CERITA PENDEK
BAHASA INDONESIA
GURU PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1. DEWI ROTTY
2. LUTFIA TUNNISA
KELAS : X’9
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Cerpen
(Cerita Pendek) ini dapat diselesaikan dengan baik. salam semoga
terlimpahkan kepada Tuhan, keluarga, sahabat, dan kepada kita semua.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah Bahasa Indonesia yang
berjudul Makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Cerpen
(Cerita Pendek) ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang
Maha Kuasa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
Makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................
A. Pengertian Cerpen.................................................................................................................................
B. Sejarah Cerpen......................................................................................................................................
1. Asal Usul Cerpen................................................................................................................................
C. Ciri-ciri Cerpen.......................................................................................................................................
D. Jenis-jenis Cerpen..................................................................................................................................
1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya........................................................................................
2. Jenis Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya..................................................................................
b. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story).........................................................................................
E. Aliran-aliran Cerpen...............................................................................................................................
1. Realisme............................................................................................................................................
2. Impresionisme...................................................................................................................................
F. Struktur Cerpen.....................................................................................................................................
1. Abstrak...............................................................................................................................................
2. Orientasi............................................................................................................................................
3. Komplikasi..........................................................................................................................................
G. Unsur-unsur Cerpen.......................................................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau pemikiran yang berbentuk
pesan ke dalam media tulis. Cerpen menurut KBBI adalah karangan pendek yang
berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh
pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung
pesan yang tak mudah dilupakan.
Kisah yang diungkapkan dalam cerpen bisa bertolak pada realitas atau rekaan
yang dibungkus oleh imajinasi, atau juga kisah imajinasi yang dihubungkan
dengan realitas. Dengan itu dapat dipahami oleh pembaca dan pembaca pun
memperoleh hiburan batin atau pengalaman batin dalam menikmati nilai sastra
yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita dapat diperoleh melalui sesuatu
yang dipikirkan, yang disaksikan, atau yang dialami oleh pengarang sendiri dan
kemudian direka-reka menjadi suatu karya yang bernilai. Cerpen juga merupakan
karya sastra. Dalam hal ini akan dikaji oleh penulis mengenai menulis teknis atau
praktis cerpen.
Sebagai generasi masa depan, kita sebagai generasi muda haruslah giat
melakukan kegiatan menulis. Supaya kegiatan menulis tidak hilang dimakan
zaman yang semakin modern ini yang penuh dengan ilmu-ilmu baru, yang bisa
mengecoh anak-anak bangsa terhadap masa depan bangsanya. Selain dari itu kita
juga ikut mengembangkan dan melestarikan budaya menulis agar tetap ada dan
bisa menuangkan segala ide dan pemikiran dalam sebuah media tulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
A. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novela (dalam
pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang
sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan
insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya
bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat
yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan
lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai
sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann
dan Anton Chekhov.
B. Sejarah Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-
kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut
disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi
sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian
singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat
disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat
apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di
dalamnya, konon dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan
seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada
kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari
Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada
pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah
Sastra Indonesia sering kali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai
pemeran (tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan
sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage
merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih
mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat
tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung
pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat.
Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa
Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita
realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot
Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada
abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika
surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita
tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey
Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku
ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot
lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita
naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita
kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari
cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah “novella” kelam yang
tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada
masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek
yang diperhalus, “nouvelle”, oleh pengarang-pengarang seperti Madame de
Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah
satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault).
Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland
(dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh
yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-
lainnya pada abad ke-18.
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad
ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-
dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near
Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and
Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe, dan Twice Told Tales (1842) karya
Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal
melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga
15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada
periode ini adalah “Kamar No. 6” karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The
Atlantic Monthly, Scribner’s, dan The Saturday Evening Post, semuanya
menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita
pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu
tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk
melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada
pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan cerita
pendek Long Ernest Hemingway (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang
memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek
telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus
memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek.
Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat
penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam
kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya,
dan dalam blog.
C. Ciri-ciri Cerpen
D. Jenis-jenis Cerpen
1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk
prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750–10.000 kata. Berdasarkan
jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:
Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750–1.000 buah.
Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000–4000 buah.
Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.
Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan
ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak
dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam
tempo kurang dari satu jam.
Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot
(alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh
cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis
berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lazim disebut
sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh
para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami
sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebutnya cerpen kental
atau cerpen berat.
E. Aliran-aliran Cerpen
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Realisme
2. Impresionisme
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. Jika realisme menyajikan hal-hal
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala
kenyataan yang ada tanpa memilih, atau menyeleksinya. Apa yang tampak dan
dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh sebab itu naturalisme cenderung
melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan pornografis. Juga melukiskan kritik
sosial secara tajam. Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti
pengertian awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme
mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia
juga mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan
serta kehidupan moral yang rendah.
4. Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini
merangkum realisme dan naturalisme. Yaitu di samping melukiskan hal-hal yang
buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia dikatakan melukiskan kenyataan
yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil dalam bentuk realisme yang kuat,
melukiskan aspek kehidupan secara nyata dan langsung. Dalam perkembangannya
realisme kurang memuaskan sehingga dalam banyak hal naturalisme lebih mampu
menyatakan ekspresi jiwa pengarang. Akan tetapi naturalisme pun kurang
memuaskan sehingga membutuhkan satu bentuk ekspresi yang lebih ekstrem yaitu
neonaturalisme.
5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusastraan yang
menekankan pada takdir. Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan.
Berasal dari kata to determine yang berarti menentukan atau paksaan nasib. Dr.
J.S. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan oleh Tuhan melainkan nasib
yang ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, seperti kemiskinan, penyakit
keturunan, dan kesulitan akibat perang. Inti pokoknya adalah penderitaan
seseorang. Jahatkah, melaratkah, penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan
namun karena lingkungan yang buruk. Penganutnya berangkat dari paham
materialisme dan karenanya tidak percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan
demikian. Contoh: Tokoh Yah dalam Belenggu, Armijn Pane. Neraka Dunia,
Katak hendak jadi Lembu – Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal – NH Dini, Atheis
Achdiat K. Mihardja.
6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. H.B. Jassin bahwa sampainya orang pada aliran
ekspresionisme karena manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma bisa
dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu sampai pada pikiran dan
perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraannya, ketinggian rasa
susila, dan kerendahan hawa nafsunya. Untuk melahirkan manusia yang
sebenarnya, si pengarang harus seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan
ia tak bisa meniadakan dirinya sama sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu.
Pada mulanya ia sebagai penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi
kemudian menjadi aktif sebagai pemain yang subyektif yang turut menyatakan
dirinya. Maka sampailah ia pada ekspresi yaitu pengucapan jiwanya yang
melahirkan ekspresionisme.
7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit kaum
muda yang belum banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka mengukur
segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggunakan otak. Oleh sebab itu
romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan penggunaan bahasa yang
indah, mengawang ke alam mimpi. Karya romantisme ada yang cengeng, yang
melukiskan kecengengan jiwa remaja yang berlagu tentang kecerahan bulan,
menyanyi di lindungan pohon dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada
pula karya romatisme yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman dan
pengetahuan yang bila dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan.
Karya Shakespeare, Romeo dan Juliet, misalnya adalah karya yang agung.
Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo juga Daniel Defoe (1660-1731).
8. Idealisme
Drs. Sabarudin Ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan, Saiful 1975)
mengatakan bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan cita-
citanya pada cita-cita si penulis atau kepada ide pengarang semata. Pengarang
idealis memandang jauh ke depan ke masa datang dengan segala kemungkinan
yang sangat diharapkan akan terjadi. Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang
penulis. Lukisan yang idealisme sudah tentu umumnya indah dan menawan.
Contoh Tokoh Tuli dalam Layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-
citanya mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan R.A.
Kartini. Umumnya fiksi Indonesia sebelum perang banyak yang menunjukkan
idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan Jodoh, Katak Hendak Jadi Lembu.
9. Surealisme
Muncul di Prancis antara perang dunia I dan perang dunia II. Tokoh surealis
berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan
pada pembaca atau audiens. J.S. Badudu mengatakan surealisme realitasnya
bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat memengaruhi bentuk
lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-lompat .Karena itu amat sulit
mengikuti karya surealisme. Pembaca harus menyatukan dalam pikirannya lukisan
yang seakan-akan bertaburan apalagi karena pengarang seakan mengabaikan tata
bahasa, pikiran tampak meloncat-loncat, logika seakan hilang , alam benda dan
alam pikiran bercampur jadi satu.
F. Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan
dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga
sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian
bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan
jalan cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta
sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami
tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari
cerita pendek tersebut oleh pembacanya.
G. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-
unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah cerpen memiliki keterkaitan
satu dengan lainnya.
Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.
a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading)
isi cerita. Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan amanat atau pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema
menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen
dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain.
Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan
pengarang terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur
keseluruhan cerita.
d. Latar (Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting
sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atau
penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita
terlibat dalam sebuah kejadian. Adapun penggolongan setting dapat
dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
f. Gaya
g. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca.
Dalam hal ini, pengarang “menitipkan” nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil
dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca
memahami dan meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan
nilai-nilai yang berada dari cerpen yang dibacanya. Hal lain yang termasuk unsur
sastra adalah unsur ekstrinsik. Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri.
Misalnya nama, penerbit, tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di
sekitar saat karya sastra tersebut ditulis.
1) Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut
yang ditulis secara keseluruhan.
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang
menulis kisah cerita tersebut.
3) Aliran sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra
tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai
oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel. Karena
singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra,
seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan
fiksi yang lebih panjang.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita
pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot,
setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang
singkat.
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek, beberapa di antaranya adalah realisme, impresionisme,
naturalisme, neonaturalisme, determinisme, ekspresionisme, romantisme,
idealisme, dan surealisme.
B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting
cerpen yang sesuai dengan daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi:
tema, plot/alur, tokoh, latar/setting, amanat dan sudut pandang. Jadi harus
mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa, tokoh, latar, amanat dan
sudut pandang dengan menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.