Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam
berbagai keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi
siapa saja yang membacanya. Amin.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh semua orang. Walau
dunia semakin tua, bukan berarti penghuninya boleh lupa begitu saja dengan sejarahnya. Dalam
konteks yang lebih kecil, misalkan negara Indonesia. Bangsa Indonesia harus mengetahui sejarah
berdirinya NKRI. Peristiwa sejarah tidak semata-mata menjadi cerita yang dikisahkan turun
temurun, tetapi sebagai bangsa yang cerdas kita harus mampu menggali kearifan dan makna
yang terkandung di dalamnya. Jika sampai melupakan sejarah, maka suatu bangsa akan
kehilangan identitasnya. Karena itulah diperlukan sarana untuk menyampaikan sejarah. Di dalam
pelajaran Bahasa Indonesia, peristiwa sejarah dapat di ceritakan melalui teks cerita sejarah. Teks
ini sangat penting dipelajari, sehubungan dengan tugas yang telah guru Bahasa Indonesia berikan
kepada kami.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a) Dengan pembuatan makalah ini, kami dapat memahami lebih dalam tentang materi teks
cerita sejarah
b) Setelah memahaminya, maka kami bisa membuat teks cerita sejarah.
c) Kami harap makalah ini berguna untuk semua orang yang mempelajari materi terkait.
d) Dengan makalah ini, diharap kami mendapat nilai maksimal.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi teks cerita sejarah adalah sebuah teks yang di dalamnya memuat cerita dan
menjelaskan mengenai suatu fakta atau suatu kejadian yang terjadi pada masa lalu yang akhirnya
menjadi sebuah latar belakang (asal muasal) yang mana kejadian tersebut mempunyai unsur nilai
sejarah didalamnya.
Tujuannya untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, pada pembaca, tentang
kejadian yang pernah terjadi di masa lalu.
Struktur teks adalah sebuah gambaran (deskripsi) cara bagaimana teks tersebut dibangun.
Harus terdapat 3 struktur berikut untuk bisa menyusun teks cerita sejarah yag baik:
Harus terdapat 3 struktur berikut ini untuk membuat teks sejarah yang baik:
Orientasi, merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks cerita sejarah.
Urutan Peristiwa, merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, umumnya
disampaikan dalam urutan kronologis.
Reorientasi, berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah yang
diceritakan. Reorientasi boleh ada, boleh tidak. Terserah kehendak penulis teks cerita
sejarah.
2.4 Ciri – Ciri Teks Sejarah
Didalam kebahasaan teks cerita sejarah terdapat ciri-ciri yang sangat menonjol yang
dapat diketahui dan ditandai sebagai berikut :
Kata ganti / pronomina adalah jenis kata yang digunakan untuk menggantikan nomina /
frasa nomina dan kemudian memberikan nama seseorang secara tidak langsung. Contoh saya,
kapan, nya, ini.
Frasa adverbial / kata keterangan adalah jenis kata yang menunjukan suatu peristiwa,
waktu, kejadian dan tempat. Contoh tadi siang, tahun lalu, minggu kemarin.
Adapun didalam kata kerja material ini menunjukan ciri-ciri yang dapat diketahui seperti
perbuatan fisik / kejadian / peristiwa. Contoh memasak, menyapu, membaca dan lain sebagainya.
Kata sambung waktu (konjungsi temporal) adalah jenis kata yang berfungsi untuk menata
urutan-urutan kejadian atau peristiwa yang di ceritakan. Dan didalam teks cerita sejarah ini
banyak menggunakan serta memanfaatkan kata penghubung (konjungsi) temporal.
Sejarah Fiksi:
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, umumnya dalam bentuk cerita.
Penulisnya disebut novelis
Cerpen adalah cerita pendek berbentuk prosa naratif fiktif. Cenderung padat dan langsung
pada tujuan nya dibandingkan dengan karya fiksi lainnya yang umumnya lumayan
panjang.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh sebagian orang merupakan
sesuatu yang benar-benar terjadi.
Roman adalah jenis karya sastra berbentuk prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya
menurut watak dan jiwa masing-masing. Roman bisa juga disebut kisah percintaan.
Sejarah Non-Fiksi:
Biografi adalah keterangan kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain.
Autobiografi adalah kisah atau keterangan hidup yang ditulis oleh orang itu sendiri.
Cerita Perjalanan adalah teks yang menceritakan tentang perjalanan.
Catatan Sejarah adalah teks yang menceritakan fakta atau kejadian masa lalu yang
menjadi latar belakang sesuatu mempunyai nilai sejarah.
Sejarah Fiksi:
Sejarah Non-Fiksi:
Kata ganti adalah kata yang menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata
ganti yang akan dibahas khusus kata ganti orang. Kata ganti orang adalah kata ganti yang
berfungsi menggantikan kata benda (orang).
ii
1) Kata ganti orang pertama:
Tunggal
Contoh: hamba, saya, beta, aku, daku, awak, patik, hamba sahaya, dan sebagainya.
Jamak:
Tunggal:
Jamak
Contoh: kamu sekalian, engkau sekalian, saudara sekalian, anda sekalian, kalian semua,
dan sebagainya.
Tunggal
Jamak
Contoh: mereka
Dalam cerita sejarah, terdapat fitur-fitur kebahasaan yang menjadi kekhasannya. Salah
satu diantaranya adalah penggunaan kalimat yang menyatakan peristiwa pada masa lampau.
Contoh:
Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak.
Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami Pontianak (kini
bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah
Pada waktu itu, ...............
Pada abad ke-17,......
3. Frasa adverbial
Contoh:
Verba material merupakan kata kerja berimbuhan yang mengacu pada tindakan fisik,
ataupun perbuatan yang dilakukan secara fisik oleh partisipan.
5. Konjungsi kausalitas
Konjungsi sebab (kausal) menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab
tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk kalimat merupakan
akibatnya. Jadi, konjungsi kausal adalah konjungsi yang menghubungkan sebab dan
akibat.
Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan sebab adalah sebab, sebab itu,
karena,dan karena itu.
Berikut adalah beberapa jenis konjungsi kausal beserta contoh kata:
1) Konjungsi kausal syarat, adalah konjungsi kausal yang menghubungkan akibat
dengan syarat terjadinya akibat tersebut. Contoh: jika, bila, kalau
2) Konjungsi kausal alasan, adalah konjungsi kausal yang menyatakan alasan suatu
akibat terjadi. Contoh: karena.
3) Konjungsi kausal simpulan, adalah konjungsi kausal yang menarik simpulan dari
suatu sebab dalam bentuk akibat. Contoh: jadi, dengan, demikian.
4) Konjungsi kausal akibat, adalah konjungsi kausal yang menghubungkan akibat yang
terjadi dari suatu sebab. Contoh: sehingga, maka, oleh karena itu, oleh sebab itu.
5) Konjungsi kausal untuk, adalah konjungsi kausal yang menyatakan suatu sebab yang
diharuskan untuk terjadinya sebuah akibat yang diharapkan. Contoh: untuk itu, agar.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat konjungsi kausal. Setiap contoh beda jenisnya.
Kamu akan mendapatkan nilai bagus jika mau belajar dengan tekun. Banjir terjadi karena saluran
air tersumbat sampah. Pengawasan guru lemah. Jadi para siswa leluasa menyontek. Pria itu
melanggar lampu merah sehingga menabrak pengendara lain. Korupsi harus segera diberantas
agar negara bisa tumbuh lebih cepat.
6. Konjungsi temporal
Konjungsi (kata sambung) temporal (waktu) menjelaskan hubungan waktu antara dua hal
atau peristiwa. Misalnya : hingga, ketika, sambil, sebelum, sedari, sejak, selama, semenjak,
sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, selanjutnya, seterysnya, tatkala,
Kata konjungsi temporal terbagi menjadi dua yaitu kata konjungsi temporal sederajat dan kata
konjungsi temporal tidak sederajat. Perhatikan penjelasan berikuat ini
Kata Konjungsi temporal sederajat adalah kata hubung yang bersifat setara atau sederajat.
Kata konjungsi temporal sederajat tidak boleh di gunakan di awal kalimat. Jika diletakkan diawal
kalimat, maka tidak akan menjadi kalimat yang tidak efektif. Kata konjungsi temporal sederajat
ii
yang sering dipakai adalah kemudian, sebelumnya, sesudahnya, lalu, dan selanjutnya. Konjugsi
temporal sederajat biasanya digunakan pada kalimat majemuk setara. Konjungsi temporal
sederajat harus diletakkan ditengah kalimat.
1) Dina mengumpulkan data dengan cara observasi kemudian mengolah data tersebut untuk
membuktikan hipotesa penelitiannya.
2) Rina berencana mengadakan sebuah kegiatan sebelumnya ia menyusun proposal
3) Andi berhasil menangkap bola lalu pergi dan menendang bola ke arah gawang lawan
4) Ibu memasukan telur selanjutnya memasukkan mentega ke dalam wadah.
Kata konjungsi temporal tidak sederajat adalah kata hubung yang menghubungkat
kalimat bertingkat atau tidak setara. Kata konjungsi temporal tidak sederajat dapat di gunakan di
awal, tengah, maupun di akhir paragraf. Kata konjungsi temporal tidak sederajat yang sering di
gunakan antara lain: ketika, sejak, apabila, sebelum, sesudah, hingga, demi, sementara, waktu,
bila, sambil,dll
2.9 Menjelaskan Makna Kias Yang terdapat dalam teks cerita (Novel) Sejarah
Bahasa yang digunakan dalam novel lazimnya adalah konotatif dan emotif. Bahasa dalam
sebuah novel bergantung pada budaya yang melatarbelakangi novel tersebut. Dengan demikian,
sebagai pembaca novel, seseorang harus memiliki kompetensi sastra, yakni keseluruhan
konvensi yang memungkinkan pembacaan dan pemahaman karya sastra itu sendiri.
Nah, dalam novel sejarah sendiri, terdapat beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku,
yakni sebagai berikut:
contohnya:
ii
apalagi bila Gajah Mada berada di tempat berseberangan yang melawan arus atau
pendapat umum dan ternyata Gajah Mada terbukti berada di pihak yang benar.
contohnya:
Setelah juara gulat itu pergi, Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang
masuk ke kadipaten.
“Sejak sekarang, kau boleh membuat rancangan yang harus kaulakukan, Gagak
Bongol. Sementara itu, di mana pencadian akan dilakukan, aku usahakan malam
ini sudah diketahui jawabnya."
c) menggunakan kata kerja material, yakni kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan
yang terjadi. Seperti: menyuruh, menawari, membersihkan, menghindar, melompat, dsb.
contohnya:
Di depan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpuh. Emban
tua itu melanjutkan tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah Wiyat yang
terlihat lebih tegar dari kakaknya, atau boleh jadi merupakan penampakan dari isi
hatinya yang tidak bisa menerima dengan tulus pernikahan itu.
Ketika para Ibu Ratu menangis yang menulari siapa pun untuk menangis, Dyah
Wiyat sama sekali menitikkan air mata. Manakala menatap segenap wajah yang
hadir di ruangan itu, yang hadir dan melekat di benaknya justru wajah Rakrian
Tanca. Ayunan tangan Gajah Mada yang menggenggam keris ke dada prajurit
tampan itu masih terbayang melekat di kelopak matanya.
d) menggunakan banyak kalimat tak langsung, sebagai cara menceritakan tuturan seseorang
tokoh oleh pengarang. Seperti: mengatakan bahwa, menceritakan tentang,
mengungkapkan, menanyakan, menuturkan, menyatakan, dsb.
contohnya:
Menurut Sang Patih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan ia telah
melihat banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama dan gunanya.
Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan
Kendit Galih tentang masalah itu.
e) menggunakan kata kerja mental, yakni kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Seperti: merasakan, menginginkan, mengarapkan,
mendambakan, mengalami, dsb.
contohnya:
f) menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan dengan tanda petik ganda ("....") dan
kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
contohnya:
ii
"Mana surat itu?"
"Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar."
"Real Peranggu, dua," Sang Adipati mendengus menghinakan, "dan gelang,
bukan?"
"Demikianlah, Gusti, dan gelang."
g) menggunakan kata sifat (bahasa deskriptif) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.
contohnya:
Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata
menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dan satuan masing-masing.
Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan
beberapa prajurit mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar
dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak
dengan Patih Daha Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku itu.
Selain menggunakan kaidah kebahasaan seperti telah diuraikan di atas, novel sejarah juga
banyak menggunakan kata atau frasa yang bermakna kias dan peribahasa.
1. Makna Kias
Makna kias adalah makna yang mengandung pengandaian atau pengibaratan.
Makna kias memiliki arti tidak sebenarnya, konotatif. Kata atau frasa bermakna kias ini
digunakan penulis untuk membangkitkan imajinasi pembaca saat membacanya serta
memperindah cerita.
Berikut adalah contoh-contohnya:
Di antara para Ibu Ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni
Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang. (terpukul hatinya = sangat sedih)
Di sebelahnya, Gajah Mada membeku. (membeku = diam saja)
2. Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan
seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri
seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil.
(Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu-Zain (1994)). Peribahasa digunakan
oleh penulis untuk memperkuat latar waktu dan tempat kejadian cerita.
Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja,
hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapa pun merasa tenang
dan tenteram di bawah panji gula kelapa. (gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja
= hidup makmur dan tenteram)
Singa Parepen yang juga disebut Bango Lumayang terpaksa harus menebus
dengan nyawa untuk ameng-ameng nyawa yang dilakukannya. (ameng-ameng
nyawa = bermain-main dengan nyawa)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Makalah yang Kami buat dapat ditarik beberapa Buah Kesimpulan :
ii
Nilai-nilai yang terdapat didalam teks sejarah tersebut tergantung atau berdasarkan tema
yang diangkat didalamnya, seperti didalam teks tersebut menceritakan kegigihan seorang
pejuang negara indonesia, maka disitu terdapat nilai politik demi mempertahankan dan
memerdekakan negara
Teks Sejarah ini mempunyai fungsi untuk menceritakan ataupun menjelaskan mengenai
sebuah kejadian ataupun peristiwa sejarah yang terjadi dimasa lampau atau masa lalu
yang berkaitan asal-muasal peristiwa.
Teks Sejarah Fiksi adalah sebuah teks yang dibuat berdasarkan sebuah khayalan atau
imajinasi si penulis. Sebaliknya Sejarah Non Fiksi adalah sebuah teks yang dibuat
berdasarkan kenyataan yang dialami.
Demikianlah pembahasan artikel struktur teks sejarah, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu
pengetahuan baru bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
www.materikelas.com/2015/10/teks-cerita-sejarah-pengertian-struktur.html
ii
www.abdaccom.com/2015/10/teks-sejarah-pengertian-ciri-ciri-jenis.html
adventureof-masrukhin.blogspot.co.id/2015/09/contoh-teks-cerita-sejarah-hari-guru.html
http://www.ilmudaninfo.com/2017/11/ciri-ciri-kebahasaan-teks-cerpen.html
https://brainly.co.id/tugas/8456358
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Peribahasa
https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/05/rpp-bahasa-indonesia-kelas-xii-smasmk.html
ii