Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

UNSUR – UNSUR CERPEN


Guru Pembimbing : Anta Pasudam S.Pd

Di Susun Oleh :
Dea Luvista
Kelas IX
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada guru pembimbing kami
yaitu bapak Anta Pasudam S.Pd yang telah memberikan arahan kepada kami dalam
penyusunan Makalah Bahasa Indonesia yang berjudul Makalah unsur – unsur cerpen . Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Sumber Harta, 5 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
 DAFTAR ISI

 BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

 B. Rumusan Masalah

 BAB II PEMBAHASAN

 A. Pengertian Cerpen

 B. Sejarah Cerpen

  Unsur-unsur Cerpen
 1. Unsur Intrinsik Cerpen
 2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
 BAB III PENUTUP

 A. Kesimpulan

 B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek
dengan tunggal dan terpusat satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari dua unsur
intrinsic dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar (setting).
Sudut pandang (point of view), tokoh dan penokohan, diksi, pilihan kata, gaya bahasa, dsb.
Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi pengarang dsb.
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau pemikiran yang berbentuk pesan ke
dalam media tulis. Cerpen menurut KBBI adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam
cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang
mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.

Kisah yang diungkapkan dalam cerpen bisa bertolak pada realitas atau rekaan yang
dibungkus oleh imajinasi, atau juga kisah imajinasi yang dihubungkan dengan realitas. Dengan
itu dapat dipahami oleh pembaca dan pembaca pun memperoleh hiburan batin atau pengalaman
batin dalam menikmati nilai sastra yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita dapat
diperoleh melalui sesuatu yang dipikirkan, yang disaksikan, atau yang dialami oleh pengarang
sendiri dan kemudian direka-reka menjadi suatu karya yang bernilai. Cerpen juga merupakan
karya sastra. Dalam hal ini akan dikaji oleh penulis mengenai cerpen dan unsur – unsurnya.

Sebagai generasi masa depan, kita sebagai generasi muda haruslah giat melakukan kegiatan
menulis. Supaya kegiatan menulis tidak hilang dimakan zaman yang semakin modern ini yang
penuh dengan ilmu-ilmu baru, yang bisa mengecoh anak-anak bangsa terhadap masa depan
bangsanya. Selain dari itu kita juga ikut mengembangkan dan melestarikan budaya menulis agar

tetap ada dan bisa menuangkan segala ide dan pemikiran dalam sebuah media tulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian cerpen?
2. Bagaimana sejarah cerpen ?
3. Apa saja unsur intrinstik cerpen ?
4. Apa saja unsur ekstrinstik cerpen ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novela (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya,
cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya
bisa dalam berbagai jenis.

Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan
cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya
novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh
dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

B. Sejarah Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah
terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam
bentuk puisi yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang
untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-
naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya
baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon
dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang
bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-
bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel
Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam
khazanah Sastra Indonesia sering kali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran
(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.

Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan
cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang
terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul.
Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya
suatu tempat. Contoh Banyuwangi.

Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran
Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang
mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan
dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa
hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley
diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal
abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan
karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang
terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang
ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun
perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian
dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah “novella” kelam yang tragis karya
Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah
novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.

Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang
diperhalus, “nouvelle”, oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an,
dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal
adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam
karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan
pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-
lainnya pada abad ke-18.

C. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur dalam
(intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah cerpen memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.


a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerita.
Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan amanat atau pesan yang hendak disampaikan oleh
pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang
tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih,
permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan
pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur
keseluruhan cerita.

b. Jalan Cerita dan Alur


Alur tersembunyi dibalik jalan cerita. Alur merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita
yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik
turunnya jalan cerita karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita dapat
lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus berisikan pertentangan antar orang per orang.
Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di
sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut
cerita kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada
yang menyebabkan terjadinya perkembangan konflik. Adapun kehadiran konflik harus ada
sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik.
Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan konflik adalah sebagai berikut:

Rounded rectangle: pengenalan konflik → timbul permasalahan → permasalahan →


memuncak → permasalahan mereda → penyelesaian masalah.

c. Tokoh dan Perwatakan


Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya berbeda-beda. Hal ini
disebabkan perbedaan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggambarkan
secara khusus bagaimana suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang
kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya berati
berhasil pula dalam menghidupkan tokoh. Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal
berikut:

1. apa yang diperbuat oleh para tokoh


2. melalui ucapan –ucapan tokoh
3. melalui penggambaran tokoh
4. melalui pikiran – pikiranya
5. melalui penerangan langsung

d. Latar (Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting sebagai
penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atau penokohan. Setting tidak
hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian. Adapun
penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting
sosial.

e. Sudut Pandang (Point of View)


Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam cerpen. Cara
yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan
watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.
Adapun sudut pandang pengarang terdiri dari empat macam, yaitu sebagai berikut:

1) Objective Point of View


Dalam teknik ini pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti melihat film
dalam televisi. Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak
mau masuk ke dalam pikiran para pelaku.
2) Omniscient Point of View
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, ia tahu segalanya, ia
biasa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai
efek yang diinginkannya.

3) Point of View (Orang Pertama)


Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan teknik susut
pandang “aku”. Hal ini sama halnya seperti seseorang mengajak berbicara pada orang lain.

4) Point of View (Orang Ketiga)


Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga.
Jadi, pengarang hanya “menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga
(“dia”) dapat juga menggunakan nama orang.

f. Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam
cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema,
persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen.

g. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini,
pengarang “menitipkan” nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca.
Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca.
Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berada dari cerpen yang dibacanya. Hal lain
yang termasuk unsur sastra adalah unsur ekstrinsik. Unsur ini berada di luar karya sastra itu
sendiri. Misalnya nama, penerbit, tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di sekitar
saat karya sastra tersebut ditulis.

2. Unsur Ekstrinsik Cerpen


Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar,
berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik
cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat di mana cerpen tersebut dibuat oleh
pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat
ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen.
a. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat
terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian
ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada
masyarakat itu sendiri.
b. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup
serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
1) Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis
secara keseluruhan.
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis
kisah cerita tersebut.
3) Aliran sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal
tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam
menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih
luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Unsur – unsur cerpen terdiri dari unsur
intrinstik dan unsur ekstrinstik.

B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting cerpen yang sesuai
dengan daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi: tema, plot/alur, tokoh, latar/setting,
amanat dan sudut pandang. Jadi harus mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa,
tokoh, latar, amanat dan sudut pandang dengan menarik, denn lebih utamanya menentukan jenis
cerpen yang akan dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.

Jati, W. Satrio. 2019. Buku pendamping pembelajaran bahasa indonesia :Putra nugraha

https://doc.lalacomputer.com/makalah-cerpen-cerita-pendek/#1-Jenis-Cerpen-Berdasarkan-
Jumlah-Katanya. Di akses tanggal 05 desember 2022

https://pdfcoffee.com/makalah-unsur-intrinsik-cerpen-pdf-free.html. Di akses pada tanggal 5


desember 2022

Anda mungkin juga menyukai