a. Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang
menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara ringkas disertai
dengan berbagai konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi.
Cerita pendek memberikan kesan tunggal atau fokus pada satu tokoh, mempunyai kurang dari
10.000 kata dan didalamnya terdapat klimaks (puncak masalah) dan penyelesaian. Cerpen
cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya.
Guru Udin
Ulang Tahun di Atas Pusara
Cerpen merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa. Cerpen dibangun oleh dua unsur,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik
terdiri dari tema, latar (setting), penokohan, alur (plot), sudut pandang, dan amanat.
Sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar. Unsur
ekstrinsik meliputi peristiwa sosial, politik, agama, budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
Dalam penokohan dituliskan tokoh dan watak dari tokoh. Tokoh merupakan pelaku dalam
sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat
dalam konflik.
Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya
interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik.
Ada pun penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.
Contoh : Tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro Jonggrang memiliki watak gigih.
3. Latar, dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.
4. Alur atau plot adalah rangkaian kronologi peristiwa. Alur dibedakan menjadi alur maju, alur
mundur, dan alur campuran.
Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari awal sampai akhir.
Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal
cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.
Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur
mundur.
5. Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa saja pengarang menjadi
orang pertama atau orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama
dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan
sebagainya.
Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang
ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau
menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga pelaku
utama, orang ketiga serba tahu. (Lihat: penjelasan sudut pandang lengkap)
6. Amanat merupakan pesan moral yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui
cerpen.
7. Gaya bahasa berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik dengan menggunakan
majas. (Pembahasan lengkap tentang gaya bahasa, lihat: Ragam Gaya Bahasa; Pengertian dan
Contohnya)
1. Adanya latar belakang dari pengarang. Biasanya pengarang akan membawakan cerita
berdasarkan pengalaman pribadinya.
2. Adanya latar belakang dari masyarakat. Kondisi latar belakang masyarakat ini akan
mempengaruhi isi dan jalannya cerita.
3. Adanya biografi, memaparkan biodata secara menyeluruh dan lengkap.
4. Terdapat aliran sastra, aliran sastra akan mempengaruhi gaya bahasa yang dituangkan
dalam cerita tersebut.
5. Adanya kondisi psikologis, biasanya senang, suka, duka, dan sedih dalam sebuah cerita
dipengaruhi oleh mood dari penulis.
1. Sudut pandang pencerita menjadi ciri kebahasaan khas cerpen, pencerita menjadi orang
pertama atau ketiga.
2. Beberapa dialog dapat dimasukkan, menunjukkan waktu kini atau lampau.
3. Kata benda khusus, pilihan kata benda bermakna kuat dan bermakna khusus, misalnya
kata beringin atau trembesi dibanding pohon.
4. Uraian deskriptif yang rinci, deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan
pengalaman, latar, dan karakter. Misalnya, baunya seperti apa, apa yang bisa didengar,
terlihat seperti apa, seperti apa rasanya, dan lain-lain. (Lihat penjelasan tentang Kalimat
Deskriptif lengkap)
5. Penggunaan majas: 1) Simile (perbandingan langsung, “Seekor burung pipit sedang
berusaha mempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari ketapel sambil
menjerit sejadi-jadinya”); 2) Metafora (perbandingan tidak langsung atau tersembunyi
“Dia memiliki hati batu”); 3) Personifikasi (benda mati yang dianggap seperti makhluk
hidup “awan tertatih-tatih menlintasi langit”, “Kerikil di jalan tampak pucat sedih).
6. Penggunaan pertanyaan retoris sebagai teknik melibatkan pembaca, “Pernahkah tinggal
di rumah apung di sungai?”
Baca Juga
1. Memilih tema/topik
2. Menentukan tokoh-tokoh dan mendeskripsikan watak tokoh
3. Merumuskan garis besar cerita
4. Menentukan alur cerita
5. Menentukan latar cerita
6. Memilih gaya penceritaan
7. Memilih diksi
8. Membuat kerangka karangan dan mengembangkannya
1. Minat
2. Mengangkat masalah kehidupan nyata
3. Berimajinasi
4. Membaca
5. Melihat Tren
6. Mendengarkan musik kesukaan
7. Berburu dan mendengarkan cerita dari orang terdekat
1. Awal cerpen, yang terletak pada alinea-alinea pertama ibarat etalase sebuah toko.
2. Jangan membuat awal cerpen yang terlalu panjang, bertele-tele, dan mendeskripsikan
suatu hal secara berlebihan, karena pasti akan membosankan.
1. Ending Terutup, yaitu akhir cerita yang sudah tuntas, jelas, sehingga pembaca tak perlu
menyimpulkan sendiri atau bertanya-tanya lagi.
2. Ending Terbuka, yaitu akhir cerita yang dibuat mengambang, seakan-akan belum tuntas,
sehingga terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk menafsirkan akhir ceritanya.
Ada yang senang menggunakan dua kata misalnya Perjamuan Terakhir, Kota Mati, Rumah Tua,
dll.
Ada juga yang senang memakai judul-judul puitis, misalnya Ada Apa dengan Cinta, Sepotong
Kisah yang Hilang, Kado Kecil untuk Ibu.
Tips 1: Sebaiknya hindari judul-judul yang sudah usang, klise, yang sudah dipakai dalam judul
lagu, film, dan lain-lain, atau ungkapan yang sudah umum.
Misalnya: Kisah Sedih di Hari Minggu, Cinta Pertama, Aku Cinta Padamu
Misalnya: Cara Menjadi Kekasih yang Setia, Menggapai Kebahagiaan, Memasyrakatkan Cinta
yang Mencintakan Masyarakat.
Tips 3: Hindari judul yang memberikan gambaran terlalu jelas terhadap isi cerita.
Misalnya, Cinta Segi Tiga Anak SMA, Pembunuhan di Pasar Baru, Tragedi Anak Haram, Akibat
Pergaulan Bebas
Setelah cerpen selesai ditulis perlu dilakukan penyuntingan. (Lihat penjelasan mengenai
menyunting naskah: Apa Itu Menyunting Naskah?)
Ada pun hal-hal yang penting disunting di dalam naskah cerpen adalah,
Lihat juga:
Sumber/Referensi:
Buku:
Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa Jaya.
Jathe, Imperial. 2014. 13 Point Menulis Cerita Pendek. Yogyakarta: CV. Andi.
Trianto, Agus, dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI (Edisi Revisi)
Thahar, Harris Effendi. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Ekawati, E.B. Devitta dan Siti Isnatun M. 2019. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX.
Yudhistira.
Website: