Anda di halaman 1dari 21

MENAFSIRKAN PANDANGAN PENGARANG TERHADAP KEHIDUPAN DALAM

NOVEL “ANAK SEMUA BANGSA”

Oleh:

Nama: Nurafni Sasmita sitohang

Kelas: 12 akl 2

SMK NEGERI 1 NAINGGOLAN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Makalah ini memuat tentang
“RESENSI NOVEL” , Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis tetap berharap pada
segenap pembaca yang telah memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran yang sifat
nya membangun guna kesempurnaan dan memperbaiki kualitas makalah ini.Semoga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepadapembaca.. Amiin ..

Terima kasih.

Penyusun"
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Identitas Buku....................................................................................................1

B. Sinopsis...............................................................................................................1

C. Unsur Intrinsik....................................................................................................3

1. Tema...............................................................................................................3

2. Tokoh.............................................................................................................7

3. Alur................................................................................................................7

4. Latar...............................................................................................................8

5. Sudut Pandang...............................................................................................8

6. Gaya Bahasa .................................................................................................9

7. Amanat..........................................................................................................9

D. Unsur Ekstrinsik....................................................................................................9

1. Latar Belakang Penulis..................................................................................9


2. Latar Belakang Masyarakat...........................................................................9

3. Nilai-Nilai Kehidupan...................................................................................9

4. Hal-Hal yang Menarik..................................................................................10

E. Kelebihan dan Kekurangan Buku.........................................................................10

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan....................................................................................................................11

B.Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resensi berasal dari bahasa Belanda resentie dan bahasa Latin recensio , recensere atau juga
revidere yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya.
Karya yang dinilai dapat berupa buku dan karya senifilm dan drama. Menurut KBBI, resensi
ialah penjelasan dari sebuah buku. Menulis resensi terdiri dari kelebihan, kekurangan dan
informasi yang diperoleh dari buku dan disampaikan kepada masyarakat.

Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak (karakter) dan sifat
setiap pelaku. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya.Jadi,
resensi novel adalah suatu penilaian terhadap sebuah novel atau buku fiksi.

B. Tujuan

1. Memberi informasi kepada pembaca akan kehadiran suatu buku.


2. Memberikan sebuah gambaran pada pembaca.

3. Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia."

BAB II

PEMBAHASAN

A. Identias Buku

Judul Buku : Anak Semua Bangsa

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Terbit : 2006

Kota Terbit : Jakarta Timur, Indonesia

Jumlah Halaman : 552 Halaman


B. Sinopsis

Novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer menggambarkanpenderitaan


rakyat Jawa dibawah pemerintahan Belanda yang licik dan hauskekuasaan. Minke adalah
seorang penullis pribumi yang begitu mendewakanEropa.

Minke kehilangan istrinya, Annelies Mellema, pada bagian awal novel.Sahabatnya, Panji
Darman atau Robert Jan Dapperste-lah yang menemani Anneliessampai ajalnya di Belanda.
Banyak surat dikirimkan oleh Panji Darman untuk Minke dan mertuanya, Nyai Ontosoroh.
Selama waktu ini, Minke dan mertuanya( Mama ) saling mendukung untuk lepas
dukacita,Pandangan Minke akan dunia dan bansa-bangsa yang ada di dalamnya dipengaruhi oleh
teman-temannya yang kebanyakan orang Eropa, karena ia sendiri lulusa HBS ( Hoogere
Burgerschool ). Ia sering berkirim surat dan bertukar pikiran dengan keluarga De la Croix
( Sarah, Miriam, Herbert ). Salah satu sahabatnya,Jean Marais, adalah seorang seniman
berkebangsaan Prancis. Suatu hari ia meminta Minke untuk menulis dalam bahasa Melayu,
dengan tujuan agar bangsanya sendiri dapat membaca karya Minke. Minke terkejut dan merasa
terhina, ia merasa rendahapabila harus menulis Melayu. Karena percakapan ini, hubungannya
dengan JeanMarais menjadi dingin. Hanya karena Maysaroh, anak Jean, Minke akhirnya mau
berbaikan dengan Jean.

Selanjutnya, Minke diminta Maarten Niijman, atasannya di A.N v/d D.


,untukmewawancarai Khouw Ah Soe dalam Bahasa Inggris, ia seorang akivis dari Cinayang
berusaha membangunan bangsanya dari mimpi-mimpi mereka. Ia dapatmelihat Jepang mulai
menyamai kedudukan negara-negara Eropa. Tetapi betapa terkejutnya Minke, saat harian itu
terbit, yang tercetak berbeda

sekali dengan wawancara dan tulisan yang telah ia kerjakan. Artikel tersebut berisi tuduhan pada
Khouw Ah Soe yang mengatakan dirinya seorang pelarian. Kejadian ini menyadarkan Minke
bahwa Eropa yang selama ini ia agung-agungkan tidak selamanya benar. Sepertinya semesta
belum mengijinkan Minke untuk tenang, karena setelah itu Kommer, teman Jean Marais,
mendukung apa yang telah Jean katakan sebelumnya. Selama ini Kommer telah menerjemahkan
tulisan Minke ke dalam bahasa Melayu. Kommer mengatakan bahwa Minke tidak mengenal
bangsanya sendiri, karena selama ini ia melihat keadaan dari kacamata Eropa. Minke tidak
terima dikatai seperti itu, tapi ia tidak dapat membuktikan sebaliknya juga. Karena masih
diselimuti kesedihan, Minke dan Mama lalu memutuskan untuk berlibur ke Tulangan, Sidoarjo,
kampung halaman Mama. Mereka menginap di rumah Sastro Kassiier, saudara Mama. Mata
Minke menjadi terbuka akan kenyataan bangsanya. Dulu Mama dijual untuk menikahi Tuan
Administratur Mellema. Kini Surati, anak Sastro Kassier, terpaksa menikahi Tuan Administratur
Vlekkenbaaij karena jebakan orang Belanda itu. Untungnya Surati sengaja menularkan cacar dari
kampung sebelah pada Vlekkenbaaij. Jadilah Vlekkenbaaij meninggal dan Surati yang dulu jelita
kembali ke rumah dengan borok di wajahnya. Kepercayaan Minke pada Belanda mulai pudar, ia
makin bertekad untuk mengenal bangsanya. Maka menginaplah ia selama beberapa hari di
rumah salah satu petani, Trunodongso, yang tinggal bersama dengan istri dan empat anaknya.
Trunodongso bercerita kepadanya mengenai kecurangan-kecurangan pemerintah Belanda yang
sering memaksa dan tidak menepati janji, sementara para petani tidak bisa berbuat apa-apa untuk
menuntut hak mereka. Minke berjanji pada Trunodongso akan membantunya dengan jalan
menuliskan penderitaannya. Selain itu ia juga menulis tentang Surati. Tetapi saat ingin
menerbitkan tulisannya tentang Trunodongso, Niijman menolak. Minke putus asa, ia
memutuskan melanjutkan studinya di Betawi untuk menjadi dokter. Di tengah perjalanan di laut,
ia bertemu dengan Ter Haar yang menceramahinya cara kerja dan tujuan penjajahan Belanda di
Hindia. Minke hampir berkunjung ke kantor koran lokal di Semarang untuk menulis lagi.
Sayang, ia malah dijemput polisi untuk kembali ke Wonokromo, rumah Mama. Saat Minke
pulang, Mama harus berhadapan dengan anak resmi Tuan Administratur Mellema, Ir. Maurits
Mellema. Krena perebutan warisanlah Annelies meninggal.

C. Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema yang diangkat dalam novel Anak Semua Bangsa adalah tentang bagaimana seorang lelaki
mulai mengenal orang-orang negaranya sendiri dan mulai prihatin dan sadar akan situasi yang
sebenarnya.

2. Tokoh
a. Minke

1) Pencemburu

“Hatiku panas dan cemburu timbul ... dari Sarah de la Croix, dari Magda

Peters, dari Robert Suurhof untuk ... kurangajar. Dia hujani istriku dengan surat ... dari Miriam
de la Croix, dari ... lagi-lagi dari Robert Suurhof untuk Annelies.” ( ASB,2006:7 ) Kutipan di
atas menggambarkan Minke yang memiliki pikiran cemburu karena Minke baru mengetahui
bahwa temannya Robert Suurhof selama ini telah banyak mengirim sura kepada istrinya
Annelies.

2) Pemarah

“Jangan anggap berat sekiranya ada surat-surat datang dari dia. Anggap saja dari orang gila”.

"Jadi jelas teman-teman sekolah pada mengetahui adanya surat-surat untuk Annelies. Hanya aku
seorang yang tidak tahu. Betapa butanya aku! Aku! ( ASB,2006:13 ) Kutipan di atas
menggambarkan Minke yang kesal karena ia mendengaar ucapan dari teman-temannya yang
mengatakan bahwa ia tidak usah merasa terbebani jika ada surat datang dari Robert Suurhof.
Dari kutipan di tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak pemarah.

3) Curiga

Kutipan dibawah ini menggambarkan pikiran Minke memiliki watak pencuriga, dalam beberapa
peristiwa yang dihadapinya. Pikiran curiga ini membuat Minke berhati-hati dalam dalam
berinteraksi dengan orang lain di sekelilingnya yang dapat membuat Minke merasa gelisah dan
waspada.“Aku jadi curiga, betapa memalukan bila dia tahu ada surat-surat Suurhof untuk istriku.
Betapa hina aku sebagai suami. Dan cincin dalam saku celana itu berubah menggatali pahaku.”
(ASB,2006:12).Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak pencuriga.

4) Mudah Tersinggung

“Apa?” dengusnya dalam Jawa rendah, kasar. ‘Kau juga?’ aku tersinggung. Terasa darah
menjomplak pada mukaku. Tak pernah ada seorang Jawa berani sekasar itu padaku. Apalagi
menyebut dengan hanya kau. Pasti dia jenis kurangajar, tak pernah mendapat didikan Jawa yang
patut”. (ASB,2006: 234). Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak
mudah tersinggung.

5) Mudah Berpuas Diri

“Dua-duanya mempunyai nilai abadi, hasil kerja untuk keabadian. Dan aku lebih bangga lagi
pada naskah yang belakangan: pembelaan terhadap semua mereka yang senasib dengan
Trunodongso.”(ASB,2006:281).Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran
bangga pada kedua tulisan yang dibuatnya. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa Minke
memiliki watak mudah berpuas diri.

6) Teguh Pendirian

“Tiba-tiba saja aku lihat diriku sebagai yang sebodoh-bodohnya, kurang berpikir, kurang tahu
menimbang, kurang pengetahuan. Tapi tetap merasa pada pihak yang benar.” (ASB,2006:288).
Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran merasa benar. Dari pikiran tersebut
dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak teguh pendirian.

7) Mudah Tersentuh

“Seluruh keluarga ini kurus. Apapula guna kau perhatikan cincin berlian sialan ini? Apapula arti
protes karena surat-surat Robert? Dongkol, geram, panas, dan cemburu hati lambat-lambat
mereda didesak oleh iba-kasian”. (ASB, 2006: 14)."

"Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran iba. Dari pikiran tersebut dapat dilihat
bahwa Minke memiliki watak mudah tersentuh.

b. Darsam

1) Curiga

“Anak itu tak menangis waktu ku angkat. Matanya besar, mata Belanda. Maka aku jadi curiga.
“Benar Anak ini anak Sinyo, atau anak….maaf, Nyai, atau anak Tuan Mellema?” tanyaku”
(ASB,2006:322).

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Darsam memiliki pikiran curiga. Dari pikiran tersebut
dapat dilihat bahwa tokoh Darsam memiliki watak pencuriga.
2) Pemarah

“Dengar: majikanku Cuma Nyai dan Noni. Mereka suka dengan Tuanmuda. Awas! Kalau ada
apa-apa terjadi pada mereka bertiga, aku tahu siapa orangnya. Awas! Sinyo juga yang bakal aku
bunuh. Sana pergi! Jangan main-main sama Darsam.”(ASB,2006:450-451).

Kalimat “Awas! Kalau ada apa-apa terjadi pada mereka bertiga, aku tahu siapa orangnya. Awas!
Sinyo juga yang bakal aku bunuh”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Darsam marah serta
mengancam Robert Mellema yang menyuruh ia untuk membunuh Minke. Kutipan tersebut
menunjukkan bahwa Tokoh Darsam memiliki watak pemarah.

c. Sastro Kassier

1) Gelisah

“Dan pergilah Sastro Kassier kembali pada pekerjaanya. Sejak itu ia gelisah. Sekilas terpikir
olehnya untuk mengungsikan anaknya ke Wonokromo”.(ASB,2006:194).

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Sastro Kassier memiliki pikiran gelisah. Dari pikiran
tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Sastro Kassier memiliki watak pemikir.

d. Surati

1) Mudah Putus Asa

“Ia telah kehilangan kemauan dalam hari-hari tegang ini. Haruskah ia menyerah saja pada apa
bakal terjadi? (ASB,2006:212).”

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran putus asa. Dari pikiran tersebut
dapat dilihat bahwa tokoh Surati memiliki watak mudah putus asa.

2) Tidak Gentar
“ … Juga ia tidak gentar. Ia sudah sampai pada suatu tingkat di mana kesesakan jiwa telah
mengatasi ketakutan. datang.”(ASB,2006:217).

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran tidak gentar pada sesuatu yang
dapat membinasakan dirinya.

e. Robert Mellema

1) Penakut

“Aku lari ketakutan, balik ke rumah Ah Tjong. Babah menganggukangguk tapi tak bicara apa-
apa. Dan aku sendiri mulai belajar melupakan peristiwa yang baru lalu. Kini aku takut bertemu
Darsam.” (ASB,2006:451).

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Robert Mellema memiliki pikiran takut. Dari pikiran
tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Robert Mellema memiliki watak penakut.

2) Penyesal

“Ah Tjong punya rencana terhadap keluarga kita, Ma. Sekarang aku sangat menyesal bukan saja
tidak melawan, malah membiarkannya. Lebih dari itu: aku menyetujui. Memang sudah patut bila
Mama tak sudi mengampuni aku.” (ASB,2006:451).

Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Robert Mellema memiliki watak penyesal.

f. Nyai Ontorosoh

1) Kritis

“Mengapa dia harus memilih dua soal yang Tuan ajukan?” mama memprotes. “ Dia punya hak
untuk berkembang.” (ASB,2006:266)

Kalimat “Mengapa dia harus memilih dua soal yang Tuan ajukan?” mama memprotes”, di atas
menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh protes ketika mendengar Kommer memberikan
pertanyaan kepada Minke apakah ia ingin menjadi pengarang atau pemidato. Dengan demikian,
protes tersebut menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh memiliki watak kritis.

2) Teguh Pendirian
“Mama berkukuh menolak memberikan keterangan yang bisa jadi petunjuk kearah
kebijaksanaannya sebagai pemimpin perusahaan.”(ASB,2006:460)

Kalimat “Mama berkukuh menolak memberikan keterangan yang bisa jadi petunjuk ke arah
kebijaksanaannya sebagai pemimpin perusahaan”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Nyai
Ontosoroh berkukuh tidak mau memberikan keterangan yang diajukan oleh jaksa ketika
dipersidangan. Dengan demikian, kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh
memiliki watak teguh pendirian.

g. Jean Marrais

1) Bijaksana

“Nanti dulu, Minke. Kau belum lihat duduk-perkara. Mungkin kau benar, tapi belum mampu
membuktikan kebenaranmu.”(ASB,2006 :292).

Kalimat “Nanti dulu, Minke. Kau belum lihat duduk-perkara”, di atas menunjukkan bahwa tokoh
Jean memberikan saran kepada Minke untuk berpikir lebih tenang. Kutipan tersebut
menunjukkan bahwa Tokoh Jean memiliki watak bijaksana.

h. Maysaroh

1) Manja

“Dan cericau gadis cilik itu tak didengarkannya.Gadis itu kemudian pindah menggelendot
padaku.”(ASB,2006:508).

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Maysaroh memiliki watak manja."

"2) Periang

“Kan kau suka punya adik, May. Ini adikmu juga.” Maysaroh melompat-lompat kegirangan.
Kemudian memegangi kaki kecil si bayi yang bersih itu dan menciuminya.” (ASB,2006:508-
509)

Kalimat “Maysaroh melompat-lompat kegirangan”, di atas menunjukkan bahwa Tokoh


Maysaroh memiliki perilaku periang.
i. Djumilah

1) Teguh Pendirian

“Tidak ada cara. Daripada anakku sampai terjual…. Memalukan. Bukan jamannya lagi
sekarang”. (ASB, 2006:198)

Kalimat “Tidak ada cara. Daripada anakku sampai terjual….Memalukan. Bukan jamannya lagi
sekarang” di atas menunjukkan bahwa tokoh Djumilah memiliki watak teguh pendirian.

j. Kommer

1) Menghargai

“Kehidupan memang belum ceria,” kataku membela diri.Dan sekarang orang koran itu
mendengarkan aku dengan perhatian penuh.” (ASB, 2006:264).

Kalimat “Dan sekarang orang koran itu mendengarkan aku dengan perhatian penuh”, di atas
menunjukkan bahwa tokoh Kommer memiliki perilaku menghargai.

k. Khow Ah Soe

1) Rendah Hati

“Ia terus-menerus mengucapkan terima kasih dengan bersoja, tidak membungkuk seperti di
hadapan Nijman.” (ASB, 2006: 115).

Kalimat “Ia terus-menerus mengucapkan terima kasih dengan bersoja, tidak membungkuk seperti
di hadapan Nijman,” di atas menunjukkan bahwa Tokoh Khow Ah Soe memiliki perilaku rendah
hati.

3. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer adalah
alur maju.

Dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan menjadi
tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir.
a. Tahap Awal

Pembukaan cerita dengan dikenalkannya tokoh utama Minke dengan awal kehidupannya. Seperti
pada kutipan berikut :

“Sudah tiga hari Mama dan aku tak diijinkan keluar rumah. Juga tak diperbolehkan menerima
tamu. Seorang Sekaut datang berluda. Aku tak keluar dari bilik. Mama yangmenemuinya,
sebentar, kemudian terjadi pertengkaran mulut dalam Melayu. Mama memanggil aku keluar.
Mereka berdua sedang berdiri berhadapan.” (ASB,2006 :3).

b. Tahap Tengah

Kehidupan Minke yang mulai menjelajah." "“Hanya ingin pergi dari Surabaya, Ma, ke Betawi
barangkali. Aku kira aku akan belajar lagi, belajar sungguh-sungguh, biar kelak barangkali bisa
jadi seperti Dokter Marinet.” (ASB, 2006: 107)

c. Tahap Akhir

Meninggalnya istri Minke, Annelies Mellema. “Hanya dirinya seorang yang mengantarkan
Annelies ke peristirahatannya yang terakhir. Semua dilakukan oleh perusahaan penguburan.”
(ASB, 2006: 367)

4. Latar

a. Latar Waktu

1) Pagi

“Pada suatu pagi datang surat panggilan uuntuk Panji Darmandahulu Robert Jan Dapperste”
(ASB, 2006: 34)

2) Siang

“Bangun tidur hari sudah terang. Siang sudah nampak dari kaca patrisporta.” (ASB, 2006: 408)

3) Sore
“Pada sore hari ia sering nampak duduk di kursi depan rumah, mungkin setengah mabok, dengan
senapan-angin di atas meja” (ASB, 2006:190)

4) Malam

“Dalam kegelapan dan kesepian malam antara sebentar Nampak olehnya bersitan-bersitan api,”
(ASB, 2006: 173)

b. Latar Tempat

1) Di Atas Kapal

“Surat ini kutulis di atas kapal menuju ke Betawi, di Laut Jawa yangtenang tanpa angin.” (ASB,
2006: 27)

2) Nederland

“Mevrouw, kita sudah sampai di Nederland.” (ASB, 2006: 44)

3) Sidoarjo

“Orang bilang Nyai berasal dari Sidoarjo. Benar itu, Nyai?” (ASB, 2006: 166)

4) Wonokromo

“Administratur pengganti itu memang beberapa kali pernah dating ke Wonokromo.” (ASB,
2006: 174)

c. Latar Suasana

1) Panas

“Hatiku panas dan cemburu timbul ... dari Sarah de la Croix, dari Magda Peters, dari Robert
Suurhof untuk ... kurangajar. Dia hujani istriku dengan surat ... dari Miriam de la Croix, dari ...
lagi-lagi dari Robert Suurhof untuk Annelies.” ( ASB,2006:7 )

2) Cemas
“Kira-kira limaratus meter dari daerah pelabuhan, di sebuah jalanan yang diapi hutan bakau-
bakau serombongan orang Madura sengaja menolak memberkan jalan. Kereta-kereta mererose
dan Mevrouw Annelies berhenti. Aku berdebar-debar melihat peristiwa itu dari suatu jarak.
Jangan-jangan terjadi perkelahian lagi. “Celaka, Tuan Muda,” kata Marjuki, “Noni Annelies,
Nyai dan Tuanmuda Minke" "ada di dalam kereta sana.” Memang mendebarkan, dan kami
berdua tak dapat berbuat sesuatu.” (ASB, 2006: 29)

5. Sudut Pandang

Meski ditulis dengan sudut pandang orang pertama ‘aku’ buku ini mengisahkan banyak peristiwa
yang tidak dialami oleh tokoh Minke, Seperti ada cerita di dalam cerita. Yang dikisahkan melalui
orang ketiga, atau dikisahkan oleh orang ketiga. Atau sebagai bahan tulisan Minke sendiri,dari
wawancara-wawancaranya.

6. Gaya Bahasa

a. Majas Simile

“Annelies telah berlayar. Kepergiannya laksana cangkokan muda direnggut dari batang induk.”
(ASB,2006 : 1).

Dalam kutipan di atas, kepergian Annelies dinyatakan mempunyai persamaan sifat dengan
kalimat cangkokan muda direnggut dari batang induk. Kepergian Annelies yang masih muda
belia ke Nederland karena dipaksa oleh hukum kolonial, hukum putih yang diskriminatif,
dipersamakan sifatnya dengan cangkokan tumbuhan yang masih baru atau belum banyak
akarnya yang dipangkas begitu saja dari batang pohon induknya. Bentuk penuturan yang
semacam ini menunjukkan bahwa hukum kolonial di Hindia Belanda sangatlah kejam dan
bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan.

b. Majas Metafora

“Kami hanyalah semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah baru.” (ASB ,2006:
69).

Bentuk kami adalah komponen tenor atau hal yang dibandingkan, hanya semut-semut yang
hendak membangunkan astana sejarah baru adalah pembanding. Kami (angkatan muda Tiongkok
yang berkunjung ke Hindia Belanda) dipersamakan sifat, karakter atau keadaannya dengan
semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah baru.

c. Majas Personofikasi

“Belakangan ini matari bergerak begitu lambat, merangkaki angkasa inci demi inci seperti
keong.” (ASB,2006 : 1).

Benda angkasa / planet matari (matahari) digambarkan, diilustrasikan atau dideskripsikan


sebagai atau seperti memilki perilaku manusia atau keong, yaitu bisa merangkaki.

d. Majas Hiperbola

“Ada terdengar rintihan, keluh kesah, juga dentum dan gelegar jantungnya, pancaran, dan
sambaran pikirannya.” (ASB,2006 : 118).

Kutipan adalah tuturan yang memuat majas hiperbola. Dikatakan demikian, karena tuturan di
atas memenuhi kriteria atau ciri hiperbola,

yakni pernyataan yang melebih-lebihkan. Adapun yang dilebihkan adalah soal detak jantung dan
pikiran. Dalam keadaan standar cukup dengan "mengatakan terdengar jantungnya berdetak
keras, dan pancaran dan ketajaman pikirannya. Namun, bagi pengarang, pernyataan itu belum
cukup mewakili keadaan dan pikirannya. Maka, ekspresinya diberi perasaan berlebihan sehingga
menjadi tuturan tersebut pada kutipan di atas.

7. Amanat

Amanat yang terkandung dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer
adalah janganlah menilai seseorang dari bahasa atau warna kulitnya. Apapun bahasanya atau
warna kulitnya,tidak ada orang yang benar-benar agung dan dari negara manapun memang ada
yang kebih baik an jahat jadi janganlah menilai hanya bahasa dan warna kulitnya.

D. Unsur Ekstrinsik

1. Latar Belakang Penulis


Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Timur. Ayahnya seorang kepala sekolah
nasionalis namun pemabuk. Beliau adalah seorang penulis yang sering menulis tentang jerih
payah Indonesia untuk merdeka. Beliau pernah mrnjadi anggota pasukan bersenjata. Ia juga
pernah dipenjara Belanda karena anti-kolonial.

2. Latar Belakang Masyarakat

Saat itu masyarakat masih sangat diantara mengagungkan bangsa kulit putih atau membenci
mereka. Saat itu (abad ke 20-an) juga masih ada sisa-sisa dari pengaruh Indonesia tua yaitu
dimana masih banyak orang yang menganggap remeh masalah politik,sosial, dan masih suka
melihat perempuan sebagai kelas terendah.

3. Nilai-Nilai Kehidupan

a. Sosial

“Tidak, Jean. Buat Tuan Kommer sendiri. Siapa tahu, Tuan Kommer pada suatu kali mempunyai
waktu senggang untuk menggubahnya, sebagai kenang-kenangan pada persahabatan kita, dan
pada hari ini.” (ASB,2006: 303)

b. Adat

“Ia nampak gugup mengetahui kepalanya telanjang,tidak sopan menurut adat Jawa. Aku
ambilkan destarnya yang jatuh, kuserahkan padanya. Ia membungkuk-bungkuk turun dari
andong, berterimakasih: merasa terlalu besar mendapatkan perhatian dan kehormatan seperti
itu.” (ASB,2006: 357)

“Dan Surati duduk, menunduk sebagaimana mestinya adat gadis muda dihadapan orangtua,
apalagi di depan seorang pria yang tak pernah dikenalnya.” (ASB, 2006: 183)

“Dan birokrat dan ningrat Jawa, bangsaku, suka memilih nama-nama indah sebagai hiasan.’
(ASB,2006: 26)

c. Pendidikan

“Maka kau harus belajar berendahhati, Minke! Kau, lulusan H.B.S.! sekolahmu itu belum lagi
apa-apa ...” (ASB,2006: 163)
d. Agama"

"“Mama, Minke, maafkan aku, karena aku tak tahu apa agama Mevrouw yang sesungguhnya,
sekalipun aku tahu ia kawin secara Islam.’ (ASB,2006: 41)

e. Moral

“Sejak keil ia diajar takut dan patuh pada orangtua.” (ASB,2006: 211)

4. Hal-hal yang Menarik

Buku ini memiliki penulisan bahasa yang dalam.

E. Kelebihan dan Kekurangan Buku

a. Kelebihan

Pemaparan cerita runtut dari awal sampai akhir dan dapat memperkenalkan lebih dalam pada
sejarah Indonesia pada masa konolialidme Belanda.

b. Kekurangan

Tokoh yang diangkat oleh Pramoedya dalam romannya terlalu banyak, sehingga terkadang jadi
tidak fokus dalam pembuatan alur masing-masing.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Buku ini adalah buku kedua dari Tetralogi Buru yan dikeluarkan oleh

Ananta Toer. Walaupun lanjutan dari bumi manusia, tapi topik yang diangkat dalam buku ini
beda. Buku ini menceritakan tentang perjalanan Minke serta tokoh-tokoh yang lain yang
berupaya untuk mengenal bangsa sendiri, untuk menemukan cara agar bisa terbebas dari
penjajah.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami pesan-pesan yang
terdapat dalam novel Anak Semua Bangsa karya Ananta Pramoedya Toer. Selain itu, diharapkan
bahwa pembaca tidak hanya sekedar membaca sebagai hiburan semata namun juga mendapatkan
pelajaran berharga yang dapat dipetik dari novel ini."

DAFTAR PUSTAKA

Toer, Pramoedya. 2006. Anak Semua Bangsa. Jakarta Timur: Lendeta Dipantara"

Anda mungkin juga menyukai