Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Makalah Bahasa Indonesia yang berjudul Makalah Cerpen
(Cerita Pendek) ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Cerpen (Cerita
Pendek) ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Cerpen
(Cerita Pendek) ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia,Mei2023
Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belajang....................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah................................................................................. 3

C. Tujuan................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian cerpen.................................................................................. 4

B. Sejarah Cerpen...................................................................................... 4

C. Ciri-ciri Cerpen..................................................................................... 6

D. Jenis-jenis Cerpen................................................................................. 7

E. Aliran-aliran Cerpen............................................................................. 7

F. Struktur Cerpen..................................................................................... 10

G. Unsur-unsur Cerpen.............................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 14

B. Saran..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau pemikiran yang
berbentuk pesan ke dalam media tulis. Cerpen menurut KBBI adalah karangan
pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan
tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau
menyenangkan dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.
Kisah yang diungkapkan dalam cerpen bisa bertolak pada realitas atau
rekaan yang dibungkus oleh imajinasi, atau juga kisah imajinasi yang
dihubungkan dengan realitas. Dengan itu dapat dipahami oleh pembaca dan
pembaca pun memperoleh hiburan batin atau pengalaman batin dalam
menikmati nilai sastra yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita dapat
diperoleh melalui sesuatu yang dipikirkan, yang disaksikan, atau yang dialami
oleh pengarang sendiri dan kemudian direka-reka menjadi suatu karya yang
bernilai. Cerpen juga merupakan karya sastra. Dalam hal ini akan dikaji oleh
penulis mengenai menulis teknis atau praktis cerpen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian cerpen?
2. Bagaimanakah sejarah cerpen?
3. Bagaimanakah ciri-ciri cerpen?
4. Apa sajakah jenis-jenis cerpen?
5. Apa saja aliran-aliran cerpen?
6. Bagaimanakah struktur cerpen?
7. Apa sajakah unsur-unsur cerpen?

C. Tujan
1. Mengetahui apa itu cerpen;
2. Mengetahui sejarah cerpen;
3. Mengetahui ciri-ciri cerpen;
4. Mengetahui apa sajakah jenis-jenis cerpen;
5. Mengetahui apa saja aliran-aliran cerpen;
6. Mengetahui struktur cerpen;
7. Mengetahui Apa sajakah unsur-unsur cerpen;

3
BAB II
PEMBAHSANA

A. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti
novela (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot,
tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang
lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-
cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

B. Sejarah Cerpen
1. Asal Usul Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang
menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer.
Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama.
Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk
mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan
pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan
pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian
cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral
di dalamnya, konon dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai
hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6
SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain
yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal
sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain
terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia sering kali,
diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran (tokoh) utama.
Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda.
Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau
mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan
masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul.
Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai
asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada
masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah

4
cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak
dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta
Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa
hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger
deCoverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita
tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya
Geoffrey ChaucerCanterburyTales dan karya Giovanni
BoccaccioDecameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek
yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang
dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih
besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak
diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-
cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah “novella” kelam yang
tragis karya MatteoBandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya).
Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-
cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel
pendek yang diperhalus, “nouvelle”, oleh pengarang-pengarang seperti
MadamedeLafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai
diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya
Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu
Malam karya AntoineGalland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada
1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek
Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
2. Cerita-cerita Pendek Modern
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada
awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek
termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Eveningson
a FarmNearDikanka (1831-1832) karya
NikolaiGogol, TalesoftheGrotesqueandArabesque (1836), karya Edgar
Allan Poe, dan TwiceToldTales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada
akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan
pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata
panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada
periode ini adalah “Kamar No. 6” karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka,
seperti The Atlantic Monthly, Scribner’s, dan The SaturdayEveningPost,
semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan
akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk
cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang
menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya
pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan
cerita pendek Long Ernest Hemingway (atau novella) Lelaki Tua dan Laut.

5
Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua
hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita
pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The
New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat
kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini
telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat
ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang
diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.

C. Ciri-ciri Cerpen
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel.
Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai
satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung
memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar
setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita
yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di
dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat
yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita
yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita
di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin
pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali
mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan
cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih
panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik.
Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan
terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau
pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni mana pun, ciri khas dari sebuah
cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.

Adapaun yang menjadi cirri khusus cerpen, di antaranya sebagai berikut:


1. Isinya cenderung kurang kompleks;
2. Fokus cerita terpusat pada satu kejadian;
3. Hanya menggunaka satu alur cerita yang rapat;
4. Tokoh dlam cerpen terbatas dan diulas secara sekilas;
5. Setting yang digunakan biasanya tunggal;
6. Tempo waktunnya realtif pendek;
7. Menampilkan konflik yang tidak menimbulkan peubahan nasib
pada tokohnya;

6
D. Jenis-jenis Cerpen
1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra
berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750–10.000 kata.
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:
a) Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000
buah;
b) Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4.000
buah;
c) Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka
10.000 buah;
2. Jenis Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya
a. Cerpen Sempurna (wellmadeshort-story)
Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas,
dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya
bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini
biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa
membacanya dalam tempo kurang dari satu jam.
b. Cerpen Tak Utuh (sliceoflifeshort-story)
Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-
pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat
mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
orisinal, sehingga lazim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan).
Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra,
harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya.
Para pembaca awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.

E. Aliran-aliran Cerpen
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan
secara sesungguhnya. H.B. Jasssin menjelaskan dalam realisme
digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat oleh mata.
Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur
tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan
pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar tanpa ikut campur dalam
cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih bagus
atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi baru
berkembang pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang
romantisme yang mereka anggap cengeng dan berlebihan. Kaum realis lebih
memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal bersifat ideal ditolak.

7
Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan masyarakat
bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, gangster, dsb.
2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali
kesan-kesan sang pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Sebagaimana
kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. J.S. Badudu, pengarang tak
akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti realisme dan
naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama yang
dilukiskan, karena kesan itulah yang tetap melekat.
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. Jika realisme menyajikan hal-
hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung
melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau menyeleksinya.
Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh sebab itu
naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan
pornografis. Juga melukiskan kritik sosial secara tajam. Naturalisme amat
mementingkan alam semesta, seperti pengertian awalnya bahwa natura
adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam
semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan
aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang
rendah.
4. Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini
merangkum realisme dan naturalisme. Yaitu di samping melukiskan hal-hal
yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia dikatakan melukiskan
kenyataan yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil dalam bentuk
realisme yang kuat, melukiskan aspek kehidupan secara nyata dan langsung.
Dalam perkembangannya realisme kurang memuaskan sehingga dalam
banyak hal naturalisme lebih mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang.
Akan tetapi naturalisme pun kurang memuaskan sehingga membutuhkan
satu bentuk ekspresi yang lebih ekstrem yaitu neonaturalisme.
5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusastraan yang
menekankan pada takdir. Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan
lingkungan. Berasal dari kata todetermine yang berarti menentukan atau
paksaan nasib. Dr. J.S. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan
oleh Tuhan melainkan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat
sekitar, seperti kemiskinan, penyakit keturunan, dan kesulitan akibat perang.
Inti pokoknya adalah penderitaan seseorang. Jahatkah, melaratkah,
penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan namun karena lingkungan yang
buruk. Penganutnya berangkat dari paham materialisme dan karenanya tidak
percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan demikian. Contoh: Tokoh Yah
dalam Belenggu, Armijn Pane. Neraka Dunia, Katak hendak jadi Lembu –
Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal – NH Dini, AtheisAchdiat K. Mihardja.

8
6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. H.B. Jassin bahwa sampainya orang pada aliran
ekspresionisme karena manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma
bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu sampai pada
pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan
kesengsaraannya, ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya.
Untuk melahirkan manusia yang sebenarnya, si pengarang harus seolah-olah
masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan ia tak bisa meniadakan dirinya sama
sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Pada mulanya ia sebagai
penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi kemudian menjadi
aktif sebagai pemain yang subyektif yang turut menyatakan dirinya. Maka
sampailah ia pada ekspresi yaitu pengucapan jiwanya yang melahirkan
ekspresionisme.
7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit
kaum muda yang belum banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka
mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggunakan otak.
Oleh sebab itu romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan
penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam mimpi. Karya
romantisme ada yang cengeng, yang melukiskan kecengengan jiwa remaja
yang berlagu tentang kecerahan bulan, menyanyi di lindungan pohon
dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada pula karya romatisme
yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman dan pengetahuan yang bila
dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan. Karya
Shakespeare, Romeo dan Juliet, misalnya adalah karya yang agung.
Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo juga Daniel Defoe (1660-
1731).
8. Idealisme
Drs. Sabarudin Ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan,
Saiful 1975) mengatakan bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik
yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si penulis atau kepada ide
pengarang semata. Pengarang idealis memandang jauh ke depan ke masa
datang dengan segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi.
Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang penulis. Lukisan yang
idealisme sudah tentu umumnya indah dan menawan. Contoh Tokoh
Tuli dalam Layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-citanya
mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan R.A.
Kartini. Umumnya fiksi Indonesia sebelum perang banyak yang
menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan Jodoh, Katak
Hendak Jadi Lembu.
9. Surealisme
Muncul di Prancis antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Tokoh
surealis berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya
mereka serahkan pada pembaca atau audiens. J.S. Badudu mengatakan
surealisme realitasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan

9
amat memengaruhi bentuk lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-
lompat .Karena itu amat sulit mengikuti karya surealisme. Pembaca harus
menyatukan dalam pikirannya lukisan yang seakan-akan bertaburan apalagi
karena pengarang seakan mengabaikan tata bahasa, pikiran tampak
meloncat-loncat, logika seakan hilang , alam benda dan alam pikiran
bercampur jadi satu.

F. Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan
dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga
sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam
artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan
dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara
sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun
watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian
komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks
serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi
tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang
dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil
dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

G. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis
unsur-unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah cerpen memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya.

Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.


a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh
(closereading) isi cerita. Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan
amanat atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema

10
menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang
tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah
persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok
adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang
terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur
keseluruhan cerita.
b. Jalan Cerita dan Alur
Alur tersembunyi dibalik jalan cerita. Alur merupakan bagian
rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan
dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita
karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita
dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus berisikan
pertentangan antar orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri sang
tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian
baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian.
Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya
perkembangan konflik. Adapun kehadiran konflik harus ada sebabnya.
Secara sederhana, konflik lahir dari mulai pengenalan hingga
penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan konflik
adalah sebagai berikut:
Roundedrectangle: pengenalan konflik → timbul permasalahan →
permasalahan → memuncak → permasalahan mereda → penyelesaian
masalah.
c. Tokoh dan Perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya
berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang (pengalaman
hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus bagaimana
suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang
kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh
ceritanya berati berhasil pula dalam menghidupkan tokoh. Dalam
perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal berikut:
d. Latar (Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap
penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain,
semisal tema atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di
mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian. Adapun
penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting
waktu, dan setting sosial.
e. Sudut Pandang (Pointof View)
Pointofview berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah
dalam cerpen. Cara yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali
gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan watak dan pribadi si pencerita
akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.

11
Adapun sudut pandang pengarang terdiri dari empat macam, yaitu
sebagai berikut:
1) ObjectivePointof View
Dalam teknik ini pengarang hanya menceritakan apa yang
terjadi, seperti melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan
karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke
dalam pikiran para pelaku.
2) OmniscientPointof View
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta
segalanya, ia tahu segalanya, ia biasa menciptakan apa saja yang ia
perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang
diinginkannya.
3) Pointof View (Orang Pertama)
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal
pula dengan teknik susut pandang “aku”. Hal ini sama halnya seperti
seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
4) Pointof View (Orang Ketiga)
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman
seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang hanya “menitipkan”
pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga (“dia”) dapat
juga menggunakan nama orang.
f. Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan
ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut
menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, dan
menceritakannya dalam sebuah cerpen.
g. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang
dibaca. Dalam hal ini, pengarang “menitipkan” nilai-nilai kehidupan
yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut
bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca.
Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berada dari cerpen yang
dibacanya. Hal lain yang termasuk unsur sastra adalah unsur ekstrinsik.
Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri. Misalnya nama, penerbit,
tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di sekitar saat karya
sastra tersebut ditulis.
2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk
cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk
cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan
masyarakat saat di mana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini
sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun
latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen.

12
a. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar
belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita.
Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian ideologi negara, kondisi
politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada
masyarakat itu sendiri.
b. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang
terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat
sebelumnya.
1) Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang
cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood
ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
3) Aliran sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu
aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap
gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan
sebuah kisah dalam cerpen tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-
teknik sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel.
Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai
satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek, beberapa di antaranya adalah realisme,
impresionisme, naturalisme, neonaturalisme, determinisme, ekspresionisme,
romantisme, idealisme, dan surealisme.

B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting
cerpen yang sesuai dengan daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi:
tema, plot/alur, tokoh, latar/setting, amanat dan sudut pandang. Jadi harus
mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa, tokoh, latar, amanat
dan sudut pandang dengan menarik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.


Djuri, O. Setawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama
Widya.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:
Angasa.

15

Anda mungkin juga menyukai