Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sekar Chairunisa Regianti

Npm : A1A018116

Matkul : Kritik Sastra

Kritik Sastra Pada Novel Sebelas Patriot Menggunakan Teori Pragmatik

Dalam Novel ini Andrea Hirata mengajak pembacanya untuk mengenang jasa para
pemain PSSI yang gagah berani bagaikan seorang Patriot. Novel ini berkisah tentang
seorang anak yang bernama Ikal, yang bercita-cita menjadi pesepak bola Indonesia,
yaitu pemain bola PSSI. Keinginannya itu dikarenakan Ikal telah salah menilai sosok
ayahnya, yang dipandang hanya sosok ayah biasa. Awalnya, Ikal menganggap ayahnya
hanyalah seorang ayah kebanyakan yang bersifat sangat pendiam, pembawaannya yang
tenang, tidak pernah menuntut apapun pada siapapun, dan menyukai sepak bola
terutama PSSI.

Begitulah pandanga Ikal terhadap ayahnya. Namun ,Ikal mulai mencintai bola sejak dia
menemukan album foto yang disembunyikan oleh keluarganya. Karena rasa
penasarannya itulah dia terus mengungkap misteri sebuah foto yang terus membuatnya
penasaran. Sampai akhirnya ia berhasil mengetahui lelaki yang memengang sebuah
piala di dalam foto tua tersebut. Ternyata lelaki tersebut adalah ayahnya sendiri sewaktu
ayahnya berumur 13 tahun. Sejak itu dia juga sangat bangga dengan ayahnya sendiri.

Ayah Ikal sewaktu masa mudanya adalah seorang pemain bola yang sangat mahir
memainkan bola di lapangan hijau. Dia adalah salah satu dari 3 bersaudara yang
menjadi pemain sepak bola yang sangat disegani oleh penontonnya.Hal itu membuat
Belanda ketakutan dan melakukan politik dengan mengancam pelatih 3 saudara. Namun
3 bersaudara ini tidak menghiraukan ancaman itu dan pada bakak final si Bungsu yaitu
ayah Ikal berhasil mencetak 1 gol, sebagai gol kemenangan di pihak 3 bersaudara.
Sampai-sampai pihak Belanda melakukan kekerasan terhadap Tiga bersaudara dan
lelaki yang telah melatih klub mereka dengan kerja keras. Itulah sebabnya kaki kiri ayah
Ikal pincang sehingga tidak bisa bermain sepak bola lagi.
Kecintaan ayah pada PSSI, membuat Ikal bertekad untuk menjadi pemain PSSI yang
tangguh dan berjiwa Patriotisme seperti ayahnya. Dia berlatih keras untuk bisa menjadi
pemain PSSI, namun sayang, dia tidak bisa meraih cita-citanya itu.

Setelah cerita perjuangan Ikal untuk menjadi pemain PSSI. Cerita di novel ini beranjak
ke Spanyol semasa Ikal berkuliah di Universitas Sorbone, Perancis. Dalam
perjalanannya di Spanyol terdapat kisah seru ketika ia berjuang untuk mendapatkan
Kaos Real Madrid yang berisi tanda tangan asli Luis Figo. Dalam petualangannya
mencari kaos itu, ia juga pernah berfoto di samping mobil klub Barcelona FC. Dia
berusaha keras untuk mendapatkan. Dengan bekerja apapun untuk menambah uangnya
yang belum cukup untuk membeli kaos mahal itu. Kaos Madrid itu untuk diberikan
pada ayahnya yang sangat gemar terhadap tim Spanyol ini. Di Spanyol, ia juga bertemu
dengan seorang gadis yang bernama Adriana. Wanita bermata biru ini juga sangat
gemar dengan sepak bola. Ikal juga pernah menonton pertandingan antara Barcelona
dan Valencia. Itu pun berkat bantuan dari Adriana yang membelikannya tiket masuk
untuk menonton pertandingan seru itu. Setelah lama bekerja serabutan dan berhasil
menumpulkan uang yang cukup untuk membeli kaos Luis Figo. Lalu ia memberikan
kaos itu pada ayahnya yang sangat dia cintai.

Novel Sebelas Patriot merupakan novel yang mengisahkan tentang kecintaan seorang
anak kepada ayahnya serta kegigihannya dalam meraih mimpi-mimpi. Ikal merupakan
seorang anak laki-laki yang memiliki cita-cita untuk menjadi pemain bola yang handal.
Ikal terinspirasi dari ayahnya yang juga pemain bola yang hebat pada zamannya. Dari
situlah Ikal memperlihatkan bentuk kecintaannya kepada sang ayah dengan berniat
untuk menjadi seseorang yang dapat meneruskan perjuangannya, hal ini dapat dilihat
pada kutipan yang terdapat di halaman 36 “… jika ayah memang pernah bercita-cita,
cita-citanya pasti ingin menjadi pemain sepak bola untuk membela bangsanya, menjadi
pemain PSSI. Namun, jangan risau Ayah, ini aku, anakmu, akan menggantikanmu.Aku
akan menjadi pemain PSSI!”

Selain novel ini sangat patriotis tapi juga inspiratif karena melalui novel ini, pembaca
tidak hanya terinspirasi untuk menjadi gigih dalam mewujudkan cita-citanya, melainkan
juga menanamkan benih rasa memiliki akan negara tercinta, Indonesia, dan
meningkatkan rasa patriotisme. Novel Sebelas Patriot dapat menginspirasi banyak orang
dan mengangkat kejayaan sepak bola di Indonesia.

Novel yang terdiri dari 108 halaman ini sangat ringan untuk dibaca. Pada tiga bab
pertama saat membaca cukup merasa kesulitan untuk memahami jalan cerita novel ini,
karena novel ini menggunakan alur bolak-balik. Akan tetapi bacaan pada bab-bab
berikutnya, mulai mendapatkan benang merah dan maksud dari cerita dalam novel ini..
Bahasa yang digunakan pun sangat baik dan mudah dipahami, hal ini tentu membuat
pembaca menjadi khusyuk dalam menikmati jalan ceritanya.

Pada bagian belakang cover novel ini, Andrea menyampaikan sebuah pernyataan,
bahwa beliau mengangkat cerita perpaduan antara cita-cita seorang anak dan
persepakbolaan di Indonesia dengan maksud untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia
untuk mencintai cita-citanya dan mengajak agar orang Indonesia yang mencintai PSSI
agar bangga Patriot PSSI.

Kutipan :

“Namun, jangan risau Ayah, ini aku, anakmu, akan menggantikanmu.Aku akan
menjadi pemain PSSI!”

Kutipan diatas membuktikan bahwa novel ini inspiratif karena sang anak bercita-cita
menjadi pemain bola.

“Dadaku mengembang karena bangga memeluk seorang patriot.”

Kutipan novel diatas membuktikan bahwa novel ini novel patriotis .

“ Pada hari yang telah ditentukan si bungsu tidak hadir. Dia menolak bergabung
dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkang, dia 47 merasa telah membela
abang-abangnya, membela bangsanya. Itu sesungguhnya tindakan berani mati yang tak
terbayangkan akibatnya”

” … kisah Ayah dan kedua abangnya di lapangan hijau dan betapa mereka dulu
pernah menjadi inspirasi bagi banyak orang”

” Sebagai penutup, kami diminta mencium bendera merah putih”


Kutipan di atas bukti kecintaan terhadap bangsa yang ingin ditularkan oleh Andrea
Hirata kepada para pembacanya. Selain itu, sang pengarang ingin mengingatkan
pentingnya menunjukkan penghargaan pada simbol-simbol perjuangan yang dimiliki
Indonesia.

”.....Tapi kemudian kami dikumpulkannya untuk berdoa. Seperti biasa, doa pelatih
Toharun sebelum pertandingan sangat panjang karena tidak hanya doa agar tidak terjadi
kelaziman di lapangan sepak bola terhadap para pemain, wasit, penjaga garis dan
penonton, tetapi juga doa bagi keselamatan para pemimpin negara, doa bagi pahlawan
yang telah mendahului kita dan doa bagi kesejahteraan keseluruhan umat manusia”

Kutipan di atas membuktikan nilai religius yang terdapat dalam novel karena
diperlihatkan melalui sikap dan perilaku dari pelatih Toharun.

“Pelatih Toharun datang ke lapangan memakai pakaian training lengkap. Dia tampak
sangat sporty. Peluit tergantung dilehernya dan tanpa maksud yang jelas selalu
disempritnya.”

Kutipan di atas membuktikan nilai kedisplinan yang mana pelatih Toharun tidak main-
main dalam melatih anak didiknya. Salah satunya dengan cara berpakaian.

Anda mungkin juga menyukai