Anda di halaman 1dari 22

CERITA PENDEK

Oleh:
Rizal Asnawi
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Cerpen (Cerita Pendek) ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerpen.................................................................................... 3
B. Sejarah Cerpen......................................................................................... 3
C. Ciri-ciri Cerpen........................................................................................ 6
D. Jenis-jenis Cerpen.................................................................................... 7
E. Aliran-aliran Cerpen................................................................................ 8
F. Struktur Cerpen........................................................................................ 11
G. Unsur-unsur Cerpen................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 17
B. Saran........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau pemikiran yang
berbentuk pesan ke dalam media tulis. Cerpen menurut KBBI adalah karangan
pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan
tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau
menyenangkan dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.
Kisah yang diungkapkan dalam cerpen bisa bertolak pada realitas atau
rekaan yang dibungkus oleh imajinasi, atau juga kisah imajinasi yang
dihubungkan dengan realitas. Dengan itu dapat dipahami oleh pembaca dan
pembaca pun memperoleh hiburan batin atau pengalaman batin dalam
menikmati nilai sastra yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita
dapat diperoleh melalui sesuatu yang dipikirkan, yang disaksikan, atau yang
dialami oleh pengarang sendiri dan kemudian direka-reka menjadi suatu karya
yang bernilai. Cerpen juga merupakan karya sastra. Dalam hal ini akan di kaji
oleh penulis mengenai menulis teknis atau praktis cerpen.
Sebagai generasi masa depan, kita sebagai generasi muda haruslah giat
melakukan kegiatan menulis. Supaya kegiatan menulis tidak hilang dimakan
zaman yang semakin modern ini yang penuh dengan ilmu-ilmu baru, yang
bisa mengecoh anak-anak bangsa terhadap masa depan bangsanya. Selain dari
itu kita juga ikut mengembangkan dan melestarikan budaya menulis agar tetap
ada dan bisa menuangkan segala ide dan pemikiran dalam sebuah media tulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian cerpen?
2. Bagaimana sejarah cerpen?
3. Bagaimana ciri-ciri cerpen?

1
2

4. Apa saja jenis-jenis cerpen?


5. Apa saja aliran-aliran cerpen?
6. Bagaimana struktur cerpen?
7. Apa saja unsur-unsur cerpen?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti
novela (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot,
tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang
lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-
cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

B. Sejarah Cerpen
1. Asal usul
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang
menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer.
Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama.
Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk
mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini
dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu
kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila
keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan
moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus
sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada
abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-

3
4

bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini
dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan
definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia
sering kali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai
pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si
Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan
legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog.
Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan
kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro
Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita
mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada
masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan,
sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan.
Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan
dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer
di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya
Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-
cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya
karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio
Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang
terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang
dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar
(sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak
diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-
cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang
tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya).
Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-
cerita pendek.
5

Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan


novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang
seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional
mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah
karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu
Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul
pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita
pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
2. Cerita-cerita pendek modern
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada
awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek
termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings
on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the
Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told
Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19,
pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat
akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara
cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar
No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka,
seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post,
semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan
akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk
cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang
menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai
puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life
menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau
novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku
5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
6

Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita


pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The
New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat
kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini
telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat
ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang
diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.

C. Ciri-ciri Cerpen
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel.
Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai
satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung
memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar
setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita
yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di
dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat
yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik
cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian
cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin
pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali
mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak,
dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang
lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik
balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak
dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau
pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni mana pun, ciri khas dari sebuah
cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
7

Adapun yang menjadi ciri khusus cerpen, di antaranya sebagai berikut.


1. Isinya cenderung kurang kompleks;
2. Fokus cerita terpusat pada satu kejadian;
3. Hanya menggunakan satu alur cerita yang rapat;
4. Tokoh dalam cerpen sangat terbatas dan diulas secara sekilas;
5. Setting yang digunakan biasanya tunggal;
6. Tempo waktunya relatif pendek;
7. Menampilkan konflik yang tidak menimbulkan perubahan nasib pada
tokohnya.

D. Jenis-jenis Cerpen
1. Jenis cerpen berdasarkan jumlah katanya
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra
berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750–10.000 kata.
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe,
yakni:
a. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750–1.000
buah.
b. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000–4000
buah.
c. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000
buah.
2. Jenis cerpen berdasarkan teknik mengarangnya
a. Cerpen sempurna (well made short-story)
Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat
jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada
umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta).
Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya.
Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam
b. Cerpen tak utuh (slice of life short-story)
8

Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-


pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat
mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya
bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-
gagasan yang orisinal, sehingga lazim disebut sebagai cerpen ide
(cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para
pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami
sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebutnya
cerpen kental atau cerpen berat.

E. Aliran-aliran Cerpen
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan
secara sesungguhnya. H.B. Jasssin menjelaskan dalam realisme
digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat oleh mata.
Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur
tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan
pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar tanpa ikut campur dalam
cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih bagus
atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi
baru berkembang pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang
romantisme yang mereka anggap cengeng dan berlebihan. Kaum realis
lebih memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal bersifat ideal
ditolak. Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan
masyarakat bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur,
gangster, dsb.
2. Impresionisme
9

Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali


kesan-kesan sang pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya.
Sebagaimana kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. J.S. Badudu,
pengarang tak akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti
realisme dan naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama
yang dilukiskan, karena kesan itulah yang tetap melekat.
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. Jika realisme menyajikan
hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung
melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau
menyeleksinya. Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan.
Oleh sebab itu naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk,
jorok bahkan pornografis. Juga melukiskan kritik sosial secara tajam.
Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti pengertian
awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme
mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan
mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang
mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang rendah.
4. Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran
ini merangkum realisme dan naturalisme. Yaitu di samping melukiskan
hal-hal yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia dikatakan
melukiskan kenyataan yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil
dalam bentuk realisme yang kuat, melukiskan aspek kehidupan secara
nyata dan langsung. Dalam perkembangannya realisme kurang
memuaskan sehingga dalam banyak hal naturalisme lebih mampu
menyatakan ekspresi jiwa pengarang. Akan tetapi naturalisme pun kurang
memuaskan sehingga membutuhkan satu bentuk ekspresi yang lebih
ekstrem yaitu neonaturalisme.
5. Determinisme
10

Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusastraan yang


menekankan pada takdir. Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan
lingkungan. Berasal dari kata to determine yang berarti menentukan atau
paksaan nasib. Dr. J.S. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan
oleh Tuhan melainkan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat
sekitar, seperti kemiskinan, penyakit keturunan, dan kesulitan akibat
perang. Inti pokoknya adalah penderitaan seseorang. Jahatkah, melaratkah,
penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan namun karena lingkungan yang
buruk. Penganutnya berangkat dari paham materialisme dan karenanya
tidak percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan demikian. Contoh:
Tokoh Yah dalam Belenggu, Armijn Pane. Neraka Dunia, Katak hendak
jadi Lembu - Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal - NH Dini, Atheis
Achdiat K. Mihardja.
6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. H.B. Jassin bahwa sampainya orang pada aliran
ekspresionisme karena manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma
bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu sampai pada
pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan
kesengsaraannya, ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya.
Untuk melahirkan manusia yang sebenarnya, si pengarang harus seolah-
olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan ia tak bisa meniadakan dirinya
sama sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Pada mulanya ia sebagai
penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi kemudian menjadi
aktif sebagai pemain yang subyektif yang turut menyatakan dirinya. Maka
sampailah ia pada ekspresi yaitu pengucapan jiwanya yang melahirkan
ekspresionisme.
7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit
kaum muda yang belum banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka
mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggunakan otak.
Oleh sebab itu romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan
11

penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam mimpi. Karya


romantisme ada yang cengeng, yang melukiskan kecengengan jiwa remaja
yang berlagu tentang kecerahan bulan, menyanyi di lindungan pohon
dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada pula karya romatisme
yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman dan pengetahuan yang bila
dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan. Karya
Shakespeare, Romeo dan Yuliet, misalnya adalah karya yang agung.
Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo juga Daniel Defoe (1660-
1731).
8. Idealisme
Drs. Sabarudin Ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan,
Saiful 1975) mengatakan bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik
yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si penulis atau kepada ide
pengarang semata. Pengarang idealis memandang jauh ke depan ke masa
datang dengan segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi.
Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang penulis. Lukisan yang
idealisme sudah tentu umumnya indah dan menawan. Contoh Tokoh Tuli
dalam layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-citanya
mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan
R.A. Kartini. Umumnya fiksi Indonesia sebelum perang banyak yang
menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan Jodoh,
Katak hendak jadi lembu.
9. Surealisme
Muncul di Prancis antara PD I dan PD II. Tokoh surealis berusaha
menggambarkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan
pada pembaca atau audiens. J.S. Badudu mengatakan surealisme
realitasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat
memengaruhi bentuk lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-
lompat .Karena itu amat sulit mengikuti karya surealisme. Pembaca harus
menyatukan dalam pikirannya lukisan yang seakan-akan bertaburan
apalagi karena pengarang seakan mengabaikan tata bahasa, pikiran tampak
12

meloncat-loncat, logika seakan hilang , alam benda dan alam pikiran


bercampur jadi satu.

F. Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan
dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa
juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau
dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak
tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang
berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara
sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter
ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena
pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada
klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang
terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang
dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat
diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

G. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur intrinsik cerpen
13

Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis


unsur-unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah karya sastra
memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra.
a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh
(close reading) isi cerita. Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan
amanat atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema
menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang
tersirat dalam cerpen.
Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan,
cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema
berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang terhadap
kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan
cerita.
b. Jalan cerita dan alur
Alur tersembunyi dibalik jalan cerita. Alur merupakan bagian
rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan
dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita
karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita
dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus berisikan
pertentangan antar orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri
sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu
kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya ada
perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada
yang menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.
Adapun kehadiran konflik harus ada sebabnya. Secara sederhana,
konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik.
Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan konflik adalah sebagai berikut.
14

Rounded rectangle: pengenalan konflik → timbul permasalahan


→ permasalahan → memuncak → permasalahan mereda →
penyelesaian masalah.
c. Tokoh dan perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian
tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang
(pengalaman hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus
bagaimana suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar
belakang kepribadiannya . penulis yang berhasil menghidupkan watak
tokoh-tokoh ceritanya berati berhasil pula dalam menghidupkan tokoh.
Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal berikut:
1) Apa yang diperbuat oleh para tokoh;
2) Melalui ucapan-ucapan tokoh;
3) Melalui penggambaran tokoh;
4) Melalui pikiran-pikirannya;
5) Melalui penerangan langsung.
d. Latar (setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang
dianggap penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi
unsur lain, semisal tema atau penokohan. Setting tidak hanya
menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah
kejadian. Adapun penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam
setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
e. Sudut pandang (point of view)
Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan
kisah dalam cerpen? Cara yang dipilih oleh pengarang akan
menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan watak
dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang
dituturkan pada pembaca.
Adapun sudut pandang pengarang terdiri dari empat macam,
yaitu sebagai berikut.
15

1) Objective point of view


Dalam teknik ini pengarang hanya menceritakan apa yang
terjadi, seperti melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan
karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk
ke dalam pikiran para pelaku.
2) Omniscient poin of view
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta
segalanya, ia tahu segalanya, ia biasa menciptakan apa saja yang ia
perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang
diinginkannya.
3) Point of view (orang pertama)
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini
dikenal pula dengan teknik susut pandang “aku”. Hal ini sama
halnya seperti seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
4) Point of view (orang ketiga)
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman
seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang hanya
“menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang
ketiga (“dia”) dapat juga menggunakan nama orang.
f. Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan
ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut
menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan,
dan menceritakannya dalam sebuah cerpen.
g. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita
yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang “menitipkan” nilai-nilai
kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat
menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen
yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berada
dari cerpen yang dibacanya.
16

Hal lain yang termasuk unsur sastra adalah unsur ekstrinsik.


Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri. Misalnya nama,
penerbit, tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di
sekitar saat karya sastra tersebut ditulis.
2. Unsur ekstrinsik cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk
cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk
cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan
masyarakat saat di mana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini
sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat
ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik
cerpen.
a. Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi
latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita.
Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi
politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada
masyarakat itu sendiri.
b. Latar belakang pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang
terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat
sebelumnya.
1) Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang
cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood
ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
3) Aliran sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti
suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh
17

terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam


menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-
teknik sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel.
Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai
satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan
pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran
jenis-jenis cerita pendek, beberapa di antaranya adalah realisme,
impresionisme, naturalisme, neonaturalisme, determinisme, ekspresionisme,
romantisme, idealisme, dan surealisme.

B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting
cerpen yang sesuai dengan daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi:
tema, plot/alur, tokoh, latar/setting, amanat dan sudut pandang. Jadi harus
mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa, tokoh, latar, amanat
dan sudut pandang dengan menarik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.

Djuri, O. Setawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama


Widya.

Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.

Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:


Angasa.

Anda mungkin juga menyukai