Anda di halaman 1dari 32

RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA SMK KELAS XII

TAHUN AJARAN 2019/2020

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Jakarta


2019

0
BENTUK-BENTUK SASTRA

1. Puisi
Puisi adalah karangan terikat. Puisi dikatakan karangan terikat karena puisi terikat oleh
jumlah baris, jumlah suku kata, irama, dan rima ( pengulangan bunyi).
2. Prosa
Prosa adalah karangan bebas. Prosa dikatakan karangan bebas karena prosa tidak terikat
oleh kaidah yang terdapat dalam puisi, seperti jumlah baris, jumlah suku kata, irama,
dan rima (pengulangan bunyi).
3. Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog/cerita yang dipentaskan.

PROSA
Prosa dapat dibedakan atas prosa fiksi dan prosa nonfiksi
a. Prosa fiksi adalah prosa yang berisi rekaan sebagai hasil imajinasi pengarang.
Yang termasuk prosa fiksi adalah dongeng, hikayat, cerpen, roman, novel.
b. Prosa nonfiksi adalah prosa yang berisi fakta atau pendapat logis sebagai hasil kajian
atau pengamatan terhadap suatu objek.
Yang temasuk prosa nonfiksi antara lain: esai, resensi, kritik, biogarafi, autobiografi.

Prosa juga dapat dibedakan atas prosa lama dan prosa baru
a. Prosa lama
Ciri-cirinya:
(1) Anonim ( tanpa pengarang), artinya nama penulis tidak dicantumkan
(2) Istanasentris , artinya cerita-cerita yang dihasilkan mengambil tokoh raja, keluarga
raja, atau tokoh orang-orang bangsawan sebagai pemeran utama .
(3) Statis, artinya proses perubahan bentuk maupun tema berjalan sangat lambat
Macam-macam prosa lama: mite, legenda, fabel, hikayat.

b. Prosa baru
Ciri-cirinya:
(1) Ada nama penulisnya
(2) Masyarakatsentris , artinya cerita yang ditulis diambil dari kehidupan masyarakat
sehari-hari.
(3) Dinamis, artinya terus berubah sesuai dengan perkembangan pribadi penulisnya dan
perkembangan masyarakat.
Macam-macam prosa baru: cerpen, roman, novel, kisah.

CERPEN
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen hanya menceritakan satu
masalah dalam kehidupan tokoh utamanya.
Ciri-ciri cerpen :
1. Bentuk tulisan singkat dan padat
2. Tulisan kurang dari 10.000 kata
3. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain
4. Hanya melukiskan satu bagian dari kejadian dalam kehidupan pelakunya.
5. Habis dibaca sekali duduk (dapat dibaca dalam waktu yang singkat)
6. Hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya
7. Meninggalkan kesan yang mendalam
8. Beralur tunggal dan lurus
9. Penggunaan kata-kata sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat
10. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam
1
STRUKTUR CERPEN

1. Abstrak : ringkasan cerita atau inti cerita.


2. Orientasi : pengenalan latar cerita berkaitan dengan tempat,waktu, dan
suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen.
3. Komplikasi : urutan kejadian yang dihubungkan dengan adanya sebab akibat.
Dalam komplikasi ini muncul berbagai kerumitan/ berbagai
masalah/konflik yang akhirnya sampai ke puncak konflik
4. Evaluasi : peristiwa-peristiwa yang mengarah ke penyelesaian masalah
5. Resolusi : pengungkapan solusi dari berbagai konflik yang dialami
tokoh (penyelesaian masalah)
6. Koda : penutup, berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita/
kesimpulan akhir sebuah cerita. Koda merupakan nilai-nilai atau
pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks.
Komentar/simpulan dapat disampaikan langsung oleh pengarang
atau melalui seorang tokoh.

Abtrak dan koda dalam teks cerpen bersifat opsional ( tidak harus ada )

UNSUR INTRINSIK SASTRA


Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra atau unsur yang
membangun karya sastra dari dalam.

Unsur intrinsik prosa (cerpen, novel, roman)


1. Tema ialah pokok persoalan yang terdapat dalam cerita ; inti cerita; yang menjiwai
seluruh isi karangan.

2. Alur/plot ialah jalinan peristiwa yang sambung-menyambung membentuk kisah atau


jalan cerita.

Macam-macam alur
a. Alur maju : cerita berjalan dari masa sekarang ke masa depan
b. Alur mundur (flash back, kilas balik, sorot balik) : menceritakan masa lampau
c. Alur gabungan/campuran/ maju mundur : menceritakan masa sekarang dan masa
lampau

Istilah lain untuk alur


Alur tunggal :alur maju saja atau alur mundur saja
Alur ganda : alur maju mundur atau mundur maju
Alur melingkar: alur maju mundur, maju mundur atau mundur maju, mundur maju

Tahapan alur
a. Pengenalan situasi cerita: 1) pengarang memperkenalkan latar cerita, baik
waktu, tempat, maupun suasana cerita
2) pengarang memperkenalkan para tokohnya

b. Pengungkapan peristiwa: peristiwa awal yang menjadi penyebab munculnya


masalah

c. Menuju konflik : peristiwa yang menyebabkan tejadinya


masalah/konflik-konflik yang berkepanjangan
2
d. Puncak konflik/klimaks : peristiwa besar yang menyebabkan permasalahan
menjadi sangat rumit/bertambah rumit

e. Penyelesaian : penyelesaian masalah/konflik

3. Setting /latar : gambaran tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam suatu
cerita.

4. Karakter/penokohan/perwatakan ialah cara pengarang menggambarkan para


tokoh/pelaku di dalam cerita.
Ada tokoh yang berperilaku baik yang dijadikan peran utama disebut tokoh protagonis
dan lawannya disebut tokoh antagonis.

Cara pengarang menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu:


a. Secara analitis : pengarang secara langsung menyampaikan watak tokoh.
Contoh: Hasan adalah seorang pemuda yang sangat rajin dan baik hati. Dia seorang
pekerja keras.

b. Secara dramatis : pengarang menggambarkan watak tokohnya secara tidak


langsung, yaitu melalui:
1) dialog tokoh dengan tokoh lain
2) dialog tokoh lain tentang diri si tokoh
3) keadaan di sekitar tokoh
4) pengungkapan kebiasaan tokoh
5) jalan pikiran tokoh
6) tindakan tokoh dalam menghadapi persoalan, dll.

5. Sudut pandang
Sudut pandang atau point of view ialah posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang
dalam cerita terbagi dua, yaitu pengarang terlibat dalam cerita dan pengarang berada di
luar cerita.

a. Pengarang terlibat dalam cerita ( sudut pandang orang pertama) terdiri atas :
1) Pengarang sebagai pemeran utama
Pengarang berperan sebagai pelaku utama, isi cerita seolah mengisahkan
pengalaman pengarang. Cerita mengikuti perjalanan tokoh “aku” atau “saya”.
Sudut pandang ini disebut sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Contoh:
Tiba-tiba aku melihat bapak berlinangan air mata. Aku kaget luar biasa. Tetapi,
ia tidak berkata sepatah kata pun. Ia tidak menatapku, tetapi aku merasakan
hatinya menatapku tajam. Aku meraih tangan ibu, menciuminya dan sungkem
pada ibuku. “Mohon doanya ya, Bu.” Ibu terisak. Aku juga melakukannya
kepada bapak. Kali ini aku yang terisak. Karena ketika memeluknya, aku
merasakan tubuh bapak yang sudah mulai tua dan ringkih. Bapak kurus sekali,
lebih kurus dari yang aku kira. Bahunya keras, seperti tak pernah
mengistirahatkan bahunya untuk menyandang beban hidupnya yang berat.
Bapak juga pasti punya impian seperti aku.

2) Pengarang bukan pelaku utama tetapi ikut menjadi tokoh, misalnya cerita
tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang (ayah, ibu, adik, sahabat).
3
Tokoh “aku” tidak ikut mengalami konflik/ masalah. Tokoh “aku” hanya
bercerita tentang tokoh lain.
Sudut pandang ini disebut sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.
Contoh:
Temanku, Osi, termasuk orang yang pantang menyerah. Semenjak kedua orang
tuanya meninggal, ia yang harus mengurus keempat orang adiknya. Ia harus
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya itu. Ia pun
terpaksa harus mengundurkan diri dari sekolahnya padahal ujian sekolah
sebentar lagi akan dilaksanakan. Untung saja, temanku itu termasuk orang yang
tidak mudah putus asa. Berkat kegigihan dan doa yang selalu ia panjatkan, ia
pun dapat mengatasi kesulitan hidupnya. Begitulah kisah temanku yang penuh
perjuangan.

Dalam sudut pandang orang pertama, cerita menggunakan gaya “aku”


atau “saya”, nama pelaku jarang disebut.

b. Pengarang berada di luar cerita terdiri atas :


1) Pengarang bertindak sebagai pengamat
Pengarang memilih salah satu tokoh untuk diikuti ceritanya. Lazim disebut
dengan gaya “dia”. Seluruh cerita mengikuti perjalanan tokoh “dia”. Semua
kejadian hanya dapat diketahui lewat tokoh “dia”. Pengarang dalam cara ini
dapat melukiskan keadaan jiwa “dia” tetapi tidak dapat melukiskan jiwa tokoh-
tokoh lain. Tokoh ini dalam cerita sering disebut namanya, berbeda dengan gaya
“ aku” yang jarang disebut namanya oleh pengarang. Sudut pandang ini
disebut sudut pandang orang ketiga pelaku utama.
Contoh:
Sepeninggal ayahnya, kehidupan Ramon menjadi sulit. Ia lalu ke Jakarta. Satu-
satunya orang yang dikenal adalah pamannya. Ramon tahu kehidupan pamannya
lebih sulit dibanding kehidupannya. Namun, apa boleh buat Ramon terpaksa
meminta bantuan pamannya yang jelas-jelas tidak dapat memberikan bantuan.
Dalam sudut pandang orang ketiga, cerita menggunakan gaya “dia” atau
nama seorang tokoh yang diikuti ceritanya. Nama tokoh sering disebut.
Misalnya, Open, Nining.

2) Pengarang serbatahu
Pengarang mengetahui kedaan semua tokoh. Baik hal yang dilakukan maupun
yang dikatakan. Semua tokoh diikuti jalan ceritanya. Sudut pandang ini
disebut sudut pandang serbatahu atau mahatahu.
Contoh:
Tuan Gendon adalah seorang pengusaha terkaya di kampungnya. Kini ia
sedang sakit. Sakitnya itu adalah kepalanya makin lama makin kecil sedangkan
perutnya makin lama makin besar. Karena sakitnya itu, dia tidak mau keluar
dari kamarnya, yang boleh masuk ke kamarnya hanya istrinya dan pembantunya
yang laki-laki dan bisu. Masalah perusahaan diserahkan kepada tangan
kanannya.
Istrinya merasa kasihan melihat Tuan Gendon. Istrinya memanggil anak-
anaknya untuk membicarakan kesembuhan Tuan Gendon. Akhirnya, disepakati
bahwa Tuan Gendon akan berobat ke luar negeri. Akan tetapi, sepulang dari
luar negeri Tuan Gendon tidak juga sembuh. Anaknya yang sulung dan tengah
bersepakat akan membawa Tuan Gendon ke orang pintar. Namun, seminggu

4
setelah berobat pada orang pintar, penyakit Tuan Gendon tidak juga sembuh.
Akhirnya, Tuan Gendon memanggil anaknya yang bungsu agar
mencarikan obat untuknya . Oleh anaknya yang bungsu, Tuan Gendon akan
dibawa ke rumah seorang ustaz, tempat dia sekolah dulu di sebuah pesantren.
Rencana itu tidak disetujui oleh anaknya yang sulung dan yang tengah. Akan
tetapi, Tuan Gendon tetap berangkat. Tuan Gendon, istrinya, dan anaknya yang
bungsu pun berangkat ke pesantren tersebut. Di sana Tuan Gendon diminta
untuk mengoreksi diri . Tuan Gendon menyadari akan kesalahannya selama ini,
yaitu dia selalu berpikir untuk mendapatkan uang dengan menghalalkan segala
cara dan tidak memikirkan penderitaan orang lain atas perbuatannya itu. Setelah
itu, Tuan Gendon bertobat. Setelah pulang dari pesantren, wajah Tuang Gendon
sudah terlihat cerah walaupun secara fisik belum terlihat adanya perubahan.

6. Amanat: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

7. Gaya bahasa: ciri khas kebahasaan pengarang dalam menyampaikan cerita, yang
mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, pemakaian ungkapan,
peribahasa, majas, dialek, dll.

UNSUR EKSTRINSIK SASTRA


Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Yang termasuk unsur ekstrinsik
1. Latar belakang penulis (penulis seorang rohaniwan, sejarawan, psikolog)
2. Waktu karya sastra itu dibuat (zaman Belanda, zaman Jepang , zaman setelah
kemerdekaan, zaman keadaan serba komputer /komputerisasi)
3. Keadaan masyarakat waktu karya sastra itu dibuat ( masyarakat percaya pada yang bersifat
tahayul)
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita: agama, moral (etika), sosial, budaya, keindahan
(estetika), dll.

MAJAS

1. Personifikasi : benda mati bertingkah laku seperti manusia.


Contoh: a. Bulan tersenyum.
b. Cangkir mengeluh di atas meja.

2. Hiperbola: ungkapan pengeras/dilebih-lebihkan


(sepatah kata diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat
daripada kata tadi).
Contoh: Tangisnya terdengar sampai ke tujuh desa.

3. Pleonasme: menggunakan kata berlebihan/pemborosan kata


(menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dipakai lagi sebab arti kata tersebut
sudah terkandung pada kata yang mendahuluinya).
Contoh: naik ke atas ( kata ke atas sebenarnya tidak perlu dipakai lagi karena kata naik
sudah berarti ke atas.
Contoh lain: turun ke bawah , menengadah ke atas, menoleh ke samping atau ke
belakang

4. Metafora: perbandingan langsung ( membandingkan suatu benda dengan benda lain.


Kedua benda yang dibandingkan itu memiliki sifat yang sama)
5
Contoh: a. Anakku, kau adalah bidadari kecilku.
b. Anakku, kau bidadari bagiku.
c. Raja siang telah terbenam, muncullah dewi malam.

5. Asosiasi/ Simile : membandingkan suatu benda dengan benda lain untuk memperjelas
gambaran yang diinginkan. Untuk membandingkan benda tersebut digunakan kata
penghubung yang menyatakan perbandingan (seperti, laksana, bagai, bagaikan,
umpama, ibarat, bak, se... (serupa)

Contoh : a. Semangatnya keras bagai baja.


b .Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan.

6. Paralelisme: pengulangan kata pada puisi


a. Anafora: pengulangan kata pada awal baris
Contoh:
Hanya kepada-Mu aku memohon
Hanya kepada-Mu aku meminta
Hanya kepada-Mu aku menyembah
Ya Ilahi Robbi

b. Epifora : pengulangan kata pada akhir baris


Contoh:
Hartaku kuberikan
Nyawaku kuberikan
Segalanya kuberikan
Demi perjuangan

7. Repetisi: pengulangan kata beberapa kali dalam bahasa tutur atau prosa untuk
menegaskan artinya.
Contoh: Di sini dia dilahirkan, di sini dia berjuang, dan di sini dia dikuburkan.

8. Tautologi:
a. Pengulangan kata beberapa kali dalam kalimat.
Contoh: Tidak lama lagi kalian akan menghadapi ujian. Oleh karena itu,
kalian harus belajar, belajar, dan belajar.

b. Penggunaan kata yang bersinonim dalam sebuah kalimat. (tautologi sinonimi)


Contoh: Apa maksud dan tujuan Anda datang kemari?

9. Antitesis: menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.


Contoh:
a. Tua muda, besar kecil, pria wanita berbondong-bondong pergi ke alun-alun.
b. Apa suka duka menjadi pengurus OSIS?

10. Paradoks: terlihat seolah-olah ada pertentangan sebenarnya tidak karena objek yang
dikemukakan berlainan.
Contoh:
a. Suasana ramai seperti ini dia merasa sepi.
(yang ramai suasana, yang sepi hatinya)
b. Dia kaya, tetapi miskin. (kaya harta, miskin ilmu)

6
11. Retorik : Majas yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan
jawaban (kalimat tanya tak bertanya)
Contoh: a. Apa dia salah kalau ayahnya juru masak?
b. Bagaimana saya mau bermain bola, kaki saya sakit seperti ini?

12. Klimaks : pengungkapan yang makin menguat/menghebat, makin naik


Contoh : Sejak SD, SMP sampai SMK dia selalu mendapat peringkat pertama di
kelasnya.

13. Antiklimaks : pengungkapan yang makin melemah/menurun


Contoh :
a. Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, bahkan sampai cucunya semua
menjadi orang berhasil.
b. Pertama-tama, dia berpidato dengan suara lantang kemudian suaranya parau lalu
dia tidak sadarkan diri.
c. Siswa kelas XII, XI, dan X sedang melaksanakan Jumat bersih.

14. Litotes: menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya dengan tujuan merendahkan
diri.
Contoh:
a. Datanglah ke gubuk saya. (padahal rumahnya mewah)
b. Kalau kamu datang ke rumah saya, hanya air putih yang dapat saya
sediakan.

15. Metonimia: menyebutkan nama benda atau merek dagang.


Contoh:
a. Saya memakai Bata. ( maksudnya memakai sepatu merek Bata)
b. Dia makan pepaya. ( maksudnya buah )

16. Sinekdokhe
a. Pars prototo ( sebagian untuk seluruh) : menyebutkan sebagian dari suatu
benda/hal, tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: Sejak kemarin saya tidak melihat batang hidungnya.

b. Totem proparte (seluruh untuk sebagian): menyebutkan seluruh dari suatu


benda/hal, tetapi yang dimaksud adalah sebagian.
Contoh: Pertandingan itu dimenangkan oleh Jakarta. ( yang bertanding hanya
beberapa orang)

17. Eufemisme (ungkapan pelembut) : menggunakan kata-kata untuk menggantikan kata


lain supaya terdengar lebih sopan atau untuk menghindarkan diri dari kata-kata yang
dianggap tabu atau pamali.
Contoh:
a. bekas diganti dengan kata mantan
b. buta huruf diganti dengan kata tunaaksara
c. pelayan toko diganti dengan pramuniaga
d. harimau di hutan dikatakan datuk atau nenek

18. Alegori: beberapa perbandingan membentuk satu kesatuan yang utuh.


Contoh: Agama adalah kompas dalam mengarungi samudra kehidupan yang penuh
dengan ombak gelombang.
7
19. Antonomasia: memanggil seseorang bukan dengan nama aslinya melainkan dengan
nama panggilan karena sifat yang dimiliki atau ciri tubuhnya.
(nama julukan)
Contoh: Si Botak, Si Jangkung, Si Kribo, Si Kacamata

20. Alusio: menggunakan peribahasa, ungkapan-ungkapan yang sudah lazim, atau


menggunakan sampiran pantun yang isinya sudah umum diketahui.
Contoh:
a. Menggantang asap saja kamu dari tadi. (membual, beromong kosong)
b. Jangan seperti kura-kura dalam perahu. ( pura-pura tidak tahu)

21. Ironi (sindiran halus) : menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya dengan tujuan
menyindir.
Contoh: Tulisan kamu bagus sekali sampai tidak bisa dibaca.

22. Sinisme : sindiran yang agak kasar/lebih kasar daripada ironi


Contoh: Muntah saya melihat tingkah laku kamu yang tidak pernah berubah itu.

23. Sarkasme: Sindiran yang paling kasar


Menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak sopan
Contoh: Hei, anjing! Untuk apa kamu kemari lagi?

24. Simbolik: menggunakan simbol atau lambang


Contoh:
a. bunglon lambang orang yang tidak berpendirian tetap
b. Kekasih lambang Tuhan
c. Merah lambang berani

UNGKAPAN
Ungkapan: kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus.

1. kambing hitam : orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi
dipersalahkan
2. kuda hitam : peserta pertandingan/perlombaan yang semula tidak diperhitungkan
akan menang, tetapi akhirnya menjadi pemenang
3. anak emas : anak kesayangan
4. semata wayang : satu-satunya
5. tangan kanan : orang kepercayaan
6. angkat topi : menaruh hormat, kagum, salut
7. ambil hati : menyenangkan
8. makan hati : menyusahkan
9. keras hati : berpendirian teguh
10. tangan dingin : sifat selalu membawa hasil (terutama dalam pertanian, pengobatan)

Fakta dan Opini

Fakta : suatu keadaan atau peristiwa yang benar-banar ada atau benar-benar terjadi.
Contoh: a. Icuk Sugiarto adalah seorang atlet pebulu tangkis Indonesia.
b. Pria kelahiran 4 Oktober ini pada tahun 1983 menjadi juara dunia.
c. Telah terjadi gempa tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.

8
Opini : pendapat, asumsi ( anggapan, perkiraan), khayalan, rencana, saran, dll.
Biasanya menggunakan kata-kata seperti: sebaiknya, mungkin, barangkali, menurut
pendapat saya .., menurut pendapat Bapak ….
Contoh: a. Ia merasa belum memanfaatkan hidupnya secara optimal.
b. Menurutnya, hidup harus berarti, harus memberi manfaat untuk orang.

Opini/pandangan penulis: pendapat penulis terhadap persoalan yang sedang dibicarakan.

PANTUN
Pantun, syair, dan gurindam termasuk puisi lama. Pantun berasal dari Indonesia, syair
dari Arab, sedangkan gurindam dari India.
Berdasarkan bentuk, pantun terbagi atas:
1. Pantun biasa
2. Pantun kilat atau karmina
3. Talibun
4. Pantun berkait atau seloka

1. Pantun Biasa
Struktur/ syarat/ciri-cirinya
a. Tiap bait terdiri atas empat baris
b. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata
c. Dua baris pertama disebut sampiran. Dua baris berikutnya disebut isi pantun.
(mengandung maksud si pemantun)
d. Rumus rima akhirnya /abab/. Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan
bunyi akhir baris ketiga, bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris
keempat. Jadi, sebagai berikut:

Bagaimana bentuknya bulan, (an) a


jelas bukan persegi empat. (at) b
Kepada orang tua jangan melawan, (an) a
agar hidupmu berkah selamat (at) b

Ada arang di dalam panci, (i) a


ikan teri di daun waru. (u) b
Jika ada orang membenci, (i) a
koreksi diri kita dahulu. (u) b

2. Pantun Kilat atau Karmina


Strutur/syarat/ciri-cirinya
a. Tiap bait terdiri atas dua baris
b. Baris pertama merupakan sampiran, baris kedua merupakan isi pantun.
c. Rumus rima akhirnya /aa/. Maksudnya, bunyi akhir baris pertama dan baris kedua
sama.
Contoh:
Sudah gaharu cendna pula, (a)
sudah tahu bertanya pula. (a)

3. Talibun
Talibun adalah pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat baris dan genap. Jika
talibun itu terdiri atas enam baris, tiga baris pertama adalah sampiran, tiga baris

9
berikutnya adalah isi. Jika terdiri atas delapan baris, empat baris pertama adalah
sampiran, empat baris berikutnya adalah isi. Rumus rima akhirnya /abcabc/.
Contoh:
Bagaimana bentuknya bulan, (an) a
jelas bukan persegi empat, (at) b
apalagi segi tiga. (a) c
Kepada oarang tua jangan melawan, (an) a
agar hidupmu berkah selamat, (at) b
hidup bahagia dan masuk surga (a) c

Pantun Berkait atau Seloka

Pantun berkait atau seloka disebut juga pantun berantai. Perbedaan pantun berkait
dengan pantun biasa adalah pantun berkait tidak cukup dengan satu bait. Pantun berkait terdiri
atas beberapa pantun yang sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat pada tiap bait
menjadi baris pertama dan ketiga pada bait berikutnya.
Contoh:
Bagaimana bentuknya bulan,
jelas bukan persegi empat.
Kepada orang tua jangan melawan,
agar hidupmu berkah selamat

Jelas bukan persegi empat,


karena itu bukan jendela.
Agar hidup berkah selamat,
berbaktilah pada orang tua.

Karena itu bukan jendela,


jangan ditutup rapat-rapat.
Berbaktilah pada orang tua,
agar bahagia dunia akhirat.

Jangan ditutup rapat-rapat


biar uapnya keluar nanti
Agar bahagia dunia akhirat
berdoalah pada Ilahi

Syair
Syair termasuk puisi lama yang berasal dari Arab. Antara pantun dengan syair ada
persamaan, yaitu sama-sama tiap baitnya terdiri atas empat baris. Akan tetapi, syair memiliki
rima akhir atau bersajak a-a-a-a. Semua baris merupakan isi dan biasanya syair tidak selesai
dalam satu bait karena digunakan untuk menceritakan sesuatu.
Contoh:

Syair Nyanyian Anak

Dengan bismillah kami mulai.


Alhamdulillah selawatnya nabi.
Dengan takdir Allahurobbi.
Sampailah maksud yang dicintai.

10
Seorang anak cinta yang lama.
Sekarang sudah mulai terima.
Seorang anak diberi nama,
Kami ayunkan bersama-sama.

Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari India (Tamil). Gurindam terdiri atas dua
baris. Gurindam tidak memiliki sampiran. Kedua baris tersebut merupakan isi yang berupa
sebab-akibat atau masalah dan jawaban dari masalah tersebut. Rumus rima akhirnya a-a.
Gurindam yang paling terkenal di Indonesia adalah Gurindam XII karangan pujangga Melayu
lama, yaitu Raja Ali Haji. Disebut gurindam XlI karena terdiri atas dua belas pasal. Dilihat dari
isinya, pada umumnya gurindam merupakan nasihat.

Contoh:
Ini gurindam pasal yang ketujuh

Apabila banyak berkata-kata,


di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,


itulah tanda memperkaya duka

Apabila kita kurang siasat,


itu tanda pekerjaan mendapat sesat

Apabila anak tidak dilatih,


jika besar, bapaknya letih

Apabila banyak mencela orang,


itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang banyak tidur,


sia-sia sajalah umur.

Apabila mendengarkan kabar,


menerimanya itu hendaklah sabar.

BIOGRAFI DAN AUTOBIOGRAFI

1. Biografi adalah karangan yang berisi riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang
lain.
Contoh : Ayahku oleh Hamka

2. Autobiografi adalah karangan yang berisi riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh
dirinya sendiri atau ditulis oleh orang lain, tetapi berdasarkan penuturan atau
sepengetahuan tokohnya.
Contoh:
a. Hikayat Abdullah oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
b. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia oleh Cindy Adams

11
Contoh biografi
Sudirman lahir dari keluarga petani kecil, di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan
Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ia
pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Guru, Solo. Pada tanggal 19 Desember
1948, agresi militer Belanda II menyerang Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu.
Pemimpin nasional: Soekarno, Hatta, dan Syahrir tertangkap. Segera, setelah agresi itu,
Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
mengeluarkan perintah kilat agar seluruh tentara Indonesia melakukan gerilya melawan
Belanda. Meski sakit, Sudirman memimpin langsung gerilya. Taktik gerilya itu ternyata
melemahkan moral pasukan Belanda. Banyak pasukan Belanda yang putus asa dan
merasa terancam keselamatannya. Sebab, tanpa diduga mereka mendapat serangan
mendadak dari pasukan Jenderal Sudirman.

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan
secara tepat, dan dapat dipahami secara tepat pula.
Kalimat efektif dituntut oleh beberapa ketepatan, baik ketepatan pilihan kata,
bentuk kata, pola kalimat, maupun makna kalimat.

Sebab-sebab ketidakefektifan kalimat di antaranya :


a. Pengaruh bahasa daerah
1) Anak-anak pada lari.( tidak efektif ) (Bocah-bocah podo melayu.)
Anak-anak berlarian. (efektif )

2) Bajunya Ali basah. (tidak efektif) (klambine Ali teles )


Baju Ali basah. (efektif)
Bajunya basah. (efektif)

b. Pengaruh pola bahasa asing


Contoh:
1) Saya sudah katakan. ( tidak efektif ) ( I have told)
Sudah saya katakan. (efektif)
saya sudah mengatakan. (efektif)

2) Toko di mana saya membeli buku sudah pindah. ( tidak efektif)


Toko tempat saya membeli buku sudah pindah. (efektif)

c. Pleonastis (menggunakan kata berlebihan/pemborosan kata)


Contoh:
1) Para hadirin dimohon berdiri. ( tidak efektif )
Hadirin dimohon berdiri. (efektif)

2) Minumlah obat ini agar supaya lekas sembuh. ( tidak efektif )


Minumlah obat ini agar lekas sembuh. (efektif)
Minumlah obat ini supaya lekas sembuh. (efektif)

3) Kita harus saling hormat-menghormati. ( tidak efektif )


Kita harus saling menghormati. (efektif )
Kita harus hormat-menghormati. (efektif )
12
4) Rumah ini sangat besar sekali. ( tidak efektif )
Rumah ini sangat besar. (efektif )
Rumah ini besar sekali. (efektif )

5) Hal ini adalah merupakan tanggung jawab kita bersama. ( tidak efektif )
Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama. (efektif )

d. Salah nalar
Contoh:
1) Rumah ini mau dijual. ( tidak efektif karena rumah tidak punya kemauan atau
keinginan)
Rumah ini akan dijual. (efektif )

2) Sampo ini dapat menghilangkan kepala berketombe. (tidak efektif )


Sampo ini dapat membersihkan kepala berketombe. (efektif)
Sampo ini dapat menghilangkan ketombe. (efektif )

e. Penggunaan kata depan yang salah


Contoh:

1) Kebersihan sebagian daripada iman. ( tidak efektif karena tidak


membandingkan)
Kebersihan sebagian dari iman. (efektif )

2) Berikan surat itu pada Amin. (tidak efektif)


Berikan surat itu kepada Amin. (efektif)

f. Kalimat tidak bersubjek


Contoh:
1) Bagi siswa kelas X harap berkumpul di lapangan. (tidak efektif)
Ket P Ket.
Siswa kelas X harap berkumpul di lapangan. ( efektif)
S P Ket.
2) Dari Amin mendapatkan keterangan yang jelas. (tidak efektif)
Ket. P O
Dari Amin kita mendapatkan keterangan yang jelas. (efektif)
Ket. S P O
3) Melalui film ini dapat meningkatkan semangat nasionalisme. ( tidak efektif )
Ket. P O
Film ini dapat meningkatkan semangat nasionalisme. (efektif )
S P O

g. Menggunakan kata penghubung pada induk kalimat yang mengikuti anak kalimat
Contoh:
Walaupun hujan lebat, tetapi ia tetap pergi ke sekolah (tidak efektif )

anak kalimat induk kalimat

Walaupun hujan lebat, ia tetap pergi ke sekolah. (efektif )

anak kalimat induk kalimat


13
h. Menggunakan bentuk kata yang salah
1) Mereka sedang mempelajari tehnik menulis.(tidak efektif)
Mereka sedang mempelajari teknik menulis.(efektif)

2) Saya belum menerima kwitansi pembelian buku. (tidak efektif)


Saya belum menerima kuitansi pembelian buku. (efektif)

3) Kita harus merubahnya. (tidak efektif)


Kita harus mengubahnya. (efektif)

KATA BAKU

Baku artinya standar.


Kata baku bahasa Indonesia ialah kata yang penulisan dan pengucapannya harus
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
No. Baku Tidak Baku
1 aerobik erobik
2 autobiografi otobiografi
3 komersial komersil
4 terampil trampil
5 varietas varitas
6 karier karir
7 hierarki hirarki
8 atlet atlit
9 apotek apotik
10 konkret konkrit
11 kredit kridit
12 antre antri
13 video vidio
14 sistem sistim
15 nasihat, praktik nasehat, praktek
16 risiko resiko
17 tim team
18 hakikat hakekat
19 kuitansi kwitansi
20 ekspor, eksportir eksport, eksporir
21 standar, standardisasi standard, standarisasi
22 aktif, teknik aktiv, tehnik
23 aktivitas, aktifkan aktifitas, aktivkan
24 produktif produktip
25 produktivitas produktifitas
26 koordinasi koordinir
27 memproklamasikan memproklamirkan
28 ditemukan diketemukan
29 asas azaz
30 asasi azazi
31 jadwal jadual
32 izin ijin

14
33 diagnosis diagnosa
34 analisis analisa
35 silakan silahkan
36 lesung pipi lesung pipit
37 ubah rubah
38 mengubah merubah
39 mencolok menyolok
40 sontek contek
41 menyontek mencontek
42 memesona mempesona
43 mengebom membom
44 mengesampingkan mengenyampingkan
45 pascabayar paska bayar
46 rohaniwan rohaniawan
47 ilmuwan ilmiawan
48 fotokopi photo copy
49 fesyen fasion
50 zaman jaman

PARAGRAF/ALINEA

Paragraf adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap
atau satu tema. Paragraf yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Memiliki satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
2. Antarkalimat saling berkoherensi (bertautan) secara logis sehingga membentuk satu
kesatuan.

Untuk menjaga koherensi (kepaduaan) anatarkalimat, perlu hal-hal berikut.


a. Pengulangan kata/frasa kunci

UNISCO berinisiatif untuk mengadakan pertemuan guna


membahas rencana pemugaran Borobudur. Dalam pertemuan itu
disimpulkan bahwa bentuk stupa tidak diubah.

Keinginan pemerintah untuk menaikkan harga BBM memang logis


sebab harga minyak di Indonesia masih jauh di bawah pasar internasional.
Dengan menaikkan harga BBM dalam negeri, pemerintah dapat mengurangi
subsidinya. Hasil pengurangan subsidi itu dapat digunakan untuk keperluan
pembangunan yang lain.

b. Penggunaan kata ganti


Siswa kelas XII wajib mengikuti praktik kerja industri (Prakerin).
Selesai Prakerin, mereka harus menyusun laporan sebagai syarat mengikuti
ujian nasional (UN). Tanpa laporan Prakerin, mereka tidak diperbolehkan
mengikuti UN.

Kalau kita naik pesawat, pramugari selalu menghidangkan gula-gula.


15
Hal ini ada maksudnya, yaitu saat lepas landas dan mendarat, kita selalu
mengunyah-ngunyah. Dengan cara itu, hubungan antara rongga hidung dan
telinga terbuka sehingga sakit gendang telinga akibat perubahan tekanan
atmosfer dapat dicegah.

c. Penggunaan konjungsi antarkalimat


Kita sering melihat objek wisata candi sering dicoreng-moreng dengan
cat berwarna mencolok. Bahkan, ada pula yang ditatah dengan pahat atau paku
sehingga frahmen benda purbakala tersebut menjadi rusak.

JENIS-JENIS PARAGRAF

KERANGKA KARANGAN

Gagasan utama : Keterampilan menulis


Gagasan penjelas:
1. Pengertian menulis
2. Manfaat menulis
3. Teknis menulis
4. Hambatan dalam menulis
5. Jenis-jenis tulisan

1. Metode berpikir deduktif (umum-khusus)


( metode berpikir deduktif)

2. Simpulan juga dapat diketahui dengan menggunakan pertanyaan , apa yang


dibicarakan dalam paragraf tersebut.

Salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan


mengubah bahan pencemar itu menjadi sesuatu yang bermanfaat. Plastik bekas
kemasan diubah menjadi tas. Sampah dapur diubah menjadi kompos. Bahkan, abu
terban limbah pabrik pun dapat diubah menjadi batu bata.
 Simpulan paragraf tersebut adalah
Bahan pencemar lingkungan dapat dibuat sesuatu yang bermanfaat.

KALIMAT SUMBANG

Kalimat sumbang adalah kalimat yang tidak relevan, tidak padu dengan kalimat-
kalimat lain yang ada dalam paragraf tersebut. (kalimat yang tidak nyambung dengan
kalimat yang lain )
Contoh:
(1)Lingkungan aman perlu diciptakan oleh masyarakat. (2) Karena tanpa bantuan
masyarakat, keamanan sukar diwujudkan. (3) Caranya, masyarakat membentuk
petugas keamanan dari masyarakat itu sendiri. (4) Misalnya, mengadakan siskamling
untuk menjaga keamanan pada malam hari secara bergantian. (5) Selain itu, ayah
saya juga pernah menjadi satpam.
 Kalimat penjelas yang sumbang dalam paragraf tersebut ada pada kalimat
nomor (5)

16
KALIMAT YANG MENYATAKAN HUBUNGAN PERBANDINGAN

Kalimat yang menyatakan hubungan perbandingan adalah kalimat yang di


dalamnya ada sesuatu yang dibandingkan.
Cirinya:
1. menggunakan kata depan daripada
2. menggunakan kata penghubung sedangkan
3. menggunakan kata berbeda dengan
4. kalimat itu sendiri yang menyatakan perbandingan
Contoh:
1. Harga daging sapi di Bekasi lebih mahal daripada di Jakarta.
2. Harga daging sapi di Bekasi Rp140.000,00 per kg sedangkan di Jakarta
jauh lebih murah, yaitu Rp120.000,00 per kg.
3. Harga daging sapi di Jakarta Rp120.000,00 per kg, berbeda dengan
harga daging sapi di Bekasi, yaitu Rp140.000,00 per kg.
4. Harga daging sapi di Bekasi lebih mahal dibandingkan dengan harga
daging sapi di Jakarta.

KALIMAT YANG MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT


Cirinya:
1. menggunakan kata penghubung sebab, karena, akibat, akibatnya,
sehingga
2. menggunakan kata membuat, menyebabkan, mengakibatkan, disebabkan
dll.
3. Menggunakan kata benda, yaitu kata penyebab
Contoh:
1. Kata-katanya yang kasar membuat temannya tersinggung.
2. Karena adanya perbedaan temperatur di atmosfer, uap berubah menjadi embun.
3. Uap berubah menjadi embun akibat adanya perbedaan temperatur di atmosfer.
4. Uap berubah menjadi embun disebabkan adanya perbedaan temperatur di atmosfer.
5. Adanya perbedaan temperatur di atmosfer menyebabkan uap berubah menjadi
embun.
6. Penyebab uap berubah menjadi embun adalah adanya perbedaan temperatur di
atmosfer. (benar)
7. Penyebab uap berubah menjadi embun karena adanya perbedaan temperatur di
atmosfer.( Kalimat tersebut salah karena sudah ada kata penyebab tidak perlu lagi
menggunakan konjungsi karena)
8. Penyebab uap berubah menjadi embun disebabkan adanya perbedaan temperatur
di atmosfer. ( Kalimat tersebut salah karena sudah ada kata penyebab tidak perlu
lagi menggunakan kata disebabkan)

Perhatikan:
Ibu membuat kue. ( kata membuat tersebut tidak menyatakan sebab-akibat)

17
KONJUNGSI
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan kata-kata,
bagian-bagian kalimat (frasa, kausa), atau kalimat-kalimat dalam sebuah wacana.
Termasuk dalam konjungsi ini adalah kata-kata yang berfungsi untuk mengantar sebuah
bentuk wacana atau kalimat yang sering terdapat dalam cerita-cerita lama. Kata-kata
pengantar tersebut adalah : alkisah, arkian, kalakian, maka, bermula, sebermula, hatta,
syahdan.
Macam-macam konjungsi
1. Menyatakan hubungan penguatan/tambahan/gabungan : dan, lagi, lagi pula, serta,
bahkan, begitu pula, selain itu, di samping itu, lebih dari itu, tidak hanya ... tetapi
juga
2. Menyatakan hubungan sebab: karena, oleh karena itu, sebab
3. Menyatakan hubungan akibat: maka, akibat, akibatnya, sehingga, hingga
4. Menyatakan hubungan pertentangan: tetapi, akan tetapi, sebaliknya, sedangkan,
namun, padahal, melainkan
5. Menyatakan hubungan perlawanan ( konjungsi yang menghubungkan dua keadaan
atau kondisi yang berlawanan): meskipun, biarpun, walaupun, kendatipun,
sekalipun
6. Menyatakan hubungan tujuan: agar, supaya, untuk itu
7. Menyatakan hubungan waktu: ketika, saat, waktu, ketika itu, saat itu, waktu itu,
pada masa itu, sebelum, selama, sesudah, setelah, sambil, seraya, sejak, tatkala,
sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian
8. Menyatakan hubungan perbandingan: bagai, bagaikan, seperti, laksana, umpama,
bak, ibarat
9. Menyatakan hubungan pemilihan: atau, entah ... entah ...
10. Menyatakan hubungan penjelas atau penetap (konjungsi ini berfungsi untuk
menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya) : bahwa
11. Menyatakan hubungan penegas (konjungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau
meringkas suatu bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya): yakni, yaitu,
umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya
Contoh: Peserta yang pergi tahun ini dua orang, yaitu saya dan Sofi.
12. Sebagai pengatar kalimat: konjungsi alkisah, arkian, kalakian, maka, bermula,
sebermula, hatta, syahdan digunakan sebagai pengantar kalimat hanya pada sastra
lama/cerita-cerita lama, sedangkan konjungsi adapun masih digunakan sampai
sekarang.

Contoh:
Hatta beberapa hari lamanya Raja Marong Mahawangsa mencari anak Raja
Rum itu dengan kemasygulan yang amat sangat, karena sultan Rum menyerahkan
anakandanya ke dalam jaganya dan ialah harapan yang besar kepada sultan Rum itu.
Maka ratalah sudah disuruh cari oleh Marong Mahawangsa kepada segala menteri
para penggawa hulubalang, tiada juga bertemu dengan anak raja Rum itu. Maka
raja Marong Mahawangsa pun berlayarlah halanya.

Telah terjadi kebakaran di Jalan Tenaga Listrik, Kelurahan Kebon Melati,


Tanah Abang. Diperkirakan lebih dari 65 jiwa kehilangan tempat tinggal. Api
diduga berkobar dari rumah Sanusi, warga RT 13 RW 16.Tidak hanya di RT 13,
api juga merembet ke RT 14 yang bersisian dengan RT 13. Adapun sebab terjadi
kebakaran itu belum diketahui.

Arti konjungsi
18
Alkisah : cerita (dipakai untuk memulai sebuah cerita atau hikayat)
Hatta : maka, lalu, sudah itu lalu
Kalakian : ketika itu, lalu, kemudian
Bermula : awalnya, pertama-tama
Syahdan : selanjutnya, lalu
Maka : lalu , kemudian

DAFTAR PUSTAKA
Penulisan daftar pustaka
1. Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad, tidak menggunakan nomor urut
2. Gelar akademik tidak dicantumkan
3. Nama penulis dibalik (nama akhir penulis diletakkan di depan)
4. Jika penulisnya dua orang, nama penulis pertama saja yang dibalik
5. Jika penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang ditulis lalu
diikuti singkatan dan kawan-kawan (dkk.)
6. Judul diberi garis bawah atau dicetak miring
7. Urutannya NTJKP ( nama penulis, tahun terbit, judul, kota, penrbit)
8. Baris pertama diketik mulai ketukan pertama dari batas tepi margin dan baris
berikutnya dimulai dari ketukan kelima atau satu tab dalam komputer
9. Jarak antara baris pertama dan baris berikutnya yang merupakan kelanjutan adalah
satu spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan sumber lainnya dua
spasi.
Data buku
No Judul Buku Nama Penulis Penerbit Kota Tahun
. Terbit
1 Cinta di Ambang Bayu Surya Brata Pustaka Jaya Jakarta 2013
Batas
2 Kiat Sukses Hasan Ali dan PT Nusantara Bandung 2015
Fahmi Idris
3 Psikologi Siti Aminah, Sofi PT Pontianak 2014
Remaja Aini, Umi Inayah Khatulistiwa

Daftar Pustaka

Ali, Hasan dan Fahmi Idris. 2015. Kiat Sukses. Bandung: PT Nusantara.

Aminah, Siti, dkk. 2014. Psikologi Remaja. Pontianak: PT Khatulistiwa.

Brata, Bayu Surya. 2013. Cinta di Ambang Batas. Jakarta: Pustaka Jaya.

CATATAN KAKI
Penulisan catatan kaki
1. Nama penulis tidak dibalik
2. Gelar akademik boleh dicantumkan, boleh juga tidak
3. Urutan penulisannya : NAJUKOPETAHA ( nama penulis, judul, kota, penerbit,
tahun terbit, halaman)
4. Penulisan judul : cetak miring atau digaris bawah
5. Perhatikan tanda bacanya!
6. Penulisan kata halaman diawali dengan huruf kecil. Kalau kata halaman disingkat,
setelah singkatan hlm diberi tanda titik ( hlm.)

19
Data buku
Judul Nama Penulis Penerbit Kota Tahun Halaman
Kiat Sukses Hasan Ali dan PT Bandung 2015 25
Fahmi Idris Nusantara
Cinta di Ambang Bayu Surya Pustaka Jakarta 2013 15
Batas Brata Jaya
Penulisan catatan kaki berdasarkan data buku tersebut
1)
Hasan Ali dan Fahmi Idris, Kiat Sukses (Bandung: PT Nusantara, 2015), hlm. 25.
2)
Bayu Surya Brata, Cinta di Ambang Batas (Jakarta: Pustaka Jaya, 2013), hlm. 15.

PENGGUNAAN TANDA BACA PADA ALAMAT SURAT

1. Penggunaan tanda baca yang benar pada alamat surat


Yth. Solihin, S.H.
Kepala Bagian Personalia CV Khatulistiwa
Jalan Rawamangun Dalam Timur No. 11
Jakarta Timur

2. Pada nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan


a. Abdullah, Jalan Pisang Batu No. 1, Bogor.
b. Surat ini harap dialamatkan kepada Bapak Hasan Ali, Jalan Lontar Atas No.
24, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Penggunaan tanda baca yang salah pada alamat surat

Yth. Slamet Sugiharto, S.E.


Kepala Bagian Personalia PT. Cinta Kasih
Jalan Gandaria Selatan
Jakarta Barat.

Kesalahan penggunaan tanda baca pada penulisan alamat surat tersebut adalah ....
A. Setelah singkatan kata yang terhormat, menggunakan tanda titik satu
B. Di antara nama orang dan gelar akademik menggunakan tanda koma
C. Penggunaan tanda titik pada singkatan gelar akademik
D. Penulisan singkatan PT memakai tanda titik
E. Setelah penulisan kata Jakarta Barat, menggunakan tanda titik
Jawabannya: D dan E

MAKNA DENOTASI DAN KONOTASI


Makna denotasi adalah makna dasar, makna sebenarnya, apa adanya, tidak
tercampuri nilai rasa dan tidak berupa kiasan.
Contoh:
kursi = tempat duduk berkaki empat dan mempunyai sandaran
meja hijau = meja yang berwarna hijau

Makna konotasi

20
Konotasi artinya tambahan. Sebuah kata yang memiliki makna konotasi berarti
kata tersebut selain memiliki makna dasar juga memiliki makna tambahan yang
berupa kiasan (bukan makna sebenarnya) atau disertai nilai rasa. Jadi, makna
konotasi ialah makna yang berupa kiasan atau makna yang disertai nilai rasa.
Contoh:
Kata kursi selain memiliki makna dasar, yaitu tempat duduk berkaki empat dan
mempunyai sandaran juga mempunyai makna tambahan , yaitu jabatan.
Kata mantan memiliki nilai rasa lebih halus daripada kata bekas.

21
Contoh lain:
a. Konotasi kiasan ( bukan makna sebenarnya)
1)Konotasi postif : tangan kanan, anak emas, semata wayang, bintang
lapangan
2)Konotasi negatif : kaki tangan, dalang ( otak kejahatan), semir-menyemir,
amplop

b. Konotasi nilai rasa ( adanya perasaan tertentu : benci, hormat, halus, kasar)
1)Konotasi positif : rombongan, langsing, gadis, hamil, wafat, istri, gemuk
2)Konotasi negatif : gerombolan, ceking, perawan, bunting, mati, bini,
gembrot,

Contoh dalam kalimat

Makna denotasi
1. Banyak kursi baru di sekolah kami.
2. Meja hijau di ruang guru panjang sekali.

Makna konotasi kiasan (bukan makna sebenarnya)


1. Tahun 2019 banyak orang memperebutkan kursi DPR.
2. Dia dibawa ke meja hijau karena telah menggelapkan uang perusahaan.
3. Walaupun Tuti anak semata wayang, ia tidak dimanjakan oleh orang tuanya.
4. Dokter itu bertangan dingin sehingga banyak pasiennya.

Makna konotasi nilai rasa


1. Ayahnya mantan lurah.
2. Sudah tiga bulan ia bekerja sebagai pramusiwi.
3. Rombongan haji Indonesia telah tiba di tanah air.
4. Gerombolan pencopet ditangkap polisi.

Contoh makna konotasi kiasan dalam puisi

Pagiku hilang sudah melayang Masa muda sudah berlalu.


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang Masa tua datang.
Batang usiaku sudah tinggi

PENULISAN GABUNGAN KATA


3. Penulisan gabungan kata dipisah apabila gabung kata tersebut
a. tidak berawalan dan tidak berakhiran
Contoh: tanda tangan, anak sungai, beri tahu

22
b. hanya berawalan
Contoh: bertanda tangan, menganak sungai, diberi tahu

c. hanya berakhiran
Contoh: tanda tangani, beri tahukan, sebar luaskan

2.Penulisan gabungan kata disambung apabila gabungan kata tersebut


a. berawalan dan berakhiran
Contoh: menandatangani, ditandatangani, memberitahukan

b.merupakan kombinasi
Contoh:
amoral pascabedah
antarwarga prabayar
antikomunis pramusiwi
bilateral swadana
bioteknologi swafoto
caturwarga swasembada
dasasila purnabakti
dwiwarna tunagrahita
ekstrakurikuler tunadaksa
infrastruktur semiprofesional
multifungsi ultramodern
multilateral nirlaba
nonfiksi nirkabel
nonmuslim mancanegara
non-Islam subseksi

c.sudah dianggap padu, dianggap sebagai satu kata


Contoh: belasungkawa, darmabakti, halalbihalal, kasatmata, sukacita,
dukacita, segitiga, silaturahmi, saputangan, kacamata, sukarela,
olahraga, peribahasa, paramasastra, saptamarga, saripati

KTSP
Sebuah kata yang diawali dengan huruf k, t, s, atau p apabila diberi awalan me, huruf
pada awal kata tersebut luluh/lebur
Contoh;
a. kembang + me = mengembang
Contoh lain: mengunci, mengonfirmasi
b. tari + me = menari
Contoh lain: menaati, menerjemahkan, menangisi
c. sapu + me = menyapu
Contoh lain:menyukseskan, menyosialisasikan
d. pakai + me = memakai
Contoh lain: memesona, memahami, memedulikan

tetapi k, t, s, p yang diikuti konsonan lain (kl, tr, sy, pr ) tidak luluh
Contoh:
23
a. klarifikasi + me = mengklarifikasi
Contoh lain: mengkritik
b. transfer + me = mentransfer
Contoh lain: mentransmigrasikan
c. syarat + me = mensyaratkan
Contoh lain: mensyariatkan, mensyukuri, mensyairkan
d. produksi + me = memproduksi
Contoh lain: memprakarsai, memproklamasikan
Kecuali kata program apabila ditambah awalan me-, luluh, yaitu memrogram

KATA YANG TERDIRI ATAS SATU SUKU KATA

Awalan me- apabila dilekatkan pada kata yang terdiri atas satu suku kata akan menjadi
menge-.
Contoh:
 las menjadi mengelas bukan melas
 bom menjadi mengebom bukan membom
 tik menjadi mengetik bukan mentik
 pel menjadi mengepel bukan mempel

Catatan:
Kata yang benar adalah mempunyai ( asal kata empunya) dan memperhatikan (asal
kata hati). Jadi, bukan memunyai dan memerhatikan.

TANGGAPAN POSITIF, NEGATIF, DAN LOGIS

Tanggapan positif : tanggapan yang bersifat optimis, baik, dan santun.


Contoh:
Sebagai pelajar, saya turut bangga atas prestasi yang telah diraih oleh Tim
Olimpiade Fisika Indonesia ( TOFI ) karena mampu meraih banyak medali.

Tanggapan negatif : tanggapan yang bersifat pesimis, menjelek-jelekkan, tidak


santun.
Contoh :
Prestasi yang diraih Tim Olimpiade Fisika Indonesia masih belum maksimal
karena mereka tidak meraih semua medali emas.

Tanggapan logis: tanggapan/ komentar yang masuk akal sesuai dengan hal yang
ditanggapi ( sesuai dengan isi teks yang ditanggapi)
Contoh:

Bacalah paragraf berikut!


Indonesia memiliki kekayaan alam yang patut dibanggakan. Salah satu kekayaan alam
tersebut adalah tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai obat. Walaupun
begitu, kekayaan alam tersebut kini tidak dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Hal ini disebabkan pengetahuan mengenai obat di berbagai daerah Indonesia sudah
jarang dipelajari atau boleh dikatakan sudah banyak punah. Proses punahnya
pengetahuan ini sering kali lebih cepat daripada proses punahnya tumbuh-tumbuhan
itu sendiri akibat kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkontrol.

24
Tanggapan logis yang sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ….
A. Kita tidak perlu khawatir dengan punahnya tanaman obat karena sekarang sudah
banyak diproduksi obat-obatan kimia yang lebih praktis dan murah

B. Pemerintah harus menggalakkan budi daya tanaman obat dan meningkatkan


sumber daya manusia sehingga produksi obat dari tumbuhan dapat lestari
Jawaban : B

RESENSI
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata revidere atau recensie yang
artinya menimbang, melihat kembali, atau menilai.
Resensi adalah tulisan atau ulasan tentang penilaian sebuah hasil karya. Karya
tersebut bisa berupa buku, film, drama, pertunjukan, lukisan, dll.
Tujuan seseorang membuat resensi adalah memberi informasi tentang isi buku
tersebut. Apakah buku itu patut untuk dibaca atau tidak.

Unsur-unsur resensi
1. Judul resensi
Judul resensi dibuat semenarik mungkin dan benar-benar dapat menjiwai
seluruh inti tulisan. Judul dapat dibuat setelah resensi selesai dibuat. Judul resensi
harus selaras dengan isi resensi.

2. Identitas buku
Identitas buku di antaranya: Judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun
terbit, cetakan ke berapa, ketebalan buku, dll.

3. Pembukaan
Pembukaan berisi pengenalan ( nama pengarang, karya-karyanya, dan
prestasinya), membandingkan dengan buku yang sama, baik yang sudah ditulis oleh
pengarang itu sendiri atau oleh pengarang lain, memaparkan tentang sosok si
pengarang, mengulas sedikit tentang keunikan buku, merumuskan tema buku,
memberikan kesan tentang buku tersebut , mengenalkan penerbit.

4. Isi atau tubuh


Isi resensi biasanya berupa sinopsis, ulasan singkat tentang poin utama dari isi buku,
kelebihan, dan kekurangan buku.

5. Penutup
Biasanya pada bagian penutup, penulis resensi (resensator) menekankan
tentang pentingnya buku itu dimiliki siapa dan mengapa harus memiliki atau
mengapa harus membaca buku itu.

KALIMAT SIMPLEKS DAN KOMPLEKS

1. Kalimat simpleks adalah kalimat yang terdiri atas satu pola kalimat atau satu klausa.
Pola kalimat simpleks: SPO,SPOK, SPOKK, SPKK
Contoh:

25
a. Hasan sedang mengelas pagar.
S P O

b. Ani membuat bunga dari sabun.


S P O K

c. Susi membaca buku fiksi di perpustakaan kemarin siang.


S P O K K

2. Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih/dua
klausa atau lebih.
Pola kalimat kompleks :
a. SPO
SP
b. SPOK
SP
c. KSPO
SP
d. SPO,SPO
e. SP
PO
f. SP
SPO
Contoh:
a. Saya sudah menjelaskan bahwa adik saya tidak bersalah.
S p S P

b. Suci sedang membaca buku ketika temannya datang.


S P O S P
c. Ketika temannya datang, Suci sedang membaca buku.

S P S P O
d. Saya membaca puisi, teman saya menulis cerpen.
S P O S P O

e. Guci yang dibeli ibu pecah.


S P O pelaku P

f. Kotak tempat dia menyimpan perhiasan rusak.


S S P O P

Ciri kalimat kompleks


26
1. Memiliki dua pola kalimat (dua subjek dan atau dua predikat)
2. Menggunakan konjungsi
3. Menggunakan kata ganti penghubung yang, tempat

Kalimat majemuk ada tiga jenis, yaitu:

a. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya


memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola kalimat atasan atau bawahan.
(tidak ada induk dan anak kalimat)

Macam-macam kalimat majemuk setara


1) Kalimat majemuk setara yang bersifat menggabungkan (dan, lagi, lagi pula)
2) Kalimat majemuk setara yang bersifat memilih (atau)
3) Kalimat majemuk setara yang bersifat mempertentangkan ( tetapi, sedangkan,
melainkan)

b. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki dua pola kalimat atau
lebih yang tidak sederajat. (memiliki induk kalimat dan anak kalimat)
Contoh:
1) Saya sudah menjelaskan bahwa adik saya tidak bersalah.
induk kalimat anak kalimat

2) Suci sedang membaca buku ketika temannya datang.


induk kalimat anak kalimat

Induk kalimat adalah bagian kalimat majemuk bertingkat yang bukan


merupakan hasil perluasan.

Anak kalimat adalah bagian kalimat majemuk bertingkat yang merupakan


hasil perluasan

c. Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri atas kalimat majemuk
setara dan bertingkat.

Kata Depan (Preposisi)


Contoh: di, ke, dari, demi, untuk, melalui, dengan, pada, daripada, kepada, bagi, dll.

Penulisan Kata Depan Daripada

Kata depan daripada digunakan hanya untuk menyatakan perbandingan dan


penulisannya disambung.
Contoh:
a. Ruang A lebih luas daripada ruang B.
b. Ana lebih tinggi daripada Ani.

Penulisan Kata Depan Di dan Ke dan Awalan Di dan Ke

27
Kata depan di dan ke Awalan di dan ke
di rumah ke timur ketua
di pulau ke pulau kepulauan
di samping ke kiri ketiga
di mana ke mana dibawa
di sana ke sana dikemukakan
di antara ke luar negeri dibumihanguskan

Penulisan kata depan di dan ke dipisah dari kata yang mengikutinya.


Penulisan awalan di dan ke disambung dengan kata yang mengikutinya.

Untuk diingat

K = Kata depan di dan ke


T = menunjukkan Tempat atau dianggap tempat
P = penulisannya Pisah

Penulisan Judul Karangan

a. Setiap awal kata pada judul ditulis dengan huruf kapital kecuali kata tugas,
yaitu kata ganti penghubung (yang, tempat), konjungsi (dan, ketika, agar),
dan preposisi ( di, ke, dari, dengan, dalam, demi, untuk, tentang, melalui, dll.)
Contoh:
1) Hati yang Damai
2) Pembudidayaan Ikan Hias dan Pemasarannya
3) Penanganan Kearsipan di Kantor Perbendaharaan Negara

b. Judul ditulis dengan huruf kapital semua


Contoh:
1) HATI YANG DAMAI
2) PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS DAN PEMASARANNYA
3) PENANGANAN KEARSIPAN
DI KANTOR PERBENDAHARAAN NEGARA

c. Judul tidak diberi tanda apa pun, seperti tanda titik, bintang-bintang, garis bawah,
tanda petik, dll.
Contoh:

“PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS DAN PEMASARANNYA”


(salah)

PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS DAN PEMASARANNYA


(benar)

Pembudidayaan Ikan Hias dan Pemasarannya. (salah karena ada tanda titik)

Pembudidayaan Ikan Hias dan Pemasarannya (benar)

28
d. Pemenggalan kata harus tepat (kalau judul tersebut tidak satu baris)
Contoh:

Manfaat Pendidikan Sistem (salah)


Ganda

Manfaat
Pendidikan Sistem Ganda ( benar)

e. Kata ganti penghubung, konjungsi, dan preposisi ( yang, dan, ketika, kemudian,
di, ke, dari, dalam, untuk, demi. tentang, melalui, dll.) tidak boleh diletakkan di
pinggir kanan.

Contoh:
Penanganan Kearsipan di (salah)
Kantor Perbendaharaan Negara

Penanganan Kearsipan (benar)


di Kantor Perbendaharaan Negara

f. Dianjurkan judul berbentuk piramida terbalik ( tidak harus)

RINGKASAN

Cara menentukan ringkasan

1. Ambil bagian yang merupakan inti kalimat, hilangkan bagian yang berupa penjelas
2. Satukan bagian inti kalimat tersebut secara sitematis / tersusun secara berurutan
Contoh:

Penghargaan Nobel dianugerahkan setiap tahun kepada ilmuwan yang telah melakukan
penelitian luar biasa. Penghargaan diberikan kepada orang yang menemukan teknik atau
peralatan yang baru, atau telah melakukan kontribusi luar biasa bagi masyarakat. Saat ini,
Hadiah Nobel dianggap sebagai penghargaan tertinggi bagi orang yang mempunyai jasa
besar kepada dunia.
Ringkasannya: Penghargaan Nobel dianugerahkan kepada ilmuwan yang telah berjasa besar
kepada dunia.

3. Kalau yang akan diringkas lebih dari satu paragraf, inti dari tiap paragraf
disatukan secara berurutan
4. Apabila di jawaban tidak ada inti kalimat atau inti paragraf yang disusun secara berurutan,
ambil informasi penting yang ada dalam teks tersebut

29
MAKNA ISTILAH

1. destinasi : tempat tujuan


2. dermaga : tembok penahan ombak, tembok panjang di tepi
pelabuhan (untuk pangkalan)
3. rekonsiliasi : pemulihan hubungan
4. infrastruktur : prasarana /sarana pendukung
5. labil : goyah
6. negosiasi : tawar-menawar, perundingan
7. pemasok : penyedia barang
8. piawai : mumpuni, mahir
9. pakar : ahli
10. pialang : perantara, makelar
11. orator : ahli pidato
12. reklamasi : pengurukan (tanah)
13. moratorium : penundaan
14. strategi : rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus
15. strategis : berhubungan dengan strategi; baik tempatnya
16. higienis : berkenaan dengan ilmu kesehatan; bersih ; bebas penyakit
17. sanitasi : usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang
baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan mansyarakat
18. efektif : dapat membawa hasil; manjur; mulai berlaku (tentang
undang-undang)
19. investor : penanam modal
20. investasi : penanaman modal
21. interpretasi : makna, maksud, tafsiran, pandangan teoritis terhadap
sesuatu
22. agroindustri : industri di bidang pertanian
23. komoditas :barang dagangan utama
24. komitmen : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak
25. reformasi : perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam suatu
masyarakat atau negara
26. integrasi : pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
27. berkontribusi : mempunyai kontribusi, mempunyai andil,
28. kontribusi : uang iuran/sumbangan
29. herba : tumbuhan yang daun, bunga, dan akarnya dapat
digunakan untuk bumbu makanan, obat-obatan, atau
parfum
30. herbal : hal-hal yang berkaitan dengan herba

INTI KALIMAT

Menentukan Inti Kalimat


1. Inti kalimat terdiri atas SP, SPO, atau SP pelengkap
2. Anak kalimat dihilangkan
3. Hal yang berupa keterangan dihilangkan
4. Jika keterangan dihilangkan akan mengubah arti, keterangan tersebut dapat
dipertahankan.
30
Contoh:
1. Pedagang es kelapa muda hijau yang memakai topi sedang melayani
S P

pembeli yang datang dari luar kota. (kalimat kompleks)


O

Inti kalimatnya: Pedagang melayani pembeli.


S P O

2. Ketika adik saya yang tinggal di Bandung datang, saya sedang membersihkan
S P

anak kalimat induk kalimat


kandang ayam. (kalimat kompleks)
O

Inti kalimatnya: Saya membersihkan kandang.


S P O

3. Ani terpilih sebagai bendahara karena dia orang yang bertanggung jawab.
S P pelengkap

Inti kalimatnya: Ani terpilih sebagai bendahara.


S P pelengkap

4. Pemilik rumah menjelaskan perjanjian sewa kepada calon penyewa

induk kalimat

setelah calon penyewa menanyakan masalah itu.

anak kalimat

Inti kalimatnya: Pemiliki rumah menjelaskan perjanjian sewa.


S P O

31

Anda mungkin juga menyukai