Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEBAKARAN HUTAN
Disusun Oleh :

1. Sherlya Hesmuyta
2. Salzu Clarisa
3. Sigit Harjo Yudono
4. Sinta Permata Sari
5. Rudy Hartono

SMP NEGERI 1 BINONG


TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq

dan hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan. Kami selaku penulis

sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu,

penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi perbaikan selanjutnya.

Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan

dan penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan

makalah ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada

pembaca.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya

kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini

terutama kepada Bapak / Ibu guru selaku pembimbing kami.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Landasan Teori 2
BAB II. PENYEBAB DAN AKIBAT TERJADINYA KEBAKARAN
HUTAN 8
2.1. Pengertian Kebakaran Hutan 8
2.2. Jenis Kebakaran Hutan 8
2.3. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan 9
2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan 10
2.5. Faktor Ulah Tangan dan Kecerobohan Manusia 11
2.6. Akibat Terjadinya Kebakaran Hutan 12
2.7. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi 15
2.8. Dampak Terhadap Hubungan Negara 17
BAB III. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
HUTAN 18
3.1. Pencegahan Kebajaran Hutan 18
3.2. Penanggulangan Kebakaran Hutan 19
BAB IV PENUTUP 20
4.1. Kesimpulan 20
4.2. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-

wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida

(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta

pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling

penting.

Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki sumber daya hutan

terbesar kedua sedunia ini merupakan paru-paru dunia. Lebih kurang 4000 jenis

tumbuhan yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe hutan telah

diketahui (terutama di Hutan Hujan Tropis) dan sekitar 400 jenis pohon telah

diketahui nilai komersial kayunya.

Kebakaran merupakan salah satu fenomea yang menggangu aktivitas

manusia, baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun kerusakkan

lingkungan dan lain-lain. Hanya saja wawasan masyarakat akan pentingnya

pengetahuan penyebab, dampak, proses, pencegahan dan penanggulangan

dinilai masih cukup kurang bahkan tidak ada rasa kepedulian sama sekali.

Walaupun sudah diteapkan peraturan dan perundangan tentang kehutanan

(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999

TENTANG KEHUTANAN) tetap saja masyarakat belum mengetahui isi

keseluruhan peraturan tersebut.

1
Berawal dari masalah tersebut penyusunan makalah ini dissun dan

dipublikasikan. Agar masyarakat lebih mengetahui dengan cara sosialisasi

seputar kebakaran hutan. Karena dengan cara tersebut kebakaran hutan dapat

dicegah.

1.2. Landasan Teori

1.2.1. Jenis Hutan Di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas

di dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus

berkurang drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat

yang selalu haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi

mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi

lingkungan global.

Berikut di bawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-

jenis hutan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai

arti definisi dan pengertian :

1. Hutan Bakau

Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai

berlumpur. Contoh : Pantai Timur Kalimantan, Pantai Selatan

Cilacap, dll.

2. Hutan Sabana

Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan

jumlah pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah.

Contoh : Nusa tenggara.

2
3. Hutan Rawa

Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan

tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan,

Kalimantan, dsb.

4. Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara

yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki

curah hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki

tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan

basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat

disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang

senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah.

Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.

5. Hutan Musim

Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya

periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di

kala kemarau menyelimuti hutan.

Di samping itu hutan terbagi atau dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :

1. Hutan Wisata

Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang

ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan /

binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan

suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi

3
sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi

orang dan tempat penelitian.

2. Hutan Cadangan

Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan

pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar

20 juta hektar hutan cadangan.

3. Hutan Lindung

Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga

ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar

tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis)

sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO2 (karbon

dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung sangat

dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang

umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.

4. Hutan Produksi atau Hutan Industri

Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk

menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat

dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan

budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan

budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang

biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang

diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang

pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar

yang masih kecil tidak ikut rusak.

4
1.2.2. Fungsi Hutan Di Indonesia

a. Penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink)

Karbondioksida diketahui sebagai salah satu gas yang dapat

menyebabkan efek rumah kaca. Karbondioksida dihasilkan dari

hasil pernapasan makhluk hidup, dalam hal ini manusia dan hewan,

dan dari sisa buangan industri dan kendaraan bermotor.

Lain halnya dengan tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan

pepohonan memerlukan gas karbondioksida untuk dapat hidup.

Fungsi hutan sebagai penampung karbondioksida ini erat kaitannya

dengan keberadaan tumbuhan dan pepohonan di tempat tersebut.

Seperti yang telah kita ketahui bersama pohon dan tumbuhan akan

mengkonversi gas karbondioksida menjadi gas oksigen melalui

proses fotosintesis. Gas oksigen diketahui sebagai gas yang sangat

diperlukan oleh manusia untuk melangsungkan hidupnya.

Reaksi konversi gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah

sebagai berikut :

12 H2O + 6 CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 + 6 H2O

Pada hasil reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh

tumbuhan dan pohon sebagai energi untuk tumbuh dan

berkembang. Proses fotosintesis ini berlangsung pada daun dari

tumbuhan dan pepohonan. Laju fotosintesis ini dipengaruhi dari

luas permukaan dari daun tumbuhan dan pepohonan. Semakin luas

permukaan daun, semakin tinggi laju fotosintesis yang berarti

semakin tinggi laju penyerapan gas karbondioksida

5
b. Habitat hewan

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan

berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling

tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang

mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut

Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang

ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok

spesies, atau komunitas. Hutan merupakan salah satu contoh habitat

hewan.

c. Modulator arus hidrologika

Siklus atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak

pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir

melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci

proses siklus hidrologika tersebut dapat berjalan secara kontinu.

Fungsi dari hutan dalam arus hidrologika ini sendiri adalah

sebagai modulator, yaitu salah satu tempat pemodifikasian dari uap

air ke air begitu seterusnya tidak berhenti. Dan jika arusnya

dihentikan dengan terbakarnya hutan dapat mengganggu siklus atau

arus tersebut.

· d. Pelestari tanah

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan

peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah

menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut

6
erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta

terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor

disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah

pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan.

Akar-akar dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang

menahan lapisan tanah pada tempatnya. Sehingga peristiwa seperti

diatas tidak terjadi.

· merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting

Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara,

daratan, dan air, yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik

berlangsung. Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer

adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk

hidup dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan

unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi.

Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui

yang mendukung kehidupan. Salah satu contoh biosfer yang paling

penting adalah hutan.

7
BAB II

PENYEBAB DAN AKIBAT TERJADINYA KEBAKARAN HUTAN

2.1. Pengertian Kebakaran Hutan

Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi,

kebakaran rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang

terjadi di alam liar, tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber

daya pertanian. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan

pembakaran.

Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab

utama kebakaran hutan besar.

Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari

sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan

di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim.

2.2. Jenis Kebakaran Hutan

Jenis Kebakaran Hutan dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu Surface Fire,

Crown Fire dan Ground Fire. Atau dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Surface Fire

Api dapat membakar hutan terutama di permukaan, menyebar

melalui serasah, ranting dan rumput kering di sepanjang permukaan

tanah dan ditelan oleh api yang menyebar.

b. Crown Fire

8
Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown Fire di mana mahkota pohon

dan semak terbakar, seringkali ditopang oleh api permukaan. Api

mahkota terutama sangat berbahaya di hutan jenis konifera karena bahan

resinous diberikan dari pembakaran kayu membakar marah. Pada lereng

bukit, jika api mulai menurun, menyebar dengan cepat seperti udara

dipanaskan berdekatan dengan lereng cenderung mengalir ke atas lereng

penyebaran api bersama dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada

kemungkinan kurang dari itu menyebar ke bawah.

c. Ground Fire

Kebakaran pemukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di

atas permukaan, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan

dibawah permukaan

2.3. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran pemukaan

dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, kemudian api

menyebar tidak menentu secara perlahan dibawah permukaan, membakar

bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon

yang bagian atasnya terbakar. Dalam perkembangannya, api menjalar secara

vertical dan horizontal membentuk kantong asap dengan pembakaran tidak

menyala (soldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang

tampak di atas permukaan. Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya didalam

tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan

pemadaman akan mengalami banyak kesulitan.

9
2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Penyebab kebakaran hutan dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor alam

dan faktor ulah tangan dan kecerobohan manusia. Dapat diuraikan sebagai

berikut:

2.4.1. Faktor Alam

a. Sambaran petir

petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api yang apabila

terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat menimbulkan titik api

yang lebih besar.

b. Benturan longsuran batu

Satu batu dengan batu lainnya apabila bergesekkan akan

menimbulkan energi yang dapat berubah menjadi oercikan api yang

sproses selanjutnya sama seperti di atas.

c. Singkapan batu bara

Batubara merupakan salah satu bahan bakar, apabila iklim suhu

terlalu tinggi dapat membakar batu bara dengan sendirinya.

d. Tumpukan daun kering

e. Fenomena iklim El-Nino

El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah

diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik

Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara

fisik El Nino tidak dapat dilihat. Fenomena El Nino menyebabkan

curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat

berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El

10
Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal

sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia

dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang pernah menimbulkan

kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan

bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan

dan asap yang ditimbulkannya.

2.5. Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia

a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-

pindah. Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di

kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan

cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan

lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan

terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988).

Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya

sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan

berada di kawasan HPH.

b. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.

c. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan

untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya

mencakup areal yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara

tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan

yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat

11
kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk

pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan

lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.

d. Kecerobohan dengan merokok dan membuang puntung rokok di hutan.

Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan sumber api

sembarangan sangat di perlukan, karena menghindari terjadinya

sambaran api dari sumber api ke dedaunan atau kayu kering yang ada

dihutan.

e. Membiarkan bara api setelah berkemah, dll.

f. Bara api yang tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup

udara bebas dan akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar dan

menyambar ke dedaunan atau kayu kering yang ada dihutan.

2.6. Akibat Terjadinya Kebakaran Hutan

Dampak atau akibat terjadinya kebakaran hutan dikategorikan menjadi empat

faktor yaitu:

a. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

b. Tercemarnya udara, oleh gas CO dan CO2.

c. Reaksi oksidasi yang terjadi pada proses pembakaran zat organik pada

kayu atau daun kering akan menghasilkan gas CO dan CO2, terutama gas

CO2 yang akan membuat suhu bumi meningkat.

d. Hilangnya sejumlah spesies flora & fauna,

Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun

juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya

12
satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya

jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada

penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang ikut tebakar

dalam kebakaran hutan diIndonesia.

e. Ancaman erosi

Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran

tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi

menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat

hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah - akibat

terbakar - sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh

hujan ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan

hanya erosi tetapi juga longsor.

f. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan,

Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai

catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai

dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet

bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga

hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang

diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat

terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang

telah terbakar tersebut.

g. Hutan itu sendiri mengalami perubahan peruntukkan menjadi lahan-lahan

perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang

13
yang akan membutuhkan waktu lama untuk kembali pada fungsinya

semula.

h. Penurunan kualitas air,

Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan

perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan

faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi

memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa

seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-

sungai yang ada. Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini

akan terus berulang apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu

sungai sana.

i. Terganggunya ekosistem terumbu karang,

Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap.

Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya

lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan

beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan

fotosintesa.

j. Sedimentasi di aliran sungai.

Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di

bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai

bersangkutan akibat erosis yang terus menerus.

14
2.7. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi

a. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat yang tinggal di

pinggiran dan sekitar hutan,

Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari

hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan

dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya yang

secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah

kebakaran usaipun dipastikan bahwa masyarakat kehilangan sejumlah

areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti rotan, karet.

b. Terganggunya aktivitas sehari-hari,

Adanya gangguan asap secara otomatis juga mengganggu aktivitas yang

dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagianorang

tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari

menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap

banyak aktivoitas yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan.

Adanya gangguan asap akan mengurangi intensitas dirinya untuk berada

di luar ruangan.

c. Peningkatan jumlah hama,

Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan

aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak

“mencampuri” urusan produksi manusia maka ia akan tetap menjadi

spesies sebagaimana spesies yang lain. Sejumlah spesies yang potensial

untuk menjadi hama tersebut selama ini berada di hutan dan melakukan

interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai kehidupan. Kebakaran

15
yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai ekosistem tersebut.

Dan dalam beberapa kasus ‘ia’ masuk dalam komunitas manusia dan

berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses produksi manusia

yang ia tumpangi atau dilaluinya.

d. Hama

Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa

binatang bertubuh besar lainnya ‘harus’ memporak porandakan kawasan

yang dilaluinya dalam upaya menyelamatkan diri dan dalam upaya

menemukan habitat barunya karena habitat lamanya telah musnah

terbakar.

e. Terganggunya kesehatan masyarakat (karena asapnya),

Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama

munculnya penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya

bisa ditandai dengan rasa sesak di dada dan mata agak berair. Untuk Riau

kasus yang paling sering terjadi menimpa di daerah Kerinci, Kabupaten

Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru sendiri

lebih dari 200orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.

f. Produktivitas masyarakat menurun,

Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita

bisa keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari

tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu

kerja seseorangpun berkurang karena ia harus menunggu sedikit lama

agar matahari mampu memberikan sinar terangnya. Ketebalan asap juga

16
memaksa orang menggunakan masker yang sedikit banyak mengganggu

aktivitasnya sehari-hari.

g. Menurunnya devisa negara.

Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian

mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.

2.8. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara

Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal

batas administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga

sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari

kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara negara

menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan

Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir kebakaran

hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.

Yang menarik, justru akibat munculnya protes dari tetangga inilah

pemerintah Indonesia seperti kebakaran jenggot dengan menyibukkan diri dan

berubah fungsi sebagai barisan pemadam kebakaran. Hilangnya sejumlah

spesies dan berbagai dampak yang ditimbulkan ternyata kalah penting

dibanding jeweran dari tetangga.

Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali

terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap

yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis

pariwisata karena keengganan wisatawan untuk berada di tempat yang

dipenuhi asap.

17
BAB III

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN

3.1. Pencegahan Kebakaran Hutan

3.1.1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan hutan yang

lebih baik.

Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan

adanya sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara

menindaklanjuti jika terjadi kebakaran hutan, mulai dari pengenalan,

proses pengelolahan, dan pencapaian hasil

3.1.2 Memperkecil jumlah titik api

Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area

hutan. Dengan adaya gas oksigen dan alat yang mudah terbakar

membantu berkembangnya api. Api yang bermula hanya titik atau

berupa sumber dengan adanya faktor pendukung maka terjadilah

kobaran api yang besar.

3.1.3 Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)

Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinnya

kebakaran hutan, atau untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran

hutan perlu diberikan peringatan dan aturan-aturan yang berkaitan

dengan penyebab kebakaran hutan dan dampak bagi masyarakat sekitar.

3.1.4 Membangun satuan-satuan pemadam kebakaran hutan (brigade

kebakaran) di tiap daerah yang rawan gangguan kebakaran hutan

dengan dukungan dana, sarana dan prasarana yang memadai.

18
3.2. Penanggulangan Kebakaran Hutan

a. Pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya penanggulangan

kebakaran hutan yang efektif dan sinergis.

b. Dalam jangka panjang penanggulangan kebakaran hutan dilaksanakan

dengan membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang

melibatkan peran aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

c. Melakukan rehabilitasi dan penghijauan

19
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

a. Kebakaran hutan di Indonesia disebakan faktor alam : sambaran

petir, tumpukan srasahan, iklim El-Nino

b. Sedang faktor ulah tangan /kecerobohan manusia : sistem perladangan

tradisional dari penduduk yang berpindah-pindah, Pembukaan hutan oleh

pemegang HPH untuk insdustri kayu/ perkebunan kelapa sawit, membuang

puntung rokok di hutan, membiarkan bara api setelah berkemah.

c. dampak negatif kebakaran terhadap ekologis ; sosial, budaya dan ekonomi;

hubungan antar negara; perhubungan dan pariwisata.

d. Pencegahan kebakaran hutan : sosialisasi pengelolaan hutan yang baik,

memperkecil jumlah titik api, mengembangkan sistem peringatan dini

, membangun brigade kebakaran di tiap daerah rawan kebakaran,

mengadakan kampanye penanggulangan kebakaran hutan

e. Penanggulan terhadap kebakaran hutan : pembangunan jejaring kerja antar

daerah dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan yang efektif dan

sinergis, membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang

melibatkan peran aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan, Melakukan

rehabilitasi dan penghijauan

f. Intensitas kebakaran hutan di Indonesia menurun akibat curah hujan yang

meningkat (Replubika, 2010).

20
4.2. Saran

a. Perbanyaklah pengetahuan seputar dampak dan penyebab terjadinya

kebakaran hutan.

b. Cegahlah kebakaran hutan dengan cara sosialisasi tentang kebakaran hutan,

intruksikan pada pemerintah daerah untuk membangun satuan pemadam,

bersikap waspada dalam menyalakan sumber api di hutan, dll.

a. Jika terjadi kebakaran tetap tenang, dan lakukanlah penanganan awal

dengan cara menghubungi pihak yang berwenang menangani

21
DAFTAR PUSTAKA

http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/yang_telah_disahkan/UU_41_1999_KEHUT

AAN.html

http://indonesianforest.com/frameset.php

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/11/04/144702-luas-

kebakaran-hutan-di-indonesia-menurun

22

Anda mungkin juga menyukai