Anda di halaman 1dari 6

Resume Novel Para Pelukis Langit

Kode Produk

: DI36389

ISBN

: 9786022550167

Penulis

: Bung Pram

Penerbit

: Bening

Terbit

: November 2012

Supplier

: Diva Press

Edisi

: Cetakan Pertama

Kategori

: Novel Remaja

Cover

: Soft Cover

Dimensi

: 14 x 20 cm

Jumlah Halaman

: 410

Bahasa

: Bahasa Indonesia

Berat Produk

: 400 gr

Stok Produk

: Gudang Supplier

Harga

: Rp48.000,00

Pokok-Pokok Isi Buku :


Novel yang berjudul Para Pelukis Langit ini menceritakan tentang perjalanan hidup
anak-anak yang berjuang untuk mencapai cita-citanya. Cerita di dalam novel diambil dari

pengalaman penulis. Novel ini dikhususkan membawa pembacanya agar mengingat masamasa SD sampai kuliah, dan novel ini mengandung unsur humor sehingga tidak
menimbulkan rasa bosan ketika membacanya. Novel ini banyak nilai sejarah yang mungkin
sebelumya para pembaca tidak mengetahui sehingga ketika membaca kita mengetahui apa
saja cerita sejarah atau pun tempat-tempat bersejarah yang terdapat di Indonesia, serta ketika
membaca novel ini pembaca akan sadar betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila yang harus
kita pahami maknanya. Awalnya di dalam novel ini menceritakan tentang kesembilan anakanak yang menginjak ABG dari kecamatan arah barat daya Kabupaten Grobogan yaitu Suep,
Imam, Supri, Agus, Slamet, Darminto, Listanto, Kimon, dan Yogo yang bersekolah di SMPN
2 Kedung Jati yang mempunyai semangat dalam hal menuntut ilmu walaupun dalam keadaan
bangunan sekolah yang memprihatinkan dan hal itu tidak membuat semangat mereka luntur,
karena semangat tersebut didapat dari guru P4 mereka yang bernama Pak Katino yang selalu
mengajarkan jiwa Pancasila. Cerita ini menjadi sangat seru karena adanya tokoh Agus dan
Slamet (Duo Troublemaker) yang mempunyai ide cemerlang untuk selalu bersikap jahil.
Suatu hari mereka beserta Yogo ketahuan ketika mencuri mentimun di kebun belakang
sekolahnya dan Pak Joko selaku kepala sekolah menyuruh mereka untuk membuat kelompok
belajar, tapi kenyataannya mereka membuat geng yang bernama Obenk dan bermarkaskan di
Stasiun Tanggung dan di Rumah Mas Yanto yang berada di sebelah timur Stasiun Tanggung.
Sebagai tanda perkenalan geng ini mencorat-coret di setiap gang dengan kata-kata Obenk
dengan maksud agar nama geng mereka tidak kalah terkenal dengan geng Jacko yang sudah
terdahulu terkenal di desanya, dan hasilnya dalam waktu dekat nama Obenk sudah dikenal di
seluruh warga SMPN 2 Kedung Jati dan warga sekitar yang telah membaca tulisan Obenk di
tembok-tembok gapura di mana saja, sebagai rasa syukur geng Obenk mengadakan pesta
yang bertemakan berburu dan meramu. Bagi mereka tidak mudah untuk menjadi murid yang
rajin, tapi dengan adanya guru-guru yang selalu membimbing mereka yang selalu mengisi
jiwa muda mereka dengan menuntut ilmu, sungguh besar jasa para pahlawan tanpa tanda
jasa, mereka bagaikan malaikat-malaikat rahmat yang siap mengawal anak-anak SMPN 2
Kedung Jati dalam hal menuntut ilmu.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Yogo yang mempunyai dua adik, ayah yang
bekerja di kelurahan dan ibu seorang guru SD yang bertempat tinggal di Kecamatan
Tanggungharjo yang dahulunya kecamatan ini bergabung dengan Kecamatan Kedung Jati.
Ayahnya selalu membacakan cerita-cerita dongeng sebelum ia dan adik-adiknya tertidur, jadi
tidak salah apabila Yogo sangat piawai dalam hal bercerita tentang dongeng dan hal itu
menjadi keuntungan tersendiri karena Yogo bisa menjadi sumber rezeki bagi Yogo. Di dalam
kehidupan pasti tidak terlepas dari kata-kata cinta, begitu pula dengan Suep yang sangat
mudah jatuh cinta dan kali ini Suep sedang jatuh cinta dengan teman satu sekolahnya yang
bernama Ika Apriani. Suep mati-matian mencari cara untuk menaklukkan hati Ika sampai ia
rela pergi ke Samarang untuk mendapatkan resep cinta di Pasar Johar yang tepatnya di toko
buku loakan, ia mencari buku tentang surat cinta. Tanpa panjang lebar ketika sampai rumah
Suep langsung membuat surat cinta pertamanya dan keesokan harinya ia langsung
memberikan surat itu melalui Dewi teman terdekat Ika, setelah beberapa hari menunggu ia
mendapatkan surat balasan dari Ika yang ternyata surat balasan itu ditulis oleh ayahnya Ika.
Tak terasa sudah dua tahun mereka menuntut ilmu di SMPN 2 Kedung Jati, sebagai anak

laki-laki pastilah menyukai permainan sepak bola, begitu pula dengan geng Obenk, mereka
sangat menyukai permainan sepak bola, tapi bola yang mereka miliki adalah bola plastik
yang apabila sekali ditendang oleh kaki yang berukuran besar seperti mereka sangat
memungkinkan untuk berubah bentuk bahkan akan pecah, jadi mereka sangat berpikir keras
bagaimana cara mendapatkan bola yang layak untuk anak seusia mereka. Dengan bantuan ide
Agung dan Slamet maka terciptalah ide cemerlang untuk bisa mendapatkan bola tanpa harus
membeli, yaitu memanfaatkan bola milik sekolahan walaupun dengan cara yang bisa dibilang
licik tapi bagi geng Obenk segala hal yang menguntungkan akan menjadi halal. Bentuk
simbosis mutualisme sangat diperlukan untuk para pelajar, begitu pula dengan murid-murid
SMPN 2 Kedung Jati, dua hari yang lalu ketika pelajaran fisika yang membahas tentang
Hukum Gravitasi, Imam disuruh Pak Harno untuk menjawab soal yang berada di papan tulis
dan Imam sangat panik. Ketika Pak Harno keluar sebentar Gimo yang sangat pintar dalam
semua bidang khususnya di dalam ilmu fisika memberikan buku yang sudah ada jawabannya,
sesaat Gimo seperti malaikat tanpa sayap bagi teman-temannya karena ia selalu membantu
temannya apabila dalam keadaan kritis, dan Gimo tidak pernah meminta imbalan atas jasa
apapun yang telah ia berikan terhadap teman-temannya, maka di kelas II B dan Gimo
membentuk teori tentang persimbiosisan yaitu simbiosis Gimonisme yang berarti hubungan
yang saling tidak menguntungkan dan saling tidak merugikan secara lahir batin. Akan tetapi
merugikan sistem pendidikan. Suatu hari Imam ingin memberikan celana pramukanya kepada
Gimo dikarenakan Gimo tidak mempunyai celana pramuka tapi Iman tidak mau
memberikannya secara langsung, jadi melalui Yogo ia memberikannya, dan ternyata Gimo
menerima pemberian Imam dengan tangan terbuka. Setelah jumat depannya Iman dan Yogo
kaget setelah melihat Gimo masih memakai celana biru kubasnya dan baju pramuka, belum
sempat mereka bertanya Gimo menghampiri mereka dan berkata Celana Imam kemarin aku
berikan pada sepupuku, dia malu jika tiap jumat tak memakai celana pramuka. Sepupuku
lebih membutuhkannya kan?.
Di antara geng Obenk hanya Supri yang bercita-cita sebagai polisi yang belum
melakukan hal tersakral dalam hidup seorang laki-laki yaitu khitan. Jadi ia selalu diejek oleh
anak-anak dari geng obenk lainnya, dan akhirya di liburan caturwulan dua ia memutuskan
untuk khitan. Seperti lazimnya masyarakat jawa ada peraturan tertulis yang kental dengan
aura gotong royong, sinoman (memberikan sumbangan untuk acara hajatan. Biasanya
sumbangan akan dikembalikan jika si pemberi mempunyai acara di kemudian hari), dan
sambatan (membangun rumah dengan gotong royong). Dengan bergotong royong tersebut
maka acara khitan Supri berjalan dengan lancar, dan pada hari itu Supri resmi menjadi lakilaki sejati. Banyak budaya yang menyelimuti tradisi jawa, salah satunya adalah Apitan yang
merupakan perayaan terbesar dalam dikotomi sosiologis sebagai suku jawa yang menempati
sebua desa, ritual tahunan ini selalu menyedot perhatian setiap warga desa. Acara Apitan
terjadi hari Selasa Kliwon bulan Apit biasanya setiap desa menggelar perayaan-perayaan
kesenian, ada tayub, wayang, dan pengajian. Dan acara seperti ini hanya dilakukan setahun
sekali jadi sangat masuk akal jika warga desa sangat menikmati perayaan ini sampai pagi.
Setahun lebih Suep berusaha untuk mendapatkan pacar dan ia sangat berusaha matimatian untuk memburu cinta sejatinya tapi sampai saat ini Suep selalu gagal, kalau dulu ia

hanya mempunyai satu cara untuk menaklukan wanita yaitu dengan cara mengirimkan surat
cinta, tapi saat ini ia memiliki cara baru yaitu mengirimkan bunga pada setiap orang yang ia
sukai. Kali ini ia menyukai anak kelas dua yang bernama Sari dan yang menjadi jembatan
cintanya adalah Winarno. Melalui Winarno, Suep mendapatkan informasi tentang Sari dan
pada akhirya Sari meminta kepada Suep agar mengirimkan mawar biru, dan hal itu dipenuhi
oleh Suep. Keesokan harinya Sari mengirimkan sepucuk surat, walaupun kali ini Suep tidak
berhasil lagi tapi ia tidak putus asa karena ia sangat yakin bahwa cinta tidak harus memiliki.
Tak ada perdamaian tanpa peperangan, begitu pula dengan geng Obenk yang memakai
Stasiun Tanggung sebagai markas besar mereka, tapi kali ini Pak Supar penjaga stasiun tidak
memperbolehkan geng tersebut untuk nongkrong lagi di stasiun tersebut karena mereka selalu
ribut setiap kali mereka berkumpul, tapi geng Obenk tidak tinggal diam setelah diusir oleh
Pak Supar, mereka mencari cara agar bisa balas dendam dengan metode yang ekonomis dan
humoris, dan hal tersebut berkali-kali dilakukan mereka sampai Pak Supar benar-benar
menyerah karena citranya sebagai pegawai stasiun yang rajin dan berprestasi turun, akhirnya
ia memperbolehkan geng Obenk bisa menjadikan stasiun Tanggung sebagai markas besar
mereka lagi dengan syarat tidak boleh berteriak-teriak dan membuang sampah sembarangan.
Study tour merupakan hal yang sangat luar biasa bagi siswa SMPN 2 Kedung Jati.
Kali ini mereka study tour ke Jakarta. Untuk menambah uang saku, anak-anak Obenk
mencari pasir dan memindahkannya dari kali ke bak gerobak kemudian menampungnya dan
kemudian dijual ke penampungan. Selain itu mereka mencari belalang untuk dijual seharga
seratus rupiah per ekornya. Tak terasa satu minggu sudah berlalu dan tibalah anak kelas dua
SMPN 2 Kedung Jati berangkat untuk study tour. Kedatangan bus membuat semakin tak
sabar dan tak lupa Imam mengambil foto untuk diabadikan. Di antara kesenangan mereka
ternyata terselip satu kesedihan yaitu Gimo tidak dapat mengikuti study tour karena
perekonomiannya yang tidak mendukungnya untuk ikut. Hal yang paling mengharukan
adalah ketika bus berjalan pelan, Gimo mengikutinya dari belakang dan melambaikan tangan
sampai menghilang di tikungan, tak terasa titik air mata membasahi pipi Yogo. Selama di
perjalanan banyak teman-teman Yogo yang mabuk darat. Kira-kira pukul delapan para
rombongan sampai di Jakarta. Sesampainya di Jakarta sekitar pukul sembilan mereka sampai
di objek wisata yang pertama yaitu Planetarium, sesaat mata mereka terpukau ketika melihat
macam-macam rasi bintang di dalam satu ruangan. Secara keseluruhan acara study tour
mereka sukses walaupun ada beberapa daftar tujuan terlewatkan karena waktunya tidak
sesuai. Setelah dari Planetarium rombongan mereka menuju ke Lubang Buaya, di sana
mereka banyak melihat liku-liku diorama di museum. Di sana ada sebuah sumur di mana para
jenderal Pahlawan Revolusi dibenamkan dengan tidak berperikemanusiaan. Pada saat study
tour tersebut Yogo dan Supri membuat kekacauan sehingga membuat para guru dan temantemannya cemas dan mendapatkan tempelengan dari Pak Katino. Tak terasa waktu telah
mempertemukan mereka dengan yang namanya kelulusan. Tapi geng Obenk mendefinisikan
tentang EBTANAS adalah; belajar, bermain, berdoa, berusaha, melalui jalan apa pun asalkan
lulus. Dan metode tersebut berhasil meluluskan semua anggota Obenk, walaupun pada
dasarnya semua siswa SMPN 2 Kedung Jati lulus semua. Setelah lulus SMP para anggota
Obenk terpisah karena ada yang melanjutkan ke SMA Muhammadiyah, STM, SMA
Nusantara Gubug, SMA Mrapen, SMA 2 Semarang, dan ada juga yang tidak melanjutkan

karena hobinya yang suka mengotak-atik mesin sepeda motor. Walaupun demikian tapi sama
sekali tidak meluruhkan persahabatan geng Obeng untuk tetap berkumpul. Lulus SMP
membuat mereka semakin dewasa dan mempunyai cita-cita masing-masing, contohnya Imam
dan Narno yang ingin menjadi polisi, dan Yogo yang tidak ingin menjadi pegawai negeri
dengan alasan telah bosan melihat kegiatan kedua orang tuanya. Perjalanan arus globalisasi
membuat anggota Obeng ingin memiliki barang-barang yang berkualitas ekspor. Dan hal itu
ternyata membuat Yogo dan Suep tertipu dengan barang-barang bermerek dengan harga
murah yang dibelinya di Pasar Johar. Semenjak Obenk berdiri, tiga setengah tahun yang lalu,
mereka hanya merayakan tahun baru di Stasiun Tanggung. Tapi pada tahun ini mereka
merayakannya di Jogja. Tapi yang merayakan tahun baru di Yogja hanya Yogo, Narno, Pur
Jeprak dan Suep. Banyak hal yang mereka lihat ketika di Jogja, contohnya kapal yang berada
di dalam botol, es krim goreng, serta menonton bioskop. Sesampainya di desa mereka
menceritakan tentang semua yang mereka lihat di Jogja kepada anggota Obenk yang tidak
ikut, mereka yang mendengar tidak mempercayai apa yang telah diceritakan karena terlalu
mustahil.
Kisah cinta Suep masih berlanjut, setelah beberapa bulan ada yang aneh pada diri
Suep ternyata Suep telah mendapatkan pujaan hati yang bernama Fatma, gadis cantik berkulit
putih dan menjadi idola di SMA-nya. Saat itu para anggota Obenk tercengang dengan apa
yang telah disaksikannya karena Suep berhasil membonceng Fatma ketika malam minggu
dan menjadikannya sebagai pacar. Banyak yang bertanya-tanya mengapa Fatma menerima
cinta Suep, mereka bagaikan pasangan langit dan bumi. Dan pada saat itulah Suep dipercaya
untuk menggurui semua geng Obenk dalam hal percintaan dengan berpedoman buku cinta
yang ia beli di Pasar Johar ketika masih SMP.
Pada tahun 1998 semua anggota Obenk lulus SMA. Tapi lambat laun aura Obenk
meredup walaupun masih berdiri. Suatu malam yang paling syahdu, segenap anggota Obenk
beserta simpatisan berkumpul. Bagi anggota Obenk setelah lulus SMA merupakan fase-fase
yang menyadarkan bahwa mereka harus mengarungi angkasa untuk terus berburu, karena
mereka harus mendapatkan pekerjaan. Anggota Obenk terpencar dengan pekerjaan masingmasing, hanya Yogo dan Listanto yang bekerja di luar desa Tanggung. Yogo yang bekerja di
tempat Omnya memutuskan untuk pulang dan kembali ke desa Tanggung karena ia merasa
tidak menyukai pekerjaanya, Ayahnya pun menyuruh Yogo untuk kuliah di tahun depan.
Senin, 7 September 1999 Yogo berhasil menjadi mahasiswa baru yang mengambil
jurusan akutansi yang dipilihkan oleh Ayahnya. Beberapa bulan kuliah dengan hanya
bermain-main setelah melihat IP-nya 1,9, Yogo berniat untuk mencari jati dirinya dengan cara
mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Selama Latihan Dasar
Kepemimpinan Yogo mulai menemukan jati dirinya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama
ketika ia bertemu temannya yang bernama Firman setelah mengajarkan tentang bisnis, dan
pada saat itulah Yogo berniat untuk membuat usaha kecil-kecilan. Pada bulan pertama dan
kedua usaha Yogo bisa dikatakan berhasil, tapi pada bulan ketiga usaha Yogo mengalami
kemacetan dan keadaan tersebut membuat Yogo menjadi frustasi karena dompetnya semakin
menipis. Setelah banyak belajar dari berbagai macam buku tentang marketing Yogo

memutuskan lagi untuk membangun usaha di bidang media massa yaitu dengan berjualan
koran dengan temannya Amir. Satu minggu berjalan usaha mereka menurun, pada saat itu
Yogo memutuskan untuk tidak ingin lagi berjualan koran, tapi hal itu tidak jadi mereka
lakukan setelah bertemu dengan Pak Heru. Keesokan paginya ternyata Pak Heru menepati
janjinya. Pagi itu ketika Yogo menggelar dagangan, ia ditemui oleh laki-laki tua yang
kemudian memberikan kartu namanya dengan alasan ia yakin bahwa Yogo akan menjadi
penulis. Banyak hal yang ia dapat selama berjualan koran.
Kesuksesan yang baru saja ia genggam ternyata lenyap seketika karena ayahnya sakit
hampir satu bulan. Jadi ia harus pulang kampung dan meninggalkan pekerjaannya untuk
sejenak. Tapi hal itu tidak menyurutkan tekad Yogo karena ia yakin bahwa no risk no fun.
Suatu hari Yogo diberi pelajaran gratis tentang nilai kehidupan dari temannya yang bernama
Askal, ia sangat terkesan dengan Askal karena pandangannya tentang menjalani hidup. Hal
yang paling membuatya semakin menjadi orang yang tidak berguna ketika ia melihat semua
teman seangkatannya melakukan wishuda.
Akhirnya Yogo setelah ditinggal ayahnya meninggal ia mencari ilmu di kaki Kelud
selama enam bulan, dan banyak hal yang tak terduga yang ia dapatkan di sana dan ia bertekad
untuk mengambil gelar sarjananya ketika mendengar kata-kata Ridho Tidak dikatakan
sarjana sebelum membaca minimal seribu judul buku. Dan tekadnya yang kedua adalah
menciptakan karya besar berupa novel untuk menggantikan gelar sarjannya. Banyak lika-liku
yang dihadapi Yogo ketika membuat novel pertamanya yang berjudul Sarjana, sampai-sampai
ia sakit. Setelah selesai ia mengantarkan novel pertamanya tersebut di berbagai kantor
penerbit. Walaupun novel pertamanya ditolak tapi ia tetap membuat novel keduanya dan
berharap dapat diterbitkan. Persahabatan telah membuat Yogo untuk berdiri kembali. Setelah
ia pulang kampung ternyata ia masih diingat oleh semua anggota Obenk. Banyak hal yang
telah berubah pada teman-tamannya , termasuk sudah ada yang menikah dan mempunyai
anak.
Kelebihan Buku :

Banyak ilmu-ilmu yang terkandung di dalam novel ini, karena banyak unsur sejarah
yang membuat pembaca dapat mengingat pada zaman tersebut.

Novel ini dapat memberi inspirasi sehingga dapat memotivasi para pembacanya.

Banyak pesan moral yang terkandung di dalam novel ini.

Pemilihan kata yang tepat sehingga dapat dibaca oleh semua kalangan.

Novel ini juga dibumbui oleh cerita-cerita yang lucu dan jenaka yang membuat
pembaca tidak akan bosan membacanya

Nama : Rohmad Rifai


Kelas : XII-IA 3
No.

: 28

Anda mungkin juga menyukai