NIS : 18747
i
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan analisis novel yang
bejudul " Sirkus Pohon " dengan lancar. Penyusunan laporan ini dalam rangka memenuhi
tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan laporan ini antara lain kepada :
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat penulis sampaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk penulis sendiri khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................
9
3.1 Simpulan ..................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................
10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Sinopsis
1
Novel Sirkus Pohon ini secara umum menceritakan soal kehidupan masyarakat di
Tanjong Lantai, Belitung dengan kondisi perekonomian menengah ke bawah. Seorang
pemuda bernama Sobri berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, susah baginya
sebagai seseorang yang tamat SMP saja tidak, untuk mendapat pekerjaan yang sesuai
dengan harapannya. Tapi ia tak lantas menyerah, pertemuannya dengan Dinda membuatnya
terus semangat untuk mencari pekerjaan dengan gaji tetap.
Novel Sirkus Pohon ini juga mengangkat kisah percintaan Tegar dan Tara.
Perjumpaan pertama mereka yang terjadi di sebuah taman di usia yang masih kanak-kanak
meninggalkan kesan mendalam. Tegar berupaya menemukan kembali sosok perempuan
beraroma vanili tersebut. Tara pun mencoba untuk terus mengingat wajah si anak laki-laki
dengan melukis wajahnya sampai tercipta lebih dari 90 lukisan.
Mengikuti kisah Tegar dan Tara membuat kita gemas sendiri. Apalagi saat terjadi
sejumlah kesalahpahaman dan kondisi yang sempat menghalangi mereka bertemu kembali.
Salah satunya adalah ketika Tara mengadakan pameran lukisan, tinggal selangkah lagi untuk
bertemu namun gagal terus.
Ada banyak tokoh yang menarik di novel ini. Sahabat Sobri bernama Taripol yang
awalnya memberi pengaruh buruk tapi ternyata malah sangat berjasa pada kehidupan Sobri,
para calon kepala desa yang saling berebut mencari suara dengan pemenang yang tak
pernah disangka-sangka, dan juga soal keteladanan sosok ayah.
Awalnya kisah Sobri dan percintaan Tara dan Tegar seperti kisah yang terpisah. Tapi
lambat laun kemudian, kisah keduanya saling bertautan.
Bisa dibilang Sirkus Pohon ini novel yang "ramai". Banyak tokoh yang dimunculkan,
banyak humor dan sindiran sosial yang diangkat, dan juga bisa membuat pembaca tertawa
sekaligus terharu ketika mengikuti kisah masing-masing tokohnya.
BAB II
2
PEMBAHASAN ANALISIS
3
“Kerap dia mnggedor pintu rumahku tengah malam buta,
wajah pucat, napas tersengal-sengal. Sesekali dia datang
dengan saku celana menggembung.” (halaman 16)
2.1.3 Alur : Campuran, dilihat dari cerita, novel ini menceritakan hal yang telah
terjadi di masa lalu dan menceritakan hal yang sedang terjadi, serta kejadian
selanjutnya.
4
2.1.4 Latar / Setting :
a) Waktu :
• Pagi : Pagi esoknya aku menumpang bus reyot Respek ke ibu kota kabupaten.
(halam 46)
• Sore : Setiap bulan, pada Jumat sore, Tara mengunjungi taman bermain di
pengadilan agama itu. (halaman 93)
• Malam : Saban malam perasaanku tak karuan dibuat sipu malunya itu.
(halaman 41)
b) Tempat :
c) Suasana :
2.1.5 Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
2.1.6 Gaya Bahasa / Majas : Gaya bahasa yang digunakan sangat menarik dan
mempunyai makna yang dalam yang dibungkus dengan kata – kata
sederhana.
2.1.7 Amanat :
• Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya, kaki seperti kaki adanya,
untuk memudahkan manusia bekerja. (halaman 37)
• Kalau kau undang setan, setan akan dating dengan kawan-kawannya.
(halaman 16)
Setelah dua tahun tak merilis karya baru, Andrea Hirata kembali lewat novel fiksi
bertajuk Sirkus Pohon. Ini merupakan buku ke-10 Andrea. Penulis asal Belitung ini
mengungkapkan bahwa Sirkus Pohonadalah novel terbaik yang pernah dibuatnya. Novel ini
memberi kesan apa yang ingin ia sampaikan selama ini sebagai seorang penulis, memberi ia
kesan sudah lama ia ingin menulis hal seperti ini.
Andrea menjelaskan, novel yang dibuat secara trilogi ini memiliki banyak perbedaan
jika dibandingkan dengan karya terdahulu. Dari segi waktu misalnya, Andrea membutuhkan
waktu yang lama untuk riset dan penulisan Sirkus Pohon. Andrea bahkan melakukan riset
hingga ke Tahiti tentang pohon delima. Untuk riset saja, Andrea mengaku memakan waktu
sampai empat tahun. Sedangkan proses menulisnya membutuhkan dua tahun
"Buku yang ke-10 ini satu-satunya novel yang saya tulis paling lama, ini dua tahun lebih saya
menulisnya. Kalau novel lain itu cepat. Saya nulis tidak perlu lebih dari sebulan, hanya dalam
hitungan minggu; seminggu atau dua minggu," tutur Andrea.
Andrea mengaku novel ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dibanding novel
sebelumnya lantaran gaya berceritanya menggunakan metode yang lebih sulit, bukan lagi
komparasi dan analogi seperti sebelumnya, melainkan sintetik atau membandingkan hal-hal
yang tidak berhubungan. Hal itu lah yang membuat Andrea butuh waktu dua tahun
menghasilkan Sirkus Pohon agar dapat dengan mudah dipahami pembaca.
6
Sirkus Pohon, menurut Andrea, bukan sebuah judul metaforik melainkan harfiah.
Andrea menjelaskan buku ini memang menceritakan pohon delima di sebuah sirkus. Dalam
pohon itu, ternaungi kisah hidup manusia. Dalam buku ini, Andrea menyebut pembaca bakal
menemukan labirin cerita mulai dari cinta, sirkus, politik dan ada hikayat mitologi pohon
delima. Ini merupakan pertama kalinya Andrea berkelakar tentang politik dalam karyanya.
Sirkus Pohon menuntut kelihaian pembaca untuk membuat alur sendiri dari buku ini.
Andrea berharap pembaca mampu memetik pesan yang disampaikan dalam Sirkus
Pohon yang masih menyisakan dua novel lagi tersebut. Dia juga mengibaratkan novel ini
seperti Laskar Pelangi, hanya saja dalam versi lain.
"Novel ini merupakan Laskar Pelangi dalam bentuk lain, bukan dalam karakter utama Ikal,
Mahar, dan Lintang. Namun Laskar Pelangi dengan karakter utama sebatang pohon delima,"
ucap Andrea.
Nilai Agama : Disebutkan bahwa pesan Ayah Sobri mengandung unsur keagamaan.
“Lalu, berceritalah Tara tentang kisah pilu badut Emmeth Kelly yang menangis panik,
pontang-panting berlari membawa ember, berusaha sia-sia
memadamkan api yang berkobar-kobar membakar sirkusnya. Itulah
hari tersedih dalam dunia sirkus. Banyak yang menyebut hari itu
sebagai The day the clown cried.”
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan :
Struktur novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata menghasilkan struktur pembangun
novel yaitu tema dan fakta cerita. Tema novel Sirkus Pohon 14 karya Andrea Hirata
8
berkaitan dengan kehidupan politik yaitu menghalalkan segala cara untuk memperoleh
kekuasaan. Fakta cerita novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata meliputi alur, penokohan,
dan latar. Alur dalam novel yaitu campuran atau maju mundur. Tokoh utama dalam novel
yaitu Sobrinudin. Latar dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu dan suasana. Latar
tempat dalam novel yaitu di Desa Ketumbi, Kabupaten Tanjong Lantai, Bangka Belitung.
Latar waktu dalam novel berlangsung sekitar tahun 1990-an sampai 2000-an. Latar sosial
dalam novel yaitu kehidupan masyarakat yang berpendidikan rendah dan golongan
menengah kebawah.
Novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata menghasilkan enam kritik sosial meliputi
masalah politik, pendidikan, agama, kebudayaan, keluarga, dan moral. Kritik sosial masalah
politik yaitu kritik tentang UU yang dijadikan alat pembungkam kritik masyarakat kepada
pemerintah, pencitraan politikus, penyuapan, dan penyalahgunaan jabatan. Kritik sosial
masalah pendidikan yaitu kritik sosial tentang sistem pendidikan saat ini yang masih
berorientasi pada ijazah. Kritik sosial masalah agama yaitu masih banyaknya praktik dukun di
desadesa akibat tidak meratanya pendidikan, ajaran agama, dan ekonomi. Kritik sosial
masalah kebudayaan yaitu kesenian rakyat yang mulai hilang akibat perkembangan zaman
dan sedikit masyarakat yang melestarikannya. Kritik sosial masalah keluarga yaitu kritik
akibat dari perceraian orang tua terhadap anak (disorganisasi keluarga). Kritik sosial masalah
moral yaitu akibat pelabelan buruk pada seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
9
10