Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN EKRANISASI DARI NOVEL GADIS KRETEK KE FILM

SERIAL GADIS KRETEK SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR


UNTUK TINGKAT SMA KELAS X
Proposal Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh
Budi Santoso
205030043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2023
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Segala puji bagi Allah swt., yang telah memberikan kemudahan, kelancaran,serta
kesehatan, sehingga dapat menyusun proposal skripsi ini hingga selesai. Shalawat dan
salam semoga terlimpah-curahkan kepada nabi tercinta yaitu Nabi Muhammad saw.,
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak di akhir zaman.
Proposal skripsi ini merupakan salah satu bagian dari syarat penting yang harus
dilalui untuk dapat melaksanakan penyusunan skripsi di program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Proposal ini berisikan berbagai hal yang menyangkut
rencana penelitian. Hal ini dilakukan agar langkah selanjutnya dapat terencana dan
terstruktur dengan baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung
penuh selama proses penyusunan proposal ini. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Seminar Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah mengarahkan dan membimbing selama proses penyusunan
proposal ini. Selain itu, ucapan terima kasih jugadisampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu selama proses ini.
Dalam proposal skripsi ini tentunya masih terdapat kekeliruan maupun
kesalahan baik dari segi isi dan penulisannya. Penyusun menyampaikan permohonan
maaf atas hal tersebut. Segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan.
Melalui proposal skripsi ini, besar harapan dapat diterima dengan baik dandapat
memenuhi persyaratan dalam melakukan penyusunan skripsi. Selain itu, penyusun
sangat berharap judul dan isi yang diajukan dalam proposal ini dapat dijadikan acuan
ke depannya.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Bandung, 15 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
A. Judul .................................................................................................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah/Pernyataan Penelitian ..................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 5
F. Telaah Pustaka.................................................................................................................. 6
G. Metode Penelitian ............................................................................................................. 9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................................................... 14
I. Jadwal .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................................................................... 16

iv
A. Judul
KAJIAN EKRANISASI NOVEL GADIS KRETEK KE FILM SERIAL GADIS
KRETEK SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR UNTUK TINGKAT SMA
KELAS X

B. Latar Belakang Masalah


Pada proses perubahan karya sastra ke dalam bentuk film merupakan sebuah
kajian tersendiri yang memiliki banyak tarik sebagai suatu bagian dari apresiasi karya
sastra. Perubahan tersebut termasuk ke dalam pengalihwahanaan karya sastra yang satu
ke dalam karya yang lainnya. Alih wahana merupakan pengubahan dari satu karya
sastra ke dalam karya sastra lain. Alih wahana juga dapat dikatakan sebagai suatu
kegiatan yang mencakup penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu
kesenian ke jenis kesenian lain. Menurut Damono (2018:9) “pada hakikatnya alih
wahana tidak dapat dipisahkan dari hubungan-hubungan antarmedia”. Dalam alih
wahana sastra sendiri terdapat musikalisasi, dramatisasi, novelisasi, dan ekranisasi.
Menurut Erneste (1991:60) “ekranisasi merupakan suatu proses pelayar-putihan atau
pemindahan sebuah novel ke dalam film”. Pada ekranisasi, pengubahan wahana karya
sastra sastra dari novel menjadi film berpengaruh juga dengan berubahnya hasil yang
bermediumkan bahasa atau kata-kata, ke dalam film yang bermediumkan gambar
audiovisual. Jika di dalam novel ilustrasi dan penggambaran atau pelukisan dilakukan
dengan menggunakan media bahasa atau menggunakan kata-kata, maka di dalam film
semua diwujudkan melalui gambar-gambar bergerak yang menghadirkan suatu
rangkaian peristiwa.
Novel pada umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing berisi
cerita yang berbeda. Hubungan antar bab, kadang-kadang merupakan hubungan sebab
akibat, atau hubungan kronologis biasa saja, bab yang satu merupakan kelanjutan dari
bab-bab yang lain. Jika membaca satu bab novel saja secara acak, kita tidak akan
mendapat cerita yang utuh, hanya bagaikan membaca sebuah pragmen saja. Menurut
Nurgiyantoro (2012:14) “keutuhan cerita sebuah novel meliputi keseluruhan bab”. Pada
penelitian ini, peneliti mengambil Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala yang
diangkat menjadi sebuah Film Serial Gadis Kretek karya Kamila Andini dan Ifa
Isfansyah sebagai fokus objek kajian. Pada Novel Gadis Kretek bercerita tentang
perjalanan sekaligus histori bisnis pabrik kretek di suatu kota di Pulau Jawa, pada awal
kemerdekaan Republik Indonesia. Tak hanya banyak ilmu mengenai rokok kretek,
1
novel ini juga dibalut dengan nilai-nilai kehidupan, romansa, dan teka-teki yang
melibatkan keluarga. Novel inipun mengandung unsur perjuangan keseteraan gender
melalui tokoh Jeng Yah sebagai perempuan.
Sedangkan pada film serial Gadis Kretek terdapat beberapa episode di dalam
rangkaian satu musim. Diceritakan bahwa Lebas anak bungsu Soeraja sedang
menemani ayahnya yang terbaring sakit. Keluarga besar Labas merupakan pemilik
bisnis besar kretek Djagad Raja sejak zaman pascapenjajahan Belanda.
aat kondisi Soeraja lemas, ia terbangun dan meneriakkan nama Jeng Yah beberapa kali
sampai membuat Lebas bingung. Karena Lebas anak terakhir, ia sering diremehkan
oleh saudara-saudara kandungnya. Oleh karena itu, saat Lebas menceritakan kejadian
ayahnya kepada saudaranya, justru mereka malah mengacuhkannya.
Lebas akhirnya berusaha untuk mencari sosok Jeng Yah yang misterius tersebut.
Momen ini membawa ke setting waktu masa lalu ketika industri kretek di kota M telah
dikuasai oleh juragan Idrus Muria. Idrus memiliki dua orang anak perempuan, yakni
Dasiyah dan Rukayah. Sebagai anak perempuan sulung, Dasiyah belum kunjung
menemukan jodoh. Namun, justru itulah yang menjadikan Dasiyah salah satu kunci
kesuksesan bisnis kretek sang ayah. Tokoh Dasiyah, digambarkan teguh dan berani
menentang tradisi pada 1960-an demi mewujudkan impian dan cinta bersama Soeraja,
sementara karakter Arum di awal 2000-an memulai perjalanan bersama Lebas untuk
menyingkap rahasia yang selama ini terpendam. Berbagai lika liku serta sebuah
peristiwa sejarah meninggalkan dampak besar yang kemudian memengaruhi hidup
mereka selama-lamanya.
Berdasarkan novel dan film Gadis Kretek, penulis menemukan keunikan
sekaligus permasalah yang menjadi fokus kajian dalam novel dan film Gadis Kretek.
Perbedaan yang mendasar dua karya sastra, misalnya dalam pengembangan imajinasi
pembaca dan penonton. Hal tersebut yang penulis alami ketika membaca novel dan
menonton novel Gadis Kretek, yaitu terdapat perubahan persepsi pada saat membaca
novel dan menonton film dengan judul yang sama, perubahan yang dibuat dari kedua
karya tidak terlalu menonjol dan tetap mempertahakan nilai dan rasa yang ada pada
dalam novelnya. Ditemukan juga bahwa pada novel dan film Gadis Kretek, sang
pengarang Ratih Kumala ikut terlibat dalam penggarapan film serial Gadis Kretek. Itu
menjadikan sebuah film serial terbaik yang diangkat dari sebuah novel, dengan begitu
hasil adaptasinya tetap terjaga nilai keutuhan cerita dari novel ke filmnya karena
ketelibatan pengarang dalam pengalihwahanaan suatu karya menjadi penting seperti
2
yang dikutip dari buku Novel dan Film, menurut Eneste (1991:60) “bagus tidaknya
sebuah film, banyak bergantung pada keharmonisan kerja unitunit di dalamnya:
produser, penulis skenario, sutradara, juru kamera, penata artistik, perekam suara, para
pemain, dan lain-lain.”. Dengan demikian, bahwa penulis atau pengarang menjadi
faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilan suatu proses ekranisasi yang akan
menjadi suatu karya baru dalam media yang berbeda.
Seiring berkembanganya sebuah kajian, akan ada banyak permasalahan yang
menjadi bahasan guna mengembangkan lebih lanjut mengenai sebuah kajian itu sendiri.
Misalnya dalam hal ini ekranisasi menurut beberapa ahli memiliki permasalahannya
sendiri mengenai fokus kajian ekranisasi yang masih sering disalahartikan sebagai
adaptasi, sementara itu adapatasi sendiri bisa berarti hanya sekedar mengambil
sebagian kecil dari bentuk novel ke bentuk film. Seperti yang dikutip dari Erneste
(1991:11) “pemindahan atau pengangkatan novel ke film dalam buku ini disebut
ekranisasi. Istilah yang berasal dari bahasa Prancis ini, menurut hemat penulis, lebih
tajam daripada istilah adaptasi. Sebab, adaptasi bisa berarti hanya mengangkat cerita
atau tokoh-tokoh novel, sedangkan ekranisasi berarti pemindahan novel ke layar putih
atau dengan kata lain: memfilmkan novel.”. Sejalan dengan itu terdapat bahasan
mengenai pentingnya permasalahan ekranisasi menurut Damono (2018:105) “Proses
perubahan itu akan menghasilkan jenis kesenian yang berbeda dari sumbernya, oleh
sebab itu membandingkan keduanya merupakan studi yang penting, terutama dalam
kaitannya dengan usaha kita lebih memahami hakikat masing-masing jenis kesenian
itu.”. Hal yang dapat diambil dari keduanya adalah ekranisasi sebagai kajian yang
penting, sehingga permasalahan-permasalahan di dalamnya akan menumbuhkan kajian
ini menjadi topik yang banyak dilirik oleh khlayak umum. Adapun permasalahan lain
yang peniliti temukan dalam ekranisasi dari berbagai sumber antara lain, kehilangan
nuasa sastra, teknik adaptasi yang efektif, keterbatasan waktu dan anggaran, partisipasi
pengarangan dan keterlibtan sastrawan, sertsa reaksi penggemar dan tanggapan
kritikus.
Kemudian urgensi ekranisasi sastra dalam membuat peserta didik mampu
memahami lebih lanjut mengenai pelayarputihan terhadap sebuah karya sastra, yang
membuat peserta didik mendayagunakan akal dan pikirannya untuk kreatif, kritis dalam
penyelesaian masalah di kehidupan nyata. Kemudian kepentingan penelitian terhadap
karya sastra juga mempertahankan keberlangsungan sebuah ilmu bahasa yang dapat
berpengaruh kepada karakter terhadap peserta didik ataupun yang lainnya. Literasi
3
yang termuat dalam setiap karya sastra memuat pesan moral yang akan membentuk
setiap karakter pembacanya, ekranisasi dalam hal ini hanya perpindahan dari satu
“kendaraan” ke “kendaraan” yang lain turut juga membawa pesan moral dan rasa dalam
bentuk yang baru dari karya sastranya. Termuat dalam Kemendikbud (2021:26)
“peserta didik mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan
ekonomi kreatif.”, ini menjadikannya sebagai salah satu aspek penting mengapa
ekranisasi bisa menjadi alternatif bahan ajar untuk tingkat SMA, guna menjawab
kebutuhan pendidikan saat ini yang menuntun peserta didik untuk lebih eksploratif
terhadap permasalahan mengenai sastra hari ini.
Penelitian ini merupakan sebuah pembaruan terhadapa penelitian terdahulu
yang sejenis terhdap ekranisasi, penelitian yang akan dilakukan memasukkan alur
tujuan pembelajaran pada kurikulum merdeka yang disandingkan dengan kajian
ekranisasi novel Madre yang diangkat ke bentuk film. Alur tujuan pembelajaran yang
diangkat adalah mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan,
arahan, atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi)
dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara dari berbagai sumber, misalnya video
pembacaan puisi dalam tautan youtube. Maka dari itu penelitian ini perlu dilaksanakan
sebagai pembaruan penelitian yang menarik sebagai suatu kajian yang akan
memberikan motivasi dalam pengembangan ilmu sastra khususnya analisis terhadap
novel yang difilmkan.
Dari uraian-uraian di atas mengenai ekranisasi, maka dalam hal ini bagaimana
ekranisasi dapat menjadi sebuah dasar penelitian ini yang berkaitan dengan bahan ajar
pada pembelajaran sastra di sekolah melalui pengalihwahanaan novel Gadis Kretek ke
bentuk film Gadis Kretek. Menurut Kemendikbud (2021:26) Peserta didik mampu
mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan ekonomi kreatif. Hal itu
merujuk pada Alur Tujuan Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, pada elemen
menyimak dijelaskan tujuan pembelajaran bahwa peserta didik mengevaluasi informasi
berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan, atau pesan yang akurat dari
menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan
gelar wicara dari berbagai sumber, misalnya video pembacaan puisi dalam tautan
youtube. Maka dari itu kajian ekranisasi ini bisa menjadi alat bantu untuk peserta didik
memahami lebih lanjut mengenai alih wahana sastra dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.

4
C. Rumusan Masalah/Pernyataan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dari itu rumusan masalah
terbagi menjadi dua, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses ekranisasi pada novel madre ke bentuk film madre?
2. Bagaimanakah relevansi ekranisasi dengan pembelajaran mengevaluasi informasi
dari teks fiksi secara kreatif?
3. Bagaimanakah hasil kajian ekranisasi dapat dijadikan suatu alternatif bahan ajar
untuk tingkat SMA kelas X?

D. Tujuan Penelitian
Menurut Sugiono (2012:397) Secara umum tujuan penelitian adalah untuk
menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Dalam proposal tujuan
penelitian berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu mengetahui segala sesuatu setelah
rumusan masalah terjawab melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan proses ekranisasi berupa penciutan, penambahan, ataupun perubahan
variasi dari alur cerita Novel ke Film Mimpi Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Serta
mengkaji relevansi penerapan proses ekranisasi terhadap proses pembelajaran sastra di
sekolah dan mengubahnya menjadi bahan ajar untuk tingkat SMA kelas X.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi


beberapakalangan seperti untuk peneliti, mahasiswa, pembaca, dan peneliti
lain.
a. Peneliti
Manfaat yang bisa didapatkan bagi peneliti melalui penelitian ini yaitu
menambah wawasan dan pengalaman dalam memahami karya sastra serta
memperkaya pengetahuan terutama pada kajian ekranisasi dalam karya sastra.

b. Mahasiswa/pelajar

Melalui penelitian ini, hasil yang didapat bisa dijadikan sebagai referensi

5
dalam pembelajaran mengevaluasi informasi dari teks fiksi secara kreatif
melalui ekranisasi.
c. Pembaca

Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan


informasi dan pengetahuan lebih tentang kajian ekranisasi sebagai
alternatif bahan ajar pada pembelajaran mengevaluasi informasi dari teks
secara kreatif.
d. Peneliti lain

Adapun manfaat bagi peneliti lain yaitu bisa dijadikan referensi, panduan,
serta pertimbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan atau kajian
tentang ekranisasi pada karya sastra.
2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang dipelajari
dalam menganalisis sebuah karya sastra dan memperkaya ilmu pengetahuan
di bidang sastra serta pendidikan khususnya ekranisasi sebagai alternatif bahan
ajar.

F. Telaah Pustaka
1. Alih Wahana
Alih wahana merupakan proses pengalihan dari satu jenis “kendaraan” ke jenis
“kendaraan” yang lain. “Kendaraan” yang dimaksud adalah suatu karya seni yang
dapat mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Alih wahana
mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis
kesenian ke jenis kesenian yang lain. Alih wahana pada hakikatnya tidak dapat lepas
dari hubungan-hubungan antarmedia (Damono, 2018: 9). Hal itu dapat dikaitkan
sebagai hakikat intermedialitas, yaitu memahami apa saja yang berbeda dalam
berbagai media itu dan bagaimana perbedaan-perbedaan itu dihubungkan (Damono,
2018: 10).
Melalui pemahaman tentang media tersebut, hubungan inter-media itu memiliki
keterkaitan penting dalam studi tentang seni dan media, seperti sinema, ilustrasi,
puisi visual, adaptasi, multimedia, dan sebagainya. Seni tidak hanya mencakup satu
jenis media tetapi berbagai genre yang berkaitan dengan wahana. Misalnya, puisi

6
adalah media karena jenis seni kata tersebut termasuk seni. Ketika puisi dijadikan
sebagai musik, ia beralih wahana dan mengalami perubahan sesuai dengan
wahananya yang baru (Damono, 2018: 11). Alih wahana juga merupakan lingkup
utama dari kegiatan adaptasi dari karya sastra ke karya sastra yang lain yang disebut
dengan ekranisasi.
2. Ekranisasi
Istilah ekranisasi berasal dari bahasa Prancis yaitu l‟ecran yang artinya layar
(Damono, 2018:240). Menurut Erneste (1991:60), ekranisasi merupakan suatu
proses pelayar-putihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam film. Sedangkan
menurut Damono (2005:96), ekranisasi atau alih wahana merupakan pengubahan
karya sastra atau kesenian menjadi jenis kesenian lain, yang juga dikenal sebagai
filmisasi dan istilah umumnya yaitu adaptasi. Istilah ekranisasi pertama kali
digunakan oleh Pamusuk Eneste dalam penelitian skripsinya pada tahun 1977, yang
hasilnya diterbitkan secara ringkas dalam majalah Tifa Sastra pada tahun 1978
dengan judul Ekranisasi: Kasus Anak Perawan di Sarang Penyamun, Salah
Asuhan, dan Atheis.
Ekranisasi dari anime ke live-action banyak mengalami perubahan pada jalan
ceritanya dikarenakan adanya proses penciutan, penambahan, dan perubahan dalam
sejumlah variasi. Tujuan dari adanya proses ekranisasi adalah untuk mempermudah
masyarakat luas dalam memahami karya sastra yang telah diubah menjadi sebuah
film. Maka dari itu, tidak perlu memakan waktu yang lama untuk memahami sebuah
karya sastra tertulis karena sudah diubah menjadi suatu layar kaca yang siap
ditonton oleh masyarakat luas. Erneste (1991:61-62) juga mengatakan bahwa
pemindahan dari karya sastra ke layar lebar atau film menimbulkan berbagai
perubahan dalam film, perubahan tersebut yaitu:
a) Pengurangan
Pengurangan Pengurangan artinya menghilangnya atau dihapusnya suatu
unsur dari karya sastra asli yang akan diadaptasi ke karya sastra lainnya.
Beberapa dari unsur intrinsik baik dari tema, cerita, tokoh, plot, latar, sudut
pandang, dan amanat tidak akan ditampilkan di dalam karya sastra adaptasi.
Sebab, telah dipilih informasi-informasi yang dianggap penting oleh
pembuat film (penulis skenario dan sutradara).
Pada unsur tokoh, karena keterbatasan teknik film dan orang menonton film
hanya sekali, maka tokoh utama lebih sering digunakan dalam film dan
7
mudah diingat penonton. Sedangkan jika unsur latar pada karya asli
dipindahkan secara keseluruhan ke dalam karya adaptasi, kemungkinan
besar akan menjadi panjang sekali. Maka dari itu, yang akan ditampilkan di
karya adaptasi hanyalah latar yang penting dan sering dijumpai.
Penambahan
b) Penambahan
Penambahan artinya menambahkan beberapa unsur intrinsik dari karya
sastra asli ke karya sastra hasil adaptasi. Kemungkinan terjadinya
penambahan pada unsur intrinsik dikarenakan penting dari segi filmis atau
menyesuaikan dengan cerita secara keseluruhan di dalam karya sastra
adaptasi serta alasan yang lainnya.
c) Perubahan variasi
Perubahan variasi artinya terjadinya perubahan secara variasi pada unsur
intrinsik dari karya sastra asli ke karya sastra adaptasi. Terdapat berbagai
hal yang perlu dirubah unsur intrinsiknya disesuaikan dengan hasil karya
sastra adaptasi. Karena perbedaan alat-alat media yang digunakan, terjadilah
variasi-variasi tertentu. Selain itu, karya adaptasi memiliki waktu putar yang
terbatas sehingga tidak semua cerita yang ada di karya asli dapat
dipindahkan ke dalam film
3. Pembelajaran Sastra Di Sekolah
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep atau
pengertian pembelajaran yang lain berasal dari Corey dalam Syaiful Sagala yang
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu. pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan
(2011: 61). Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru (Syaiful
Sagala, 2011: 61). Mencermati pengertian dari para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah usaha sadar belajar yang terjadi dalam kondisi
disengaja. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang
mengantarkan tercapainya tujuan yang diinginkan.

8
Pembelajaran sastra di sekolah dengan kurikulum merdeka saat ini
memfokuskan peserta didik untuk lebih kreatif dan aktif dalam setiap
pembelajarannya. Pada kurikulum merdeka Menurut Kemendikbud (2021:26)
Peserta didik mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan
ekonomi kreatif. Hal itu merujuk pada capaian pembelajaran peserta didik dalam
Fase E dengan keterampilan menulis, maka kajian ekranisasi ini bisa menjadi alat
bantu untuk peserta didik memahami lebih lanjut mengenai alih wahana sastra
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun dalam kurikulum merdeka juga
dijelaskan bahwa alur tujuan pembelajaran mencakup peserta didik mampu
mengevaluasi informasi teks fiksi secara kreatif.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan rancangan umum untuk meneliti sebuah


karya tulis ilmiah. Menurut Barnawi dan Arifin (2015, hlm. 152) “Metode
Penelitian menggambarkan desain penelitian secara jelas dan harus dapat diketahui
bahwa metode yang dipilih sudah kuat untuk konteks penelitian yang dijalankan”.
Artinya dalam merumuskan suatu karya ilmiah tentunya harus mempertimbangkan
kejelasan isi yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif.


Pada penelitian ini diharapkan dapat menyusun dan mengumpulkan data
berdasarkan hasil sebuah penelitian.

2. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrument


sekaligus pengumpul data. Menurut sugiyo (2012, hlm 306) Peneliti kualitatif
sebagai human instrumen, berfungsi Kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena
disamping meneliti kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Sebagaimana
salah satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat
partisipan/berperan serta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti
mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada
yang sekecil-kecilnya.

9
3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen dan pengumpul data
yaitu peneliti sendiri, peneliti melakukan observasi dan pengamatan data dengan
menggunakan langkah Observasi dan Dokumentasi karena mengacu pada
pendekatan analisis kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 305)
“Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena itu peneliti sebgai instrumen juga harus divalidasi.”
Maka, dalam penelitian kualitatif peneliti tersebut harus dipastikan siap untuk
melakukan proses penelitian.

4. Sumber data

Dalam penelitian kualitatif ini memberikan suatu pengalaman kepada


peneliti untuk memahami isi dan mendapatkan sumber penelitian yang bersifat
premier dan sekunder. Menurut Dukeshire dan Thurlow dalam Sugiyono (2020,
hlm. 3) “Penelitian Kualitatif berkenaan dengan data yang bersifat naratif”.
Maksudnya dalam Penelitian Kualitatif data yang akan dianalisis harus disusun
secara narasi (uraian) agar isi dari data tersebut bisa kongkrit sesuian dengan judul
peneliti.

a. Sumber data Primer

Menurut Sugiyono (2018, hlm. 456) Data primer yaitu sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan novel Gadis
Kretek dan Film Serial Gadis Kretek sebagai sumber data primer.

b. Sumber data Sekunder

Menurut Sugiyono (2018, hlm. 456) data sekunder yaitu sumber


data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data sekunder yaitu mengacu pada buku sumber dan jurnal
ilmiah.

5. Prosedur pengumpulan data

10
Prosedur penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengetahui keefektifan dan kerelevanan isi dan pembahasan penelitian. Menurut
Nusa putra (2013, hlm 55) Menyatakan “Prosedur penelitian menduduki posisi
yang penting dan menentukan sebagai alat pengumpul data. Intstrumen harus diuji
keabsahan dan keadaanya menggunakan uji statistik khusus untuk setiap jenis
Instrumen”, Artinya dalam penelitian kualitatif instrumen harus diuji keabsahanya
karena pada dasarnya untuk menentukan fakta dan data apa saja yang terkandung
pada penelitian tersebut.

6. Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data ialah salah satu cara untuk mengumpulkan data
yang akan diteliti ataupun yang akan di analisis menurut Barnawi (2015 hlm,194)
“Teknik pengumpulan data kualitatif dapat berbentuk observasi, wawancara, dan
pemeriksaan dokumen. Setelah data terkumpul, triangulasi dilakukan untuk
memastikan data yang diperoleh telah absah, misalnya dengan triangulasi metode,
sumber, teori, dan peneliti”. Maka teknik pengumpulan data penting untuk
dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan sumber atau data
yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi
dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Metode Observasi merupakan suatu langkah awal untuk menemukan data


dari berbagai sumber yang akan diteliti. Nasution dalam Sugiyono (2018, hlm. 106)
menyatakan bahwa “Metode Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan dapat bekerja berdasarkan data, data dikumpulakn melalui beberapa
sumber dan alat yang canggih” artinya dalam suatu penelitian metode observasi
sangat penting untuk dilakukan untuk menemukan data dan fakta yang akan diteliti.

b. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi merupakan sebuah gambaran umum yang sudah


terjadi dari berbagai media. Sugiyono (2018, hlm. 124) “Metode merupakan suatu
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa berupa tulisan,
gambar, atau karya-katya. Dokumen tulisan bisa berupa catatn harian dan sejarah
kehidupan, Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup dan

11
sketsa. Dokumen berupa karya sastra yaitu, karya seni bisa berupa gambar, patung,
dan film”. Maksudnya, dalam metode dibutuhkan media pendukung dalam
menentukan data yang akan dikumpulkan untuk mendukung sebuah penelitian, bisa
berupa gambar, tulisan dan karya sastra.

7. Teknik analisis data

a. Proses analisis data

Analisis data merupakan suatu proses penyusunan dan pencarian data


yang telah diperoleh pada pengumpulan data. pada penelitian ini
menggunakan analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2018, hlm. 133) “Bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas.” Artinya dalam melakukan teknik analisis data
harus sedetail mungkin untuk mendapatkan data yang bersifat fakta.

1) Reduksi data

Menurut Sugiyono (2018, hlm 247-249) Reduksi data adalah


merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting yang sesuai dengan topik penelitian, mencari tema
dan polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam mereduksi data akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai
dan telah ditentukan sebelumnya. Reduksi data juga merupakan
suatu proses berfikir kritis yang memerlukan kecerdasan dan
kedalaman wawasan yang tinggi.

2) Penyajian data

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah


menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, flowchart, pictogram dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
mudah dipahami. Selain itu dalam penelitian kualitatif penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

12
kategori, flowchart, dan sejenisnya namun yang sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah
dipahami (Sugiyono, 2018, hlm. 249)

b. Uji keabsahan data

Keabsahan data ialah suatu acuan untuk mengetahui kebenaran data hasil
penelitian agar tidak menimbulkan kekeliruaan. Moleong (2002) “Untuk
menghindari kesalahan dan kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu
dilakukan pengecekan atau keabsahan data yang didasarkan pada kriteria suatu
kebenaran (Credibility). Sedangkan menurut Sugiyono (2018, hlm. 185) ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan absahnya data
“Keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Credibility (Validasi
Internal), Transferability (Validasi Eksternal), Dependability (Relibilitas), dan
Confirmability (Objektivitas).

1) Kredibilitas dan triangulasi

Uji kreadibiltas ialah faktor penunjang dalam menentukan data-data


tersebut agar bisa diuji keabsahanya. Menurut Sugiyono (2018, hlm.
185) “Uji kreadibiltas data atau kebenaran data hasil dari penelitian
kualitatif mengharuskan meneliti dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawa, analisis kasus negatif, dan member check. Artinya dalam
menentukan data agar dikatakan valid diharuskan melakukan
pengamatan yang efektif dan melakukan proses triangulasi

2) Dependabilitas (Kebergantungan)

Pengujian Depenability merupakan suatu proses pemeriksaan dalam


penelitian. Sugiyono (2018, hlm. 194) “Uji depenability proses audit
terhadap keseluruhan proses penelitian.” Maksudnya dalam melakukan
Depenability seorang peneliti harus bisa memberikan data yang reliabel
agar proses penelitian bisa berjalan efektif.

3) Konfirmabilitas (Kepastian)

13
Pengujian Konfirmability berhubungan dengan Pengujian
Depenability yaitu suatu proses pengujian dalam penelitian. Sugiyono
(2018, hlm. 195) “Pengujian Konfirmability berarti menguji menguji
hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Bisa
dikatakan pada tahap penelitian harus tetap menampilkan prosesnya
maka depenability dan konfirmability berhubungan satu dan lainya
dalam penelitian.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

B. Latar Belakang Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

2. Manfaat Teoritis

3. Manfaat Etis

F. Telaah Pustaka

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

2. Kehadiran Peneliti dalam Penelitian Kualitatif

3.Instrumen Penelitian

4. Sumber Data

a. Sumber data primer

b. Sumber data sekunder

14
5. Prosedur pengumpulan data

6. Teknik pengumpulan data

7. Teknik analisis data

a. Proses Analisis data

1) Reduksi data

2) Penyajian data

b. Uji keabsahan data

1) Kredibilitas dan Tringulasi

2) Dependabilitas (Kebergantungan)

3) Konfirmabilitas (Kepastian)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

I. Jadwal Penelitian

I. Jadwal

Jadwal penelitian merupakan suatu tahap rencana untuk megatur urutan


dalam melakukan penelitian agar proses penelitian berjalan secara terperinci.
Menurut Tim Unpas (2021, hlm. 26) “Jadwal penelitian mencakup butir-butir
kegiatan penelitian seperti apa yang telah diuraikan pada prosedur penelitian, serta
rincian waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian.
Artinya dalam tahap ini harus dilakukan agar kegiatan penelitian bisa berjalan
secara efektif dan selesai tepat waktu.

Tabel 1 Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret

KEGIATAN Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Penyusunan
Proposal

15
2. Penyusunan
Instrumen
3. Pengumpulan
Data
4. Analisis Data

5. Pembuatan
Laporan
Tabel 1. Jadwal Penelitian

16
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B. &. (t.thn.). Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Ar-ruzz Media.

Damono, S. D. 2018. Alih Wahana. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Eneste, P. 1991. Novel dan Film. Flores. Nusa Indah

Faidah, C. N. 2018. Ekranisasi Sastra Sebagai Bentuk Apresiasi Sastra Penikmat


Alih Wahana. Hasta Wiyata: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
10.21776/ub.hastawiyata.2019.002.02.01

Karma, R & Saadillah, A. 2021. Ekranisasi dan Relevansinya dalam Pembelajaran


Bahasa Indonesia di Sekolah. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra, Vol.
7, No. 2, 2021.

Mursih, M., & Nursalim, M. P. (2019). Transformasi Novel Ke Film The Perfect
Husband Karya Indah Riyana. Jurnal Sasindo UNPAM, 7(2), 87-101

Moleong, L. J. (2020). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rosda.


Praharwati, D. W. & Romadhon, S. 2017. Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat
Sastra Alih Wahana. Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan
Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

Sugiyono, (2020). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan (r&d). Bandung:


Alfabeta.

17

Anda mungkin juga menyukai