Anda di halaman 1dari 16

Makalah Cerita Pendek

Remaja

Di susun oleh:
Nama :AHMAD ADI PRASETYO
NO :02 (Dua)
Kls :IX.K (9K)
Di bimbing oleh:
Umi Kalsum, S.Pd M.Pd
SMP NEGERI 02 SUMBERPUCUNG 2022-2023

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja
dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini tepat pada wak-
tunya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang
telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, guru pembimbing kami, Ibu Umi Kalsum, S.Pd M.Pd,
dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Indonesia, September 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
o A. Latar Belakang

o B. Rumusan Masalah

 BAB II PEMBAHASAN
o A. Pengertian Cerpen

o B. Sejarah Cerpen

 1. Asal Usul Cerpen


 2. Cerita-cerita Pendek Modern
o C. Ciri-ciri Cerpen

o D. Jenis-jenis Cerpen

 1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya


 2. Jenis Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya
 a. Cerpen Sempurna (well made short-story)
 b. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story)
o E. Aliran-aliran Cerpen

o F. Struktur Cerpen

 1. Abstrak
 2. Orientasi
 3. Komplikasi
 4. Evaluasi
 5. Resolusi
 6. Koda
o G. Unsur-unsur Cerpen

 1. Unsur Intrinsik Cerpen


 a. Tema
 b. Jalan Cerita dan Alur
 c. Tokoh dan Perwatakan
 d. Latar (Setting)
 e. Sudut Pandang (Point of View)
 1) Objective Point of View
 2) Omniscient Point of View
 3) Point of View (Orang Pertama)
 4) Point of View (Orang Ketiga)
 f. Gaya
 g. Amanat
 2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
 a. Latar Belakang Masyarakat
 b. Latar Belakang Pengarang
 1) Biografi
 2) Kondisi psikologis
 3) Aliran sastra
 BAB III PENUTUP
o A. Kesimpulan

o B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau pemikiran yang berbentuk pesan ke dalam media
tulis. Cerpen menurut KBBI adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan
sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan
dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.
Kisah yang diungkapkan dalam cerpen bisa bertolak pada realitas atau rekaan yang dibungkus oleh
imajinasi, atau juga kisah imajinasi yang dihubungkan dengan realitas. Dengan itu dapat dipahami oleh
pembaca dan pembaca pun memperoleh hiburan batin atau pengalaman batin dalam menikmati nilai
sastra yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita dapat diperoleh melalui sesuatu yang
dipikirkan, yang disaksikan, atau yang dialami oleh pengarang sendiri dan kemudian direka-reka men-
jadi suatu karya yang bernilai. Cerpen juga merupakan karya sastra. Dalam hal ini akan dikaji oleh
penulis mengenai menulis teknis atau praktis cerpen.
Sebagai generasi masa depan, kita sebagai generasi muda haruslah giat melakukan kegiatan menulis.
Supaya kegiatan menulis tidak hilang dimakan zaman yang semakin modern ini yang penuh dengan
ilmu-ilmu baru, yang bisa mengecoh anak-anak bangsa terhadap masa depan bangsanya. Selain dari itu
kita juga ikut mengembangkan dan melestarikan budaya menulis agar tetap ada dan bisa menuangkan
segala ide dan pemikiran dalam sebuah media tulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian cerpen?
2. Bagaimana sejarah cerpen?
3. Bagaimana ciri-ciri cerpen?
4. Apa saja jenis-jenis cerpen?
5. Apa saja aliran-aliran cerpen?
6. Bagaimana struktur cerpen?
7. Apa saja unsur-unsur cerpen?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pen-
dek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih pan-
jang, seperti novela (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek
yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara
lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba
pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis,
cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya
E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Berikut inilah beberapa pengertian cerpen menurut para ahli:
1. Menurut KBBI
Cerpen merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari 10
ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bisa memberikan kesan dominan dan berkonsen-
trasi pada permasalahan satu tokoh. Menurutnya dalam cerpen tidak ada cerita hingga 100 hala-
man.
2. Menurut Nugroho Notosusanto Dalam Tarigan
Menurut Nugroho Notosusanto cerpen adalah kisah cerita pendek yang dibuat dalam jumlah
kata mulai dari 5000 kata beserta memperkirakan 17 pp kuarto spasi ganda. Selain itu kisah
pada cerpen hanya berpusat pada dirinya sendiri yang berarti hanya pada satu tokoh saja.
3. Menurut J.S Badudu
Menurut J.S Badudu cerpen adalah cerita pendek yang yang berfokus dan berkonsentrasi pada
satu peristiwa kejadian. Pada peristiwa kejadian tersebut hanya mengisahkan satu tokoh cerita
saja.
4. Menurut Sumardjo
Menurutnya cerpen adalah kisah cerita yang tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Namun
cerita tersebut bisa terjadi dimana dan kapan saja bahkan di dunia nyata dan ceritanya relatif
singkat dan pendek.
5. Menurut Hendy
Menurut Hendy, cerpen merupakan cerita pendek yang ditulis secara singkat dan pendek.
Tulisan pada cerpen tidak diceritakan terlalu panjang serta berisi tentang kisah narasi tunggal.

A. Sejarah Cerpen
1. Asal Usul Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Il-
iad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama.
Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya.
Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disam-
paikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian
cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap
oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop
pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap
berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang
memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia sering kali, diar-
tikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran (tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misal-
nya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita
kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan
kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda
mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh
Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anek-
dot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan
atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Ro-
manorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-
surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14,
terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boc-
caccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang
dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif
yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh se-
mua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa
adalah “novella” kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya).
Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, “nou-
velle”, oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradi-
sional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault).
Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; ter-
jemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pen-
dek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
2. Cerita-cerita Pendek Modern
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh
awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826),
Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and
Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe, dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne.
Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan
fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang
muncul pada periode ini adalah “Kamar No. 6” karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scrib-
ner’s, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu be-
gitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai
utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20,
ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan cerita pendek Long Ernest Hemingway (atau novella)
Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun
beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan
tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan
napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam
kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.
B. Ciri-ciri Cerpen
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu
dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa
di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita
yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh
utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian
konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di
mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Adapun yang menjadi ciri khusus cerpen, di antaranya sebagai berikut:
1. Isinya cenderung kurang kompleks;
2. Fokus cerita terpusat pada satu kejadian;
3. Hanya menggunakan satu alur cerita yang rapat;
4. Tokoh dalam cerpen sangat terbatas dan diulas secara sekilas;
5. Setting yang digunakan biasanya tunggal;
6. Tempo waktunya relatif pendek;
7. Menampilkan konflik yang tidak menimbulkan perubahan nasib pada tokohnya.

A. Fungsi Cerpen
Pada umumnya cerpen memiliki cerita yang sangat singkat dan jelas. Namun cerpen juga memiliki
fungsi seperti karya sastra lainnya. Berikut inilah yang termasuk dalam fungsi cerpen :
1. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif yaitu sebagai sarana penghibur bagi para pembaca.
2. Fungsi Estetis
Fungsi estetis yaitu sebagai nilai estetika atau keindahan yang ada pada cerpen sehingga
memberikan kepuasan kepada pembaca.
3. Fungsi Didaktif
Fungsi didaktif yaitu sebagai pemberi pelajaran atau pendidikan yang akan bermanfaat bagi
para pembaca.
4. Fungsi Moralitaas
Fungsi moralitas yaitu sebagai nilai moral berdasarkan isi cerita untuk mengetahui baik bu-
ruk yang disampaikan penulis kepada para pembaca.
5. Fungsi Religiusitas
Fungsi religiusitas yaitu sebagai pemberi pelajaran yang religius yang nantinya bisa di-
jadikan sebagai contoh baik oleh pembaca

A. Jenis-jenis Cerpen
1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya
 Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750–1.000 buah.
 Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000–4000 buah.
 Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.
2. Jenis Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya
a. Cerpen Sempurna (well made short-story)
Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami.
Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis
ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo
kurang dari satu jam.
b. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story)
Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur,
dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lazim dise-
but sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca
awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca
awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
E. Aliran-aliran Cerpen
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan pengucapan sastra seorang sas-
trawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran jenis-jenis cerita pendek. Berikut adalah beberapa di
antaranya:
1. Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya.
2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali kesan-kesan sang pengarang ter-
hadap sesuatu yang dilihatnya
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. Jika realisme menyajikan hal-hal yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau
menyeleksinya.
4. Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini merangkum realisme dan natu-
ralisme. Yaitu di samping melukiskan hal-hal yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia
dikatakan melukiskan kenyataan yang obyektif.
5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusastraan yang menekankan pada takdir. Takdir ini
ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Berasal dari kata to determine yang berarti menentukan
atau paksaan nasib. Contoh: Tokoh Yah dalam Belenggu, Armijn Pane. Neraka Dunia, Katak hendak
jadi Lembu – Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal – NH Dini, Atheis Achdiat K. Mihardja.
6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. H.B. Jassin bahwa sampainya orang pada aliran ekspresionisme karena manusia
dengan jiwanya yang paling dalam cuma bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu
sampai pada pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraannya, ketinggian
rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya.
7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit kaum muda yang belum banyak
mengecap pengalaman dunia. Mereka mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggu-
nakan otak.. Ada pula karya romatisme yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman dan pengetahuan
yang bila dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan. Karya Shakespeare, Romeo dan
Juliet, misalnya adalah karya yang agung. Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo juga Daniel
Defoe (1660-1731).
8. Idealisme
Drs. Sabarudin Ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan, Saiful 1975) mengatakan bahwa ali-
ran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si penulis atau
kepada ide pengarang semata. Pengarang idealis memandang jauh ke depan ke masa datang dengan
segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi. Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang
penulis.. Contoh Tokoh Tuli dalam Layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-citanya men-
gangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan R.A. Kartini. Umumnya fiksi In-
donesia sebelum perang banyak yang menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan
Jodoh, Katak Hendak Jadi Lembu.
9. Surealisme
Muncul di Prancis antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Tokoh surealis berusaha menggam-
barkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan pada pembaca atau audiens. J.S.
Badudu mengatakan surealisme realitasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat
memengaruhi bentuk lukisan.
F. Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah
rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat op-
sional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen
tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komp-
likasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini
karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan
penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh
pembacanya.
G. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur dalam (intrinsik). Un-
sur-unsur dalam sebuah cerpen memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.
a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerita. Tema yang
diangkat biasanya sesuai dengan amanat atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya.
Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen.
Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain.
Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang terhadap kehidu-
pan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan cerita.
b. Jalan Cerita dan Alur
Alur tersembunyi dibalik jalan cerita. Alur merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak
tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita
karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita dapat lahir karena adanya kon-
flik. Konflik tidak harus berisikan pertentangan antar orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri
sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di
dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan
terjadinya perkembangan konflik. Adapun kehadiran konflik harus ada sebabnya. Secara sederhana,
konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan
konflik adalah sebagai berikut:
Rounded rectangle: pengenalan konflik → timbul permasalahan → permasalahan → memuncak →
permasalahan mereda → penyelesaian masalah.
c. Tokoh dan Perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan
perbedaan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus
bagaimana suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang kepribadiannya. Penulis
yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya berati berhasil pula dalam menghidupkan
tokoh. Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal berikut:
1) Apa yang diperbuat oleh para tokoh;
2) Melalui ucapan-ucapan tokoh;
3) Melalui penggambaran tokoh;
4) Melalui pikiran-pikirannya;
5) Melalui penerangan langsung.
d. Latar (Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting sebagai penggerak cerita.
Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut
lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian. Adapun penggolongan setting dapat
dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam cerpen. Cara yang dipilih
oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan watak dan pribadi si
pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.
Adapun sudut pandang pengarang terdiri dari empat macam, yaitu sebagai berikut:
1) Objective Point of View
Dalam teknik ini pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti melihat film dalam televisi.
Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam
pikiran para pelaku.
2) Omniscient Point of View
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, ia tahu segalanya, ia biasa mencip-
takan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkan-
nya.
3) Point of View (Orang Pertama)
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan teknik susut pandang
“aku”. Hal ini sama halnya seperti seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
4) Point of View (Orang Ketiga)
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pen-
garang hanya “menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga (“dia”) dapat juga
menggunakan nama orang.
f. Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam cerpen
yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, dan
menceritakannya dalam sebuah cerpen.
g. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang
“menitipkan” nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut
bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan
merasakan nilai-nilai yang berada dari cerpen yang dibacanya. Hal lain yang termasuk unsur sastra
adalah unsur ekstrinsik. Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri. Misalnya nama, penerbit, tem-
pat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di sekitar saat karya sastra tersebut ditulis.
2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan
unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari
keadaan masyarakat saat di mana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki
banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut
unsur ekstrinsik cerpen.
a. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap ter-
bentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian ideologi negara, kondisi
politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
b. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah
hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
1) Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keselu-
ruhan.
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita
tersebut.
3) Aliran sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut san-
gatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah
kisah dalam cerpen tersebut.
Contoh Cepen
Meraih Masa Depan
Kabut putih masih menyelimuti pagi buta yang dingin. Udara yang dingin dan titik-titik embun di
atas lembaran daun serasa makin membangkitkan suasana pagi ini. Tampak jauh terlihat seorang ibu
sibuk mengeluarkan barang dagangannya dan ditaruhnya di atas dudukan goncengan sepeda ontel di
bawanya. Ibu itu bergegas mengayuh sepeda tuanya. Wajahnya terlihat tua dan raut wajah yang agak
keras. Ia berbaju dan berkerudung sederhana serta dagangannya berupa alat jahit dan daun pisang.
Langkahnya pun makin cepat menuju pasar yang kumuh. Berderet lapak–lapak berbagai macam dagan-
gan disana. Disana mereka saling berkompetisi mencari pembeli dagaangan mereka. Sama seperti ibu
tua itu.
Siang itu ibu tua itu pulang ke rumah. Terlihat daganganya habis dan tubuh tuanya langsung ia
baringkan di atas serambi yang tua. Baru saja tubuh tuanya berbaring, terdengar ketukan pintu diketuk.
Mungkin itu ananda anak kedua dari ibu tua tersebut. Wajah ananda terlihat lelah dan tas dibawanya
langsung ia geletakkan begitu saja di kursi tua di kamarnya. Ibu tua itu berbisik kepada ananda. “maaf
nak kamu beli dulu beras dan telur di warung, nanti ibu masak” sambil memberikan uangnya pada
ananda.
Ananda langsung bergegas ke warung bu jamila. Dari kamar anak laki-lakinya terlihat ia terburu–
buru sambil membawa hpnya. Dibentaklah anak lakinya namanya yoni. “mau kemana kamu?”ucap
ibunya. “apa lagi si bu aaakuuu hanya ingin menemui teman sebentar” jawab yoni. “gak ada ketemuan
cepat masuk dan belajar” bentak ibunya dengan nada keras. Memang ibunya adalah orangtua yang
keras dan disiplin dia tak mau anaknya hidupnya nanti sama seperti kehidupan yang mereka jalani se-
lama ini. Kemiskinan dan kesusahan ini. Ia berharap cita-cita anak-anak mereka dapat terwujud setelah
apa yang mereka usahakan selama ini.

Suatu hari ibunya mengajak ananda mengambil daun pisang di kebun pak sukir. Mereka membe-
linya dengan harga yang telah dijanjikan. Setelah mengambil daun ananda bertanya pada ibunya “bu
kenapa sih ibu capek–capek berdagang pagi buta, jadi buruh cuci, membeli daun pisang panas-panas
gini padahal hasilnya sedikit?”. Kemudian ibunya menjawab dengan senyum “ini untuk kehidupan
kita.” Ananda hanya terdiam. ‘Apa arti untuk kehidupan kita sudah tahu dari dulu ibu dan bapak kerja
gak pernah dapat mencukupi kebutuhan kita. Apa tuhan tidak sayang kita? Dan apa ibu dan bapak
menyembunyikan uang hasil kerja mereka untuk kepentingan sendiri’ fikirnya ananda pada orangtu-
anya. Dihapusnya rasa curiganya dan bergegas pergi dari kebun bersama ibunya.
Setiap hari ibunya bekerja keras buat keluarganya tanpa lelah. Selalu begini nasib keluarga kecil
yang miskin ini. Tiap hari, bulan dan tahun kehidupan mereka sama. Sampai ananda beranjak remaja
dan yoni baru lulus smk kehidupan mereka semakin susah. Apa lagi ananda sekarang sudah masuk smp
negeri kebutuhan kegiatan sekolah semakin meningkat. Sebulan saja mengikuti kegiatan sekolah telah
menghabiskan uang yang cukup banyak. Apalagi uang gedung yang jumahnya sangat tinggi biayanya.
Sedangkan yoni masih mencari pekerjaan di kota-kota besar. Walaupun lulusan smk ia ingin sekali
mencari pekerjaan yang lebih layak buatnya.
Di masa pubertas masa-masanya ananda bermain bersama teman-teman sepermainya. Namanya
anak remaja keinginan untuk saling menunjukan jati diri mereka dan bersosialisasi. Apalagi anak re-
maja sekarang selalu mengikuti tren dunia. Jika ada temannya yang beli ipad, baju atau dan lain lain.
Maka yang lain akan mengikutinya. Begitu juga dengan ananda ia ingin mengikuti tren temannya yang
ingin nonton artis idolanya dan beli baju yang lagi naik daun kini. Tapi keingginan yang kuat untuk
memenuhi kebutuhan keluarga ia terpaksa harus membantu bekerja keras walau harus meninggalkan
keinginannya untuk mengikuti tren teman-temannya. Ia sudah lama menabung di celengan ayamnya
dengan mengisi waktunya dengan mencari ikan di sungai. Tak jarang teman-temannya mengejeknya
“nda nda memang cocok banget untuk mu anak kumuh dan kotor berteman dengan ikan–ikan lele yang
kotor juga… iya gak friend’s… gadis miskin” ejek suri dan teman–temannya. Tapi ananda tak menghi-
raukannya.
Suatu hari ananda berangkat sekolah jalan kaki. Terkadang memang berangkat naik ontel tapi hari
ini ontelnya lagi dipakai ibunya jualan ke pasar. Dulu memang ibunya sering dibonceng oleh bapak ke
pasar saat itu bapaknya ngojek. Tapi motor yang dipakai bapak bukan miliknya melaikan milik tetan-
ganya yang ia sewa dengan harga yang lumayan murah. Tapi bapak yang makin tua membuat bapak
sakit-sakitan dan matanya mulai rabun. Sehingga sekarang bapak membantu ibu berjualan kue dan
daun pisang di pasar.
Tiga tahun kemudian…
Saat ini ananda sudah masuk sma negeri di tempatnya tingalnya. Usaha belajarnya dan tidak pan-
tang menyerah meraih kesuksesan di smpnya akhirnya berbuah hasil dengan prestasi yang gemilang
kini ia mencantumkan prestasinya kembali di sman sebagai siswa yang ungul dan beprestasi. Apalagi
sekarang ia menjadi ketua osis dan pengikut aktif kegiatan di sekolahnya. Meskipun dia meraih prestasi
yang gemilang ia tidak lupa dengan teman–teman serta seseorang yang paling berjasa dalam
prestasinya kini kalau bukan guru–guru yang sabar mengajarinya ilmu pengetahuan dan dua orangtua
nya selalu berusaha dan mendoakannya dalam meraih cita-citanya kini.

Tiga tahun berjalan kini ananda akan segera lulus sman. Sekarang ia sedang menghadapi ujian
sekolah. Ia belajar dengan keras untuk mendapat kan nilai UN yang bagus. Sudah jauh–jauh hari
ananda menyiapkan diri untuk menghadapi UN dengan belajar dengan keras dan mempelajari apa yang
sudah diterangkan guru dengan baik sehingga ia tidak kaget saat menghadapi soal UN.
setelah melalui UN kini detik-detik pengumuman kelulusan. Hatinya campur aduk ia takut tidak lu-
lus tapi karena keyakinan yang kuat ia akan berhasil “Bismillah aku yakin aku berhasil” itu yang selalu
ia ucapkan ia yakin jika kita berusaha dengan baik dan selalu berdoa pada allah pasti hasil yang baik
akan kita raih.
Akhirnya detik-detik penentuan siapa yang lulus dan tidak lulus dimulai. Bukan main hati ananda
begitu gembira akhirnya ia lulus dengan sangat baik dan mendapatkan ranking satu di sekolahnya. Se-
mua teman–temannya juga senang mereka lulus dengan baik, Untuk merayakan kelulusan mereka men-
gadakan syukuran bersama guru-guru dan orangtua mereka.
Beberapa tahun kemudian kehidupan keluarga ananda berubah drastis. Dulunya tak punya apa–
apa untuk makan dan kebutuhan sehari–sehari kini telah ia dapatkan. Sekarang ia bekerja sebagai dok-
ter di beberapa kota serta menjadi pengurus suatu organisasi penyalur kereatifitas dan keterampilan
bagi seluruh warga yang ingin menyalurkan potensinya disini. Organisasi ini menyalurkan potensi
berbagai macam bidang masyarakat yang mendidik dan menguntungkan bagi kebutuhan kehidupan
mereka. Apalagi kini ananda telah menikah dengan seorang pria yang bertangungjawab dan cinta kelu-
arga. Namanya abdul farid. Seorang komandan polisi yang disiplin dan bertangung jawab atas tugas-
nya. Dan kini orangtuanya bahagi kini anaknya sudah menjadi orang yang berhasil. Sedangkan yoni
kini menjadi wirawasta yang maju dan mempunyai cabang–cabang produk teh berkualitas. Dan kini
mereka berdua telah sangup memberangkatkan kedua orangtuanya ke mekah untuk menjalankan haji
dengan khusuk. Keberhasilan mereka tidak akan tercapai kalau bukan berkat allah, teman-teman, guru-
guru, serta orang lain dan orangtuanya yang selalu mendoakan mereka agar berhasil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih pan-
jang, seperti novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik
sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang
lebih panjang.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan pengucapan sastra seorang sas-
trawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran jenis-jenis cerita pendek, beberapa di antaranya adalah
realisme, impresionisme, naturalisme, neonaturalisme, determinisme, ekspresionisme, romantisme, ide-
alisme, dan surealisme.
B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting cerpen yang sesuai dengan
daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi: tema, plot/alur, tokoh, latar/setting, amanat dan
sudut pandang. Jadi harus mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa, tokoh, latar, amanat
dan sudut pandang dengan menarik.

DAFTAR PUSTAKA
Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.
Djuri, O. Setawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angasa.

Anda mungkin juga menyukai