Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MENELAAH NOVEL

1. Membaca novel → “Kisah Untuk Geri”


2. Menentukan unsur instrinsik
a. Tokoh
- Geri - Jassy - Iren
- Aditya - Kiara - Sherin
- Budi - Bapak Setyo - Bi Ratih
- Rio - Laras - Lucy
- Bu Ida - Rini - Beno
- Dinda - Raini - Cahyo
- Bi Umnah - Pak Soni - Nathan
- Bu Rena - Aldo - Pak Ginting
b. Penokohan
- Geri → Protagonis - Rini → Tokoh Sampingan
- Aditya → Antagonis - Bapak Setyo → Tokoh Sampingan
- Budi → Protagonis - Pak Soni → Tokoh Sampingan
- Rio → Antagonis - Aldo → Tokoh Sampingan
- Bu Ida → Tritagonis - Iren → Tokoh Sampingan
- Dinda → Antagonis - Sherin → Tokoh Sampingan
- Raini → Protagonis - Bi Ratih → Tokoh Sampingan
- Bu Rena → Tokoh Sampingan - Bi Umnah → Tokoh Sampingan : Protagonis
- Jassy → Tokoh Penengah - Beno → Tokoh Sampingan
- Kiara → Tokoh Penengah - Cahyo → Tokoh Sampingan
- Lucy → Protagonis - Nathan → Tokoh Sampingan
- Laras → Protagonis - Pak Ginting → Tokoh Sampingan
c. Latar : (Terutama di Sekolah)
- Waktu : Di sekolah dan di tempat tongkrongan Geri itu
- Tempat : Di sekolah
- Suasana : Sedih dan terharu terhadap sikapnya Geri
d. Alur : Alur Maju → Cerita berjalan sesuai dengan alur

e. Sudut Pandang :
- Cara penulis menyampaikan cerita
- Orang pertama pelaku utama :
“Mata aku berkeliling, merasa bosan dengan suasana yang begitu gitu saja.”
- Orang ketiga pelaku utama :
“Dia mendengus, tak mengerti kenapa cowok yang bersama dengannya itu punya
banyak penggemar.”
f. Amanat : “Sebaiknya kita harus mengubah diri kita agar lebih baik dan bisa berteman
dengan teman-teman / warga sekitar”
g. Gaya Bahasa : Majas Eufemisme
“Waktu kita di atas, orang-orang mendadak berubah jadi malaikat tanpa
sayap. Mereka baik karena ada maunya. Nanti pas udah di bawah, mereka
hilang entah ke mana.”
3. Sinopsis :
“Lo mau drama lagi? Nggak capek?”
Ada desakan pilu memenuhi rongga dada Dinda. Bahkan, sekali pun dia berbicara
jujur, tetap tidak ada yang mau percaya dengannya. Padahal, dia sudah menurunkan harga
diri dan egonya untuk percaya akan sesuatu bernama cinta.
“Emang ya, gue memang selalu jahat dan nggak pernah baik di mata lo. Iya gue
paham, tapi harusnya lo juga paham, di dunia ini semuanya itu abu-abu. Nggak ada yang
benar-benar hitam, juga nggak selalu semuanya benar-benar putih. Kasih gue kesempatan
sekali lagi buat ngebuktiin ke lo, Ger.” Desakan itu akhirnya melesak ke luar, lalu tanpa
dia bisa tahan, air matanya jatuh. Dalam sekejab, menderas begitu saja, mengalir di
pipinya.
Geri mematung melihat tangis Dinda, tangannya mengepal, berusaha menahan
emosi yang membuncah dalam dada. Menahan keinginan untuk menyalahkan diri sendiri
karena telah membuat seseorang menangis sedemikian rupa hanya karena dirinya.
“Lo boleh marah, nggak apa-apa, teriak-teriak depan gue. Tapi, please … jangan
pergi.” Bahkan Dinda seolah tidak mengenal dirinya sendiri, kenapa bisa terlihat selemah
iti di hadapan Geri. Namun, hanya Geri yang dia miliki saat ini. Tidak ada siapa-siapa
lagi. Dia tidak bisa membayangkan dunianya jadi semenyedihkan apa tanpa seseorang di
sisinya, yang bersedia menjadi sandaran seandainya dunia sudah terasa menyedihkan.
Dinda tersedu-sedan hingga punggungnya naik turun karena isakan.
“Lo udah buat gue sakit hati, sekarang lo puas, kan?” Geri berbalik, berusaha
menebalkan telinga untuk menyumbat segala jenis suara memaksanya untuk tetap
bertahan. Tanpa memedulikan suara tangisan dan permohonan Dina supaya tidak pergi,
dia bergegas naik ke motornya, lalu melaju. Meninggalkan Dinda sendirian.
Dinda terjatuh lunglai di depan pagar, di bawah cahaya remang-remang lampu
jalan, bulan yang diselimuti awan mendunng, dan suara nyamuk berputar-putar di atas
rambut. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan kembali menangis terisak, diikuti
hati serta tubuh remuk-remuk, luar dan dalam.
Kini, gelarnya kembali lagi menjadi si Dina, gadis manis yang kesepian.

TUGAS MENELAAH NOVEL


“KISAH UNTUK GERI”

DISUSUN OLEH :
ZAKARIA
OKTAVIAN T.S
Kelas : IX – G

SMP NEGERI 5 BANGKALAN


Tahun Pelajaran 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai