oleh
Budi Santoso
205030043
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
A. Judul
KAJIAN EKRANISASI NOVEL GADIS KRETEK KE FILM SERIAL GADIS
KRETEK SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR UNTUK TINGKAT SMA
KELAS X
4
C. Rumusan Masalah/Pernyataan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dari itu rumusan masalah
terbagi menjadi dua, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses ekranisasi pada novel madre ke bentuk film madre?
2. Bagaimanakah relevansi ekranisasi dengan pembelajaran mengevaluasi informasi
dari teks fiksi secara kreatif?
3. Bagaimanakah hasil kajian ekranisasi dapat dijadikan suatu alternatif bahan ajar
untuk tingkat SMA kelas X?
D. Tujuan Penelitian
Menurut Sugiono (2012:397) Secara umum tujuan penelitian adalah untuk
menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Dalam proposal tujuan
penelitian berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu mengetahui segala sesuatu setelah
rumusan masalah terjawab melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan proses ekranisasi berupa penciutan, penambahan, ataupun perubahan
variasi dari alur cerita Novel ke Film Mimpi Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Serta
mengkaji relevansi penerapan proses ekranisasi terhadap proses pembelajaran sastra di
sekolah dan mengubahnya menjadi bahan ajar untuk tingkat SMA kelas X.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis
b. Mahasiswa/pelajar
Melalui penelitian ini, hasil yang didapat bisa dijadikan sebagai referensi
5
dalam pembelajaran mengevaluasi informasi dari teks fiksi secara kreatif
melalui ekranisasi.
c. Pembaca
Adapun manfaat bagi peneliti lain yaitu bisa dijadikan referensi, panduan,
serta pertimbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan atau kajian
tentang ekranisasi pada karya sastra.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang dipelajari
dalam menganalisis sebuah karya sastra dan memperkaya ilmu pengetahuan
di bidang sastra serta pendidikan khususnya ekranisasi sebagai alternatif bahan
ajar.
F. Telaah Pustaka
1. Alih Wahana
Alih wahana merupakan proses pengalihan dari satu jenis “kendaraan” ke jenis
“kendaraan” yang lain. “Kendaraan” yang dimaksud adalah suatu karya seni yang
dapat mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Alih wahana
mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis
kesenian ke jenis kesenian yang lain. Alih wahana pada hakikatnya tidak dapat lepas
dari hubungan-hubungan antarmedia (Damono, 2018: 9). Hal itu dapat dikaitkan
sebagai hakikat intermedialitas, yaitu memahami apa saja yang berbeda dalam
berbagai media itu dan bagaimana perbedaan-perbedaan itu dihubungkan (Damono,
2018: 10).
Melalui pemahaman tentang media tersebut, hubungan inter-media itu memiliki
keterkaitan penting dalam studi tentang seni dan media, seperti sinema, ilustrasi,
puisi visual, adaptasi, multimedia, dan sebagainya. Seni tidak hanya mencakup satu
jenis media tetapi berbagai genre yang berkaitan dengan wahana. Misalnya, puisi
6
adalah media karena jenis seni kata tersebut termasuk seni. Ketika puisi dijadikan
sebagai musik, ia beralih wahana dan mengalami perubahan sesuai dengan
wahananya yang baru (Damono, 2018: 11). Alih wahana juga merupakan lingkup
utama dari kegiatan adaptasi dari karya sastra ke karya sastra yang lain yang disebut
dengan ekranisasi.
2. Ekranisasi
Istilah ekranisasi berasal dari bahasa Prancis yaitu l‟ecran yang artinya layar
(Damono, 2018:240). Menurut Erneste (1991:60), ekranisasi merupakan suatu
proses pelayar-putihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam film. Sedangkan
menurut Damono (2005:96), ekranisasi atau alih wahana merupakan pengubahan
karya sastra atau kesenian menjadi jenis kesenian lain, yang juga dikenal sebagai
filmisasi dan istilah umumnya yaitu adaptasi. Istilah ekranisasi pertama kali
digunakan oleh Pamusuk Eneste dalam penelitian skripsinya pada tahun 1977, yang
hasilnya diterbitkan secara ringkas dalam majalah Tifa Sastra pada tahun 1978
dengan judul Ekranisasi: Kasus Anak Perawan di Sarang Penyamun, Salah
Asuhan, dan Atheis.
Ekranisasi dari anime ke live-action banyak mengalami perubahan pada jalan
ceritanya dikarenakan adanya proses penciutan, penambahan, dan perubahan dalam
sejumlah variasi. Tujuan dari adanya proses ekranisasi adalah untuk mempermudah
masyarakat luas dalam memahami karya sastra yang telah diubah menjadi sebuah
film. Maka dari itu, tidak perlu memakan waktu yang lama untuk memahami sebuah
karya sastra tertulis karena sudah diubah menjadi suatu layar kaca yang siap
ditonton oleh masyarakat luas. Erneste (1991:61-62) juga mengatakan bahwa
pemindahan dari karya sastra ke layar lebar atau film menimbulkan berbagai
perubahan dalam film, perubahan tersebut yaitu:
a) Pengurangan
Pengurangan Pengurangan artinya menghilangnya atau dihapusnya suatu
unsur dari karya sastra asli yang akan diadaptasi ke karya sastra lainnya.
Beberapa dari unsur intrinsik baik dari tema, cerita, tokoh, plot, latar, sudut
pandang, dan amanat tidak akan ditampilkan di dalam karya sastra adaptasi.
Sebab, telah dipilih informasi-informasi yang dianggap penting oleh
pembuat film (penulis skenario dan sutradara).
Pada unsur tokoh, karena keterbatasan teknik film dan orang menonton film
hanya sekali, maka tokoh utama lebih sering digunakan dalam film dan
7
mudah diingat penonton. Sedangkan jika unsur latar pada karya asli
dipindahkan secara keseluruhan ke dalam karya adaptasi, kemungkinan
besar akan menjadi panjang sekali. Maka dari itu, yang akan ditampilkan di
karya adaptasi hanyalah latar yang penting dan sering dijumpai.
Penambahan
b) Penambahan
Penambahan artinya menambahkan beberapa unsur intrinsik dari karya
sastra asli ke karya sastra hasil adaptasi. Kemungkinan terjadinya
penambahan pada unsur intrinsik dikarenakan penting dari segi filmis atau
menyesuaikan dengan cerita secara keseluruhan di dalam karya sastra
adaptasi serta alasan yang lainnya.
c) Perubahan variasi
Perubahan variasi artinya terjadinya perubahan secara variasi pada unsur
intrinsik dari karya sastra asli ke karya sastra adaptasi. Terdapat berbagai
hal yang perlu dirubah unsur intrinsiknya disesuaikan dengan hasil karya
sastra adaptasi. Karena perbedaan alat-alat media yang digunakan, terjadilah
variasi-variasi tertentu. Selain itu, karya adaptasi memiliki waktu putar yang
terbatas sehingga tidak semua cerita yang ada di karya asli dapat
dipindahkan ke dalam film
3. Pembelajaran Sastra Di Sekolah
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep atau
pengertian pembelajaran yang lain berasal dari Corey dalam Syaiful Sagala yang
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu. pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan
(2011: 61). Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru (Syaiful
Sagala, 2011: 61). Mencermati pengertian dari para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah usaha sadar belajar yang terjadi dalam kondisi
disengaja. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang
mengantarkan tercapainya tujuan yang diinginkan.
8
Pembelajaran sastra di sekolah dengan kurikulum merdeka saat ini
memfokuskan peserta didik untuk lebih kreatif dan aktif dalam setiap
pembelajarannya. Pada kurikulum merdeka Menurut Kemendikbud (2021:26)
Peserta didik mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan
ekonomi kreatif. Hal itu merujuk pada capaian pembelajaran peserta didik dalam
Fase E dengan keterampilan menulis, maka kajian ekranisasi ini bisa menjadi alat
bantu untuk peserta didik memahami lebih lanjut mengenai alih wahana sastra
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun dalam kurikulum merdeka juga
dijelaskan bahwa alur tujuan pembelajaran mencakup peserta didik mampu
mengevaluasi informasi teks fiksi secara kreatif.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
9
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen dan pengumpul data
yaitu peneliti sendiri, peneliti melakukan observasi dan pengamatan data dengan
menggunakan langkah Observasi dan Dokumentasi karena mengacu pada
pendekatan analisis kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 305)
“Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena itu peneliti sebgai instrumen juga harus divalidasi.”
Maka, dalam penelitian kualitatif peneliti tersebut harus dipastikan siap untuk
melakukan proses penelitian.
4. Sumber data
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 456) Data primer yaitu sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan novel Gadis
Kretek dan Film Serial Gadis Kretek sebagai sumber data primer.
10
Prosedur penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengetahui keefektifan dan kerelevanan isi dan pembahasan penelitian. Menurut
Nusa putra (2013, hlm 55) Menyatakan “Prosedur penelitian menduduki posisi
yang penting dan menentukan sebagai alat pengumpul data. Intstrumen harus diuji
keabsahan dan keadaanya menggunakan uji statistik khusus untuk setiap jenis
Instrumen”, Artinya dalam penelitian kualitatif instrumen harus diuji keabsahanya
karena pada dasarnya untuk menentukan fakta dan data apa saja yang terkandung
pada penelitian tersebut.
Teknik Pengumpulan data ialah salah satu cara untuk mengumpulkan data
yang akan diteliti ataupun yang akan di analisis menurut Barnawi (2015 hlm,194)
“Teknik pengumpulan data kualitatif dapat berbentuk observasi, wawancara, dan
pemeriksaan dokumen. Setelah data terkumpul, triangulasi dilakukan untuk
memastikan data yang diperoleh telah absah, misalnya dengan triangulasi metode,
sumber, teori, dan peneliti”. Maka teknik pengumpulan data penting untuk
dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan sumber atau data
yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi
dan dokumentasi.
a. Metode Observasi
b. Metode Dokumentasi
11
sketsa. Dokumen berupa karya sastra yaitu, karya seni bisa berupa gambar, patung,
dan film”. Maksudnya, dalam metode dibutuhkan media pendukung dalam
menentukan data yang akan dikumpulkan untuk mendukung sebuah penelitian, bisa
berupa gambar, tulisan dan karya sastra.
1) Reduksi data
2) Penyajian data
12
kategori, flowchart, dan sejenisnya namun yang sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah
dipahami (Sugiyono, 2018, hlm. 249)
Keabsahan data ialah suatu acuan untuk mengetahui kebenaran data hasil
penelitian agar tidak menimbulkan kekeliruaan. Moleong (2002) “Untuk
menghindari kesalahan dan kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu
dilakukan pengecekan atau keabsahan data yang didasarkan pada kriteria suatu
kebenaran (Credibility). Sedangkan menurut Sugiyono (2018, hlm. 185) ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan absahnya data
“Keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Credibility (Validasi
Internal), Transferability (Validasi Eksternal), Dependability (Relibilitas), dan
Confirmability (Objektivitas).
2) Dependabilitas (Kebergantungan)
3) Konfirmabilitas (Kepastian)
13
Pengujian Konfirmability berhubungan dengan Pengujian
Depenability yaitu suatu proses pengujian dalam penelitian. Sugiyono
(2018, hlm. 195) “Pengujian Konfirmability berarti menguji menguji
hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Bisa
dikatakan pada tahap penelitian harus tetap menampilkan prosesnya
maka depenability dan konfirmability berhubungan satu dan lainya
dalam penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
3. Manfaat Etis
F. Telaah Pustaka
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
3.Instrumen Penelitian
4. Sumber Data
14
5. Prosedur pengumpulan data
1) Reduksi data
2) Penyajian data
2) Dependabilitas (Kebergantungan)
3) Konfirmabilitas (Kepastian)
I. Jadwal Penelitian
I. Jadwal
1. Penyusunan
Proposal
15
2. Penyusunan
Instrumen
3. Pengumpulan
Data
4. Analisis Data
5. Pembuatan
Laporan
Tabel 1. Jadwal Penelitian
16
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B. &. (t.thn.). Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Ar-ruzz Media.
Mursih, M., & Nursalim, M. P. (2019). Transformasi Novel Ke Film The Perfect
Husband Karya Indah Riyana. Jurnal Sasindo UNPAM, 7(2), 87-101
17