Anda di halaman 1dari 5

JENIS - JENIS CERITA FIKSI

1. Cerita rakyat
Jenis cerita rakyat antara lain cerita jenaka, mite, fabel, legenda, dan saga.
a. Cerita jenaka 
adalah cerita pendek berisi kebodohan atau kecerdikan seseorang dan menimbulkan senyum
atau tawa bagi pembaca atau pendengar.
Contoh: Pak Pandir, Pak Belalang, dan Lebay Malang.
b. Mite 
adalah cerita berhubungan dengan kepercayaan suatu benda, peristiwa gaib, alam gaib, atau
yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib, seperti dewa, peri, dan Tuhan.Contoh: Putri
Tunjung Buih dan Putri dari Bambu.
c. Fabel 
adalah cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang diceritakan hidup dan bermasyarakat
seperti manusia.
Contoh: Kancil dengan Buaya dan Burung Bangau.
d. Legenda
adalah cerita lama mengisahkan riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah, kejadian
alam, asal-usul suatu benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah.
Contoh: Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu dan Malinkundang.
e. Saga
adalah cerita lama yang mengandung unsur sejarah, misalnya kepahlawanan.
Contoh: Calon Arang dan Lutung Kasarung.

2. Cerpen
Cerpen adalah cerita fiksi yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang kehidupan
manusia melalui tulisan pendek. Cerpen dapat selesai dibaca dalam sekali duduk.
Contoh: cerpen-cerpen anak pada majalah atau surat kabar.

3. Novel
Novel adalah cerita fiksi yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak setiap tokoh.
Contoh: Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Ayo Belajar Karangan Fiksi dan Non-Fiksi

A.  Karangan Fiksi
    1.      Pengertian Karangan Fiksi

Istilah fiksi dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris fiction yang berarti
cabang seni sastra yang berupa ceritera-ceritera imajinatif, berbentuk prosa.[1] Termasuk
di dalamnya cerpen, novel, dan cerita-cerita yang diciptakan. Kata fiction dalam bahasa
Inggris sebenarnya diserap dari bahasa Latin fingere yang berarti membuat, membentuk.
Oleh karena itu fiksi disebut juga sebagai buatan atau cerita rekaan. Karangan fiksi
menyajikan cerita buatan pengarangnya. Dalam membuat atau menyusun cerita itu
pengarang menggunakan imajinasinya.
Oleh karena itu karangan fiksi disebut juga cerita imajinatif. Kata imajinatif ini
menyarankan pengertian bahwa apa yang dikemukakan dalam karangan fiksi semata-mata
adalah apa yang ada dalam angan-angan pengarangnya. Pengertian imajinatif yang
demikian ini dipertentangkan dengan kenyataan yang sebenarnya, yaitu kenyataan yang
benar-benar terjadi. Misalnya peristiwa-peristiwa yang disajikan wartawan dalam surat
kabar, kejadian-kejadian yang ditulis dalam buku sejarah, fakta-fakta yang ditulis dalam
laporan serta unsur-unsur dalam laporan penelitian dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan fiksi adalah karangan berbentuk prosa, berupa cerita rekaan, bersifat imajinatif.
Untuk memahami lebih mendalam pengertian fiksi serta unsur-unsurnya, bacalah cerita
pendek berikut ini.
Albasri dan Gadis Kecil
“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita
tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu,
semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini
siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu,
siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa
yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari
sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya
untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau
semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang
memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku
menyahut panggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah?
Kemarin aku suapin engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam,
Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi
malam siapa yang memasakkanmu?”
    2.      Ciri-Ciri Karangan Fiksi

Adapun ciri-ciri karangan fiksi adalah:[2]


a.    Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
b.    Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan objektif.
c.    Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif
melainkankebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
d.   Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh
aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi dan membentuk sifat dan
sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
e.    Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai
tafsiran.
    3.      Jenis-Jenis Karangan Fiksi

Suherli, Sumadiputra, dan Sofidar menyatakan bahwa cerita fiksi dibedakan


menjadi:[3]
                 a.        Novel ialah cerita yang melukiskan pengalaman manusia yang isinya lebih singkat atau

pendek dan belum ada penyelesaian yang sempurna. Contoh: Ketika Cinta Bertasbih dan
Ayat-ayat Cinta.
                 b.       Cerpen ialah karangan yang menguraikan suatu peristiwa atau melukiskan sesuatu

kejadian dalam sepintas kilas, sehingga penyelesaiannya belum ada. Contoh: Hujan
Kepagian
                 c.        Roman ialah cerita tentang percintaan. Contoh: Si Jamin karya Aman
Datuk Majdoindo.
                 d.       Dongeng merupakan percakapan yang dituturkan atau diceritakan kembali dari mulut ke

mulut. Ceritanya buatan semata-mata, khayal, lucu, dan ajaib. Isi dongeng tersebut
bermacam-macam,yaitu
1)   Dongeng yang lucu. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas.
2)        Fabel adalah dongeng yang menceritakan tentang binatang-binatang yang bertingkah
laku seperti manusia. Contoh: Sang Kancil, Kalilah dan Damirah, Peladuk Jenaka.
3)        Legenda adalah dongeng khayal yang semata-mata dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat atau
daerah, gunung, kota, dan sebagainya. Contoh: Asal Mula Banyuwangi, Terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Gunung Sebelah Barat Barabai di Kalimantan.
4)        Mite adalah dongeng tentang kepercayaan masyarakat. Contoh: Kyai Ageng Selo adalah
seorang penguasa petir, Nyi Roro Kidul adalah ratu lain Indonesia, Dewi Sri adalah ratu
padi.
5)        Sage adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau mengandung unsur-unsur sejarah.
Contoh: Hang Tuah, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Damar Wulan.
                  e.   Hikayat adalah cerita khayal tentang kehidupan raja-raja. Contoh :Hikayat Langlang

Buana, Hang Tuah, Si miskin, Indra Bangsawan.


                  f.    Silsilah atau sejarah adalah cerita tentang asal-usul raja dan kaum bangsawan serta

kejadian-kejadian penting dalam istana. Contoh : Sejarah Melayu, Silsilah Bugis, Tambo
Bangkahulu.
    4.      Tahapan Menulis Karangan Fiksi
Proses dalam menulis karangan fiksi, sebagaimana proses menulis jenis-jenis
karangan yang lain, melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:[4]
             a.   Tahapan Pramenulis

Tahapan ini meliputi sejumlah kegiatan, yakni:


1)   Memilih topik;
2)   Menentukan tujuan menulis;
3)   Mengidenfikasikan pikiran-pikiran berkaitan dengan topik serta menrencanakan
pengorganisasiannya;
4)   Mengidenfikasikan siapa pembaca karangan yang akan disusun; dan
5)   Memilih bentuk karangan berdasarkan pembaca yang dituju dan tujuan penulisan.
           b.  Tahapan Penulisan Draft

Dalam tahapan ino penulis menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya ke dalam
tulisan begitu saja kedalam draft kasar. Dalam menggunakan gagasan, pikiran, informasi,
data, dan organisasi penulisan sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahapan
pramenulis. Tentu saja dala menulis itu pengarang senantiasa memperhatikan tujuan
penulisan serta kondisi pembaca tulisan yang disusunnya.
             c.   Tahapan Revisi

Dalam tahapan ini penulis merevisi draft yang telah disusunnya. Revisi dilakukan
dengan:
1)   Menambah informasi,
2)   Mempertajam perumusan,
3)   Merubah urutan pikiran,
4)   Membuang informasi yang tidak relavan,
5)   Menggabungkan pikiran, dan sebagainya.

           d.  Tahapan Editing
Dalam tahapan ini penulisan mengedit tulisannya dengan jalan:
1)   Membaca seluruh tulisan,
2)   Memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat,
3)   Memperbaiki salah ketik,
4)   Memperbaiki teknik penomoran,
5)   Memperbaiki ejaan dan tanda baca.
             e.   Tahapan Publikasi

Dalam tahapan ini penulis mempublikasikan tulisannya melalui berbagai


kemungkinan misalnya, mengirimkannya kepada penerbit, memgirimkannya kepada
redaksi majalah, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam tahapan-tahapan proses menulis di atas tidak terjadi dalam
prosedur yang kaku, kegiatan itu yang dikerjakan. Hasil-hasil yang dikerjakan dalam
tahapan sebelumnya bisa saja diubah atau disesuaikan dalam tahapan tahapan berikutnya.
Kegiatan tahapan-tahapan itu bisa saja saling mengait dan dikerjakan bersama-sama.
Misalnya dalam tahapan penulisan draft, dikerjakan pula kegiatan revisi, bahkan juga
kegiatan editing.
Di samping proses menulis yang bersifat umum sebagaimana yang dikemukakan di
atas, dalam mengarang fiksi penulis perlu memperhatikan karakteristik cerita fiksi. Antara
lain, cerita fiksi mempunyai struktur yang di dalamnya ada sejumlah unsur (tokoh, alur,
latar, tema dan titik pandang). Untuk memandu penulisan, di samping memperhatikan
tahapan-tahapan dalam proses menulis sebagaimana dikemukakan di atas, dalam menulis
karangan fiksi pengarang dapat berpegang pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1)   Apakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?
2)   Siapakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?
3)   Dimanakah peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu terjadi ?
4)   Kapankah peristiwa itu terjadi ?
5)   Bagaimanakah suasana kejadian-kejadian dalam peristiwa yang disajikan dalam fiksi
itu ?
6)   Bagaimanakah jalan ceritanya?
7)   Apakah pikiran utama yang akan menjadi dasar dibangunnya seluruh cerita dalam fiksi
yang akan disusunnya itu ?
8)   Bagaimanakah teknik penceritaan yang akan digunkan dalam mengisahkan kejadian-
kejadian dalam berbagai peristiwa dalam fiksi yang akan disusunnya itu

Anda mungkin juga menyukai