GURU PEMBIMBING
DIAH INDRI SAFITRI S.PD
DISUSUN OLEH
Kelompok 5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
B. Sejarah Cerpen
1. Asal Usul Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan
kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah
tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Adapun irama
tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat
ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-
naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek.
Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut
telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di
dalamnya, konon dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai hasil
temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM
(meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang
dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel
Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel.
Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia sering kali, diartikan sebagai cerita
tentang binatang sebagai pemeran (tokoh) utama. Cerita fabel yang populer
misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage
merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih
mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat
tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung
pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat.
Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa
Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita
realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan.
2. Cerita-cerita Pendek Modern
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad
ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-
dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near
Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and
Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe, dan Twice Told Tales(1842) karya
Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal
melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga
15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul
pada periode ini adalah “Kamar No. 6” karya Anton Chekhov.
C. Ciri-ciri Cerpen
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita
pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu
plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat
unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting,
situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang
memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam
cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang
menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita
yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian
cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya. Karena pendek, cerita-cerita
pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh,
cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih
umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah
aksi.
Adapun yang menjadi ciri khusus cerpen, di antaranya sebagai berikut:
D. Jenis-jenis Cerpen
1. Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk
prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750–10.000 kata. Berdasarkan
jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:
• Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750–1.000 buah.
• Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000–4000 buah.
• Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000
buah.
2. Jenis Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya
a. Cerpen Sempurna (well made short-story)
Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan
ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak
dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam
tempo kurang dari satu jam.
b. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story)
Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot
(alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh
cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis
berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lazim
disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali
dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru
dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra
menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
E. Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan
dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga
sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam
artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan
dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab
dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak
dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian
komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta
sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami
tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari
cerita pendek tersebut oleh pembacanya.
G. Unsur-unsur Cerpen
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-
unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah cerpen memiliki keterkaitan
satu dengan lainnya.
Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.
a. Tema
Tema dapat diperoleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading)
isi cerita. Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan amanat atau pesan
yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita.
Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema
dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih,
permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan
sikap dan pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Pengarang
menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan cerita.
b. Jalan Cerita dan Alur
Alur tersembunyi dibalik jalan cerita. Alur merupakan bagian rangkaian
perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya
alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita karena adanya sebab
akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita dapat lahir karena adanya
konflik. Konflik tidak harus berisikan pertentangan antar orang per orang.
Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh dengan dirinya maupun dengan
lingkungan di sekitarnya.
c. Tokoh dan Perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya berbeda-
beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang (pengalaman hidup)
mereka. Dengan menggambarkan secara khusus bagaimana suasana hati
tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang kepribadiannya. Penulis
yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya berati berhasil pula
dalam menghidupkan tokoh. Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-
hal berikut:
1) Apa yang diperbuat oleh para tokoh;
2) Melalui ucapan-ucapan tokoh;
3) Melalui penggambaran tokoh;
4) Melalui pikiran-pikirannya;
5) Melalui penerangan langsung.
d. Latar (Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting
sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema
atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku
cerita terlibat dalam sebuah kejadian. Adapun penggolongan setting dapat
dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-
teknik sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita
pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu
plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka
waktu yang singkat.
B. Saran
Pada saat menulis cerpen sebaiknya menyajikan beberapa unsur penting
cerpen yang sesuai dengan daya dan kreasi. Unsur-unsur penting itu meliputi:
tema, plot/alur, tokoh, latar/setting, amanat dan sudut pandang. Jadi harus
mengembangkan tema, menyajikan rangkaian peristiwa, tokoh, latar, amanat
dan sudut pandang dengan menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.