap gang mengikuti perlombaan K3 (kebersihan, keindahan dan
ketertiban), dan rutin setiap tahun mengadakan perlombaan Gangku Hijau. Strategi
kegiatan Gangku Hijau dalam menjalankan program pemberdayaan dilakukan
dengan cara sosialisasi mengenai tujuan diadakan perlombaan Gangku Hijau.
Mengadakan kegiatan tersebut tidak gampang hanya sebagian masyarakat saja
yang ingin berpartisipasi untuk tahap awal.
Setelah diadakan perlombaan masyarakat telah terbiasa untuk melakukan
penghijauan lingkungan, yang awalnya hanya sebagian masyarakat saja dan
semakin lama masyarakat yang tidak berpartisipasi jadi mau melakukan
penghijauan lingkungan. Melakukan penghijauan ini dengan menanam tanaman
apa saja di rumah masing-masing dengan menggunakan pot. Sebelumnya hanya
menanam beberapa pot saja, sekarang sudah dianjurkan untuk menanam tanaman
minimal 20 pot tanaman dalam setiap rumah. Masyarakat saling tolong-menolong
dalam memberikan pengetahuan mereka mengenai tanaman dan bibit tanaman.
Peranan yang ikut terlibat antara lain ibu-ibu PKK.
Proses implementasi yang dilakukan untuk kegiatan Gangku Hijau dalam
perencanaan :
1. Siapa yang akan menjalankan perencanaan strategis (yang
mengimplementasikan). Dalam kegiatan Gangku Hijau yang
mengimplementasikan kegiatan Gangku Hijau ini adalah ketua PKK dari RW
tersebut. Dalam hal ini ketua PKK RW ini sangat berperan penting dalam
kegiatan Gangku Hijau.
2. Apa yang harus dilakukan untuk mencapai arah yang ditentukan. Untuk
mengimplementasikan strategi, lembaga memerlukan rumusan program,
anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur untuk
memastikan program berjalan seperti yang diharapkan. Rumusan apa yang
harus dilakukan yaitu :
a. Program
Program yang dilaksanakan pada saat ini adalah program Gangku
Hijau. Program yang mengedepankan perilaku hijau, bersih, sehat dan
bermanfaat di lingkungan RW Hijau. Dengan cara menghijaukan masing-
masing gang untuk melakukan penghijauan dengan menggunakan pot untuk
tanaman. Mengapa menggunakan pot, karena daerah RW ini tidak
mempunyai lahan atau tanah yang kosong untuk menanam tanaman.
Minimal 10 sampai 20 pot dalam setiap rumah.
Cara penghijauan yang dilakukan adalah dengan menanam tanaman
menggunakan pot minimal 10 sampai 20 pot di setiap rumah. RW ini
membiasakan melakukan perawatan tanaman secara rutin dengan diadakan
kerja bakti seminggu sekali atau sebulan sekali.
b. Anggaran
Kegiatan Gangku Hijau tidak memiliki anggaran khusus. Akan tetapi,
agar kegiatan ini tetap berjalan anggaran atau keuangan dilakukan dengan
cara swadaya. Setiap rumah mempunyai tabungan bulanan yang setiap
bulannya dikumpulkan dan digabung dari masing-masing rumah. Hasil dari
tabungan bulanan tersebut digunakan untuk kegiatan yang ada, bukan hanya
untuk kegiatan Gangku Hijau saja seperti kegiatan perlombaan anak-anak.
Jika anggaran, RW ini tidak mempunyai anggaran khusus. Akan tetapi
menggunakan sumbangan pribadi saja, dengan menggunakan tabungan
bulanan berbentuk kaleng. Jadi setiap bulannya dikumpulkan dari masing-
masing rumah dan digabungkan. Uangnya tidak untuk kegiatan Gangku
Hijau saja, tetapi bisa buat kegiatan yang lainnya, seperti perlombaan anak-
anak. Jadi melakukan dengan swadaya saja.
c. Prosedur
Prosedur ini adalah urutan-urutan aktivitas yang harus diselesaikan
untuk menyelesaikan sebuah bagian pekerjaan dalam program. Kegiatan
Gangku Hijau untuk prosedurnya menanam dengan menggunakan pot
minimal 10 sampai 20 pot, membiasakan perawatan tanaman secara rutin,
dan menjaga penghijauan menjadi budaya bagi warga. Tanaman yang
ditanam seperti warung hidup, apotik hidup dan tabulapot. Warung hidup
adalah perkarangan yang ditanami sayur-mayur untuk keperluan sehari-hari,
sedangkan apotik hidup adalah tanaman obat-obatan, dan tabulapot yaitu
tanaman dalam pot.
Penghijauan yang dilakukan harus mempunyai tanaman TOGA,
warung hidup, apotik hidup, dan tabulapot. Warung hidup itu tanaman sayur-
mayur, kalau apotik hidup tanaman obat, dan tabulapot itu tanaman dalam
pot.
3. Bagaimana cara mengkoordinasikan antar pekerjaan agar semua pekerjaan
dalam implementasi dapat berjalan mulus, lembaga perlu mengorganisasi
semuanya dengan tepat. Jika dikatakan kegiatan Gangku Hijau berjalan mulus
atau tidak. Kegiatan Gangku Hijau ini bisa disebut tidak berjalan dengan mulus.
Karena, masih ada beberapa warga yang masih acuh dengan kegiatan Gangku
Hijau atau tidak peduli dengan penghijauan dan ada juga yang peduli tetapi
masih malas-malasan. Warga yang peduli dengan lingkungannya memberi
contoh dengan turun langsung untuk melakukan kerja bakti. Dengan itu, warga
jadi ikut turun langsung melakukan kerja bakti, tetapi walaupun sudah memberi
contoh beberapa warga masih ada yang tidak peduli. Karena kegiatan ini sosial,
tidak memaksa untuk turun langsung melakukan kegiatan Gangku Hijau ini.
Proses masing-masing warga mempunyai kesadaran sendiri minimal ketua PKK
RW meningkatkan kesadaran masyarakat. Tujuannya untuk menyadarkan
masyarakat betapa pentingnya penghijauan untuk diri sendiri dan lingkungan.
Penghijauan adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan secara
konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Begitu pentingnya sehingga
penghijauan sudah merupakan program nasional yang dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Keadaan lingkungan dapat memperngaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusi dipengaruhi oleh lingkungan,
dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh
faktor-faktor lingkungan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka bahwasanya peneliti
menemukan strategi pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Gangku Hijau ini
yaitu strategi aras mikro dan strategi aras mezzo. Aras mikro ialah pemberdayaan
dilakukan klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management,
crisis intervention. Kegiatan Gangku Hijau menggunakan aras mikro karena jika
ada warga yang tertarik dengan kegiatan tersebut dan ingin mengetahui
bagaimana bertanam tanaman. Salah satu warga yang sudah terbiasa melakukan
penghijauan akan membantu untuk membimbing bagaimana cara menanam yang
baik. Dengan memberikan beberapa bibit tanaman kepada salah satu warga yang
ingin belajar dengan secara ikhlas.
Aras mezzo adalah pemberdayaan dilakukan sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan
dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya secara
mandiri. Kegiatan Gangku Hijau memakai aras mezzo, yaitu menggunakan
kelompok sebagai media intervensi yaitu kelompok setiap gang. Aras mezzo ini
untuk meningkatkan kesadaran kepada warga agar mau melakukan
penghijauannya di rumahnya sendiri. Pendidikan yang dilakukan dalam strategi ini
beberapa warga ada yang membeli buku tentang tanaman. Setelah membaca buku
itu warga saling menularkan ilmu yang didapat. Pelatihan yang dilakukan strategi
ini terkadang ada instansi dari luar yang melakukan pelatihan, seperti mahasiswa
melakukan pelatihan cara menanam, tanaman yang terkena serangan hama
diberitahu memakai pestisida organik, dan jika tanaman terdapat kutu-kutu
tanaman diberitahu untuk menyemprotnya dengan air cabe. Sedangkan untuk aras
makro dalam kegiatan ini belum terarah strategi yang lebih luas. Karena kegiatan
ini masih dalam lingkungan RW saja.
Menurut Parsons pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Menurut
peneliti strategi yang digunakan di kegiatan Gangku Hijau dalam pemberdayaan
masyarakat di RW Hijau adalah dengan menggunakan pendekatan non-direktif
yaitu bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa
yang baik untuk mereka. Peran ibu-ibu PKK adalah membantu mempercepat
perubahan terjadi.
Dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan, kegiatan Gangku Hijau
menggunakan teknik non-direktif, oleh karena itu tujuan pendekatan ini dalam
upaya pengembangan masyarakat ialah agar masyarakat memperoleh
pengalaman belajar untuk mengembangkan dirinya (masyarakat tersebut) melalui
pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh mereka. Pendekatan non-direktif ini
sering juga dianggap sebagai pendekatan yang bersifat partisipatif.
Dalam penerapan di lapangan, pemilihan antara pendekatan direktif dan non-
direktif perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan masyarakatnya.
Perkembangan pada masyarakat RW ini dalam melakukan kegiatan
pemberdayaan sudah mampu memilih apa yang mereka butuhkan. Lingkungan
RW Hijau yang sudah terbentuk menjadi kampung percontohan di daerah tersebut.
Untuk warga masyarakat di RW hampir semua masyarakat berpartisipasi dalam
kegiatan Gangku Hijau, membuat gang dan rumah mereka sejuk dan nyaman
dengan penghijauan. Di setiap gang dilalukan pengecatan jalan dengan cat hijau,
tanaman pot berjajar dari depan gang sampai belakang gang. Gang tersebut
terlihat lebih rapi, bersih, dan hijau sekali, sedangkan saluran air (Got) di depan
rumah di buat dari keramik sehingga mudah sekali untuk dibersihkan. Dengan
adanya ini justru bisa dijadikan motivasi untuk tetap menjaga dan merawat
penghijauan di rumah masing-masing atau di gang. Karena sadar penghijauan
sangat dibutuhkan sekali untuk diri sendiri dan membuat lingkungan menjadi lebih
sejuk dengan adanya penghijauan dibandingkan sebelumnya yang tidak ada
penghijauan sama sekali menjadikan lingkungan terasa panas dan tidak sejuk.
Akan tetapi masih ada kendala dalam melakukan kegiatan Gangku Hijau ini yaitu
masih susah memotivasi warga terutama warga yang masih kurang kesadarannya
terhadap lingkungan. Kendala yang dihadapi jelas biaya, karena semakin banyak
program. Akan tetapi kendala yang utama adalah sulitnya memotivasi warga
terutama warga yang kesadarannya kurang terhadap lingkungan. Caranya supaya
mudah pengurus memberi contoh keteladanan. Karena keteladanan itu penting.
Jadi sebagai pengurus jangan asal memberi perintah untuk kerja bakti, misalnya
besok akan dilaksanakan kerja bakti lalu warganya tidur, lebih baik turun saja
langsung. Jadi pengurus dan beberapa warga yang melakukan kerja bakti akan
ditanya sedang melakukan apa? Setelah itu warganya jadi ikut turun langsung. Jadi
keteladananlah contoh dari itu semua.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan
menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat
kesejahteraan, dan kemapuan kultural dan politis. Tujuan pemberdayaan
menunjukkan keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial,
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencahariaan, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri
dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Hasil penelitian ini memang tidak menghasil perekonomian masyarakat di RW
Hijau meningkat. Akan tetapi dengan adanya kegiatan Gangku Hijau ini
masyarakat sadar betapa pentingnya penghijauan di lingkungan sendiri. Secara
materi tidak ada, akan tetapi yang pertama kenyamanan, kesegaran tinggal di
tempat gang yang hijau, bisa mengenal orang banyak dari mana-mana yang dapat
dijadikan pergaulan. Hasil berikutnya pengalaman yaitu mengikuti lomba, jadi itu
hasil yang tidak terukur dengan uang.
Jadi pemberdayaan dalam kegiatan Gangku Hijau di RW Hijau ini merupakan
strategi aras mikro dan aras mezzo pemberdayaan dengan menggunakan
bimbingan terhadap klien secara individu dan pemberdayaan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi melalui pendidikan sebagai strategi untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Pendidikan dengan
cara saling memberitahu bagaimana menjaga dan merawat penghijauan di rumah
masing-masing dengan baik dan benar. Bukan hanya saat diadakan lomba saja,
akan tetapi dalam kesehariannya.

BAB VII
PENUTUP

24. Kesimpulan
Melalui penghijauan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keseimbangan alam.
Menanam pohon sama juga dengan menghijaukan kembali alam dan pohon sebagai
sumber udara, peneduh dan penyimpan air. Dengan demikian lingkungan akan
menjadi sejuk, segar dan asri.
Melestarikan alam adalah tugas dan tanggungjawab kita bersama, oleh karenanya kita
tidak hanya dengan menaman akan tetapi kita wajib ikut melestarikan dengan cara
merawat demi kelangsungan hidup pohon yang baru ditanam agar kuwalitas
lingkungan kita semakin baik.

25. Saran
a. Perlu adanya peningkatan kegiatan koordinasi pada setiap tahapan pada
Upaya Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor melalui kegiatan penghijauan
sehingga tersusun dengan cermat sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan
yang diharapakan.
b. Perlu adanya pengawasan dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan supaya
kegiatan tersebut mencapai tujuan yang diinginkan dan berkelanjutan.
c. Edukasi lanjutan kepada masyarakat agar timbul kesadaran untuk melanjukan
kegiatan Pencegahan Banjir dan Tanah Longsor melalui kegiatan penghijauan.

Bangkalan, 4 Mei 2020

Penulis

Imam Ghazali
Kapten Kav 21940042020474

Anda mungkin juga menyukai