Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK DALAM

NOVEL ‘RANAH 3 WARNA’

Dosen Pengampu: Dra, Rosliana Lubis, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1) Citra Wahyuni Aruan 220701002


2) Lira Donni Lumban Gaol 220702038
3) Angelly Jeriahta Br Tarigan 220701044
4) Elsa Siburian 220701046
5) Desmi Yuhesti Br Pelawi 220701092
6) M Rully Al Hadi 220701102

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

TA 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya yang telah melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman kita terhadap novel
"Ranah 3 Warna" karya Ahmad Fuadi, serta untuk memberikan kontribusi pada
pengembangan sastra Indonesia khususnya dalam kajian sastra kontemporer.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Data yang
digunakan adalah novel "Ranah 3 Warna" dalam bentuk teks. Selama proses penelitian, kami
membaca, menelaah, dan menginterpretasi teks secara seksama, dengan fokus pada
identifikasi tema, analisis alur cerita, karakterisasi tokoh, dan analisis gaya bahasa dalam
novel.

Kami menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penelitian
selanjutnya. Akhir kata, Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan sastra Indonesia.

Medan, April 2023

Penyusun: Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

Abstrak...............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2

1.1 Latar Belakang..............................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................................3

BAB II KERANGKA TEORI..........................................................................................4

2.1 Unsur Intrinsik..............................................................................................4

2.2 Unsur Ekstrinsik............................................................................................6

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................8

BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................................8

4.1 Analisis Data..................................................................................................9

4.1.1 Unsur Intinsik dalam Novel Ranah 3 Warna..........................................13

4.1.2 Unsur Ekstrinsik dalam Novel Ranah 3 Warna......................................26

BAB V PENUTUP.............................................................................................................28

5.1 Simpulan.........................................................................................................28

5.2 Saran...............................................................................................................28

Daftar pustaka...................................................................................................................29

ii
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur sastra yang terdapat dalam novel
"Ranah 3 Warna" karya Ahmad Fuadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan teknik analisis isi untuk mengidentifikasi unsur intrisik dan ekstrinsik sastra
dalam novel tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel "Ranah 3 Warna" memiliki unsur-unsur sastra
yang sangat kuat. Tema novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi ini ialah Perjuangan dalam
menggapai cita-cita. Semakin keras kehidupan yang dihadapinya maka harus semakin kuat
pula daya juang seseorang dalam upaya menggapai cita-citanya. Itu yang dilakukan oleh
tokoh utama Alif. Ia mencari arti hidupnya di tengah-tengah pergolakan politik dan sosial di
Indonesia. Alur cerita dalam novel ini terdiri dari beberapa tahap kehidupan tokoh utama,
Alif, yang bergerak dari masa kecil hingga dewasa. Alur ini diatur dengan rapi sehingga
pembaca dapat mengikuti dengan mudah.

Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam novel ini juga memiliki peran yang penting dalam
mengembangkan cerita. Setting novel ini berada di Kota Bandung, Jawa Barat, dan beberapa
daerah di Indonesia. Gaya bahasa dalam novel ini menggabungkan bahasa formal dan bahasa
sehari-hari, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami cerita. Gaya bahasa ini juga
dipadukan dengan gaya naratif yang mengalir, sehingga membuat pembaca terus ingin
membaca.Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan sastra Indonesia,
khususnya dalam mengapresiasi dan memahami karya sastra terkait dengan tema dan gaya
penulisan yang berbeda-beda. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
dan wawasan bagi para peneliti dan pecinta sastra Indonesia.

Kata Kunci : Intrisik, Ekstrinik, Novel, Ranah 3 Warna

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan
dengan bahasa yang unik, indah, dan artistik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan
ajaran moral sehingga mampu menggugah pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan
emosional pembaca.

Waluyo (2002:68) menyatakan bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata
imajinasi kreatif dari seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang
satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut
bersifat individual artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda.
Perbedaan itu dapat meliputi beberapa hal, di antaranya metode, munculnya proses kreatif
dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian
yang digunakan.

Ranah 3 warna adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang pemuda
yang bernama Alif. Dalam novel tersebut menceritakan aspek-aspek psikologi tokoh yang
menyertai perjalanan hidup dari para tokoh utama dan tokoh-tokoh pembantu lainnya. Alif
merupakan tokoh utama dalam cerita dia seorang pemuda lulusan pondok pesantren yang
tidak memiliki ijazah SMA tetapi dia bermimpi atau bercita-cita untuk masuk UMPTN. Dari
sinilah awal permasalahan yang mempengaruhi aspek kejiwaan dimulai.Dengan berbagai
gejolak di hatinya karena kemungkinan untuk meraih impian itu sangat kecil.belum lagi
berbagai ejekan dan guntingan dari teman serta tetangganya yang meragukan impian tersebut
akan tercapai. Bermodalkan mantra man Jadda wajadda berbagai keraguan untuk masuk
perguruan tinggi negeri pun tercapai. Ranah 3 Warna ini juga menampilkan dunia pendidikan
bahwa dalam menggapai suatu cita-cita itu diperlukan usaha di atas rata-rata serta tidak lepas
memohon pertolongan dari yang Mahakuasa

Ahmad Fuadi merupakan seorang pengarang yang pandai. Ia mampu menulis cerita
dengan perbedaan yang sangat tipis antara dunia nyata dan fiksi, hal inilah yang menjadikan
nilai artistik yang tinggi sebuah karya sastra. Ahmad Fuadi mendapatkan penghargaan untuk
Nominasi Khatulistiwa Literary Award sebagai penulis dan fiksi terfavoritpada tahun 2010.
Pada tahun 2011 pengarang dianugerahi Liputan 6 Award SCTV untuk kategori motivasi dan
pendidikan. Novel Ranah 3 Warna termasuk novel yang ada di jajaran best seller (Fuadi,
2011: Cover),

2
Novel ini memiliki gaya bahasa dan alur cerita yang menarik, sehingga ceritanya
mempengaruhi kita untuk mengikuti alurnya hingga selesai. Bentuknya juga padat, dan
bahasanya ringkas, hal inilah yang menarik perhatian kami untuk menganalisis unsur-unsur
sastra yang terdapat dalam novel ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Ranah 3
warna.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja unsur unsur intrisik dan unsur ekstrisik novel?

2. Apa saja unsur - unsur intrisik dan unsur ekstrisik novel Ranah Tiga Warna?

3. Bagaimana struktur bangunan novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari meneliti novel "Ranah 3 Warna" karya Ahmad Fuadi adalah untuk memahami
dan menganalisis unsur-unsur sastra yang terdapat dalam novel tersebut, seperti tema, alur
cerita, tokoh, setting, dan gaya bahasa. Dengan memahami unsur-unsur sastra dalam novel
ini, penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis, serta keunikan dan keindahan dalam karya sastra tersebut.

Manfaat dari penelitian novel "Ranah 3 Warna" ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai referensi bagi para pembaca dan pecinta sastra Indonesia dalam memahami
dan mengapresiasi karya sastra yang berkualitas tinggi, khususnya novel "Ranah 3
Warna" karya Ahmad Fuadi..
2. Sebagai bahan pembelajaran bagi para mahasiswa dan peneliti sastra dalam
memahami unsur-unsur sastra dalam sebuah karya, serta metode analisis isi sebagai
salah satu metode penelitian dalam kajian sastra.
3. Sebagai inspirasi bagi penulis dan calon penulis untuk menulis karya sastra yang
berkualitas tinggi dengan tema dan gaya bahasa yang berbeda-beda, sehingga dapat
memperkaya kekayaan sastra Indonesia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mochtar Lubis, unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang terdapat dalam
karya sastra itu sendiri, seperti tema, plot, karakter, sudut pandang, setting, dan gaya bahasa.
Sedangkan unsur ekstrinsik novel adalah faktor-faktor yang berada di luar karya sastra itu
sendiri, seperti konteks sejarah, sosial, dan budaya yang mempengaruhi penulisan karya
sastra tersebut.

Menurut Suwarno Wisetrotomo, unsur intrinsik novel adalah bagian-bagian atau elemen-
elemen yang terkandung dalam sebuah karya sastra, seperti plot, tema, karakter, sudut
pandang, setting, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik novel adalah unsur-unsur
yang berada di luar karya sastra itu sendiri, seperti keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya,
dan sejarah saat karya sastra tersebut ditulis.

2.1 Unsur Intrinsik Novel

Sebelum menganalisis sebuah novel, kita perlu mengetahui apa saja unsu-unsur intrinsik
dalam sebuah novel. Berikut adalah penjelasan mengenai unsur intrinsik novel:

1. Tema adalah pesan atau ide pokok yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karya
sastra. Tema novel menjadi panduan bagi penulis untuk membangun cerita dan
mengekspresikan nilai-nilai dalam karya sastra. Tema dapat ditemukan melalui
pengamatan terhadap berbagai konflik dan isu yang muncul dalam novel.

2. Alur/Plot adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang diatur secara teratur untuk
membangun susunan cerita. Alur / Plot Stanton (2007:26) menyatakan alur merupakan
rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.

Alur dalam sebuah novel adalah urutan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Alur ini
biasanya melibatkan karakter-karakter utama dalam cerita yang menghadapi
tantangan, konflik, dan mengalami perubahan selama berjalannya cerita. Alur terdiri
dari beberapa elemen penting, yaitu:

1. Pemaparan (Exposition) - Bagian awal cerita yang digunakan untuk


memperkenalkan latar belakang dan karakter-karakter utama.

2. Konflik (Conflict) - Saat karakter-karakter utama menghadapi tantangan atau


masalah yang harus mereka hadapi.

3. Klimaks (Climax) - Bagian puncak cerita di mana konflik mencapai


puncaknya dan di mana karakter-karakter utama mengambil tindakan terakhir mereka
untuk menyelesaikan masalah.

4
4. Resolusi (Resolution) - Bagian akhir cerita di mana semua masalah
diselesaikan dan karakter-karakter utama mengalami perubahan.

3. Tokoh adalah pelaku yang terdapat didalam cerita dan mengambil bagian dalam setiap
insiden atau cerita. Tokoh dalam sebuah novel adalah karakter yang terlibat dalam
cerita dan berperan penting dalam membangun plot atau alur cerita. Penokohan adalah
tokoh-tokoh dalam sebuah cerita yang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-
beda. Karakter dapat dikembangkan melalui penggambaran fisik, tindakan, kata-kata,
dan hubungan antar tokoh. Ada beberapa jenis tokoh dalam novel, yaitu:

a. Tokoh Utama (Protagonist) - Tokoh utama adalah karakter yang paling dominan
dalam cerita dan biasanya menjadi fokus utama dalam alur cerita. Tokoh utama
seringkali menghadapi masalah dan konflik, dan tindakan mereka memengaruhi
arah cerita.
b. Tokoh Pendukung (Supporting Character) - Tokoh pendukung adalah karakter
yang membantu mengembangkan alur cerita dan memperkuat karakter utama.
Mereka mungkin memberikan dukungan emosional atau membantu karakt…
c. Antagonis (Antagonist) - Antagonis adalah karakter yang berlawanan dengan
tokoh utama dan menciptakan konflik dalam cerita. Mereka seringkali menjadi
penyebab masalah dan kekacauan dalam cerita.
d. Tokoh Campuran (Minor Character) - Tokoh campuran adalah karakter yang
muncul dalam cerita tetapi tidak memainkan peran utama. Mereka mungkin
memberikan latar belakang atau memberikan penjelasan tentang karakter utama.

Karakter dalam sebuah novel harus digambarkan dengan baik dan konsisten dalam
seluruh cerita. Penggambaran yang konsisten dan mendalam akan membantu pembaca
lebih memahami karakter dan merasa terhubung dengan mereka. Karakter yang baik
dan terukur akan membantu membuat cerita menjadi lebih menarik dan mengesankan.

4. Sudut pandang adalah perspektif dari mana cerita diceritakan. Sudut pandang dapat
berbeda-beda tergantung pada tokoh atau narator yang menjadi penghubung antara
cerita dengan pembaca.Terdapat tiga macam sudut pandang dalam cerita yaitu: Sudut
pandang orang pertama, yaitu kita seolah-olah menjadi toko dalam cerita tersebut.
Sudut padang orang pertama biasanya menggunakan kata saya" atau "aku" atau juga
"kami". Sudut pandang orang kedua, yaitu penulis akan menggambarkan cerita
menggunakan kata ganti “kamu” dan “kalian” sekaligus memperlakukan pembaca
sebagai pelaku utama. Sudut pandang orang ketiga, pengarang sebagai pengamat.
Menggunakan kata ganti “dia” dan “mereka.

5. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita berlangsung. Setting dapat
memberikan latar belakang atau konteks untuk cerita, serta mempengaruhi suasana dan
nuansa cerita. Latar Tempat, yaitu lokasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerita, baik
nama kota, jalan, gunung, maupun rumah.

5
Latar Waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa dalam
cerita, baik berupa penanggalan penyebutan peristiwa sejarah, penggambaran situasi
malam, pagi siang, maupun sore. Latar Suasana, yaitu latar yang berkaitan dengan
situasi atau keadaan saat terjadinya peristiwa dalam cerita. Contohnya saat senang,
sedih, galau,lelah dan lain-lain.

6 Gaya bahasa adalah cara penulis dalam mengekspresikan ide atau pesan dalam karya
sastra. Gaya bahasa dapat ditunjukkan melalui penggunaan kata-kata, kalimat,
metafora, simbolisme, dan gaya penulisan. Gaya bahasa dapat membantu membentuk
gaya penulisan dan menghidupkan cerita dalam imajinasi pembaca. Dalam novel
terdapat empat gaya bahasa yang biasa digunakan diantaranya gaya bahasa
perbandingan: perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori dan pleonasme, gaya
bahasa pertentangan: hiperbola, klimaks, anastrof dan sinisme, gaya bahasa pertautan:
metonimia, alusi dan elipsis, dan yang terakhir gaya bahasa

7. Amanat novel adalah pesan moral, sosial, atau politik yang ingin disampaikan oleh
penulis melalui karya sastra. Amanat biasanya terkait dengan tema atau pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis, dan dapat dianggap sebagai inti atau tujuan dari
penulisan novel tersebut.

2.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik dalam novel adalah elemen-elemen yang terdapat di luar teks novel, yang
dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap pesan atau makna yang disampaikan
oleh novel tersebut. Beberapa unsur ekstrinsik yang penting dalam novel antara lain:

1. Latar belakang penulis: kehidupan penulis dapat mempengaruhi gaya dan tema yang
terdapat dalam novel. Pengalaman pribadi penulis juga dapat tercermin dalam
karakter dan plot novel.
2. Nilai sosial dalam novel merujuk pada pesan atau nilai-nilai yang disampaikan oleh
penulis melalui karya sastranya. Nilai-nilai sosial dapat berkaitan dengan moralitas,
etika, agama, budaya, atau nilai-nilai sosial lainnya yang diterima dalam masyarakat.
Contohnya, dalam sebuah novel, penulis dapat menyampaikan pesan moral tentang
pentingnya menjaga kejujuran, saling menghargai, atau memperjuangkan keadilan.
Penulis juga dapat memasukkan nilai-nilai budaya atau agama dalam cerita, seperti
pentingnya menghormati orang tua atau menjunjung tinggi nilai-nilai kepercayaan.
Pesan-pesan nilai sosial dalam sebuah novel dapat mempengaruhi pembaca dengan
cara yang berbeda-beda. Beberapa pembaca mungkin merespon positif dan
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka, sedangkan yang lain
mungkin tidak setuju atau tidak memperhatikannya.
3. Nilai moral Nilai moral dalam novel adalah pesan-pesan moral atau etika yang
terkandung dalam sebuah karya sastra, khususnya novel. Nilai moral dalam novel
dapat berupa petuah, pesan-pesan hidup, pelajaran, atau nilai-nilai positif yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.Beberapa contoh nilai moral
yang dapat terdapat dalam sebuah novel, antara lain:

a. Kebenaran dan integritas - Penulis mendorong pembaca untuk memegang


teguh prinsip-prinsip kebenaran dan integritas dalam menjalani hidup.

6
b. Ketulusan dan kesetiaan - Penulis menunjukkan nilai penting dari ketulusan
dan kesetiaan dalam menjaga hubungan interpersonal.
c. Keadilan dan persamaan - Penulis menekankan pentingnya keadilan dan
persamaan di antara semua orang.
d. Kasih sayang dan belas kasih - Penulis mendorong pembaca untuk
memiliki kasih sayang dan belas kasih terhadap sesama manusia dan
makhluk hidup lainnya.
e. Keberanian dan ketekunan - Penulis menunjukkan pentingnya keberanian
dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup dan mengejar impian.

Melalui nilai moral yang disampaikan dalam sebuah novel, penulis berharap dapat
memberikan inspirasi dan pengajaran bagi pembaca, untuk dapat merenungkan nilai-
nilai tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai moral dalam
novel dapat mempengaruhi pembaca untuk mengembangkan kepribadian yang lebih
baik, membuat keputusan yang lebih tepat, dan menghadapi hidup dengan lebih baik.

4. Nilai pendidikan dalam novel merujuk pada pesan-pesan atau nilai-nilai yang
berhubungan dengan pendidikan, seperti pentingnya belajar, meningkatkan
pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan. Nilai pendidikan dalam novel dapat
disampaikan melalui berbagai karakter, plot, dan tema yang diangkat oleh penulis.
Beberapa contoh nilai pendidikan dalam novel antara lain:

a. Pentingnya belajar dan pengetahuan - Novel dapat menunjukkan betapa


pentingnya pendidikan dan pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan
seseorang dan membuka peluang hidup yang lebih baik.
b. Membangun karakter - Novel dapat menunjukkan bahwa pendidikan tidak
hanya berkaitan dengan pengetahuan akademik, tetapi juga membantu
membangun karakter, seperti disiplin, ketekunan, dan tanggung jawab.
c. Membangun kemampuan kritis dan analitis - Novel dapat membantu
membuka wawasan pembaca dalam memahami dunia dengan lebih kritis dan
analitis, serta melatih pembaca untuk menganalisis peristiwa dan karakter
dengan lebih baik.
d. Pendidikan sebagai sarana perubahan sosial - Novel dapat menunjukkan
bagaimana pendidikan dapat menjadi sarana untuk merubah sosial dan
memajukan masyarakat.

Dalam sebuah novel, nilai pendidikan dapat diangkat dengan berbagai cara, misalnya
melalui plot cerita yang menunjukkan perjuangan seorang tokoh dalam meraih pendidikan,
atau karakter guru yang memperlihatkan pentingnya peran seorang guru dalam membimbing
muridnya. Nilai pendidikan juga dapat diungkapkan melalui tema yang diangkat oleh penulis,
seperti perjuangan untuk mendapatkan pendidikan dalam kondisi sosial dan ekonomi yang
sulit.

Melalui nilai pendidikan dalam novel, penulis berharap dapat memotivasi pembaca
untuk lebih menghargai pentingnya pendidikan dalam kehidupan mereka, serta meningkatkan
minat baca dan memperkaya pengetahuan pembaca. Dalam konteks pendidikan formal, nilai
pendidikan dalam novel juga dapat dijadikan sumber belajar yang menarik dan membantu
membuka wawasan siswa mengenai nilai-nilai pendidikan.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi.
Metode penelitian analisis isi adalah metode penelitian yang menganalisis teks, dalam
pandangan Krippendorf (2013, hlm. 22). Bahwa penelitian tentang teks adalah kualitatif egala
sesuatu yang berhubungan dengan teks adalah kualitatif.Metode penelitian kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan mendalam dan dilakukan dengan
mengumpulkan data.

Berikut adalah tahapan metode analisis isi yang dapat dilakukan dalam penelitian novel
"Ranah 3 Warna":

1. Membaca dan memahami novel "Ranah 3 Warna" secara menyeluruh, dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman tentang tema, alur cerita, tokoh, setting, dan gaya bahasa yang
terkandung dalam novel.

2.Mengidentifikasi unit analisis, yaitu unit atau unsur yang akan dianalisis, seperti tema, alur
cerita, tokoh, setting, dan gaya bahasa.

3.Mengembangkan kategori-kategori analisis, yaitu mengelompokkan unit analisis menjadi


kategori-kategori yang lebih spesifik, seperti tema utama, subtema, tokoh protagonis, tokoh
antagonis, latar waktu, latar tempat, dan sebagainya.

4.Menafsirkan hasil analisis, yaitu merumuskan kesimpulan-kesimpulan dari hasil analisis


data, serta membandingkan temuan-temuan dengan teori dan penelitian sebelumnya.

5.Menyusun laporan penelitian yang berisi deskripsi tentang novel "Ranah 3 Warna",
temuan-temuan penelitian, kesimpulan, dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

Dengan menggunakan metode analisis isi, peneliti dapat mengidentifikasi dan memahami
unsur-unsur sastra dalam novel "Ranah 3 Warna" dengan lebih teliti dan sistematis, sehingga
dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang karya sastra ini.

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Data

Ringkasan Novel

Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi merupakan sebuah novel yang
menceritakan sosok Alif yang baru tamat dari pondok Madani, bercita-cita melanjutkan
studinya ke ITB ( Institut Teknologi Bandung) dan nantinya akan ia lanjutkan ke
Amerika. Semangatnya menuntut ilmu didorong oleh dirinya yang mengidolakan BJ
Habibie. Dia ingin seperti BJ Habibie yang berkesempatan menuntut ilmu di negeri asing.
Walau dia terlahir dari keluarga yang sederhana keambisiusan serta mimpinya sangat
didukung oleh keluarganya.

Alif mempunyai seorang teman akrab sejak kecil namanya Randai. Randai adalah
seorang mahasiswa jurusan teknik di ITB. Randai adalah sahabat satu kampungnya
sekaligus orang yang akan bersaing dengannya. Di novel ini diceritakan Randai yang
notabenenya sahabat Alif dan juga teman-temannya, meragukan dan meremehkan
kemampuan Alif untuk melanjutkan studinya ke ITB karena Alif tidak mempunyai ijazah
SMA padahal ijazah tersebutlah syarat utama untuk ikut ujian. Ditambah lagi Alif
mempunyai seorang teman yang tamatan SMA favorit, saat ujian temannya gagal, setelah
ujian kedua baru berhasil. Bagaimana dengan Alif? Dia sama sekali tidak mempelajari
pelajaran seperti anak SMA pada umumnya. Mereka lebih mendalami tulisan Arab di
pesantren karena dia tamatan dari pondok madani di ponorogo. Namun tekadnya sama
sekali tidak pudar, perkataan temannya malah ia jadikan sebuah motivasi untuk membuat
dirinya berusaha lebih keras lagi.Usaha tidak akan menghianati hasil.

Sebelum mengikuti UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negri). Dia harus ujian
persamaan terlebih dahulu, untuk mendapatkan sebuah ijazah. Kini senjata utamanya
untuk menakhlukkan pelajaran SMA adalah dengan menguasai buku wajib SMA Dari
kelas satu sampai tiga SMA . Dengan waktu yang dia punya, dia belajar begitu keras.
Singkat cerita hari ujian pun dimulai . Dengan bermodalkan tekad dan motivasi yaitu “
Man jadda wajadda” (siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil) dia lalu
mengerjakan soal tersebut satu persatu. Satu minggu kemudian pengumuman tiba, dengan
takut-takut dia datang kekantor panitia untuk mencari namanya .Ternyata namanya
terpampang disana dia dinyatakan lulus ujian persamaan. Alif sangat bersyukur walaupun
nilainya pas-pasan. Hanya tertempel saja namanya di mading sudah lebih dari cukup.
Setelah melihat hasil dari nilainya Alif berpikir bahwa tidak mungkin dia bisa masuk
UMPTN jurusan penerbangan dengan nilai terebut.

9
Akhirnya dia memutuskan untuk mengubah angan-angannya yang selama ini dia
harapkan. Dengan kemampuan dan waktu yang ia punya Alif mengubur mimpinya
dalam-dalam dan memilih jurusan yang lain yaitu Hubungan Internasional (HI).

Demi bisa lulus UMPTN dia belajar lebih keras lagi bahkan lebih dari belajar saat
mengikuti ujian persamaan SMA. Dua bulan telah berlalu ujian UMPTN sudah
dilaksanakan. Dengan hati yang begitu bersyukur akhirnya semua usaha yang sudah dia
lakukan membuahkan hasil dia lulus UMPTN lulus hubungan internasional, di
Universitas Padjajaran. Walau bukan teknik penerbangan ITB seperti yang dia impikan,
jurusan hubungan internasional adalah rejeki besar baginya. Semua pandangan sebelah
mata serta ucapan meremehkan dan belas kasihan temannya kini telah tuntas dia bayar.

Seperti yang saya ceritakan di atas Alif terlahir di sebuah keluarga yang memiliki
keterbatasan ekonomi. Akan tetapi Alif mendapat dukungan dari keluarganya untuk
menggapai cita-citanya. Beberapa hari telah berlalu kini dia akan berangkat ke tanah
jawa, Bandung. Ayahnya memberikan sebuah sepatu hitam yang terbuat dari kulit sapi
untuk dia pakai berangkat ke Bandung. Dengan senang hati Alif memakainya untuk
berangkat kesana.

Hari pertama kuliah di mulai, setelah beberapa hari berkuliah Alif yang berasal dari
suku Minang memiliki teman dari berbagai suku yaitu sunda, jawa dan ambon. Teman
kosnya juga menyambut dengan baik dan sopan. Namun untuk saat ini, dia masih
menumpang di kosan Randai, bukan karena tidak ada kosan, banyak berbagai kos-kosan
di sini. Namun Alif tidak mempunyai uang untuk menyewa kosan sendiri sehingga
Randai mengajaknya untuk tinggal bersama sementara waktu supaya pembayaran kosnya
lebih ringan. Dia sebenarnya segan dan tak enakan kepada Randai namun apalah daya dia
tidak dapat mengelak nasibnya akantetapi Alif juga berpikir untuk kuliah sambil bekerja
supaya dapat segera pindah dari kos tesebut, dia tidak ingin menyusahkan Randai. Dia
mencoba untuk membuat sebuah majalah dengan belajar dari Bang Togar, rasanya dia
tidak mampu menghadapi Bang Togar karena pengajarannya yang begitu keras. Namun
dengan gigih dia tetap ingin menjadi seorang penulis dia belajar lebih keras lagi dan
akhirnya satu artikel yang sudah beberapa kali dia ulang telah diposting di artikel harian
kampus, ia sangat senang akan hal itu.

Ibu dan ayah Alif ingin pergi mengunjunginya ke Jawa. Mendengar hal itu Alif sangat
gembira. Segera dia mengatakan kepada Randai tentang hal tersebut supaya sesampai
orang tuanya disana sudah terdapat kamar kosong untuk tempat mereka. Sebuah kamar
sudah Alif pinjamkan dari Randai. Namun Beberapa hari Kemudian Alif mendapat
kiriman dari Telegram ibunya mengatakan bahwa sang ayah sakit. Saat mengetahui hal
itu Alif langsung mengemasi pakaiannya dan langsung berangkat pulang dengan berutang
ongkos kepada Randai. Sesampai di kampung dia melihat ayahnya terbaring lemah di atas
kasur rumah sakit, Alif sangat sedih melihat keadaan sang ayah.

10
Dia kemudian duduk di kursi dekat kamar pasien dan menemani ayahnya. Saat menemani
ayahnya, dia bercerita mengenai pengalamannya saat berada di jawa dan keluh kesah yag
ia rasa di tanah rantau sana, tak terasa beberapa hari sudah berlalu ayahnya sudah pulih
dan bisa pulang.

Sesampai di rumah, melihat keadaan ayahnya yang sudah membaik Alif berencana
untuk berangkat besok ke jawa. Saat subuh, tiba-tiba ibunya membangunkan Alif. Alif
mengira ia dibangunkan untuk keberangkatannya ke Bandung. Ternyata salah, dia
dibangunkan karena keadaan ayahnya yang sungguh memprihatinkan, segera dia
mengecek keadaan ayahnya, beberapa menit kemudian ayahnya meninggal dengan
memberikan nasihat terakhir padanya, dia harus melanjutkan kuliahnya sampai lulus dan
menjaga adik-adik serta ibunya dengan baik. Hati Alif begitu hancur ia berpikir bagaiman
mungkin dia pergi ke bandung meninggalkan adik-adik dan ibunya tanpa ada yang
menjaga, kemudian Alif berpikir untuk berhenti kuliah dan melupakan semua impian
yang telah dia rancang. Namun ibunya tidak setuju dan bersih keras menolak
keputusannya.

Akhirnya Alif berangkat ke jawa dan memutuskan untuk kuliah sambil kerja. Dia
melakukan segala cara supaya tidak meminta uang dari kampung. Beberapa hari mecari
pekerjaan kemudian dia mendapat pekerjaan sebagai penjual. Belum beberapa hari kerja,
di saat malam hari dia dirampok dan dihajar sampai sepatu peninggalan ayahnya di curi
untung saja pencuri itu melemparkan kembali padanya. Penderitaan terus datang
kepadanya, tidak hanya sampai disitu dia juga terserang penyakit tipes. Dia heran kepada
dirinya mengapa kemalangan datang bertubi-tubi padanya. Dimana keberuntungan yang
akan dia dapat? mengapa malah kesialan yang selalu menimpanya? dia iri kepada Randai
sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya.Lagi-lagi dia berutang kepada randai
untuk pembayaran rumah sakitnya karena Alif dirawat selama dua bulan.

Hampir saja dia menyerah, rupanya mantra 'man jadda wajada' saja tidak cukup
bagus untuk memperbaiki hidupnya. Alif teringat mantra kedua yang diajarkan di Pondok
Madani: ''man shabara zhafara' Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua
mantra itu dia tempuh badai hidup satu persatu.

Saat ini dia berpikir untuk kembali lagi kepada Bang Togar, dia ingin melanjutkan
kembali artikel yang sudah pernah dibuat di kampus, Bang Togar lalu menyuruhnya
kembali untuk membuat sebuah artikel dengan usaha yang keras akhirnya ia berhasil. Dia
ingin memperbanyak artikel supaya pendapatannya bertambah dan dapat memberikan
sebagian gajinya kepada sang ibu.

Daripada dia mengeluarkan uang untuk mengetik di komputer, dia meminjam


komputer milik Randai dengan menunggu Randai yang sedang sibuk mengerjakan
tugasnya. Tak lama kemudian, Randai merasa sangat lelah ia akhirnya terlelap.

11
Dengan cepat komputernya di ambil alih oleh Alif. Namun terjadi kesalahan dalam sistem
komputer tersebut, dia panik ternyata komputernya error segera dia membangunkan
Randai . Randai juga ikut panik karena tugasnya harus dikumpulkan besok pagi. Dia pun
marah kepada Alif dan mengeluarkan kata kata yang membuat Alif seketika sakit hati,
besoknya dia langsung berencana pindah kosan karena ia sudah mempunyai sedikit
pendapatan dari pekerjaannya menulis artikel. Saat itu juga hubungannya dengan Randai
mulai renggang ditambah lagi Randai dan Alif menyukai perempuan yang sama, namanya
Raisa.

Saat ini kehidupan Alif mulai membaik ditambah lagi Bang Togar memberikan
Komputer lama nya kepada Alif sehingga tidak perlu lagi meminjam. Hari-hari berlalu
begitu cepat Alif sekarang sudah memberikan sedikit demi sedikit uang dari hasil
jerihpayahnya kepada sang ibu. Keberuntungan mulai berpihak padanya.

Saat ini dia berpikir untuk mencoba beasiswa pertukaran belajar ke kanada.. Tak
disangka ia menang tes. Ternyata perkataannya saat wawancara cukup bagus menarik
perhatian pihak pewawancara. Raisa juga lolos wawancara, tetapi RandaI tidak lolos.
Randai kemudian mengucapkan selamat kepada mereka, dengan senang hati Alif dan
Raisa membalas salaman dari Randai.

Beberapa minggu pun berlalu akhirnya mereka berangkat ke Quebec, Kanada. Alif
merasa sangat deg-degan karena Alif masih belum lancar bahasa Perancis tetapi dengan
bahasa inggrisnya yang sudah fasih dia mempunyai alat bahasa internasional kepada
orang-orang disana. Kemudian cerita dilanjutkan dengan Alif ingin memberikan sebuah
surat kepada Raisa tetapi dia belum memiliki keberanian sehingga dia memutuskan untuk
memberikan surat tersebut kepada Raisa setelah mereka lulus nantinya. 2 tahun berlalu
akhirnya Alif dan Raisa Wisuda mereka telah lulus kuliah. Hari ini Alif akan menyatakan
perasaannya kepada Raisa dan memberikan sebuah surat padanya. Namun sebelum dia
ingin buka suara, Raisa terlebih dulu meberikan berita padanya dengan memberitahu
bahwa dia akan tunangan dengan Randai. Hati Alif hancur berkeping-keping mendengar
perkataan yang keluar dari orang yang dia cintai selama ini. Mungkin Raisa bukanlah
jodohnya. Alif hanya pasrah dan mengiklaskan semuanya kepada Tuhan.

Sebelas tahun kemudian akhirnya Alif memiliki seorang istri tentunya bukan Raisa.
Dia dan istrinya kemudian pergi ke Saint-Raymon ia lalu mengingat momen-momennya
dulu saat kuliah disana, dia membuka semua diary yang ditulisnya dulu dan
melanjutkannya. Diakhir cerita dia menutup diary tersebut dan mengulurkan tangannya,
mengajak sang istri menuruni pinggang Mont Laura.

Alif yang dulu seringkali diremehkan dan dihantam berbagai cobaan, kini semua dapat
diatasinya hingga dia terus berjuang sampai titik kesabaran terakhir.

12
Ranah Tiga Warna yang dimaksud dalam novel ini yaitu Bandung, Amman dan Saint-
Raymond, Tiga ranah berbeda warna yang Alif lintasi saat masa perkuliahannya.

4.1.1 Unsur- Unsur Intrinsik dalam Novel “ Ranah Tiga Warna”

1. Tema

Tema yang diangkat dalam novel ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini adalah
perjuangan Alif Fikri dalam meraih cita-citanya.

2. Tokoh dan Penokohan

Alif Fikri: Ia merupakan tokoh utama yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna ini. Ia
memiliki sifat yang jujur, ikhlas, selalu bersyukur, patuh dan pekerja keras serta
bertekad kuat

Alif Fikri bertindak sebagai tokoh “Aku” atau tokoh utama dalam novel ini. Alif
diposisikann sebagai tokoh utama yang selalu diceritakan dalam novel ini. Alif
digambarkan memiliki banyak karakter oleh penulis, diantaranya memiliki tekad yang
kuat, jujur, ikhlas dan selalu bersyukur. Dalam novel ini, Karakter Alif yang memiliki
tekad kuat digambarkan oleh pengarang pada kutipan berikut.

“Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa:
aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN.
Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan
aku tebas.Maka malam itu aku susun strategi perang. Pertama, aku harus
memiliki semua senjata. Senjata utama untuk menaklukan pelajaran SMA
adalah menguasai buku wajib siswa SMA dari kelas 1 sampai kelas 3.”
( Fuadi, 2011:9)

Patuh dan pekerja keras. Itupun menjadi watak Alif. Alif selalu mematuhi segala
perintah orang tuanya. Ketika Amak Alif menyuruh nya untuk sekolah agama Alif
menurutinya dan belajar di Pondok Madani. Dan setelah lulus dari Pondok Madani, dia
ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Tetapi Alif memiliki kendala dia tidak
mempunyai ijazah SMA dan untuk mendapatkannya Alif harus mengikuti persamaan
SMA untuk bisa mengikuti UMPTN agar bisa masuk perguruan tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut.

“Pertarungan yang lebih ketat telah di depan mata: UMPTN. Kalau ujian
persamaan adalah pertandingan melawan diri sendiri, maka UMPTN adalah
pertandingan melawan diri sendiri sekaligus “musuh” dari seluruh Indonesia.
Yang aku perebutkan adalah sebuah kursi yang juga diincar oleh ratusan ribu
tamatan SMA di seluruh Indonesia. Dril belajar ala PM ternyata tidak
mempan. Aku jadi malu pada diriku sendiri, dan lebih malu lagi mengakui
semangat belajarku melempem kepada Ayah dan Amak.” ( Fuadi, 2009: 14-
19)

13
Dari kedua kutipan diatas, tokoh Alif dapat ditedalani oleh kita karena Alif dapat
memberikan banyak inspirasi. Dimana kita akan ikut membayangkan perasaan Alif
ketika dia sudah bekerja keras membuat artikel tetapi artikelnya tidak diterima. Disini
kita bisa belajar dimana apa yang kita kerjakan harus penuh dengan kerja keras, jujur dan
mempunyai tekad yang kuat untuk melakukan apapun yang kita inginkan. Dan satu yang
harus kita selalu utamakan dalam hal apapun kita harus selalu patuh terhadap orang tua,
apapun yang terjadi. Dan yang terakhir adalah selalu bersyukur.

Randai: Ia merupakan salah satu teman Alif yang memiliki sifat antagonis. Ia selalu
merendahkan orang lain, sombong dan pemarah. Namun ia setia kawan dan suka
menolong.

Randai adalah kawan akrab Alif. Randai merupakan tokoh yang antagonis, dia memiliki
perawakan tinggi, berkulit putih dan rambut yang panjang. Dalam novel ini, Randai
digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan dialog atau ucapan tokoh.
Perhatikan kutipan berikut.

“Lif, kita kan kawan, tinggal saja dulu disini sampai ketemu kos yang pas.
Terima kasih tapi ya tidak jelas kapan akan ketemunya. Randai terdiam
sejurus dan menatapku dengan sungguh-sungguh. Atau begini saja bagaimana
kalau gabung saja dengan aku disini, kita bisa patungan bayar berdua kamar
ini.Randai tampak kasihan padaku. Dengan senang hati segeraaku terima
tawarannya. Tawaran ini jelas yang tebaik, jauh lebih murah, dan tempat kos
tidak jauh dari kampusku di Dago atas, Itulah Randai. Sebagai kawan, dia
orang yang setia. Walau di banyak bidang kami bersaing, kami tetap berusaha
akur.” (Fuadi, 2011:62)

Selalu merendahkan orang lain dan pemarah. Itupun menjadi watak Randai. Randai
selalu merendahkan kemampuan Alif. Begitu pula pada saat Alif lulus dan ingin
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan menggapai impiannya seperti Habibie. Hal
ini dapatdilihat dari kutipan berikut.

“Hmm, kuliah dimana setelah pesantren ? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu
umum ? Kan tidak ada ijazah SMA ? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN ?”
Pertanyaan Randai berentetan dan berbunyi sengau. Seperti merendahkan. Rasanya
telak menusuk harga diriku. Darahku pelan-pelan terasa naik ke ubun-ubun.”
( Fuadi, 2011:4)

Dari kedua kutipan diatas, tentang tokoh Randai kita bisa mengambil kesimpulan.
Meskipun Randai mempunyai sifat yang kurang baik diantaranya : sifat sombong mudah
marah. Namun untuk dilihat dari kacamata kita bahwasannya dari setiap manusia pasti
memiliki sifat sombong dan merendahkan orang lain, namun hal itu kembali ke diri kita
masing-masing untuk bisa meminimalis sifat tersebut. Dan tidak dipungkiri juda bahwa
dibalik sifat buruknya tersebut, dia masih memiliki sisi baik yang bisa kita teladani di
kehidupan sehari-hari yaitu setia kawan dan suka menolong.

14
Amak: Ia merupakan ibu dari Alif yang memiliki sifat penyayang dan perhatian, dan
tegas.Amak adalah ibunya Alif.

Amak merupakan tokoh yang protagonis. Beliau adalah seorang perempuan berbadan
kurus dan mungil. Karakter Amak yang perhatian dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi
penentu nasib masa depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar
seperti orang kesurupan.”Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatatan,
jangan sampai tumbang dimasa ujian,” kata Amak ketika datang ke kamarku
membawa goreng pisang atau teh telur.” ( Fuadi, 2011:12)

Selain penyayang amak juga memiliki sikap yang tegas, amak yang sedih ketika
membaca surat dari Alif yang berencana untuk berhenti sekolah karena tidak ada biaya
dan berniat membantu amak. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut :

“Amak sedih sekali belum bisa mencukupi kebutuhan wa’ang dirantau. Tapi
jangan pernah berani-berani pulang tanpa menyelesaikan apa yang sudah
wa’ang mulai. Selesaikan kuliah, amak akan mendukung dengan sepenuh
tenaga dan doa. Menuntut ilmu itu juga berjuang di jalan Tuhan. Insya Allah
amak masih sanggup menghidupi kalian. Dengan cara apapun.” (Fuadi,
2011:105)

Dari kedua kutipan diatas, dapat kita ketahui bahwa seorang ibu manapun pasti akan
selalu menyayangi anak-anaknya, apapun yang terjadi seorang ibu pasti akan ada untuk
anak-anaknya tidak peduli apa yang harus seorang ibu korbankan. Meskipun seorang
anak sedang berada jauh di perantauan tapi percayalah ibu akan mendoakan yang terbaik.
jadi, tokoh amak dapat kita teladani sebagai sosok ibu yang selalu memikirkan masa
depan anaknya.

Ayah : Ia merupakan Ayah Alif yang memiliki sifat pekerja keras, penyayang, perhatian
dan juga tegas bijaksana

Ayah adalah orang yang Alif percayai akan membantunya untuk menentang permintaan
Amak masuk sekolah agama. Ayah merupakan tokoh yang protagonis. Beliau
berperawakan kecil tapi liat dengan bahu yang kokoh. Matanya tenang dan penyayang.
Dalam novel ini, tokoh Ayah digambarkan sosok yang bijaksana . Hal ini dapat dilihat
pada kutipan berikut saat Alif akan berangkat merantau.

“Nak, ingat-ingatlah nasihat para orang tua kita. Dimana bumi berpijak, disitu
langit dijunjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan kelakuan. Elok-elok
menyebrang. Jangan sampai titian patah. Elok-elok di negeri orang. Jangan
sampai berbuat salah. Nasihat singkat itu ditutup ayah dengan doa bersama
untuk perantauanku.” (Fuadi,2011:41)

15
Ayah juga sangat perhatian terhadap Alif. Dan mungkin yang paling mengerti perasaan
Alif. Saat Alif ingin keluar dari Pondok Madani ayah yang datang jauh-jauh dari
Maninjau ke Jawa hanya untuk meluluhkan hati Alif. Hal ini terdapat pada kutipan
berikut :

“Ayah mungkin yang paling tahu perasaan yang aku simpan. Setahun lalu,
beliaulah yang datang jauh-jauh dari Maninjau menemuiku di Ponorogo, hanya
untuk menjinakan hatiku ketika aku ingin sekali keluar dari Pondok Madani atau
PM. Alasanku waktu itu karena aku ingin kuliah dijalur ilmu umum, sedangkan
PM tidak mengeluarkan ijazah SMA. Aku setuju menyelesaikan pendidikan di PM
setelah ayah berjanji menguruskan segala keperluanku untuk memperoleh ijazah
SMA melalui ujian persamaan.” (Fuadi,2011:5)

Dari kedua kutipan diatas, dapat kita ketahui peran seorang ayah yang selalu menjadi
orang yang dapat mencurahkan segenap kasih sayang terhadap anaknya, terbukti dengan
dia yang selalu bisa menjadi penenang bagi anaknya. Seorang ayah juga rela menempuh
perjalanan jauh hanya demi mendengarkan keluh kesah sang anak. Dibalik sikap yang
lembut, namun seorang ayah pula mempunyai sifat yang bijaksana yang layaknya
seorang ayah miliki.

Raisa: Ia merupakan teman wanita sekaligus tetangganya di Bandung.Raisa adalah sosok


yang Alif sukai. Ia memiliki sifat percaya diri, dan pandai berbahasa asing

Raisa adalah teman sekaligus tetangga Alif di Bandung dan Alif jatuh hati padanya.
Raisa memiliki mata yang bulat dengan bulu mata lentik, wajahnya lonjong telur. Dan
dia selalu memakai topi wol. Dalam novel ini, Raisa digambarkan oleh pengarang secara
dramatik dengan cara berpakaiannya. Perhatikan kutipan berikut.

“Acara ditutup dengan Raisa tampil kedepan. Seragam jas biru tua semakin
melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua
tangannya,memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait
terakhir, “Bagimu negeri jiwa raga kami …” kami menyanyikan panjang
dengan sepenuh hati.” (Fuadi,2011:228)

Selain mempunyai rasa percaya diri, Raisa juga jago berbahasa Prancis dan jago menari.
Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Raisa dengan luwes memperlihatkan bagaimana setiap gerakan harus


dilakukan dengan koordinasi yang baik, antara lengan, jari, leher, dan musik.
Giliran aku dan Rusdi mengikuti bersama-sama kepala kami saling beradu.
Tapi dengan telaten Raisa mengulang dan membetulkan gerakan kami. Setiap
dia membetulkan gerakan kami, semakin kagum aku dengan kesabarannya.”
(Fuadi,2011:395)

16
Dari kedua kutipan diatas, dapat kita simpulkan bahwa Raisa memiliki kemampuan di
bidang seni terbukti dengan kepercayaan dirinya dalam menampilkan tarian-tarian.
Selain berbakat di bidang seni Raisa pun bisa berbahasa asing. Kita dapat mencontoh
karakter Raisa.

Bang Togar: Ia merupakan senior Alif dan merupakan guru menulis Alif. Ia memiliki
sifat yang pandai, suka menulis, disiplin dan bijaksana yang bakat menulis

Bang Togar adalah senior Alif, pimpinan redaksi Kutub sekaligus guru menulis Alif.
Dalam novel ini Bang Togar digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan
lingkungannya. Perhatikan kutipan berikut.

“Bang Togar dikelilingi kawan dewan redaksi. Mereka semua 3 tahun di atasku.”
Bang Togar itu penulis muda terkenal lho.” Bisik Mira, seorang senior. Dia
bercerita, Togar masih mahasiswa tapi telah menjadi penulis tetap di berbagai
media, bahkan menjadi kontributor reguler di Kompas.” (Fuadi,2011:65-66)

Selain memiliki bakat menulis, Bang Togar juga memiliki sikap bijaksana. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut.

“….Hanya satu nasihatnya.” Kalau naskah kau ditolak jangan berfikir naskah itu
jelek” Mungkin si redaktur sedang sakit, jadi tidak sempat membaca dengan teliti.
Atau si redaktur kekurangan halaman untuk membuat tulisan kau sekarang. Jangan
pernah meras tulisan kau jelek. Tapi juga bukan berarti sudah bagus sehingga
merasa tidak bisa di bikin lebih bagus.” (Fuadi,2011:141)

Dari kedua kutipan diatas, bisa kita simpulkan bahwa Bang Togar bisa dijadikan teladan
bagi kita. Dia memiliki bakat yang luar biasa dan sikap disiplin yang kuat. Maka untuk
menjadi orang yang sukses di perlukan kedisiplinan yang tinggi dan tetap bekerja keras.

Wira: si Pemberani

Wira adalah teman Alif di Universitas Padjajaran dan juga anggota geng uno. Wira
berasal dari Malang, Jawa Tengah. Selain itu, Wira adalah anak yang pemberani.. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut.

“... Kakak senior ini gede kali dan sudah tua tapi kok kurang akal. Seperti gajah
jinak ditepuk-tepuk pawangnya, Jumpo hanya kuyu dan pucat. Kegarangannya
telah raib ditelan angin. Wira tidak mau ketinggalan unjuk gigi. Suaranya parau
dan kencang. “Eh, dengar, kami itu bukan anak kemarin sore. Jangan main-main
ya. Perlakukan kami dengan adil dan manusiawi. Kalau sekali lagi kau rendahkan
arek malang, apapun kami libas. Apalagi senior kaya kau!” (Fuadi,2011:57)

Dari kutipan diatas bisa kita simpulkan bahwasannya meskipun masih junior namun
bukan berarti kita tidak dihargai. Seharusnya sikap senior bukanlah menindas melainkan
mengayomi dan membimbing. Sifat yang bisa kita teladani dari sosok Wira adalah berani
meneriakan hal-hal yang benar.

17
Agam: Si humoris

Agam adalah teman Alif dan juga anggota geng uno. Agam memiliki tubuh yang
gempal, berwajah humoris dan kadang berwajah serius. Dalam novel ini, Agam
digambarka sebagai orang yang humoris. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Agam adalah perekat kami. Dia selalu punya humor heboh untuk diceritakan.
Agam suka mengikat tali sepatu orang lain atau melempar bola kertas untuk
mengusili teman yang mengantuk. Kalo sedang tertawa dengan lawakannya
sendiri, badannya yang gempal seperti beruang madu berguncang-guncang heboh.
Sesekali dia menjelma menjadi orang berwajah serius dan bisa berbicara seperti
orator ulung, lengkap dengan acungan kepalan tangan.” (Fuadi,2011:59)

Dari kutipan diatas kita juga harus memiliki sifat humoris agar hidup kita lebih
menyenangkan. Dan bisa menghibur orang lain.

Memet: Si pecinta damai

Memet adalah teman Alif dan juga anggota geng uno. Memet memiliki badan yang
subur kebalikan dari Agam. Dia pecinta damai. Dalam novel ini, Memet digambarkan
oleh pengarang secara dramatik oleh tingkah laku atau perbuatannya. Hal ini dapat di
lihat dari dari kutipan berikut.

“…Dia pecinta damai dan selalu melarang Agam mengganggu orang lain. Karena
itu mereka sering bertengkar. Kegiatan utama Memet adalah sibuk membantu
siapa saja. Kalau kami kehausan, dia akan dengan senang hati mengangsurkan
botol minum. Dia juga pemotong rambut yang andal. Beri dia gunting dan sisir
sebutkan model rambut, maka dengan telaten dia membabat rambut kam sesuai
dengan pesanan. Beruntunglah kami bertiga karena tidak perlu mengeluarkan uang
untuk potong rambut, karena selalu ada Memet,” ( Fuadi, 2011:60)

Dari kutipan diatas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh Memet merupakan teladan
bagi kita. Dia pecinta damai, baik hati dan suka menolong. Kita sebagai makhluk sosial
harus selalu mempunyai sikap tolong menolong kepada sesama dan yang membutuhkan.
Dan jika kita mempunyai kelebihan kembangkanlah dan pergunakan.

Rusdi: Si nasionalisme

Rusdi adalah teman Alif yang unik dan pandai berpantun. Dia berasal dari Banjar,
Kalimantan. Kemana saja Rusdi pergi dia pasti membawa bendera Indonesia. Dalam
novel ini, Rusdi digambarkan oleh pengarang secara dramatik oleh tingkah lakunya
sangat menjunjung tinggi Nasionalisme. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Rusdi kemudian menjadi kawan satu kamarku. Kemana saja Rusdi pergi dia
pasti membawa bendera Indonesia. Bahkan kopernya di car merah putih.

18
Ransel nya punya bagde merah putih, buku diary-nya juga ditempeli stiker
gambar bendera. Salah satu topik pembicaraan yang disukainya adalah
nasionalisme, hutan, dunia politisi, dan mata-mata. Kalau sedang senang atau
grogi, kerjanya menekuk-nekuk jari sampai berbunyi seperti tulang patah.
Semakin dia bersemangat semakin banyak bunyi tulang patah,…” ( Fuadi,
2011:220)

Dari kutipan diatas kita bisa meneladani Rusdi yang memiliki sifat nasionalisme yang
tinggi, dan dia menerapkan sifatnya itu dalam kehidupan sehari-harinya.

Francois Pepin: Ia merupakan teman Alif yang berasal dari Kanada ia memiliki sifat yang
periang.

Francois Pepin adalah homologue Alif di Quebec, Kanada. Dia mahasiswa sosiologi di
Universite Laval dan sangat tertarik pada budaya Asia. Franc tokoh yang protagonis.
Franc berasal dari Quebec,. Dalam novel ini, Franc di gambarkan sebagai orang yang
periang dan mudah senyum. Dibuktikan oleh kutipan berikut.

“Oui…Oui, yes… very fast,” katanya mengangguk angguk senang seperti burung
beo. Dia mengangkat tangannya kearahku, minta aku membalas. High five.
Tos.”good team…good team,” katanya sambil cengegesan. Aku kembali tertawa
melihat mimiknya, mulut tersenyum lebar, mata terbelalak, alis terkembang.
Mungkin aku tidak dapat mitra belajar Bahasa Inggris, tapi setidaknya aku
mendapatkan seorang kawan yang baik dan lucu.” (Fuadi,2011:274)

Dari kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa kita harus selalu tersenyum ketika
kita memiliki masalah. Harus selalu menjadi pribadi yang periang.

Mado: ia adalah ibu angkat Alif di Quebec, Kanada yang memiliki sifat lembut dan
penyayang. Yang menganggap Alif seperti anaknya sendiri.

Mado adalah ibu angkat Alif di Quebec, Kanada. Mado merupakan tokoh yang
protagonis. Mado berasal dari Quebec. Mado memiliki hati yang lembut dan perhatian
kepada Alif. Dibuktikan oleh kutipan berikut.

“ Mado, perempuan berambut pirang yang lembut hati ini selalu telaten membakar
roti isi omelet yang gurih buat sarapanku. Sering dia berlari-lari tiba-tiba
menyusulku yang sudah naik ke sadel sepeda, hanya untuk memasukan lagi
sebungkus biskuit atau sebiji apel ke tas punggungku. Mado bahkan sudah hapal
jadwal sholatku. Dan sering mengingatkan saat waktu datang agar aku menunaikan
salat. (Fuadi, 2011:428)

Dari kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa tokoh Mado merupakan tokoh yang
baik dan perhatian, dia sangat menyanyangi Alif seperti dia menyanyagi anak nya
sendiri, meskipun Alif hanya sebagai anak angkatnya sementara.

19
Ferdinand: Ia adalah ayah angkat Alif di Kanada. Yang baik hati dan penyayang.

Ferdinand adalah ayah angkat Alif di Quebec, Canada. Ferdinand merupakan tokoh
yang protagonis. Memiliki perawakan tubuh seperti tentara tapi tidak terlalu tinggi. Dia
memiliki sifat baik hati, perhatian dan dia lebih banyak berbuat daripada berbicara.
Dalam novel ini Ferdinand yang baik digambarkan oleh penggarang. Berikut kutipan
sebagai bukti.

“ Sedangkan Ferdinand banyak berbuat daripada bicara. Aku pernah bilang harus
mengirim artikel setiap minggu ke koran di Bandung. Diam-diam dia
menghubungi anak sulungnya Jeaninne yang sudah bekerja di quebec City,
menanyakan apakah punya kompoter yang tidak terpakai. Sungguh ajaib,
besoknya dimeja kamarku telah duduk dengan manis sebuah komputer Mancitish
Classic.” (Fuadi, 2011:429)

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh Ferdinand merupakan sosok ayah
yang perhatian terhapad anaknya, meskipun Alif bukan anak kandungnya tetapi dia mau
melakukan apapun demi Alif.

3. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna ini menggunakan alur maju. Dimana
menceritakan tokoh Alif dalam mendapatkan ijazah untuk pendidikan yang lebih tinggi
agar bisa meraih cita-cita.

Tahap pengenalan

Pada tahap ini pengarang memperkenalkan situasi latar dan tokoh,

“ Randai sedang libur panjang dari ITB dan aku baru tamat dari Pondok Madani di
Ponorogo. Ini saat menikmati kembali susana kampung kami; langit bersih terang.
Bukit Barisan menghijau segar,” (Fauadi,2011:1-2)

Tahap permunculan masalah

Pada tahap ini Alif mendengar colotehan Randai yang merendahkan dirinya.

“Eh, Alif jadi setelah tamat pesanten ini, waamg masuh tertarik jadi Habibie. Dan
kuliah dimana setelah pesantren ? Emangnya waang bisa kuliah ilmu umum ? Kan
tidak ada ijazah SMA ? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN.” (Fuadi, 2011:2-5)

Tahap peningkatan masalah/klimaks

Pada tahap ini beban hidup Alif semakin bertambah. Ketika ayahnya meninggal. Alif
semakin bimbang. Apakah Alif akan melanjutkan kuliahnya atau berhenti dan membantu
Amak mencari nafkah

20
“Kini akulah laki-laki satu-satunya dikeluarga kecil kami. Akulah yang harus
membela Amak dan adik-adik. Tapi bagaimana caranya ?

Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku mungkin harus berhenti
kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk kulih ? Untuk merantau
keluar negeri ? Aku memijit-mijit keningku yang kini berkulir kusut.” (Fuadi, 2011:
100)

Tahap klimaks

Pada tahap ini Alif mencoba mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke Amerika. Dan
berhasil mendapatkan beasiswa ke Kanada.

“Sehari menjelang keberangkatan ke Kanada, kami mengadakan malam perpisahan


yang dihadiri para pejabat negara dan karib keluarga. (Fuadi,2011:227)

Pada tahap ini juga penulis menceritakan Alif yang berhasil mendapatkan medali emas
atas prestasinya dalam mewawancarai Monsieur Daniel Javier, salah satu tokoh utama
referendum Quebec.

“Para warga Saint Raymond, sebagai pimpinan rombongan, dengan segala


kebanggaan hati kami berterima kasih atas sambutan luar biasa dari anda semua.
Dan dengan bangga hati di depan anda semua kami ingin memberikan sebuah
penghargaan prestisius dalam program kami ini kepada peserta terbaik tahun ini.”
“….Alif dan Franc dengan wawancara ekslusifnya dengan tokoh utama
referendum Quebec.” “…Alhamdulillah terima kasih Tuhan kami menang.”
(Fuadi,2011:413-414)

Tahap anti klimaks

Pada tahap ini penulis menceritakan kesedihan Mado orang tua angkat Alif selama di
Quebec yang akan ditinggal Alif pulang kembali ke Indonesia.

“Rasanya baru kemarin kita kenal. Rasanya baru kemarin kami menyiapkan sarapan
kalian. Rasanya belum puas kami mengenal kamu Alif. Tapi program ini sudah akan
berakhir. Hanya dua minggu lagi kamu akan pulang, jauh ke belahan dunia sana.
Entah kapan kita ketemu lagi.” (Fuadi, 2011:428)

Tahap penyelesaian

Pada tahap ini penulis menceritakan Alif yang melanjutkan kuliahnya setelah kembali
dari Kanada hingga lulus sebagai Sarjana Hubungan Internasional.

“Wisudawan selanjutnya Alif Fikri sarjana dari jurusan Hubungan Internasional.


Dengan siaga aku berjalan tegak menuju panggung. Di panggung Pak Rektor dan Pak
Dekan telah menunggu dengan senyum lebar.

21
Pak Rektor memindahkan seutas benang di topi hitam datarku ke sebelah kanan, lalu
giliran pak Dekan menggenggam tanganku kuat-kuat sambil menyerahkan map biru
berisi ijazah sarjanaku. Inilah detik persaksian penting dalam hidupku ketika
impianku telah bertukar menjadi kenyataan.” (Fuadi, 2011:454-455)

4. Latar

1. Latar tempat pada novel ini yaitu di Maninjau, Bukittinggi, Sumatera Barat

Maninjau

Maninjau adalah tempat kelahiran tokoh utama, dan tempat bermain tokoh
Alif dengan teman akrabnya Randai.

“Aden duduk disebelah atas ya. Dan seperti biasa, aden pasti menang! Teriak Randai
pongah, sambil memanjat ke puncak batu hitam yang kami duduki. Batu sebesar gajah
ini menjorok ke Danau Maninjau, dianungi sebatang pohon kelapa yang melengkung
seperti busur”. ( Fuadi,2011:1)

Di Bandung, Jawa Barat

Bandung adalah tempat beradanya kampus Alif yakni Universitas Padjajaran,


disini tokoh Alif kuliah dan mengapai cita-citanya.

“Rem angin bus ANS mendesis-desis ketika mulai memasuki wilayah Kota Bandung.
Cahaya lampu jalan remang-remang menembus kaca yang buram karena titik-titik air.
Gerimis masih menyerbuk diluar. Kenek bus ANS membangunkan para penumpang
yang masih tertidur, Panumpanng sadonyo, lah sampai awak di Banduang…” ( Fuadi,
2011:43)

Di Amman, Yordania

Amman, Yordania adalah tujuan pertukaran pelajar dari Indonesia sebelum ke


Kanada.

“Gayanya mengingatkan aku kepada kakak kelasku di HI yang telah menjadi


diplomat. Begitu satu bus besar kami membelah Kota Amman, semua mata kami yang
tadi terkantuk-kantuk kini terbuka lebar melihat ke luar jendela.” ( Fuadi, 2011:238)

Di Kanada

Kanada adalah tempat tujuan pertukaran pelajar Indonesia,

“Daunnya agak lonjong dengan gerigi besar-besar di sekelilingnya, permukaannya


terasa kesat dan bertulang lunak. Ada yang hijau segar, ada yang kuning, dan ada
yang yang mulai memerah terang, bahkan ada daun yang membuat kombinasi ketiga
warna itu. Indah sekali. Tidak salah kalau orang Kanada menjadikan daun maple
merah sebagai gambar bendera mereka.”( Fuadi, 2011:256)

22
Di Saint Raymond

Saint Raymond adalah ibukota Quebec yang merupakan tempat dimana Alif tinggal.

“Hari menjelang sore ketika kami masuk ke batas Kota Saint-Raymond. Di tengah
rerimbunan maple, berdiri tegak sebuah plang lalu lintas berwarna hijau yang
bertuliskan “ Saint-Raymond 1 km”. ( Fuadi. 2011:297)

2. Latar waktu

Pagi hari

Pagi-pagi adalah pada saat Alif baru bangun dari tidurnya, dan Alif melihat selimut dan
seprai tidurnya sudah kusut.

“Pagi-pagi aku lihat selimut dan sepraiku di sekelilingku kusut masai. Guling dan bantal
sudah terbang ke lantai. Aku ingat semalam bermimpi jadi pemain Denmark dan
menyepak-nyepak selama tidur. Pagi-pagi yang dingin itu aku mendapat semangat baru,
aku punya tekad baru, aku punya doa baru.” ( Fuadi, 2011:25)

Di pagi hari biasanya Alif menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas. Berikut
contoh kutipan yang menceritakan latar pagi hari.

“Pagi itu, beranda kayu rumah, kedua ibu-bapak angkatku yang berambut jagung ini
merangkulku erat bagai merangkul anak kandung mereka sendiri. Padahal aku hanyalah
seorang anak bujang berambut hitam dari Maninjau, kira-kira terletak setengah lingkaran
bumi dari Kanada.” ( Fuadi, 2011:445)

Malam hari

Malam hari juga merupakan latar waktu dalam novel ini yakni pada saat melakukan
malam perpisahan pelepasan mahasiswa pertukaran pelajar ke Kanada. Berikut kutipan
yang menceritakan latar waktu pada malam hari.

“Sehari menjelang keberangkatan ke Kanada, kami mengadakan malam perpisahan yang


dihadiri oleh para pejabat negara dan karib keluarga. Seperti yang lain, aku mengenakan
jas biru tua dengan emblem merah putih…” ( Fuadi, 2011: 227)

yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini menggunakan latar
waktu pagi, siang dan malam hari.

3. Latar Suasana

Menyenangkan

Latar suasana menyenangkan ini terjadi pada saat Alif mendapatkan pengumuman
keputusan yang menyatakan bahwa Alif lulus ujian UMPTN.

23
Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana menyenangkan.

“Aku menahan napas dengan telunjuk gemetar menuruni kolom ke bawah, 01577,
01579. Aku baca ulang, agar yakin benar. 01579… Aku rogoh kartu ujianku yang
sudah keriput di saku untuk memastikan. Dan aku geser telunjukku ke sebelah kanan
sejajar. Alif Fikri. Namaku tercetak jelas di sana. Telunjukku yang gemetar aku geser
ke kanan lagi. Dan tercetaklah di sana nomer kode untuk Hubungan Internasional
Universitas Padjadjaran. Alhamdulliah ya Tuhan. Sebuah senyum terbit di bibir Ayah.
Belum pernah aku melihat senyum Ayah seperti pagi ini. Tanpa suara, tapi sungguh
senyum yang lebar dan terang.”( Fuadi,2011:30)

Menyedihkan

Pada latar suasana menyedihkan ini terjadi pada saat Alif mengetahui bahwa ayahnya
meninggal dunia. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana menyedihkan.

“Pegangan tangan kurus itu melonggar dan pelan-pelan lepas. Helaan napasnya
seperti hanyut dimakan alunan ombak Danau Maninjau. Lalu hanya hening. Hening
yang menikam. Beberapa saat tidak ada diantara kami berempat yang mengeluarkan
suara. Lalu beberapa isakan pecah pelan-pelan. Terbit dari arah Amak dan adik-
adikku yang duduk di pinggir dipan. Mereka berangkulan. Amak yang duduk
ditengah seperti induk ayam yang meneduhi anak-anaknya yang kuyu kehujanan.
Safya si bungsu sangat lengket dengan Ayah terus memegang lengan Ayah. Air
matanya melimbak-limbak, membentuk sungai kecil yang seakan-akan tidak mau
putus dan tidak ingin kering.” ( Fuadi, 2011:95)

Mengharukan

Pada latar suasana mengharukan ini terjadi pada saat Alif melihat Amaknya menangis
ketika melihat Alif di wisuda. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana
mengharukan.

“Sekujur tubuhku seperti di rayapi beribu semut. Merinding sampai ubun-ubun. Tiba-
tiba ada rasa hangat di tanganku. Satu-dua tetes air jatuh di ujung jari telunjukku.
Beberapa tetes lagi luruh dan menetesi kepala si Hitam. Bukan air mataku. Aku lihat
Amak yang tadi berwajah diam sudah tidak bisa lagi menutupi perasaannya. Untuk
pertama kali dalam hidupku aku melihat Amak tergugu dan bersimbah air mata.
Hidungnya merah dan basah.” ( Fuadi, 2011:455)

5. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna ini yaitu menggunakan
sudut pandang orang pertama dari tokoh utama dengan kata ganti orang pertama dengan
sebutan “aku” yaitu Alif Fikri. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi ini adalah menggunakan bahasa yang cukup sempurna menggunakan
bahasa Indonesia yang baku meski terdapat banyak bahasa Asing. Dan tata bahasanya
berpadu tanpa ada unsur yang membosankan di tambah dengan beberapa majas di
dalamnya seperti majas hiperbola, majas metafora, majas simile, dan majas persinofikasi

24.
5. Gaya Bahasa

Majas Hiperbola

Hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal.

Dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi, pengarang menggunakan gaya
bahasa atau majas hiperbola. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya kalimat yang
menggunakan majas hiperbola. Perhatikan beberapa contoh majas hiperbolabpada
kutipan berikut.

“… tim dinamit mulai mulai meletus-letus kencang. Tim baju merah ini seperti bermain
tanpa beban dan menggunakan lapangan. Ledakan dinamit yang paling besar adalah di
seperempat terakhir pertandingan.” ( Fuadi. 2011:24 )

“Aku akan menjadi seperti Denmark dalam menghadapi UMPTN. Aku akan menjadi
dinamit seperti Denmark. Akan aku ledakan sebuah prestasi. “( Fuadi, 2011 : 25)

“Air matanya melimbak-limbak , membentuk sungai kecil yang seakan-akan tidak mau
putus dan tidak ingin kering.” ( Fuadi, 2011:95)

Majas Metafora

Metafora, yakni pengunkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk


mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya , misalnya”cemara pun
gugur daun” mengungkapkan makna” ketidakabadian kehidupan”.

Contoh majas metafora yang terdapat dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad
Fuadi diantaranya adalah sebagai berikut. [10]

Ø “Pintu kamar pun aku kunci dan sudah berhari-hari aku mengurung diri, hanya
ditemani bukit-bukit buku.” ( Fuadi, 2011: 15 )

Ø “Kecuali di surga ada sepak bola. Kita juga tidak akan bisa berburu durian bersama
lagi, kecuali pohon durian juga tumbuh di surga. “( Fuadi, 2011: 98 )

Majas Simile

Majas Simile adalah gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan atau penghubung seperti layaknya, bagaikan, umpama,
ibarat.Contoh majas simile yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad
Fuadi diantaranya sebagai berikut.

“… berganti-ganti mencocor gawang Schemeichel yang beberapa kali terjerembap


mengahalau bola seperti hanya menunggu waktu sampai pecah telur sebelum hujan gol.”
( Fuadi, 2011 : 23 )

25
“Kalau sedang senang atau grogi,kerjanya menekuk-nekuk jari sampai berbunyi seperti
tulang patah.” (Fuadi, 2011:220)

Majas Personifikasi

Maulana berpendapat bahwa “personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan”. (2004:140)

Contoh majas personifikasi yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad
Fuadi diantaranya adalah sebagai berikut.[11]

“Rem angin bus ANS mendesis-desis ketika mulai memasuki wilayah kota Bandung.”
(Fuadi, 2011:43)

“Bismillah ayo kawan hitamku kita taklukan dunia bisikku. Dalam imajinasi si Hitam
menggangguk-angguk tidak sabar. “(Fuadi, 2011:42)

7. Amanat

Adapun amanat yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna ini, diantaranya adalah:

• Kita sebagai umat beragama di wajibkan untuk menuntut ilmu. Dan mencari ilmu tidak
hanya bisa di lakukan di kampung sendiri. Mencari ilmu tidak terbatas ruang dan waktu.

• Jika kita teguh membela mimpi kita, maka tuhan akan menolong dan janganlah
berputus asa dalam meraih impian.

• Berusaha dan bekerja keraslah dalam segala hal.

• Hidup harus tetap di jalani meski sekeras dan sesusah apapun ujian yang akan
menghadang tetap jalani dengan penuh kesabaran.

• Jika Tuhan mengujimu ingatlah bahwa Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi
batas kemampuannya. Tetap berusaha dan tawakal lah kepada Allah SWT.

4.1.2 Unsur- Unsur Ekstrinsik dalam Novel “ Ranah Tiga Warna”

Unsur ekstrinsik dalam novel Ranah Tiga Warna mencakup faktor-faktor yang
terkait dengan konteks di luar isi novel itu sendiri, seperti latar belakang penulis, kondisi
sosial dan sejarah, budaya, dan tanggapan kritikus dan pembaca. Beberapa unsur
ekstrinsik yang mungkin mempengaruhi pemahaman pembaca tentang novel Ranah Tiga
Warna adalah sebagai berikut:

26
2. Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Sosial

Nilai sosial yang terdapat dalam novel bagaimana sikap orang tua angkat Alif yang
berada di Kanada mereka sangat menyayangi Alif seperti mereka menyayangi anak
kandung sendiri.

2. Nilai Moral

Nilai moral yang terkandung dalam novel ini yaitu tentang bagaimana patuh dan
meneruti semua perintah baik dari orang tua yang seperti di lakukan tokoh utama yaitu
Alif Fikri.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna ini adalah bagaimana
tokoh utama sangat rajin belajar, berprestasi dalam pendidikan, bersaing dalam
pendidikan, berusaha keras dalam meraih impian, itu mencerminkan nilai pendidikan
yang terdapat novel ini.

Dalam hal ini, unsur ekstrinsik dapat membantu pembaca memahami konteks yang
mendasari pembuatan novel, serta memberikan interpretasi yang lebih mendalam tentang
tema dan pesan yang disampaikan oleh penulis.

27
BAB V

PENUTUP

1.1 Simpulan

Dari penelitian unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Ranah 3 Warna karya
Ahmad Fuadi, dapat disimpulkan bahwa novel ini memiliki nilai estetik yang tinggi
serta pesan moral dan pendidikan yang kuat. Penelitian unsur intrinsik, seperti plot,
tema, karakter, setting, dan gaya bahasa, menunjukkan bahwa novel ini memiliki
konstruksi yang kokoh dan dihadirkan dengan bahasa yang indah dan mengalir.
Sedangkan penelitian unsur ekstrinsik, seperti konteks sosial, budaya, dan sejarah,
membantu pembaca untuk lebih memahami latar belakang dan nilai-nilai yang
terkandung dalam novel.

Novel Ranah 3 Warna memiliki pesan moral yang kuat mengenai pentingnya
persahabatan, keluarga, dan cinta. Novel ini juga mengajarkan tentang nilai-nilai
pendidikan, seperti belajar dengan tekun, menjunjung tinggi integritas, dan memegang
teguh nilai-nilai keadilan dan persamaan. Dengan menyampaikan nilai-nilai ini
melalui kisah yang menarik dan penuh inspirasi, novel Ranah 3 Warna berhasil
menjadi salah satu karya sastra terbaik di Indonesia.

Dalam kesimpulannya, penelitian unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Ranah 3


Warna menunjukkan bahwa novel ini bukan hanya sebuah kisah fiksi belaka, tetapi
juga memiliki nilai-nilai moral dan pendidikan yang kuat. Novel ini mampu
memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk mengembangkan diri,
memperkaya pengetahuan, serta menjalin hubungan sosial yang positif. Oleh karena
itu, novel Ranah 3 Warna dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca yang
mencari karya sastra yang memuat nilai-nilai positif dan inspiratif

5.2 Saran
Proposal dengan judul ”Analisis Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik dalam
Novel Ranah 3 Warna” disarankan kepada mahasiswa semester II yang
megambil mata kuliah Bahasa Indonesia Akademik mampu memahami materi ini
dan juga dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah wawasan pembaca.
Kami sangat menerima segala kritik dan saran yang membangun dalam proposal
ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/download/24516/15078 Diakses
tanggal 20 April 2023 jam 15:00 WIB

https://id.scribd.com/document/482323474/REVISI-3-ANALISIS-NOVEL-RANAH-3-
WARNA-2-1 Diakses tanggal 20 April 2023 jam 15:30 WIB

http://eprints.ums.ac.id/22787/2/04._BAB_I.pdf Diakses tanggal 23April 2023 jam 16:00


WIB

Nurhadi, R. (2013). Unsur Intrinsik dalam Novel "Ranah 3 Warna" Karya AhmaFuadi.
Jurnal Kata, 15(2), 168-176.

Hendriani, L. (2016). Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel "Ranah 3 Warna" Karya Ahmad
Fuadi. Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya, 1(1), 77-84

29

Anda mungkin juga menyukai