Anda di halaman 1dari 32

KARYA TULIS ILMIAH

CERITA PENDEK
“ABANG TENTARA”
Karya : Farizal Sikumbang

Oleh :
Annisa Rahmawati [XI KBC / (5)]

SMA NEGERI 1 SITUBONDO


2022
1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menolong saya menyelesaikan karya tulis ilmiah
cerita pendek yang berjudul “Abang Tentara” dengan baik dan penuh kemudahan. Tidak
lupa shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW.

Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu
Pradita Tiara Sumarsono selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah
membimbing dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Selain itu, saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini mampu menambah
wawasan dan pengetahuan lebih tentang genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai
kehidupan pada cerita pendek bagi para pembaca dan juga bagi saya selaku penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, diharapkan saran dan kritik yang dapat membangun agar penulis menjadi lebih baik
lagi di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Situbondo, 16 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN :
1.1 Latar belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................6
1.3 Tujuan.....................................................................................................................7
1.4 Manfaat...................................................................................................................7
1.5 Definisi Operasional...............................................................................................8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA :
2.1 Cerita Pendek..........................................................................................................9
2.2 Struktur Cerita Pendek............................................................................................9
2.3 Unsur Intrinsik Cerita Pendek...............................................................................10
2.4 Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek..................................................................11
2.5 Genre Cerita Pendek.............................................................................................11
2.6 Cerita Pendek “Abang Tentara”............................................................................12
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................................14
BAB 4 PEMBAHASAN :
4.1 Genre Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang.......................15
4.2 Struktur Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang...................15
4.3 Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang........19
4.4 Nilai Kehidupan Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang......23
BAB 5 PENUTUP :
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................26
5.2 Saran.....................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
LAMPIRAN....................................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Buku Paket Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI


Kurikulum 2013 (edisi revisi 2017) cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang
memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Sedangkan menurut KBBI cerpen
merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari 10
ribu kata. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada
umumnya cerita pendek merupakan cerita yang dapat habis dibaca sekitar sepuluh menit
atau setengah jam. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang
dapat dibaca dalam sekali duduk”.

Cerita pendek memiliki beberapa kategori genre, diantaranya yaitu, romansa,


fantasi, sejarah, komedi, dan horor. Cerita pendek yang berjudul “Abang Tentara”
memiliki genre sejarah. Karena cerita pendek tersebut menceritakan tentang kejadian di
masa perang dan pemberontakan yang terjadi.

Struktur cerita pendek merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerita pendek
itu sendiri. Menurut Suherli dkk. (2017:125) struktur pada cerita pendek terdiri dari
pengenalan situasi cerita (exposition, orientation), pengungkapan peristiwa
(complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik (turning
point), penyelesaian (ending atau coda).

Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation) berfungsi untuk


memperkenalkan para tokoh, menata adegan serta hubungan antar tokoh. Pengungkapan
peristiwa (complication) menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah
bagi para tokoh. Pada struktur menuju pada adanya konflik (rising action) terjadi
peningkatan atau pertambahan kesukaran tokoh. Puncak konflik (turning point) atau
klimaks berisikan masalah terbesar dan perubahan nasib bagi tokoh. Terakhir,

4
penyelesaian (ending atau coda) berisi penyelesaian dan nasib tokoh serta pesan dari
penulis.
Cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur. Unsur yang berada langsung di
dalam isi teks disebut dengan unsur intrinsik, yaitu berupa tema, amanat, penokohan, alur,
latar, dan gaya bahasa. Unsur intrinsik yang pertama yaitu tema, yang merupakan gagasan
yang menjalin struktur isi cerita. Yang kedua merupakan amanat, yaitu pesan yang ingin
disampaikan sang pengarang yang biasa bersifat tersirat. Kemudian terdapat penokohan
yang merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Selanjutnya, yaitu alur
yang merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat
ataupun bersifat kronologis. Juga terdapat latar yang meliputi tempat, waktu, serta budaya
yang digunakan dalam cerita. Dan terakhir, yaitu gaya bahasa yang berfungsi
menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang dapat
memperlihatkan interaksi antar tokoh.

Cerita pendek juga memiliki nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang


dimaksud diantaranya adalah nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai moral, serta nilai
edukasi. Nilai agama dapat berupa hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang berkaitan
dengan ajaran agama. Nilai sosial berupa nilai yang bisa dipetik dari interaksi tokoh
dengan tokoh lain, lingkungan, dan masyarakat sekitar. Nilai budaya dapat berkenaan
dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat yang berlaku. Nilai moral berkaitan
dengan akhlak yaitu nilai yang berkaitan dengan pendidikan. Serta nilai edukasi yaitu
nilai yang berkaitan dengan pendidikan.

Dalam proposal ini, penulis memilih cerita pendek berjudul “Abang Tentara”
karya Farizal Sikumbang yang diterbitkan di Jawa Pos pada 8 November 2020 jam
11:12:04 WIB yang menceritakan tentang seorang anak yang bertemu dengan seorang
tentara bernama Sulaiman Simbolon, yang tidak sengaja memecahkan kelereng milik
anak tersebut yang ia beli dengan menabung. Kemudian sang tentara berjanji akan
menggantikannya di lain waktu. Melihat hal tersebut, ayah sang anak marah karena dia
merasa bahwa sangat berbahaya untuk bermain dekat tentara dan dapat dicurigai oleh
pemimpin pemberontak lokal. Pada keesokan harinya, sekelompok tentara meminta izin
untuk membuat pos jaga di depan rumah keluarga sang anak. Dan ternyata, salah satu
tentara tersebut adalah tentara yang si anak temui kemarin. Tentara itu memberikan
kelereng pengganti pada sang anak dan membuatkannya sebuah truk mainan dari kayu.

5
Karena hal tersebut, sang anak pun tidak takut lagi pada tentara yang satu itu.

Di lain hari menjelang subuh, terdapat baku tembak yang terjadi antara tentara dan
pemberontak di depan rumah keluarga sang anak. Tak lama setelah tembakan berhenti,
terdapat sebuah truk yang berhenti di depan rumah keluarga sang anak. Kemudian
beberapa tentara masuk dan membawa ayah pergi. Setelah ayah pulang, wajahnya memar
dan bengkak. Ayah sang anak tersebut mengatakan bahwa semua tentara di depan rumah
mereka tertembak mati oleh pemberontak. Lantas, apakah abang tentara sang anak
tersebut termasuk dari bagian kelompok tentara yang mati terbunuh?

1.2 Rumusan Masalah

Analisis terhadap cerita pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal


Sikumbang dimaksudkan untuk memperoleh informasi berupa genre, struktur, unsur
intrinsik, serta nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada cerita pendek tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimanakah genre yang digunakan pada cerita pendek berjudul “Abang Tentara”
karya Farizal Sikumbang?
b. Bagaimanakah struktur cerita pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal
Sikumbang?
c. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat pada cerita pendek berjudul “Abang

Tentara” karya Farizal Sikumbang?

d. Bagaimanakah nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada cerita pendek berjudul

“Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang?

6
1.3 Tujuan

Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai


berikut.
a. Untuk mengetahui genre yang digunakan pada cerita pendek berjudul “Abang

Tentara” karya Farizal Sikumbang.

b. Untuk mengetahui struktur cerita pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal
Sikumbang .
c. Untuk mengetahui unsur intrinsik yang terdapat pada cerita pendek berjudul “Abang
Tentara” karya Farizal Sikumbang.
d. Untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada cerita pendek berjudul

“Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa
SMAN 1 Situbondo dalam menambah pengetahuan yang berhubungan dengan analisis
genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai kehidupan cerita pendek dalam materi kelas XI
semester 1. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi
siswa dalam menciptakan cerita pendek dengan genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai
kehidupan yang sesuai. Hasil penelitian tentang genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai
kehidupan cerita pendek ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi
guru dalam memberikan pembelajaran terkait genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai
kehidupan cerita pendek dalam materi kelas XI semester 1. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menambah wawasan tambahan kepada peneliti.

7
1.5 Definisi Operasional

a. Struktur adalah rangkaian cerita yang membentuk cerita pendek itu sendiri.

b. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang berada langsung di dalam isi teksnya.

c. Cerita pendek adalah cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak
lebih dari 10 ribu kata.
d. Genre adalah istilah serapan untuk ragam yang terbagi dalam bentuk seni atau tutur
tertentu menurut kriteria yang sesuai untuk bentuk tersebut.
e. Nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang.
f. Cerita pendek “Abang Tentara” adalah cerita pendek karangan Farizal Sikumbang
yang diterbitkan di Jawa Pos pada 8 November 2020 jam 11:12:04 WIB.

8
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cerita Pendek

Menurut Buku Paket Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI

Kurikulum 2013 (edisi revisi 2017) cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang
memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.

Menurut KBBI, cerita pendek merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah
cerita yang berisi tidak lebih dari 10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerita pendek
bisa memberikan kesan dominan dan berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh.

Menurut J.S Badudu, cerita pendek adalah cerita pendek yang yang berfokus dan
berkonsentrasi pada satu peristiwa kejadian. Pada peristiwa kejadian tersebut hanya
mengisahkan satu tokoh cerita saja.

2.2 Struktur Cerita Pendek

Menurut serupa.id struktur cerita pendek adalah berbagai tahapan yang mengisi
suatu cerita atau narasi dalam cerita pendek. Pada intinya, struktur cerita pendek
merupakan format yang membentuk kisah yang ingin diceritakan dalam cerita pendek.

Menurut Sumber Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud), struktur cerita pendek terdiri dari 3 bagian. Ketiganya adalah orientasi,
komplikasi, dan resolusi.

9
Menurut Suherli dkk. (2017:125) struktur pada cerita pendek terdiri dari
pengenalan situasi cerita (exposition, orientation), pengungkapan peristiwa
(complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik (turning
point), penyelesaian (ending atau coda). Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation)
berfungsi untuk memperkenalkan para tokoh, menata adegan serta hubungan antar tokoh.
Pengungkapan peristiwa (complication) menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan
berbagai masalah bagi para tokoh. Pada struktur menuju pada adanya konflik (rising
action) terjadi peningkatan atau pertambahan kesukaran tokoh. Puncak konflik (turning
point) atau klimaks berisikan masalah terbesar dan perubahan nasib bagi tokoh. Terakhir,
penyelesaian (ending atau coda) berisi penyelesaian dan nasib tokoh serta pesan dari
penulis.

2.3 Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Menurut Nurgiyantoro, unsur intrinsik dalam novel atau cerita pendek merupakan
unsur yang membangun karya sastra dan selanjutnya memiliki kepaduan dan akhirnya
membangun inti cerita.

Menurut Pradopo, unsur intrinsik adalah unsur dalam sebuah karya sastra yang
memiliki ciri yang konkret. Ciri-ciri tersebut meliputi jenis sastra atau genre, pikiran,
perasaan, gaya bahasa, gaya penceritaan, dan struktur karya sastra.

Menurut Ratna, unsur intrinsik adalah unsur yang meliputi tema, tokoh, gaya
bahasa, alur, dan sebagainya.

Menurut Buku Paket Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI

Kurikulum 2013 (edisi revisi 2017) unsur intrinsik cerita pendek merupakan unsur yang
berada langsung di dalam isi teksnya, yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, latar,
dan gaya bahasa. Tema merupakan gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Amanat
yaitu pesan yang ingin disampaikan sang pengarang yang biasa bersifat tersirat.

10
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Alur merupakan
pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun bersifat
kronologis. Latar meliputi tempat, waktu, serta budaya yang digunakan dalam cerita.
Serta gaya bahasa yang berfungsi menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dan
merumuskan dialog yang dapat memperlihatkan interaksi antar tokoh.

2.4 Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Menurut indrianatya.blogspot.com nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek


adalah sesuatu yang bermanfaat yang terdapat pada cerita pendek yang dapat
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ruangguru, nilai kehidupan yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan
perbuatan buruk yang harus kita jauhi. Macam-macam nilai kehidupan dalam cerita
pendek yaitu nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai moral. Nilai agama dapat
berupa hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang berkaitan dengan ajaran agama. Nilai
sosial berupa nilai yang bisa dipetik dari interaksi tokoh dengan tokoh lain, lingkungan,
dan masyarakat sekitar. Nilai budaya dapat berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan,
tradisi, dan adat istiadat yang berlaku. Nilai moral berkaitan dengan akhlak yaitu nilai
yang berkaitan dengan pendidikan.

2.5 Genre Cerita Pendek

Menurut KBBI, genre adalah jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar
bentuknya.

11
Menurut Shipley, genre adalah jenis atau kelas yang di dalamnya termasuk karya
sastra.

Menurut Hasry Shaw, genre adalah kategori atau kelas usaha seni yang memiliki
bentuk, teknik atau isi khusus. Di antara genre dalam sastra termasuk novel, cerita
pendek, esai, epik, dsb.

Menurut bukunesia.com cerita pendek memiliki beberapa kategori genre,


diantaranya yaitu, romansa, fantasi, sejarah, komedi, dan horor. Genre romansa lazimnya
mengisahkan dua sejoli yang sedang merasakan cinta. Genre fantasi mengusung tema
seperti mitos yang penuh dengan kegaiban, kekuatan supranatural, serta dunia fantasi
yang membuat hidup para tokohnya yang sesungguhnya tidak ada dalam dunia nyata
manusia. Genre sejarah umumnya mengambil latar atau setting kebudayaan dan peristiwa
zaman dahulu. Genre komedi menyajikan berbagai cerita-cerita ringan yang berbau
humor, lucu, dan menghibur para pembacanya. Genre horor menyajikan kisah yang
mengerikan, menakutkan, dan membuat naik bulu kuduk pembacanya.

2.6 Cerita Pendek “Abang Tentara”

Cerita pendek berjudul “Abang Tentara” merupakan cerita pendek karangan


Farizal Sikumbang yang diterbitkan di Jawa Pos pada 8 November 2020 jam 11:12:04
WIB yang menceritakan tentang seorang anak yang bertemu dengan seorang tentara
bernama Sulaiman Simbolon, yang tidak sengaja memecahkan kelereng milik anak
tersebut yang ia beli dengan menabung. Kemudian sang tentara berjanji akan
menggantikannya di lain waktu. Melihat hal tersebut, ayah sang anak marah karena dia
merasa bahwa sangat berbahaya untuk bermain dekat tentara dan dapat dicurigai oleh
pemimpin pemberontak lokal.

Pada keesokan harinya, sekelompok tentara meminta izin untuk membuat pos
jaga di depan rumah keluarga sang anak. Dan ternyata, salah satu tentara tersebut adalah

12
tentara yang si anak temui kemarin. Tentara itu memberikan kelereng pengganti pada
sang anak dan membuatkannya sebuah truk mainan dari kayu. Karena hal tersebut, sang
anak pun tidak takut lagi pada tentara yang satu itu. Dan karena hal tersebut pula, sang
anak mulai dekat dengan tentara tersebut. Bahkan, anak tersebut memanggilnya “Abang
Tentara”.

Di lain hari menjelang subuh, terdapat baku tembak yang terjadi antara tentara dan
pemberontak di depan rumah keluarga sang anak. Tak lama setelah tembakan berhenti,
terdapat sebuah truk yang berhenti di depan rumah keluarga sang anak. Kemudian
beberapa tentara masuk dan membawa ayah sang anak pergi. Setelah ayah pulang,
wajahnya memar dan bengkak. Ayah sang anak tersebut mengatakan bahwa semua
tentara di depan rumah mereka tertembak mati oleh pemberontak. Lantas, apakah abang
tentara sang anak tersebut termasuk dari bagian kelompok tentara yang mati terbunuh?

13
BAB 3
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Tujuannya adalah untuk


mendeskripsikan genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai-nilai kehidupan pada cerita
pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan metode kualitatif, karena disajikan data berupa kalimat cerita atau narasi.
Data tersebut dihimpun pada tanggal 16 Mei 2022 pukul 17.30 WIB yang bersumber dari
situs Jawa Pos.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pembacaan


berulang-ulang. Teknik pembacaan berulang-ulang bertujuan untuk mendata kalimat yang
mengandung struktur, unsur intrinsik, genre, dan nilai-nilai kehidupan pada cerita pendek
berjudul “Abang Tentara”.

Analisis data dilakukan terhadap kalimat cerita pendek yang mengandung struktur
cerita pendek, yaitu pengenalan situasi cerita (exposition, orientation), pengungkapan
peristiwa (complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik
(turning point), penyelesaian (ending atau coda). Selanjutnya menganalisis kalimat cerita
pendek yang mengandung unsur intrinsik cerita pendek, berupa tema, amanat,
penokohan, alur, latar, dan gaya bahasa. Juga menganalisis kalimat cerita pendek yang
mengandung genre sejarah. Kemudian juga menganalisis kalimat cerita pendek yang
mengandung nilai-nilai kehidupan, yaitu nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai
moral, serta nilai edukasi.

14
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Genre Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang

Pada cerita pendek yang berjudul “Abang Tentara” Milik Farizal Sikumbang
menceritakan tentang anak yang memiliki teman seorang tentara. Namun, tentara tersebut
mati dikarenakan adanya pemberontakan di daerah tempat tinggal anak tersebut. Maka
dari itu, dapat dilihat bahwa cerita pendek “Abang Tentara” milik Farizal Sikumbang ini
memiliki genre sejarah. Walaupun latar belakang pada cerita tidak disebutkan, namun
sepertinya cerita pendek tersebut menceritakan tentang pemberontakan yang terjadi di
Aceh pada tahun 1976-2005. Terlebih lagi, cerita pendek tersebut menerangkan tentang
dampak perang terhadap warga, yaitu ketika ayah sang anak diculik hingga pulang babak
belur.

4.2 Struktur Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal Sikumbang

4.2.1 Orientasi

Paragraf: 1-2

Kutipan:
MOBIL mainan dari kayu itu dibuat oleh seorang tentara pada masa perang di
kampungku. Aku memanggilnya abang tentara. Demikian ia menyuruh agar aku
memanggilnya. Padahal, ia memiliki nama. Aku pernah melihat namanya tertera
pada baju seragam lorengnya. Aku ingat namanya: Sulaiman Simbolon.

Alasan: Karena terdapat pengenalan tokoh, yaitu aku dan seorang tentara bernama
Sulaiman Simbolon. Latar tempat dijelaskan bertempat di Kampungku dan waktu
bertepatan pada masa perang.

15
4.2.2 Pengungkapan Peristiwa (complication)

Paragraf: 3-19

Kutipan:
Pertemuan kami terjadi pada suatu sore yang berhujan. Saat itu aku sedang bermain
kelereng di bawah rumah panggung kami. Ia menghampiriku, sedangkan dua
kawannya berteduh sambil berdiri di pondok kecil yang baru dua minggu selesai
dibangun ayah. Aku ingat pesan ayahku jauh-jauh hari: jangan dekat-dekat dengan
tentara, nanti bisa kena tembak. Aku bersiap untuk pergi darinya.

Ia mengambil sebuah kelereng yang kupegang. Ia melakukan seperti yang


kulakukan. Lemparannya tepat mengenai kelereng yang ia tuju. Lemparannya
sangat keras sehingga kelereng itu pecah.

Ayah rupanya marah besar setelah ia tahu bahwa aku berhubungan dengan tentara
itu.

”Tidak ada alasan apa pun bermain dengan mereka. Kau tahu ini musim perang.
Kontak senjata kapan saja bisa terjadi. Aku tidak mau kau mati terkena peluru
nyasar. Atau, kau mau jika dituduh sebagai cuak?”

Alasan: Karena pada paragraf tersebut menyajikan peristiwa awal sebelum


terjadinya masalah, yaitu tentang pertemuan pertama antara aku dengan sang tentara
yang bertempat di bawah rumah panggung kami pada suatu sore yang berhujan.
Disana diterangkan bahwa tokoh aku bermain dengan sang tentara yang
menyebabkan tokoh ayah marah karena sudah diperingatkan agar tidak dekat
dengan tentara agar tidak tertembak.

4.2.3 Menuju pada Konflik (rising action)

Paragraf: 20-49

16
Kutipan:
Satu minggu setelah kejadian itu, lima tentara mendatangi rumah kami. Salah
satunya abang tentara itu. Mereka berbicara kepada ayahku di atas rumah
panggung, sedangkan aku berada di dalam kamar. Tapi, dari kamar itu, aku dapat
dengan jelas mendengar apa yang mereka perbincangkan.

”Lokasi di sini sangat tepat sebagai pos penjagaan. Kami ingin membatasi ruang
gerak para pemberontak yang masuk ke kampung ini. Kami memberi tahu Bapak
akan hal ini. Kami juga mohon izin agar pondok di depan rumah itu dapat dijadikan
sebagai pos penjagaan. Kami hanya menjalankan tugas. Bapak harap maklum,”
tambahnya lagi kepada ayahku.

Ketika tentara itu sudah pergi meninggalkan rumah kami, ayahku seperti orang
ketakutan. Kepada ibuku ayah berkata, ”Aku takut dituduh bersekongkol dengan
tentara. Aku takut Sulaiman mendugaku begitu. Ia akan marah besar padaku,’’ kata
ayahku.

Aku tahu siapa Sulaiman yang dimaksudkan ayah. Ia adalah pemimpin


pemberontak yang berasal dari kampung kami.

”Sungguh, seperti buah simalakama,” bisik ayah pelan kepada ibu.

”Mulai sekarang kita berkawan ya.”

”Panggil aku abang tentara,” katanya.

”Aku akan membuatkanmu sebuah mobil mainan dari kayu ini.”

Alasan: Karena munculnya penyebab masalah, yaitu beberapa tentara datang ke


rumah kami untuk membuat pos penjagaan. Namun karena hal itu, ayah ketakutan
karena takut dituduh bersekongkol dengan tentara oleh pemimpin pemberontak di
kampung kami. Oleh karena itu, tokoh ayah berada diantara dua pilihan yang sulit.

17
Serta, tokoh aku semakin dekat dengan sang tentara yang disebut abang tentara
ditandai dengan dibuatkannya sebuah mobil mainan

4.2.4 Puncak Konflik (turning point)

Paragraf: 50-55

Kutipan:
Aku mungkin saja akan terbangun kesiangan seandainya subuh itu tidak terjadi
perang di depan rumahku. Ayah menarik tubuhku dari atas ranjang dan
menjatuhkannya ke lantai rumah. Dalam kantuk aku mendengar suara senjata
meletus tak henti-henti.

Aku mengerti bahwa telah terjadi perang. Suara letusan senjata itu sudah tidak asing
lagi bagiku. Entah sudah beberapa kali pula aku terjebak dalam suasana perang
antara tentara dan pemberontak. Terakhir di saat aku pulang sekolah, saat itu tiba-
tiba saja puluhan orang berhadap-hadapan di tengah sawah dekat jalan sekolah. Aku
pun begitu cepat melata seperti ular. Menundukkan kepala serendah mungkin. Itu
kulakukan karena ayah selalu menyuruhku jika aku terjebak dalam perang.

Tidak lama kemudian, pintu rumah kami ditendang seseorang. Aku sangat
ketakutan. Tiga tentara masuk ke dalam kamar. Mereka membentak kami. Dengan
kasar ayah mereka bawa. Ibu sangat takut. Dan aku telah kencing di celana.

Alasan: Karena terdapat puncak dari masalah atau dapat di sebut klimaks yang
dihadapi tokoh aku, yaitu terjadi sebuah perang antara tentara dan pemberontak di
depan rumahku. Tokoh ayah juga dibawa oleh pemberontak secara kasar.

4.2.5 Penyelesaian (ending atau coda)

Paragraf: 56-57

18
Kutipan:
Siangnya ayah pulang. Mukanya lebam. Bibirnya bengkak. Ayah seperti telah
dipukuli. Kepada ibu ayah bercerita bahwa semua tentara yang menjaga pos di
depan rumah sudah tewas dalam kontak senjata subuh tadi.

Tentu saja aku terkejut mendengar kabar dari ayah. Aku tiba-tiba saja teringat pada
abang tentara itu. Aku sedih padanya. Aku menangis atas kematiannya. Sejak itu
aku meletakkan mobil truk dari kayu itu di atas lemari rak piring milik ibu. Dan aku
mengenangnya sampai hari ini.

Alasan: Karena pada paragraf ini menjelaskan nasib akhir yang dialami tokoh
setelah terjadinya puncak masalah, yaitu tokoh ayah pulang dengan wajah babak
belur dan juga semua tentara yang berada di pos penjagaan mati tertembak
termasuk sang abang tentara. Hal tersebut menyebabkan tokoh aku sedih dan
menangis.

4.3 Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal


Sikumbang

4.3.1 Tema

Cerita pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang memiliki


tema sejarah dan persahabatan. Karena cerita pendek ini menceritakan tentang
pemberontakan yang terjadi di Aceh pada tahun 1976-2005. Selain itu juga, dalam
cerita pendek ini dijelaskan bahwa terdapat hubungan persahabatan antara tokoh
aku dengan abang tentara.

Kutipan :
”Mulai sekarang kita berkawan ya.”

19
Aku mengerti bahwa telah terjadi perang. Suara letusan senjata itu sudah tidak asing
lagi bagiku. Entah sudah beberapa kali pula aku terjebak dalam suasana perang
antara tentara dan pemberontak. Terakhir di saat aku pulang sekolah, saat itu tiba-
tiba saja puluhan orang berhadap-hadapan di tengah sawah dekat jalan sekolah. Aku
pun begitu cepat melata seperti ular. Menundukkan kepala serendah mungkin. Itu
kulakukan karena ayah selalu menyuruhku jika aku terjebak dalam perang.

4.3.2 Amanat

Cerita pendek berjudul “Abang Tentara” memiliki amanat yang ingin


disampaikan penulis kepada para pembacanya, yaitu melakukan pesan atau nasihat
yang diberikan oleh orang tua. Amanat lain yang dapat dipetik adalah selalu
senantiasa bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat.

Kutipan :
Aku ingat pesan ayahku jauh-jauh hari: jangan dekat-dekat dengan tentara, nanti
bisa kena tembak. Aku bersiap untuk pergi darinya.

”Kau tak usah takut. Ini kubawakan kelereng yang kupecahkan kemarin itu. Ini
sebagai gantinya,” katanya lagi sambil merangkulku di bawah rumah panggung.

4.3.3 Penokohan

Dalam cerita pendek “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang terdapat


tokoh utama yaitu tokoh aku. Kemudian tokoh tambahan yang muncul diantaranya
adalah tokoh abang tentara, ayah, ibu, para tentara, dan pemberontak.

Kutipan :
MOBIL mainan dari kayu itu dibuat oleh seorang tentara pada masa perang di
kampungku. Aku memanggilnya abang tentara. Demikian ia menyuruh agar aku
memanggilnya. Padahal, ia memiliki nama. Aku pernah melihat namanya tertera
pada baju seragam lorengnya. Aku ingat namanya: Sulaiman Simbolon.

20
Satu minggu setelah kejadian itu, lima tentara mendatangi rumah kami. Salah
satunya abang tentara itu. Mereka berbicara kepada ayahku di atas rumah
panggung, sedangkan aku berada di dalam kamar. Tapi, dari kamar itu, aku dapat
dengan jelas mendengar apa yang mereka perbincangkan.

Ayah mengimpit tubuhku. Ibu melata di sampingku. Tak henti-henti suara ibu
mengucap Allahu Akbar. Sedangkan ayah mengucapkan sesuatu dengan amat
pelan.

Kurang beberapa menit kemudian terdengar suara truk reo berhenti di rumah kami.
Suara sepatu lars seperti mengacak-acak halaman rumah dan tanah di bawah
panggung rumah. Suara mereka begitu ribut. Ada sumpah serapah kepada
pemberontak. Sesekali suara letusan ke udara.

4.3.4 Alur

Cerita pendek dengan judul “Abang Tentara” memiliki alur cerita campuran,
yaitu penggabungan dari alur cerita maju dengan alur cerita mundur. Alur cerita
campuran menggambarkan cerita masa kini serta masa lalu secara bergantian.

Kutipan :
Aku mengerti bahwa telah terjadi perang. Suara letusan senjata itu sudah tidak asing
lagi bagiku. Entah sudah beberapa kali pula aku terjebak dalam suasana perang
antara tentara dan pemberontak. Terakhir di saat aku pulang sekolah, saat itu tiba-
tiba saja puluhan orang berhadap-hadapan di tengah sawah dekat jalan sekolah. Aku
pun begitu cepat melata seperti ular. Menundukkan kepala serendah mungkin. Itu
kulakukan karena ayah selalu menyuruhku jika aku terjebak dalam perang.

Tentu saja aku terkejut mendengar kabar dari ayah. Aku tiba-tiba saja teringat pada
abang tentara itu. Aku sedih padanya. Aku menangis atas kematiannya. Sejak itu
aku meletakkan mobil truk dari kayu itu di atas lemari rak piring milik ibu. Dan aku
mengenangnya sampai hari ini.

21
4.3.5 Latar

Latar pada cerita pendek meliputi tempat, waktu, dan suasana yang
digunakan. Latar tempat pada cerita pendek berjudul “Abang Tentara” yaitu di
dapur rumahku, di kampungku, di bawah rumah panggung kami, rumah kami, di
atas rumah panggung, di dalam kamar, dan di depan rumahku. Sedangkan untuk
latar waktu yang digunakan, yaitu pada masa perang, pada suatu sore yang
berhujan, pada Minggu pagi, subuh itu, di saat aku pulang sekolah, siangnya, dan
hari ini. Dan untuk latar suasana pada cerita pendek ini, yaitu cemas, senang,
tegang, dan sedih.

Kutipan :
Setiap berkunjung ke rumah, kawan-kawanku akan bertanya perihal siapa yang
membuat mobil truk mainan dari kayu yang berada di atas lemari rak piring di
dapur rumahku. Setelah mereka bertanya seperti itu, dengan spontan aku akan
menjawab: abang tentara!

MOBIL mainan dari kayu itu dibuat oleh seorang tentara pada masa perang di
kampungku. Aku memanggilnya abang tentara. Demikian ia menyuruh agar aku
memanggilnya. Padahal, ia memiliki nama. Aku pernah melihat namanya tertera
pada baju seragam lorengnya. Aku ingat namanya: Sulaiman Simbolon.

Pertemuan kami terjadi pada suatu sore yang berhujan. Saat itu aku sedang bermain
kelereng di bawah rumah panggung kami. Ia menghampiriku, sedangkan dua
kawannya berteduh sambil berdiri di pondok kecil yang baru dua minggu selesai
dibangun ayah. Aku ingat pesan ayahku jauh-jauh hari: jangan dekat-dekat dengan
tentara, nanti bisa kena tembak. Aku bersiap untuk pergi darinya.

Aku pun urungkan niatku untuk pergi. Tapi, aku masih diselimuti ketakutan dan
kecemasan. Tanpa sepengetahuannya, aku sedikit pipis di celana.

Satu minggu setelah kejadian itu, lima tentara mendatangi rumah kami. Salah
satunya abang tentara itu. Mereka berbicara kepada ayahku di atas rumah

22
panggung, sedangkan aku berada di dalam kamar. Tapi, dari kamar itu, aku dapat
dengan jelas mendengar apa yang mereka perbincangkan.

Esok harinya, tepat pada Minggu pagi, beberapa tentara sudah berkumpul di depan
rumah. Tepatnya duduk di pondok kecil buatan ayahku. Mereka membawa
perbekalan, senjata lengkap dan satu truk reo yang terparkir tidak jauh dari pondok.

Aku menjadi senang. Ketakutanku tiba-tiba saja hilang.

Aku mungkin saja akan terbangun kesiangan seandainya subuh itu tidak terjadi
perang di depan rumahku. Ayah menarik tubuhku dari atas ranjang dan
menjatuhkannya ke lantai rumah. Dalam kantuk aku mendengar suara senjata
meletus tak henti-henti.

Tentu saja aku terkejut mendengar kabar dari ayah. Aku tiba-tiba saja teringat pada
abang tentara itu. Aku sedih padanya. Aku menangis atas kematiannya. Sejak itu
aku meletakkan mobil truk dari kayu itu di atas lemari rak piring milik ibu. Dan aku
mengenangnya sampai hari ini.

4.3.6 Gaya Bahasa

Cerita pendek yang berjudul “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang


memiliki gaya bahasa berupa peribahasa berjenis perbandingan, yaitu bagai makan
buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati. Peribahasa tersebut
menggambarkan seseorang yang berada di antara dua pilihan sulit.

Kutipan :
”Sungguh, seperti buah simalakama,” bisik ayah pelan kepada ibu.

4.4 Nilai Kehidupan Cerita Pendek “Abang Tentara” Karya Farizal


Sikumbang

23
4.4.1 Nilai Agama

Nilai agama yang terdapat pada cerita pendek “Abang Tentara” karya
Farizal Sikumbang, yaitu senantiasa mengingat dan meminta perlindungan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Kutipan :
Ayah mengimpit tubuhku. Ibu melata di sampingku. Tak henti-henti suara ibu
mengucap Allahu Akbar. Sedangkan ayah mengucapkan sesuatu dengan amat
pelan.

4.4.2 Nilai Sosial

Nilai sosial yang terkandung dalam cerita pendek “Abang Tentara” yaitu
senantiasa bersikap ramah kepada orang lain dan berteman tanpa membeda-
bedakan.

Kutipan :
”Mulai sekarang kita berkawan ya.”

Ia menjulurkan tangannya kepadaku. Perlahan aku pun menjulurkan tanganku.

”Panggil aku abang tentara,” katanya.

4.4.3 Nilai Moral

Nilai moral yang terdapat pada cerita pendek “Abang Tentara” adalah
meminta maaf ketika melakukan kesalahan dan bertanggung jawab atas kesalahan
yang telah diperbuat. Serta meminta izin sebelum meminjam sesuatu dengan sopan.

Kutipan :

24
”Maafkan aku. Lain hari akan aku ganti kelerengmu. Ini dua permen dariku. Kau
ambillah. Sampai jumpa,” katanya.

”Kau tak usah takut. Ini kubawakan kelereng yang kupecahkan kemarin itu. Ini
sebagai gantinya,” katanya lagi sambil merangkulku di bawah rumah panggung.

”Ini instruksi dari komandan kami,” kata tentara yang pernah memecahkan
kelerengku itu. ”Lokasi di sini sangat tepat sebagai pos penjagaan. Kami ingin
membatasi ruang gerak para pemberontak yang masuk ke kampung ini. Kami
memberi tahu Bapak akan hal ini. Kami juga mohon izin agar pondok di depan
rumah itu dapat dijadikan sebagai pos penjagaan. Kami hanya menjalankan tugas.
Bapak harap maklum,” tambahnya lagi kepada ayahku.

25
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis struktur cerita pendek pada bab pembahasan di atas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan yakni,

Cerita pendek berjudul “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang bergenre


sejarah. Yaitu sebuah genre dimana alurnya ceritanya berlatar belakang waktu atau
kejadian di masa lampau.

Cerita pendek “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang memiliki struktur cerita
yang lengkap, yaitu terdiri dari 2 paragraf pengenalan situasi cerita (exposition,
orientation), 17 paragraf pengungkapan peristiwa (complication), 30 paragraf menuju
pada adanya konflik (rising action), 6 paragraf puncak konflik (turning point), dan 2
paragraf penyelesaian (ending atau coda).

Selain itu juga unsur intrinsik pada cerita pendek “Abang Tentara” karya Farizal
Sikumbang diantaranya adalah pertama, bertemakan sejarah dan persahabatan. Kedua,
memiliki amanat melakukan pesan atau nasihat yang diberikan oleh orang tua dan selalu
senantiasa bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat. Ketiga, penokohan
terdiri atas tokoh utama yaitu tokoh aku dan beberapa tokoh tambahan yaitu tokoh abang
tentara, ayah, ibu, para tentara, dan pemberontak. Keempat, alur cerita campuran. Kelima,
berlatar tempat di dapur rumahku, di kampungku, di bawah rumah panggung kami, rumah
kami, di atas rumah panggung, di dalam kamar, dan di depan rumahku, berlatar waktu
pada masa perang, pada suatu sore yang berhujan, pada Minggu pagi, subuh itu, di saat
aku pulang sekolah, siangnya, dan hari ini, berlatar suasana cemas, senang, tegang, dan
sedih. Terakhir, terdapat gaya bahasa berupa peribahasa bersifat perbandingan.

Cerita pendek “Abang Tentara” karya Farizal Sikumbang memiliki beberapa nilai
kehidupan, diantaranya nilai agama, nilai social, dan nilai moral.

26
5.2 Saran

Berdasarkan bab pembahasan diatas, diberikan saran-saran sebagai berikut.


a. Bagi pembaca khususnya para siswa SMAN 1 Situbondo dalam menambah
pengetahuan yang berhubungan dengan analisis genre, struktur, unsur intrinsik, dan
nilai kehidupan cerita pendek dalam materi kelas XI semester 1. Diharapkan juga
dapat bermanfaat secara praktis bagi siswa dalam menciptakan cerita pendek dengan
genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai kehidupan yang sesuai. Oleh karena itu,
disarankan untuk mengetahui serta mempelajari genre, struktur, unsur intrinsik, dan
nilai kehidupan pada cerita pendek dengan tepat.
b. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi pedoman atau panduan dalam
memberikan pembelajaran terkait genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai kehidupan
cerita pendek dalam materi kelas XI semester 1 dengan tepat dan lebih rinci sehingga
siswa mengetahui secara jelas.
c. Bagi peneliti berikutnya, dengan adanya analisis tentang genre, struktur, unsur
intrinsik, dan nilai kehidupan pada genre, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai materi terkait terkait genre, struktur, unsur intrinsik, dan nilai kehidupan
dengan cerita pendek yang berbeda, misalnya cerita pendek bergenre romansa.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku

Buku Paket Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Kurikulum 2013 (edisi

revisi 2017)

Sumber dari Internet

http://indrianatya.blogspot.com/2018/04/nilai-nilai-dalam-cerpen.html

https://penerbitdeepublish.com/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-novel-cerpen-puisi-
dandrama/

https://roboguru.ruangguru.com/question/jelaskan-nilai-nilai-kehidupan-dalam-cerpen-

_QU-6CZ6HGYN

https://serupa.id/struktur-cerpen-pengertian-bagian-susunan-alur-kualitas/ https://text-
id.123dok.com/document/eqojmow0z-genre-sastra-1-genre-sastra-
secaraumum.html

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5954382/cerita-pendek-pengertian-ciri-
ciristruktur-dancontohnya#:~:text=Menurut%20Sumber%20Belajar
%20Kementerian%20Pendidi kan,orientasi%2C%20komplikasi%2C%20dan
%20resolusi.&text=Orientasi%20b erisi%20berisi%20pengenalan
%20latar,terjadinya%20peristiwa%20dalam%20cer ita%20pendek.

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-cerpen-struktur-fungsi-ciri-unsur-
dancontoh-cerpen/ https://www.jawapos.com/minggu/cerpen/08/11/2020/abang-
tentara/ https://www.kbbi.co.id/arti-kata/genre

LAMPIRAN

28
Setiap berkunjung ke rumah, kawan-kawanku akan bertanya perihal siapa yang membuat
mobil truk mainan dari kayu yang berada di atas lemari rak piring di dapur rumahku.
Setelah mereka bertanya seperti itu, dengan spontan aku akan menjawab: abang tentara!

MOBIL mainan dari kayu itu dibuat oleh seorang tentara pada masa perang di
kampungku. Aku memanggilnya abang tentara. Demikian ia menyuruh agar aku
memanggilnya. Padahal, ia memiliki nama. Aku pernah melihat namanya tertera pada
baju seragam lorengnya. Aku ingat namanya: Sulaiman Simbolon.

Pertemuan kami terjadi pada suatu sore yang berhujan. Saat itu aku sedang bermain
kelereng di bawah rumah panggung kami. Ia menghampiriku, sedangkan dua kawannya
berteduh sambil berdiri di pondok kecil yang baru dua minggu selesai dibangun ayah.
Aku ingat pesan ayahku jauh-jauh hari: jangan dekat-dekat dengan tentara, nanti bisa
kena tembak. Aku bersiap untuk pergi darinya.

”Kau jangan takut. Tidak usah kau lari,” katanya sambil memegang kepalaku.

Aku pun urungkan niatku untuk pergi. Tapi, aku masih diselimuti ketakutan dan
kecemasan. Tanpa sepengetahuannya, aku sedikit pipis di celana.

”Bermainlah kau terus,” tambahnya.

Aku kembali bermain kelereng. Aku ambil satu kelereng dan kulemparkan pada kelereng
yang lain. Lemparanku itu tidak mengenai kelereng yang kutuju.

”Bah, bodoh kali kau,” katanya dengan nada agak tinggi.

Aku sungguh sangat ketakutan. Aku merasakan celanaku akan semakin basah.

”Sini, biar aku coba.”

Ia mengambil sebuah kelereng yang kupegang. Ia melakukan seperti yang kulakukan.


Lemparannya tepat mengenai kelereng yang ia tuju. Lemparannya sangat keras sehingga
kelereng itu pecah.

Aku tentu kecewa padanya. Aku sudah dua hari menyisihkan uang jajan sekolah agar
dapat membeli kelereng-kelereng itu.

”Maafkan aku. Lain hari akan aku ganti kelerengmu. Ini dua permen dariku. Kau
ambillah. Sampai jumpa,” katanya.

Ia lalu pergi meninggalkanku saat hujan sudah reda.

Ayah rupanya marah besar setelah ia tahu bahwa aku berhubungan dengan tentara itu.

”Apa kau mau cari mati dekat dengan tentara. Jika terjadi perang, siapa yang
menolongmu,” umpat ayahku malam harinya.

29
Aku tentu saja membela diri. Aku bilang kepada ayah bahwa aku tidak bermain dengan
tentara. Aku bilang kepada ayah bahwa tentara itu yang mendekatiku.

”Tidak ada alasan apa pun bermain dengan mereka. Kau tahu ini musim perang. Kontak
senjata kapan saja bisa terjadi. Aku tidak mau kau mati terkena peluru nyasar. Atau, kau
mau jika dituduh sebagai cuak?”

Ayah mengatakannya dengan membolakan dua matanya.

Satu minggu setelah kejadian itu, lima tentara mendatangi rumah kami. Salah satunya
abang tentara itu. Mereka berbicara kepada ayahku di atas rumah panggung, sedangkan
aku berada di dalam kamar. Tapi, dari kamar itu, aku dapat dengan jelas mendengar apa
yang mereka perbincangkan.

”Ini instruksi dari komandan kami,” kata tentara yang pernah memecahkan kelerengku
itu. ”Lokasi di sini sangat tepat sebagai pos penjagaan. Kami ingin membatasi ruang
gerak para pemberontak yang masuk ke kampung ini. Kami memberi tahu Bapak akan hal
ini. Kami juga mohon izin agar pondok di depan rumah itu dapat dijadikan sebagai pos
penjagaan. Kami hanya menjalankan tugas. Bapak harap maklum,” tambahnya lagi
kepada ayahku.

Ketika tentara itu sudah pergi meninggalkan rumah kami, ayahku seperti orang ketakutan.
Kepada ibuku ayah berkata, ”Aku takut dituduh bersekongkol dengan tentara. Aku takut
Sulaiman mendugaku begitu. Ia akan marah besar padaku,’’ kata ayahku.

Aku tahu siapa Sulaiman yang dimaksudkan ayah. Ia adalah pemimpin pemberontak yang
berasal dari kampung kami.

Esok harinya, tepat pada Minggu pagi, beberapa tentara sudah berkumpul di depan
rumah. Tepatnya duduk di pondok kecil buatan ayahku. Mereka membawa perbekalan,
senjata lengkap dan satu truk reo yang terparkir tidak jauh dari pondok.

Pondok buatan ayah, yang sebelumnya hanya berupa dinding tipis dari papan kayu,
mereka ganti dengan potongan pohon kelapa yang dibelah dua. Di depan pondok itu
ditumpuk-tumpuk karung plastik yang di dalamnya berisi pasir dan tanah. Yang tingginya
seukuran anak sekolah dasar.

Ayahku tidak ke mana-mana pada hari Minggu. Maka, ketika mereka merenovasi pondok
buatannya, ayah hanya melihat dari atas rumah.

”Sungguh, seperti buah simalakama,” bisik ayah pelan kepada ibu.

Usai mereka merenovasi pondok buatan ayah, abang tentara itu mendekati rumah kami.
Wajah ayah pucat. Aku berdiri di belakang ayah.

Setelah sampai di anak tangga, abang tentara itu berkata, ”Hei anak kecil, sini kau. Aku
bawakan kelereng untukmu,” katanya kepadaku.

Aku mengeluarkan kepala dari pundak ayahku dengan cemas.


30
”Jangan takut kau,” katanya lagi.

Aku melihat wajah ayah dan ayah melihat kepadaku.

”Sini!” katanya lagi sambil menjulurkan tangan kanannya.

”Pergilah,” kata ayahku dengan nada berat dan lemah.

Aku menuruni anak tangga dengan kaki gemetar.

”Kau tak usah takut. Ini kubawakan kelereng yang kupecahkan kemarin itu. Ini sebagai
gantinya,” katanya lagi sambil merangkulku di bawah rumah panggung.

”Mulai sekarang kita berkawan ya.”

Ia menjulurkan tangannya kepadaku. Perlahan aku pun menjulurkan tanganku.

”Panggil aku abang tentara,” katanya.

Aku mengangguk.

”Oh ya, aku akan membuatkan sesuatu untukmu,” katanya.

Setelah itu, ia pergi lagi ke arah pondok bekas buatan ayah. Tidak lama kemudian, ia
kembali sambil membawa dua helai papan yang pernah digunakan ayah sebagai dinding
pondok itu. Tidak lupa juga ia membawa palu, paku, dan sebuah gergaji.

”Aku akan membuatkanmu sebuah mobil mainan dari kayu ini.”

Ia pun mulai mengerjakan sesuatu. Pertama, ia mengukur papan itu dan kemudian
menggergajinya. Papan pertama dibuatnya sebagai lantai mobil truk. Ia juga membuat
dinding untuk mobil itu. Ia juga mengambil dua sandal jepang ayah yang usang sebagai
rodanya. Hanya sekitar satu jam ia menyelesaikan mobil mainan dari kayu itu.

Aku menjadi senang. Ketakutanku tiba-tiba saja hilang.

”Terima kasih, Abang Tentara,” kataku kepadanya.

”Ya, tapi akan aku beri cat pewarna mobil ini. Biar tampak semakin bagus,” katanya.

”Terima kasih, Abang Tentara,” kataku lagi kepadanya.

Mendapatkan mobil mainan baru meski terbuat dari kayu sungguh sangat
menyenangkanku. Sampai-sampai malamnya aku susah tidur. Aku tidak tahu entah
sampai pukul berapa kedua mataku benar-benar dapat terpejamkan dan melupakan mobil
itu.

Aku mungkin saja akan terbangun kesiangan seandainya subuh itu tidak terjadi perang di
depan rumahku. Ayah menarik tubuhku dari atas ranjang dan menjatuhkannya ke lantai
rumah. Dalam kantuk aku mendengar suara senjata meletus tak henti-henti.

31
Ayah mengimpit tubuhku. Ibu melata di sampingku. Tak henti-henti suara ibu mengucap
Allahu Akbar. Sedangkan ayah mengucapkan sesuatu dengan amat pelan.

Aku mengerti bahwa telah terjadi perang. Suara letusan senjata itu sudah tidak asing lagi
bagiku. Entah sudah beberapa kali pula aku terjebak dalam suasana perang antara tentara
dan pemberontak. Terakhir di saat aku pulang sekolah, saat itu tiba-tiba saja puluhan
orang berhadap-hadapan di tengah sawah dekat jalan sekolah. Aku pun begitu cepat
melata seperti ular. Menundukkan kepala serendah mungkin. Itu kulakukan karena ayah
selalu menyuruhku jika aku terjebak dalam perang.

Perang itu usai juga di saat aku hampir kehabisan napas diimpit tubuh ayah. Suasana
sunyi dan sepi. Terdengar dengan pelan suara rintihan. Tapi kemudian diam.

Kurang beberapa menit kemudian terdengar suara truk reo berhenti di rumah kami. Suara
sepatu lars seperti mengacak-acak halaman rumah dan tanah di bawah panggung rumah.
Suara mereka begitu ribut. Ada sumpah serapah kepada pemberontak. Sesekali suara
letusan ke udara.

Tidak lama kemudian, pintu rumah kami ditendang seseorang. Aku sangat ketakutan.
Tiga tentara masuk ke dalam kamar. Mereka membentak kami. Dengan kasar ayah
mereka bawa. Ibu sangat takut. Dan aku telah kencing di celana.*

Siangnya ayah pulang. Mukanya lebam. Bibirnya bengkak. Ayah seperti telah dipukuli.
Kepada ibu ayah bercerita bahwa semua tentara yang menjaga pos di depan rumah sudah
tewas dalam kontak senjata subuh tadi.

Tentu saja aku terkejut mendengar kabar dari ayah. Aku tiba-tiba saja teringat pada abang
tentara itu. Aku sedih padanya. Aku menangis atas kematiannya. Sejak itu aku
meletakkan mobil truk dari kayu itu di atas lemari rak piring milik ibu. Dan aku
mengenangnya sampai hari ini. (Banda Aceh, 2020)

32

Anda mungkin juga menyukai