Anda di halaman 1dari 12

LK 3.

MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK

NOVEL “PERANG PAREGREK 1, MENYAMBUNG PENTALOGI GAJAH MADA”

KARYA LANGIT KRESNA HARIADI

OLEH : Endah Yulistuti

NUPTK : 7058 7426 4330 0003

A. SINOPSIS NOVEL “PERANG PAREGREK 1 “ KARYA LANGIT KRESNA


HARIADI
“Aku Breh Wirabumi bukan Minak Jingga”
Cerita ini diawali sejarah panjang Kerajaan Majapahit. Sebuah kerajaan yang diawali
dari kisah terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Ken Arok. Kemudian bagaimana Ken
Arok membangun kerajaan Kutaraja sampai dengan berdirinya Kerajaan Singasari di
bawah kepemimpinan Ranggawuni. Pada bagian berikutnya dikisahkan secara singkat
hancurnya Kerajaan Singasari karena serangan secara tiba-tiba dari Kerajaan Kediri.
Dan kemudian bagaimana menantu Ranggawuni yakni Raden Wijaya mendapatkan
pengampunan dari Jayakatwang dan mendapatkan hadiah Tanah Trik yang kemudian
menjadi kerajan besar yakni Kerajaan Majapahit.

Adalah seorang raja besar saat itu, Prabu Hayam Wuruk yang meminang seorang
putri dari Kerajaan Sunda Galuh yakni Putri Dyah Pitaloka.Pesta besar-besaran pun
diselenggarakan di Majapahit. Saat rombongan penganten dari Sunda Galuh ini
sampai di Lapangan Bubat,dihadanglah oleh pasukaan yang dipimpin Mahapatih
Gajah Mada, rombongan yang tidak siap berperang ini diminta tunduk dan diminta
menyatakan sebagai bagian dari wilayah Majapahit. Pertempuran pun tak
terhindarkan , Raja Galuh Prabu Maharaja Linggabuana dan Dewi Laralinsing, serta
Putrinya Dyah Pitaloka mati terbunuh.

Cinta Hayam Wuruk untuk Dyah Pitaloka tak pernah mati.

Dalam perjalanannya Prabu Hayam Wuruk menjalani pernikahan dengan adik


sepupunya yakni Sri Sudewi anak bibinya Dyah Wiyat. Hayam Wuruk sangat
menyayangi Sri Sudewi sebagai seorang adik tak bisa lebih. Oleh karen itu keduanya
menjalani pernikahan ini dengan hambar ,meski dari perkawinan ini terlahir
Kusumawardani. Keduanya selalu bersandiwara seolah olah selalu bahagia.

Adalah seorang gadis desa anak seorang Brahmana “Biniaji” telah membuat Prabu
Hayam Wuruk menemukan cintanya kembali, gairah cinta yang luar biasa pada
seorang gadis yang bukan siapa-siapa, yang tidak mengalir darah biru. Biniaji menjadi
garwo ampean (selir) dan lahirlah seorang anak laki-laki yang tampan, dialah Breh
Wirabumi.

Permaisuri Sri Sudewi sangat tidak senang dengan keberadaan Breh Wirabumi.
Karena kehadiran Breh Wirabumi ini telah mengancam kedudukan Kusumawardani.
Sri Sudewi takut bila Breh Wirabumi menjadi Pangeran Pati artinya dialah yang bakal
menggantikan Prabu Hayamwuruk.Padahal, menurut Sri Sudewi yang berhak
menggantikan raja adalah Kusumawardani.

Breh Wirabumi oleh sebagian orang yang tidak senang kepadanya dipanggilah dengan
sebutan “Minak Jingga”. Nah inilah yang membuat Wirabumi dan juga Prabu Hayam
Wuruk murka.

Maka perebutan kekusaan yang terjadi itu menjadi awal Perang Paregrek,
perangnya para ingkang samya egrek

B. UNSUR INSTRINSIK NOVEL “PERNG PAREGREK 1” KARYA LANGIT


KRESNA HARIADI

Unsur instrik novel meliputi,


No. Unsur yang dianalisis Penjelasan
1 Tema Tema adalah pokok pembahasan dalam teks cerita.
2 Tokoh dan Penokohan Pelaku yang memerankan peristiwa dalam sebuah
cerita.
3 Plot atau alur cerita Urutan kejadian/ peristiwa dalam cerita
4 Latar cerita Di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita
berlangsung.
5 Sudut Pandang Peran penulis dalam cerita (sebagai orang pertama
atau sebagai orang ketiga)
6 Gaya bahasa Penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang
dalam cerita
7 Amanat Pesan yang hendak disampaikan pengarang dalam
ceritanya.
Penjelasan setiap unsurnya adalah sebagi berikut.

B.1.TEMA NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Langit Kresna Hariadi melalui novel “Perang Paregrek 1” ini mengangkat persoalan klasik
yakni tentang perebutan kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut,

“Siapa yang menjadi pilihanmu untuk kelak menggantikanmu menjadi raja, anakku? Tanya
Cakradara langsung ke pokok persoalan.(halaman 97)

“Ayah dan Ibu,” kata Prabu Hayam Wuruk, “Sesungguhnya saat ini aku merasa sedang
berada di sebuah persimpangan jalan yang memberikan kepadaku banyak pilihan yang
antara satu dengan yang lain harus saling mengorbankan. Di satu sisi aku melihat
Kusumawardani, akan tetapi di sisi yang lain aku juga melihat Breh Wirabumi. Terhadap
keduanya , aku tidak ingin bersikap berbeda. (halaman 98).

Akan tetapi meski kesadaran itu begitu utuh menempatkan diri di benak Permaisuri Paduka
Sori Sri Sudewi, namun ia tetap mengalami kesulitan menerima rencana suaminya
menggeser kedudukan yang semula dimiliki Kusumwardani dan dialihkan ke pihk lain.

“ Dengan semua alasan itu , Tuanku akan mengalihkan hak Sekar Kedaton kepada Minak
Jingga itu?” (halaman 328)

B.2.TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Pelaku dalam novel “Perang Paregrek 1” ini cukup banyak . Terdapat pelaku dalam arti yang
sebenarnya (pelaku sejarah) namun pastinya juga terdapat pelaku fiktif (merupakan rekayasa
penulis). Perlu saya sampaikan bahwa ulasan tokoh dalam novel ini tidak semua tokoh saya
ulas, hanya beberapa tokoh saja. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

No Tokoh Penjelasan
1 Breh Wirabumi Adalah putra dari Prabu Hayam Wuruk (Raja Majapahit)
dari istri selir "Biniaji"

Dalam novel ini, Breh Wirabumi digambarkan sebagai


tokoh yang gagah tampan, juga tokoh yang bijak, baik
hati.Melalui cerita dalam novel ini, Breh Wirabumi juga
tidak senang ketika dia dipanggil dengan sebutan Minak
Jinggo, hal ini terlihat dalam:

. . . " Namaku Breh Wirabumi, aku bukan Minak Jingga!"


Jawab Wirabumi dengan suara penuh namun ditahan
dalaam bisikan ( halaman 31)

Breh Wirabumi digambarkan sebagai tokoh yang penuh


perhatian kepada orang lain,

. . . Breh Wirabumi berbalik, dan memperhatikannya


kepada para petani yang menemaninya. Anak lelaki Prabu
Hayam Wuruk dari kalangan berderajat rendah itu tidak
merasa canggung bergaul dengan mereka, minum dan
makan dari bekal mereka, ...(halaman 33). . . . Dengan
amat ringan tangan Breh Wirabumi ikut
memperbaiki rumah-rumah yang hancur, diantaranya
rumah yang paling parah adalah rumah Jogoboyo Mahisa
Sura. (halaman 61).

Sifat Breh Wibumi yang lain adalah memiliki hati yang


bersih, hal ini terlihat dalam :

. . ."Aku tidak peduli, "Letup wirabumi yang gelisah ,"aku


tidak boleh mencemari hatiku dengan anggapan -anggapan
salah. Bagaimanapun juga beliau nenekku, ibu ayahku.

2. Prabu Hayam Wuruk Sebagai sosok Raja Kerajaan Majapahit yang tegas, bijak,
dan penuh perhatian pada rakyatnya.

"Ibu," Hayamwuruk berkata tegas , "keputusanku untuk


mengangkat Wirabumi sebagai raja bukan berarti aku tidak
menyayangi Kusumawardani. Aku justru tidak tega kepda
Kusumawardani apabila harus menaggung beban yang
sangat berat mengurus negara ng merupakan pekerjaan
mengerikan. . . .(halaman 141).

3 Permaisuri Sri Sudewi Sebagai sosok yang cantik, namun karena ketidak
bahaagiaannya dalam perkawinannya dengan Prabu Hayam
Wuruk juga kekecewaan yang terus menerus menyebabkan
memiliki rasa khawatir dan iri.

"Kusumawardani," kata ibu " Selama hidup ibu merasakan


kekecewaan yang betumpuk-tumpuk dan harus
menyembunyikan dengan rapat.Janganlah kau tambahi
kekecewaan yang ibu rasakan. Apa yang ibu lakaukan
dengan menjodohkanmu adalah untuk kepentinganmu,
untuk masa depanmu. Jangan sampai sang Prabu
mewariskan tahta pada selain dirimu. . . .(halaman 225)

4 Garwo Ampean Biniaji Sebagai sosok yang cantik dan memiliki kelembutan budi.

"Menurut hamba", kata Biniaji, "masih ada waktu lagi bagi


tuanku untuk memperbaiki keadaan , untuk mendinginkan
suasana yang mulai gerah. Hamba yang berderajat rendah
telah mendapat kesempatan mendampingi Tuanku sudah
merupakan karunia yang tiada terkira, hamba tidak
menginginkan yang lain. Hamba juga tidak sependapat jika
Tuanku berencana menempatkan Wirabumi sebagai
Pangeran Pati. Apa arti kepuasan Tuanku mengangkat
Wirabumi sebagai kumararaja apabila penebusnya adalah
sebuah perpecahan (halaman 478)

B.3.PLOT/ ALUR CERITA DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Buku novel ini terdiri dari 29 bagian, atau 29 babag cerita.Jika kita uraikan atas alur, novel
ini terbagi menjadi :

1. Situation (exposition)

Dalam novel "Perang Paregrek 1" ini ,pada bagian awal cerita, penulis Langit Krena Hariadi
memberikan gambaran sejarah kerajaan Majapahit, dimulai dari kisah Ken Arok yang
membunuh Tunggul Ametung kemudian memperisitri Ken dedes, dan mendirikan Kerajaan
Kutaraja. Kemudian diceritakan pula tentang kematian Ken Arok , yang kemudian digantikan
oleh Anusopati, dan akhirnya kematian Anusopati oleh Tohjoyo , juga kematian Tohjoyo
oleh seorang prajurit. Disusul dengan cerita pemerintahan Ranggawuni yang mendirikan
Kerajaan Singasari. Sampai kehancuran Singasari karena serangan Kerajaan Kediri.Dan
bagaimana Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit yang bergelar Kertarajasa
Jayanegara.

Dari pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak lahirlah Kalagemet ( Jayanegara) yang
tidak mempunyai keturunan.Kemudian tentang Pernikahan Raden Wijaya dengan Gayatri
yang melahirkan Sri Gitarja Tribuana Tunggdewi Jaya Wisnuwardana, dan adiknya Dyah
Wiyat Rajadewi Maharajasa.

Dari pernikahan Sri Gitarja Tunggadewi dengan Raden Cakradara lahirlah Prabu Hayam
Wuruk dan dua adik putri yakni Dyah Nrrtarja Duhiteswari dan Dyah Dewi Duhitenduwi.

Kemudian Pernikahan Prabu Hayam Wuruk dengan adik sepupunya Sri Sodewi yang
melahirkan Kusumawardani. Dituliskan juga tentang peristiwa perang Bubat perang yang
tidak seimbang , peraang yang menewaskan Dyah Pitaloka calon istrinya anak Raja Galuh.
Serta pernikahan Prabu Hayam Wuruk dengan Biniaji yang melahirkan Breh Wirabumi.

2.Generating circumtances (awal munculnya konflik)

Pada bagian ini konflik awal muncul pada saat Gajah Narapati datang ke Desa Bendansari
untuk menemui Breh Wirabumi, dengan sebutan Jingga 'Minak Jingga".

. . . "Jingga!" terdengar suara memanaggil

Wirabumi tidak menoleh.

Wirabumi tidak merasa perlu untu menoleh, karena ia merasa bukan pemilik nama Jingga. ...

...

"Kamu berbicara dengan siapa dan tadi memanggil siapa, Narapati?"

"Namaku bukan Jingga, bukan Minak Jingga," lanjut Wirabumi dengan suara agak ditahan.

Tampak sekali betapa ia sedang jengkel. Seketika Gajah Narapati terbungkam mulutnya.

3. Ricing action (Konflik mulai bergerak)

Pada bagian ini ditunjukan pada saat Prabu Hayam Wuruk diminta menghadap orang tuaanya
yakni Prabu Putri Sri Gitarja Tribuana Tunggadewi dan Suaminya Raden Cakradara(Sri
Kertawardana), ditanya siapa penerusnya kelak .

" Hayam Wuruk," Sri Kertawardana menyebut nama anaknya meminta perhatian.

Hayam Wuruk tal sekedar memberikan perhatiannya. Hayam Wuruk menggeser tempat
duduknya lebih mendekat kepada ayahnya. . .

"Siapa yang menjadi pilihanmu untuk kelak menggantikanmu menjadi raja ,anakku?" tanya
Cakradara langsung ke persoalan utama .

pertanyaan itu benar -benar menyulitkan.

4. Climax (Puncak konflik)

Yang menjadi puncak konflik dalam cerita ini adalaah ketika Hayam Wuruk mengambil
keputusan untuk mengangkat Wiarabumi menjadi angeran Pati.
"Ibu," Hayamwuruk berkata tegas , "keputusanku untuk mengangkat Wirabumi sebagai raja
bukan berarti aku tidak menyayangi Kusumawardani. Aku justru tidak tega kepda
Kusumawardani apabila harus menaggung bebaan yang sangat berat mengurus negara ng
merupakan pekerjaan mengerikan. . . .(halaman 141).

Di bagian lain ditunjukan dengan sikap Permaisuri Sri Sudewi

"Kusumawardani," kata ibu " Selama hidup ibu merasakan kekecewaan yang betumpuk-
tumpuk dan harus menyembunyikan dengan rapat.Janganlah kau tambahi kekecewaan yang
ibu rasakan. Apa yang ibu lakaukan dengan menjodohkanmu adalah untuk kepentinganmu,
untuk masa depanmu. Jangan sampai sang Prabu mewariskan tahta pada elain dirimu. . .
.(halaman 225)

...

" Anak kecil pun tahu ", jawab Sri Sudewi dengan ketus "Penyerahan obor yang Tuanku
lakukan pada Breh Wirabumi adaalah sebuah isyarat , bahwa kedudukannya ditempatkan di
tempat yang sangat penting. Melalui penyeraahan obor itu bukankah Tuanku sedang melepas
sebuah isyaraat bahwa kelak Tuanku berencana menunjuk Wirabumi sebagai calon
pengganti Tuanku?" . . .(halaman 322)

5. Denauement (tahapan penyelesaian)

Pada bagian ini , Tokoh Prabu Hayam Wuruk mendapatkan masukan dari istri selirnya
Biniaji untuk tidak menyerahkan tampuk kekuasaan pada anak laki-lakinya Breh Wirabumi.

...

"Menurut hamba", kata Biniaji, "masih ada waktu lagi bagi tuanku untuk memperbaiki
keadaan , untuk mendinginkan suasana yang mulai gerah. Hamba yang berderajat rendah
telah mendapat kesempatan mendampingi Tuanku sudah merupakan karunia yang tiada
terkira, hamba tidak menginginkan yang lain. Hamba juga tidak sependapat jika Tuanku
berencana menempatkan Wirabumi sebagai Pangeran Pati. Apa arti kepuasan Tuanku
mengangkat Wirabumi sebagai kumararaja apabila penebusnya adalah sebuah perpecahan
(halaman 478)

B.4.LATAR CERITA DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Unsur latar dalam novel “Perang Paregrek 1” ini meliputi latar waktu, suasana, dan latar
budaya.

No. Latar Penjelasan


1. Waktu Novel ini menceritakan pada masa pemerintahan Kerajaan
Majapahit di bawah kepemimpinan Prabu Hayam
Wuruk.Yakni setelah tragedi Pasunda Bubat 1357.
Hal ini terlihat dalam ,
Semangat aksobya Gajah Mada berhasil membawa
Nusantara menjadi satu kesatuan yang utuh, beberapa
negara tetangga yang saling bermusushan antara satu dan
yang lainnya dihimabau untuk mau bersatu baumembau
menghadapi musuh yang sama , Tartar yang berusaha mati-
matian menyelinap kembali menanamkan pengaruhnya.. .
.(halaman 27).
...
Namun perjalanan Gajah Mada tidaklah mulus tanpa batu
sandungan. Bahwa untuk menyatukan seluruh wilayah
Nusantara apabila perlu memang harus dengan pemaksaan.
Gajah Mada kecewa karena di pekarangan sendiri, Sunda
Galuh justru tidak mau menyatakan bersatu . . .(halaman
27).
...
Adalah Prabu Hayam Wuruk yang ketika itu berusia 23
tahun merasa membutuhkan seorang permaisuri, dari banyak
pilihan jatuhlah pada Dyah Pitaloka Citraresmi yang cantik.
. . . (halaman 27-28).
...
Melihat dimana-mana prajurit telah mengepung, prajurit
Sunda yang jumlahnya tak lebih dari seratus orang itu
mengamuk. Prabu Maharaja Linggabuana terbunuh disusul
oleh istrina yang lampus diri.Dyah Pitaloka dengan senang
hati tanpa keraguan mengikuti jejak ibunya. . .(halaman 28).
...
Hayam Wuruk akhirnya menemukan cintanya kembali
kepada seorang gadis sederhana, . . . Biniaji . . . lahirlah
Breh Wirabumi . . .
Maka perebutan kekuasaan yang terjadi itu menjadi awal
Perang Paregrek. (halaman 29).
2 Latar Suasana Latar suasana yang tergambar dalam novel ini adalah
ketegangan, hal ini terlihat dalam ,

"Kamu berbicara dengan siapa dan tadi memanggil siapa,


Narapati?"

"Namaku bukan Jingga, bukan Minak Jingga," lanjut


Wirabumi dengan suara agak ditahan.

Tampak sekali betapa ia sedang jengkel. Seketika Gajah


Narapati terbungkam mulutnya.(halaman 31)

...

" Anak kecil pun tahu ", jawab Sri Sudewi dengan ketus
"Penyerahan obor yang Tuanku lakukan pada Breh
Wirabumi adaalah sebuah isyarat , bahwa kedudukannya
ditempatkan di tempat yang sangat penting. Melalui
penyeraahan obor itu bukankah Tuanku sedang melepas
sebuah isyaraat bahwa kelak Tuanku berencana menunjuk
Wirabumi sebagai calon pengganti Tuanku?" . . .(halaman
322)
3 Latar Budaya Dalam novel ini kental sekali dengan budaya jawa , hal ini
terlihat dalam penggalan berikut,
...
Pagelaran Tayub di rumah Mahisa Sura itu dilakukan
sebulan sekali ketika hari dan pasaran Sanaiscara Pahing
tiba, itu sebabnya di rumah Jagoboyo Mahisa Sura itu
disebut Pahingan. Bila hari Sanaiscara paing tiba, sejak
pagi bisa dipastikan Wirabumi pasti telah hadir di
Bendansari, membaurkan diri dalam acara apa pun , yang
saat malam tiba dilanjutkan menikmati suguhan beksan.
(halaman 39)
4 Latar tempat Dalam novel ini , ada beberapa tempat yang dijadikan latar
cerita:
a. Desa Bendansari
“ Tidak, Paman Mahisa Sura,” jawab Breah
Wirabumi,” ijinkan malam ini aaku menginap di
Bendansari. Aku ingin menikmati tembang yang
dialunkan Rumpaka dan Trini samapai terkantuk-
kantuk, . . . (halaman 36).
b. Istana Kerajaan Majapahit
Dari bagian istananya, mantan Prabu Putri Sri
Gitarja memandang ke arah timur. . . (halaman 89)
c. Alun-alun
Ribuan rakyat yang berkumpul di alun-alun serentak
berdiri ketika sebuah shangkakala ditiup melengking
(halaman 280)

B.5.SUDUT PANDANG DALAM NOVEL “PERANG PREGREK 1”

Dalam Novel ini penulis Langit Kresna Hariadi menempatkan dirinya pada posisi orang
ketiga serba tahu (author omniscient). Pengarang mengisahkaan ceritanya dengan
menggunakan kata “dia”, “mereka” atau nama pelakunya, dan dia terlibat dalam pribadi
pelakunya, mengetahui jalan pikiran/ kata hati pelakunya.

Breh Wirabumi menyimak ucapan ayahnya dengan penuh perhatian. Dari mendiang Dang
Acarya Nadendra, Breah Wirabumi mengetahui dengan lengkap bagaimana kisah Bubat itu
terjadi.

“Kau ayah persiapkan menjadi seorang raja, Wirabumi,” lanjut Hayam Wuruk,”itu pula
sebabnya ayah menginginkan hal-hal yang sempurna darimu.Benar apa yang dikatakan
mendiang pamanmu Gajah Mada, seorang raja harus bertulang kuat. Pamanmu Gajah
Mada amat menghayati hal itu, itu sebabnya dalam mengabdikan diri pada negara pamanmu
sampai mengumandangkan Hamukti Palapa di Bale Manguntur di hadapan nenek dan
kakekmu, bersumpah untuk berprihatin sepaanjang waktu, bahkan dengan tidak kawin”.
...

Pelan dan penuh penghayatan Breh Wirabumi mengangguk-angguk. Kecurigaannya pada


Gajah Narapati seketika terhapus. Menilik apa yang diucapkan ayahnya, telik sandi
yangmematainya itu pasti berada di antara penonton ketika semalam pagelaran tayub
diselenggarakan di rumah Jogoboyo . . .(halaman 67)

B.6.GAYA BAHASA DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Langit Kresna Hariadi benar-benar seseorang yang pintar mengolah kata, sehingga kalimat-
kalimat yang ada adalah kalimat yang indah dan syarat dengan makna. Selain menggunakan
gaya bahasa sehari-hari yang komunikatif , juga banyak menggunaan gaya bahasa
perbandingan dan personifikasi begitu kentara dalam novel “Perang Paaregrek 1” ini.
Sebagai contoh adalah sebagai berikut.

a. Personifikasi
Di arah barat matahari semakin doyong dan bahkan mulai menyentuh permukaan
tanah menyebabkan pekerjaan bergotong royong itu kemudian dihentikan . .
.(halaman 37).
...
Kilat muncrat memberikan cahaya namun sejatinya juga membelah hati. (halaman
59).
...
Jogoboyo meringkuk sambil menahan napas ketika hembusan angin begitu kuat
menerpa dan akhirnya memporakporandakan serpihan kayu, atap rumbia dan
menjebol pepohonan. (halaman 60).
b. Hiperbola
Namun suara gemuruh badai yang mempermainkan apa pun mengalahkan teriakan
gadis-gadis cantik penari tayub itu. (halaman 53)
...
Panas sang surya sangat mencekik memeras keringat siapa pun. Akan tetapi seberapa
besar pun deraajat panas yang disebar oleh Hyang Bagaskara tidak menyebabkaan
para kawula yang tumapah tuah di alun-alun di depan Bale Manguntur bergeser dari
sikap bergemingnya . (halaman 275).

B.7.AMANAT DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”

Seorang Langit Kresna Hariadi dalam Novel “Perang Paregrek 1” ini banyak menitipkan
pesan untuk kita pembaca. Bilakah kita mau memahami pesan ini sesuatu yang dapat menjadi
bahan perenungan untuk kita. Melalui tulisannya ini Langit Kresna Hariadi memberikan
suatu pembelajaran betapa mengerikannya akibat dari keegoisan , keserakahan, juga
kekuasaan. Apa pun namanya perebutan kekuasaan adalah memiliki dampak yang luar biasa
pada tingkah laku seseorang bahkan tingkah laku masyarakatnya.

C.UNSUR EKSTRINSIK DALAM NOVEL “PERANG PAREGREK 1”


Melalui tulisannya ini Langit Kresna Hariadi terlihat sekali betapa dia ingin sekali melurukan
sejarah. Dia ingin menyampaikan bahwa anak Prabu Hayam Wuruk dari istri selirnya Biniaji
yakni Breh Wirabumi adalah sosok manusia yang tidak hanya tampan namun juga
mempunyai keluhuran budi. Breh Wirabumi bukanlah Minak Jingga yang tergambar dalam
Serat Damarwulan sebagai sosok yang jelek rupa , bermuka merah, dan berjaalan pincang.

“ Aku tidak memiliki anak bernama Minak Jingga,” teriak Hayam Wuruk dengan suara yang
sangat keras dan lantang .(halaman 329).

...

“Dengar permaisuri,” kata Hayam Wuruk dengan suaara amat tertahan dan setengah
berbisik, “jangan sekali –kali kau panggil Breh Wirabumi dengan nama olok-olok itu . Siapa
pun yang berani melakukan itu, aku menjanjikan dadung yang kuat untuk menggantungnya
di alun-alun dengan disaksikan segenap raakyat. Belum lama berlalu , aku kehilaangan
seorang ibu dan Majapahit sedang berkabung, tega-teganya kau memintaku datang hanya
untuk mendengar olok-olok yang menyakiti hatiku .(halaman 329-330)

Nilai-nilai yang dapat diambil dari novel ‘Perang Paregrek 1 “ ini diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Berjalanlah di jalan yang benar

. . Mahisa Sura seorang perampok yang disegani.Untunglah di usia tua Mahisa


Sura terketuk hatinya untuk kembali ke jalan yang benar. . . (halaman 36).

2. Jangan mudah mengolok-olok orang,

. . . "Siapa yang dimaksut dengan Jingga?" bisik seorang petani yang berusia
muda.

...

"Apakah Wirabumi mempunyai nama lain?" kejar petani muda itu

"Minak Jinggo itu hanya olok-olok, kau lihat tadi beliau tampak tersinggung?"

3. Biasakan untuk menghargai orang lain

"Aku memohon Ibu berkemaahami piliahanku," kata Haayam Wuruk ,"Aku harus
menimbang dari banyak sudut. Untuk kepentingan masa depan Majapahit . .
.(halam 102).

4. Berani mengakui kesalahan dan bersikap satria

Gajah Mada yang akhirnya harus mengaakui kesalahannya melepaskan semua


jabatannya dan menyendiri di Madakaripura. . . .(halaman 106).
5. Gotong royong dan saling tolong menolong

Para prajurit yang datang menemani Raden Gajah tidak mau tinggal diam. Mereka
terusik melihat reruntuhan rumah Jogoboyo Mahisa Sura dan tetangganya.
Dengan ringan tangan mereka melibatkan diri melakukan banyak pekerjaan. . .
.(halaman 163).

6. Untuk selalu menjaga norma

"Betapa nista keadaanku", ucap Sri Sudewi dengan suara bergetar serak, "betapa
nista malam pertamaku dijaamah lelaki yang sedang berada daalam keadaan
mabuk yang tidak sadaar sepenuhnya dengan apa yang diperbuatnya, . . .(halaman
187).

Anda mungkin juga menyukai