Anda di halaman 1dari 7

Nama : Shella Yoanda

Kelas : XII-IPA-1

Kritik NOVEL AYAT-AYAT CINTA

Kesempurnaan Yang Tidak Dimiliki Manusia


Sastra adalah kegiatan kreatifitas dalam suatu seni. seperti halnya
Novel,Cerpen,Puisi,dan lain sebagainya. Novel adalah prosa yang lebih panjang dari pada
cerpen yang menginspirasikan sesuatu dari pengalaman hidup seseorang.Cerpen merupakan
karangan pendek yang berbentuk prosa.
Karya sastra sebagai sesuatu yang indah dari hasil cipta,rasa,dan karsa manusia selalu
bisa mencerminkan masyarakat dimana karya tersebut dilahirkan. dan memang begitulah
karya sastra Yng Bik sesungguhnya. yaitu mampu menggambarkan keadaan masyarakat
dimasa itu atau paling tidak sanggup memberikan sumbangan untuk masyarakat
penikmatnya,baik itu yang bersifat rekreatif maupun edukatif. karya sastra yang baik juga
bisa menggambarkan bagaimana hubungan antarmanusia,manusia dengan lingkungan dan
manusia dengan tuhan.
Nilai dan budaya islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya.
bahkan,hampir disetiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. ya,katakan saja
paragraf yang sarat dengan amanah. tapi,dengan bentuk yang seperti itu,tidak kemudian
membuat novel ini menjadi membosankan. untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan
kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. gaya penulis untuk
menggungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita
ketahui tentang islam.
Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan
habiburrachamn untuk melukiskan latar dari setiap pristiwa ,baik itu tempat kejadian,waktu
ataupu suasananya. Banyak kejutan ,bnyak inspirasi yang kemudian bisa hadir dalam
pembaca,atau bahkan bisa menjadi semacam media perenunggan atas berbagai masalah
kehidupan.
Namun,suatu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter
tokoh Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis
disini,mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia yang benar-benar mencitrakan islam
dengan segala kebaikan dan kelembutan sosok yang digambarkan begitu sempurna hingga
sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahannya sedikitpun padanya.
Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya adakah sosok yang
memang bisa sesempurna Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh yang
dimunculkan tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti,jika tokoh yang dimunculkan
memang berkarakter baik maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan taoi tentu saja
denag an porsi yang lebih kecil atau bisa diminilisasikan tapi janagn sampai karakter ini
dihilangkan karena pada kenyataan tidak ada sosok yang sempurna,selain Rasullulah.
Oleh karena itu seharusnya penulis tidak terlalu berlebihan dalam merangkai cerita.
Karena banyak pembaca yang tidak terlalu suka dengan cerita yang berlebihan. Agar
menghasilkan karya sastra yang bermutu,penulis harus pandai dalam memainkan watak tokoh

agar tidak terlihat berlebihan. Sehingga karya sastra khususnya novel semakin berkembang
dan dinikmati masyarakat.

Nama : Shella Yoanda


Kelas : XII-IPA-1

Essai Novel TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

Tradisi Hidup Dari Sebuah Novel


Sastra adalah karya seni seseorang yang diungkapkan dalam suatu tulisan atau karya
terbaik dengan menggambarkan tempat,alur,tema,dan tokoh dalam bentuk apapun itu seperti
Novel,Cerpen,dan Film. Dalam sebuah karya seni terdapat banyak makna dan arti penting
yang bisa diambil dan bisa dimaknai untuk kehidupan sang pembaca
Sebuah kisah menarik dari Banda Aceh dimana orang-orang selalu berkerumun
distasiun kreta menunggu kiriman majalah pedoman masyarakat yang terbit di Medan.
Mereka adalah para pembaca yang mengininkan untuk membaca kembali novel
Tenggelamnya kapal van der wijck. Novel ini melahirkan cerita yang konterversi.
Sebagaimana novel Siti Nurbaya,novel Tenggelamnya kapal van der wijck juga
berkisah tentang kisah cinta yang tak sampai. Tokoh utamanya adalah Zainuddin,adalah anak
dari pendekar Sutan yang diasingkan ke Cilacap karena membunuh mamaknya dalam sebuah
perselisihan harta warisan. Setelah bebas ia pergi ke Makasar dan dikota ini menikah denagn
Daeng Habibah. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin. Setelah orangtuanya
meninggal,Zainuddin pergi ke Bapituh,Padang panjang,yang merupakan kampung halaman
ayahnya. Sayangnya,disana ia tidak diperlakukandengan baik karena dianggap bukan anak
Minang. Walaupun ayahnya seorang Minang,ibunya orang Bugis sehingga putuslah pertalian
darah menurut garis matrilinear yang bernasapkan kepada ibu.
Begitulah pristiwa awal mula tenggelamnya kapal Van Der Wijck itu benar-benar
terjadi,kisah yang ditulis Hamka dalam umumnya karya sastra yang baik dibangunkan di atas
serpihan kejadian nyata,Hamka pun mengelolah tragedi yang memilukan itu dalam kisah fiksi
yang diberi badan pristiwa konkret dengan plot yang apik sehingga imajinasi pembacanya
memiliki pijakkan didunia Faktual. Karakter utamanya (Zainuddin,Hayati,dan Aziz) seolah
pribadi-pribadi yang benar-benar hidup dan mewakili potret kaum muda pada masa itu
ketika mereka berhadapan dengan arus perubahan sementara kakinya berpijak pada adat
tradisi.
Sejak awal novel ini diterbitkan berpindah dari satu penerbit ke penerbit lain. Mulamula penerbit swasta,kemudian mulai tahun 1951 oleh Balai Pustaka. Lalu pada tahun 1961
oleh penerbit Nusantara. Hingga tahun 1962 novel ini telah dicetak lebih dari 80ribu
eksemplar. Setelah itu penerbitnya diambil alih oleh Bulan Bintang. Tidak hanya di
Indonesia,Van Der Wijck juga berkali-kali dicetak diMalaysia.

Esai Novel Negeri 5 Menara


Usaha Meraih Impian
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya dalam
bentuk cerita. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka
dalam sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi pada sisi-sisi yang aneh dari naratif
tersebut. Menyukai atau memahami suatu novel mampu membuat pembaca berpikir lebih
jernih, mempunyai imajinasi yang lebih tinggi, dan menambah pengalaman tersendiri.
Setiap novel pasti memiliki keunikan dan cirikhas tersendiri untuk membuat pembaca
lebih tertarik. Sama halnya dengan novel karya Ahmad Fuadi yaitu Negeri 5 Menara yang
menceritakan tentang transformasi budaya dan perubahan sosial baik mengenai arti sebuah
mimpi, cara pandang, sikap hidup, kesungguhan, dan keikhlasan dalam meraih impian serta
perbedaan antara budaya Minang dan budaya di Pesantren Madani.
Alif adalah anak desa yang ditinggal di Bayur , kampung kecil di dekat Danau
Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J
Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah Ke
SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di jurusan ia
inginkan. Namun amaknya (ibunya Alif) tidak setuju dengan keinginan Alif untuk masuk
SMU, ibunya ingin Alif menjadi Buya Hamka dan melanjutkan sekolah ke pondok pesantren.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan di pondok karena dia harus
merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun pepatah
dalam bahasa Arab yang didengar Alif di hari pertama di PM (pondok madani) mampu
mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya
dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) man
jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani
hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Selanjutnya, di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi.
Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif
dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa
Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu
berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam
nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental
dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15
hari.
Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan
penuh pengalaman menarik. Dari kebiasaan berkumpul di bawah menara itulah mereka
menamai kelompok mereka dengan nama Sahibul Menara. Di PM semua teman, guru,
satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan
membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak
terduga, Baso , teman Alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM
karena permasalahan ekonomi dan keluarga. Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif,
Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang
mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.
Novel ini benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan
berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu pasti ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani
apapun yang ada di kehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan

Yang Maha Esa. Dalam novel ini, Fuadi juga mengingatkan untuk tidak pernah meremehkan
impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Ahmad Fuadi menulis novel tersebut berdasarkan dengan pengalamannya dengan
dibumbui cerita fiktif yang inspiratif. Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di
pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD,
ayahnya guru madrasah. Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk
masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang
diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Sehingga nampak bahwa si
Alif sebagai tokoh Aku dalam novel tersebut sebenarnya adalah si penulis sendiri. Karena
sebenarnya dari Gontor pulalah yang membukakan hati Fuadi kepada rumus sederhana tapi
kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh sungguh akan berhasil. Juga sebuah hukum
baru, bahwa ilmu dan bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia.
Nama :Nada Indah Fitrahany
Kelas :XII IPA 1

Kritik Novel Perahu Kertas

Perjalanan Hati Yang Tau Kembali


Sastra adalah karya seni seseorang yang diungkapkan dalam suatu tulisan atau karya
terbaik dengan menggambarkan tempat,alur,tema,dan tokoh dalam bentuk apapun itu seperti
Novel,Cerpen,dan Film. Dalam sebuah karya seni terdapat banyak makna dan arti penting
yang bisa diambil dan bisa dimaknai untuk kehidupan sang pembaca
Salah satu novel terkenal dari seorang penulis kenamaan Dee (Dewi Lestari), yaitu,
novel Perahu Kertas. Novel Perahu Kertas, dimulai dengan kisah seorang anak muda
bernama Keenan. Remaja pria yang baru saja menyelesaikan SMA-nya di Amsterdam. Ia
menetap di Negara itu hampir enam tahun lamanya bersama sang nenek. Keenan dipaksa
untuk kembali ke Indonesia oleh sanga Ayah, dikarenakan keluarganya yang tidak
mendukung cita-citanya menjadi seorang pelukis. Pada akhirnya, ia memulai kuliah di salah
satu Universitas di daerah Bandung Fakultas Ekonomi.
Kugy, tokoh wanita ini digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria.
Berbanding terbalik dengan Keenan yang dingin dan kaku. Kugy bercita-cita menjadi seorang
penulis dongeng. Ia tak patah semangat walaupun kenyataan memaksanya sadar bahwa
profesi itu, bukanlah profesi yang menghasilkan banyak materi. Karena kemauannya, ia
melanjutkan pendidikannya di Universitas di daerah Bandung Fakultas Sastra. Keenan dan
Kugy dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Mereka berempat akhirnya bersahabat.
Lambat laun Keenan dan Kugy mengalami getaran. Diam-diam mereka saling jatuh
cinta. Namun, kondisi semakin tak menentu di ketika Kugy sudah memiliki pacar bernama
Joshua alias Ojos. Sedangkan Keenan hendak dijodohkan dengan Wanda.Persahabatan empat
sekawan itu mulai renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia mengajar
tentang mendongeng. Anak-anak yang semula usil padanya, menjadi suka berkat dongeng
yang ia buat, Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Di waktu mendatang, buku dongeng itu ia
berikan pada Keenan.
Lagi-lagi, Keenan juga sibuk dengan kehidupannya bersama Wanda. Awalnya baikbaik saja hingga hubungan mereka hancur dalam waktu semalam. Keenan pun memutuskan
untuk pergi ke Bali dan tinggal bersama Pak Wayan, sahabat Ibunya. Ia hidup bersama
banyak seniman. Itu menjadikan naluri melukisnya semakin terasah hingga ia mulai bisa
melukis lagi. Ia menciptakan serial lukisan dengan berbekalkan dongeng yang Kugy berikan
sebelumnya. Serial lukisan itu digemari oleh banyak kolektor.
Selepas kuliah, Kugy kembali ke Jakarta menjadi Copywriter. Ia kemudian menjalin cinta
dengan Remi, walaupun Kugy masih mengenang Keenan. Akhirnya, Kugy dan Keenan
kembali bertemu ketika Keenan meninggalkan Bali karena Ayahnya yang terserang stroke.
Akibatnya, Keenan harus melanjutkan pekerjaan Ayahnya.Empat sekawan ini pun kembali
bertemu dengan kondisi yang berbeda. Namun, lagi-lagi kisah cinta dan persahabatan ini
harus berakhir. Dengan hati yang pasrah dalam aliran cinta yang entah kemana. Sama halnya
perahu kertas yang dihanyutkan di sungai, danau, kali, namun selalu bermuara di tempat
sama. Pergelutan idealisme, persahabatan, cinta, tawa dan tangis, perahu kertas yang tidak
lain dan tidak bukan adalah perjalanan hati yang pulang menemukan tempat tinggalnya.
Secara umum, Dee mengemas cerita ini dengan sederhana, namun sarat akan makna.
Mengisahkan tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga bermuara seperti
halnya perahu kertas. Dee menyajikan cinta yang berbeda dari biasanya sehingga membuat
para pembacanya sukar mengerti dengan kata-kata ataupun klise yang digunakannya dalam
novel ini sulit untuk dipahami. Dan dalam penggambaran tokoh-tokoh karakter di novel ini

sedikit terlalu dipaksakan ataupun dibuat-buat karena banyak halnya manusia yang kurang
tertarik dengan seni dan juga tidak semua manusia seunik apa yang digambarkan didalam
novel ini seperti Kugy yang hobi menulis dan mendongeng, Keenan yang mempunyai hobi
melukis. Melihat dari segi pertokohan kurangnya realistis penulis terbaca oleh hal tersebut.
kemudian dari segi alur yang sangat rumit dan tidak begitu dimengerti karena alur novel ini
adalah maju-mundur.
Bagi pembaca pemula ataupun bagi sekelompok golongan yang kurang menyukai
sastra novel ini akan terlihat membingungkan dan melihat gaya bahasanya yang
sulitmmebuat para pembaca merasa jenuh dan terlalu sulit dipahami makna dan maksud dari
setiap kejadian . Dalam novel ini, penggambaran cerita banyak menggunakan setting tempat
sehingga sangat dapat beresiko pembaca akan menjadi bingung dalam memahami latar
tempat cerita tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman dan konsentrasi tinggi untuk
para pembacanya.Pada beberapa bagian cerita, terdapat cerita yang monoton sehingga timbul
kesan kurang menarik dan timbul kebosanan pembaca dalam mendalami novel. Kekurangan
dari novel ini yaitu cerit kurang jelas, masih menggantung sehingga menimbulkan rasa
penasaran bagi para pembacanya.
Oleh karena itu, sebaiknya penulis tidak begitu melebih-lebihkan kesan unik dari
suatu novel, serta banyaknya kata-kata yang sukar dimengerti oleh masyarakat luas dan
pengunaan bahasa yang membuat pembaca sulit memahami dan menerjemahkan setiap sikap
dan peristiwa dari tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Sebaiknya, penulis menyadari
keanekaragaman masyarakat sehingga tidak hanya menerapkan bahasa sastra yang hanya
disukai oleh sebagian pihak tanpa memperdulikan masyarakat yang hanya ingin membaca
novel dengan gaya bahasa yang sederhana.
Nama :Nada Indah Fitrahany
Kelas :XII IPA 1

Anda mungkin juga menyukai