Anda di halaman 1dari 2

DESKRIPSI TATA RUANG KOTA BANDA ACEH

Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota
Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling
tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.

Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-
14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan
Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa,
Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah,
salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa
Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh tidak lepas
dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu
hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana
Kerajaan Lamuridipindahkan ke Meukuta Alam. Lokasi istana Meukuta Alam berada di
wilayah Banda Aceh.

Geografi
Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"–05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–
95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah
Kota Banda Aceh berbatas dengan Selat Malaka di sebelah utara; Kabupaten Aceh Besar
di sebelah timur dan selatan; dan Samudera Hindia di sebelah barat.

Mata Pencarian
Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan ladang, dengan tanaman
pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dan lain-lain. Masyarakat yang bermukim_ di
sepanjang pantai pada umumnya menjadi nelayan. Sebagian besar orang Alas hidup dari pertanian
di sawah atau ladang, terutama yang bermukim di kampung (kute). Tanam Alas merupakan
lumbung padi di Daerah Istimewa Aceh. Di samping itu penduduk beternak kuda, kerbau, sapi, dan
kambing, untuk dijual atau dipekerjakan di sawah. Mata pencaharian utama orang Aneuk Jamee
adalah bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di
daerah pantai. Di samping itu ada yang melakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago),
salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung (penggaleh).
Matapencaharian pada masyarakat Gayo yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman kopi.
Matapencaharian utama orang Tamiang adalah bercocok tanam padi di sawah atau di ladang.
Penduduk yang berdiam di daerah pantai menangkap ikan dan membuat aran dari pohon bakau.
Adapula yang menjadi buruh perkebunan atau pedagang.

Kebudayaan
1. Selayang Pandang

Masyarakat Gayo di Aceh Tengah hidup di daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Mereka tetap melestarikan seni budaya bangsa yang salah satunya adalah Didong. Didong adalah
kesenian tradisional yang sangat populer dan diminati oleh masyarakat Gayo. 

2. Keistimewaan

Seni pertunjukkan tradisional yang menjadi kebanggaan masyarakat Gayo ini mampu
bertahan hingga sekarang di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh westernisasi
3. Arbab

Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan
penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai
bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai

2. Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas,
Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang
meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang
meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai.

4. Serune Kalee (Serunai)


5. Rapai
6. Geundrang (Gendang)
7. Tambo
8. Taktok Trieng
9. Bereguh
10. Canang

RELIGI

Masyarakat mayoritas memeluk agama Islam.

Sosial
Dalam memahami stratifikasi yang ada dalam masyarakat Aceh tentu banyak sekali
lapisan-lapisan maupun perbedaan sosial yang terdapat didalamnya menurut dari segi
pandangnya, seperti segi suku, adat, budaya, dan sejarah keturunan, wilayah, sastra bahasanya,
maupun hukum-hukum tradisionalnya. Dari segi tersebut juga kita dapat memilah-milahnya lagi
dengan berbagai macam kabupaten yang ada di Aceh.
Suku asli Aceh biasanya mereka sangat dikenal karena mereka adalah bagian ataupun
turunan-turunan dari kesultanan Aceh, dan sebagai keturunan bangsawan mereka memiliki gear
di nama mereka,

Anda mungkin juga menyukai