Alur : Maju Latar - Tempat : Sekolah - Waktu : Pagi Hari - Suasana : Menyedihkan Bahasa : Menggunakan bahasa sehari-hari Tokoh / Penokohan - Fara : Belas hati - Ulfa : Seorang remaja yang miskin - Della : Baik dan selalu membantu - Santi : Baik - Bagas : Seorang remaja yang kaya Naskah Drama Pada suatu hari, Fara mendapati Ulfa sedang terlihat sangat gelisah. Fara bertanya- tanya dalam hatinya, ada apa gerangan si Ulfa tak ingin menyaksikan Ami terus menampilkan raut yang menyedihkan, maka Fara langsung mencari tahu permasalahannya. Dialog Fara : “Ulfa kenapa? Kok wajahmu terlihat sangat gelisah sekali? Kamu ada masalah apa?” Ulfa : “Nggak kok, aku nggak ada apa-apa. Aku cuman nggak cukup tidur aja, makanya mukaku terlihat pucat.” Fara : “Masalahnya muka kamu nggak cuman pucat, tapi kamu seperti orang yang sedang kebingungan.” Ami pun berusaha mengelak. Ulfa : “Ah kamu bisa aja sin! Aku nggak kenapa-kenapa kok. Benar aku cuman nggak cukup tidur aja.” Fara pun terdiam, dan tidak lama kemudian datanglah Della. Della : “Lagi pada ngapain disini? Oww … kamu kenapa Ulfa? Kok kamu kelihatan pucat amat?” Fara : “Nah, benarkan kalau kamu itu terlihat nggak kayak biasanya. Udahlah, kamu ngomong aja, ada apa sebenarnya.” Della : “Iya Ulfa, kita ini kan sahabat. Kalau kamu ada masalah, coba cerita ke kami berdua. Kami pasti akan berusaha untuk membantu.” Ulfa tetap berusaha menutupi masalah yang dihadapinya, karena tidak ingin merepotkan kedua temannya itu. Ulfa : “Udahlah, aku nggak kenapa-kenapa kok. Kan tadi aku udah bilang, aku nggak cukup tidur.” Della dan Fara pun hanya bisa terdiam, dan 5 menit kemudian datanglah Santi dan Bagas. Fara : “Hi guys … kalian pada dari mana?” Bagas : “Emm … kami tadi habis main dari rumah tanteku.” Santi : “Iya, tadi aku sama Bagas main sebentar ke rumah tante si Bagas.” Della : “Oh … emang kalian ngapain di sana?” Bagas : “Nggak papa, cuman silaturrahmi aja. Soalnya udah lama nggak ke sana.” Della : “Oh … gitu. Baguslah!” Sama seperti Della dan Fara, Bagas dan Santi pun langsung menanyakan sesuatu kepada Ulfa yang dilihatnya tidak seperti biasanya. Bagas : “Eh … Ulfa, kamu kenapa?” Ulfa : “Aku kenapa emang?” Santi : “Yah … kamu orang ditanya benar-benar malah jawabannya gitu lagi.” Della : “Nggak tahu si Ulfa nih … aku yakin dia pasti lagi ada masalah. Tapi nggak tahu kenapa dia nggak mau ngomong. Padahal kita nih kan sahabat yang nggak terbuka gini.” Mendengar ucapan Della, Ulfa pun akhirnya tak kuasa untuk menutupi apa yang sedang dia hadapinya. Ulfa : “Sebenarnya aku nggak mau ngomong masalah ini, karena aku nggak mau kalian ikut terlibat dalam masalah aku. Tapi karena kalian memaksa aku untuk ngomong, maka aku nggak punya pilihan.” Fara : “Ya, gak papa. Kamu ngomong aja!” Ulfa : “Aku akan berhenti sekolah.” Bagas : “Hah … berhenti sekolah? Maksud kamu apaan?” Santi : “Iya, maksud kamu berhenti gimana Ulfa?” Ulfa : “Aku gak bisa menambah beban orang tua. Mereka bekerja siang malam demi bisa menyekolahkan aku. Pas aku lihat ibuku sakit semalam. Aku nggak mungkin lagi bergantung pada ibuku.” Keempat sahabat Ulfa pun terdiam sambil memikirkan jalan keluarnya. Bagas kemudian memberikan usulan untuk Ulfa. Bagas : “Ok Ulfa. Bagaimana kalau aku coba tanyakan ke tante aku barang kali dia butuh karyawan part time.” Santi : “Iya. Tante kamu kan punya supermarket.” Della : “Kayaknya itu ide bagus deh. Kalau tante Bagas emang butuh karyawan part time kamu kan bisa simpen uang kamu untuk biaya sekolah. Kamu mau kan Ulfa?” Ulfa menerima penawaran Bagas. Ulfa : “Baiklah kalau begitu, aku pasti mau kalau tante Bagas memang butuh karyawan part time.” Bagas : “Sip! Kamu tenang aja. Aku yakin tanteku butuh karyawan tambahan soalnya pas aku main ke sana kemarin, ada salah satu karyawan yang kaluar.” Teman-teman Ulfa akhirnya dengan semeringah melihat Ulfa kembali bisa tersenyum. Ulfa pun akhirnya diterima bekerja di supermarket tantenya Bagas, dan dia tidak jadi keluar sekolah. DRAMA “ARTI SEORANG SAHABAT”