Pengertian
Narasi berasal dari bahasa Latin narrare berarti menceritakan, bercerita, narration berarti
penceritaan, narrativus berarti bersifat penceritaan. Menurut Gorys Keraf dalam Argumentasi dan Narasi,
narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa dalam suatu kesatuan waktu. Dapat pula diartikan bahwa narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatau peristiwa yang terjadi. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia narasi berarti
pengisahan suatu cerita atau kejadian, cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa/kisahan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa narasi menyajikan serangkaian peristiwa biasanya disusun menurut
urutan waktu. Karangan/teks narasi, misalnya cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, dan
autobiografi.
Menurut Gorys Keraf, jenis teks narasi dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Narasi Ekspositoris yaitu menambah informasi dan memperluas pengetahuan pembaca terhadap
kisah seseorang.
2. Narasi Sugestif adalah rangkaian peristiwa yang disajikan untuk menimbulkan daya khyal
pembaca.
b. Berdasarkan kesesuaian dalam kehidupan nyata, dibedakan sebagai dua kategori sebagai berikut.
1. Cerita fantasi total, berisi fantasi pengarang terhadap objek tertentu. Semua yang terdapat dalam
cerita tidak terjadi dalam dunia nyata. Nama tokoh, tempat, dan objek merupakan rekaan
pengarang.
2. Cerita fantasi irisan, fantasi ini mengungkapkan cerita fantasi, tetapi masih menggunakan nama,
tempat, dan peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan nyata.
Orang gila itu tidak bernaama, sedang duduk di pojok jalan. Di atasnya, selembar kain koyok
dengan kata “referendum” yang nyaris tak terbaca masih membentang. Ia terdiam di situ, disdudutnya
yang paling aman, menatap nanar pada hal-hal yang baginya sendiri terasa ajaib.
Jauh di luar sana, salak senapan bersahutan. Orang-orang para penghuni kota mungil itu, ribut
berlarian dengan teriakan-teriakan yang tidak mungkin dipahami Si Orang Gila. Mereka menjinjing
barang-barang yang dikemas dalam buntelan-buntelan kecil, dan keluar rumah dalam gerakan-gerakan
bergegas. Berebutan naik ke atas truk-truk yang seketika sudah dijejali manusia.
“Orang Gila!” seseorang tiba-tiba disampingnya. Si Orang Gila menoleh. Seorang gadis tengah
berdiri didepannya, menatapnya dengan cemas. “Ayo pergi! Kau bisa di sini!” Ia memperingatkan.
Si Orang Gila hanya memandang tanpa reaksi. Ia mengenalinya sebagai gadis yang hampir tiap
hari memberinya makanan, tak lebih dari itu. Sampai sejauh ini, ia pun hanya menduga si gadis akan
memberinya sesuatu yang dapat dimakan. “Ayo, tinggalkan kota!” kata si gadis lagi. Masih tak reaksi.
Kemudian, rentetan senjata mulai terdengar kembali. Bergemuruh dan bersahutan. Bergerak
semakin mendekat. “Cut Diah! Cepat kau! Berangkat kita!” seorang perempuan tua berteriak dari atas
truk. Si gadis masih menatap Si Orang Gila dengan cemas, dan perlahan mundur berlari menuju truk.
Setelah beberapa hari berlalu, kini ia merasa lapar. Di kota kecil yang mati ia terseok sendirian,
mencoba mengais sampah. Tiada juga makanan. Ia telah kalah gesit dengan tikus-tikus dan kucing liar.
Tak ada lagi Cut Diah yang berbaik hati memberinya makanan. Juga tak ada Wak Haji yang kerap
memberinya roti dari toko. Ia terdampar kemudian di sebuah bangunan sekolah yang separuhnya hangus
terbakar.
Pertanyaan
1. Tentukan unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur/urutan peristiwa.
2. Ceritakan kembali isi cerita fantasi tersebut secara tertulis dengan memperhatikan cara mudah
menulis kembali sebuah cerita fantasi.