Anda di halaman 1dari 4

NAMA: SRI RAHAYUNINGSIH

NO: 33

KELAS: XII MIPA 1

Interpretasi Pandangan Pengarang Novel Garis Waktu Karya Fiersa


Besari

Sesuai yang telah diteliti dalam novel ini, terdapat banyak ungkapan kata yang

bermakna dalam bagi pembaca. Membawa pembaca pada alur cerita yang
dirasakan penulis. Kembali pada realita yang terjadi, luka pasti pernah dirasakkan
oleh kebanyakan orang bahkan setiap orang.

“Pernakah kau ada di titik dimana hidupmu begitu teratur, melakukan segala

yang kau mampu untuk menjadi ‘seragam’, berharap semua kan baik-baik

adanya, namun tetap merasa ada yang hilang ? Seolah, ada satu kepingan puzzle

yang tak juga melengkapi teka-teki yang kau ciptakan sendiri.”

Pada kutipan novel disurat pertama yang ditulis, begitu jelas penulisan merasakan
kelilangan. Sama halnya saat kita baru saja bahagia lalu seketika bahagia kita
menghilang. Kebanyakan orang dalam kenyataannya pastui pernah merasakan hal
semacam itu. Selain kutipan diatas masih banyak lagi kutipan yang menjelaskan
tentang bagaimana perjalanan luka itu dapat ditempuh hingga mampu
mengikhlaskan luka tersebut dalam hidupnya. Sesuai dengan rumusan masalah
penelitian ini, mengenai teori

Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari yang mengulas tentang perjalanan sebuah
luka. Filsafat ilmu mengenai pengungkapan kebenaran yang sesuai dengan
senyatanya berjalan. Luka yang dialami sosok Aku pada novel tersebut,
kebanyakan juga dirasakan oleh kalangan remaja yang mungkin sedang
mengalami patah hati yang menyisakan luka pekat dalam dirinya.

”Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu

adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.”

Sepotong sinopsis dari novel “Garis Waktu” karya Fiersa besari ini memiliki makna
dalam yang dapat ditangkap oleh pembacanya. Kebanyakan bisa membuat si
pembaca bernostalgia pada masa lalu hingga terbawa perasaan. Bahkan, untuk
pembaca yang mungkin sedang merasakan jatuh cinta mengharapkan kekasihnya
menaruh perasaan yang sama, sedang ditolak ataupun dikhianati, atau sedang
memendam perasaan pada seseorang.

“Untuk menjadi jujur, itulah yang sulit. Setidaknya, jujur kepada diri

sendiri. Melakukan hal-hal yang memang diinginkan oleh hati nurani,

meski harus dihina oleh orang lain.”(halaman 27). “Di hidup kita yang

cuma satu kali ini, apa perlu membuang waktu dengan mengurusi yang tidak
perlu, menghakimi yang kita tidak tahu, dan memusuhi hal yang

tidak kita mengerti?”(halaman 100).

Tidak hanya soal pesan-pesan percintaan, tetapi juga pesan untuk menjadi diri
sendiri dalam menjalin suatu hubungan dengan seseorang. Untuk menikmati
hidup, perlu memanfaatkan waktu dengan melakukan hal yang kita sukai, karena
hidup ini hanyalah satu kali. Tidak tenggelam dalam kepopuleran, tidak membalas
kebencian dengan kebencian, serta tidak larut dalam dendam.

“Kita pernah sekuat tenaga berjuang menyatukan perbedaan, meski

diakhiri dengan kerelaan untuk menyerah. Diantara perjumpaan dan

selamat tinggal, kau dan aku pernah menjadi kita.” Mampu dipahami dalam
kutipan tersebut bahwa si penulis terpatahkan hatinya dan mendapat luka
kehilangan pada seseorang yang berharga dalam hidupnya. Segala sesuatu yang
pernah di jalani dengan penuh perjuangan dengan rasa sabar akan menjadikan
kenangan, walaupun terpatahkan hatinya dan mendapat luka kehilangan pada
seseorang yang berharga dalam hidupnya. Sesuai dengan nyatanya telah di
tinggalkan begitu saja, tetap saja tak bisa dipungkiri bila terlanjur ada cerita yang
entah itu manis dan sepahit apapun itu antara sosok Aku dan Kau yang pernah
menjadi Kita.

“Garis waktu mendewasakan kita berdua dengan perjalanannya yang

ajaib. Sekarang baru kulihat gambaran besarnya. Tuhan tidak pernah

mengutusmu untuk menyempurnakanku. Tuhan hanya mengutusmu

sebagai guru sebelum aku bertemu dengan pendamping hidupku yang

sebenarnya. Darimu aku belajar untuk mendamba, berharap,jatuh cinta,

patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu melangkah lagi.”

Manusia biasa memiliki batas sabar akan apa yang terjadi dalam hidupnya. Segala
macam cobaan hidup yang menguji batin dan hati manusia akan membuat
manusia itu sendiri menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.Belajar hal berharga
untuk lebih baik dari masa lalu. telah diciptakan berpasang-pasangan, jadi yakin
saja jodoh tidak akan kemana. Belajar dari masa lalu untuk menjadikannya
pengalaman berharga untuk melangkah pada masa yang akan datang. Semua rasa
luka yang pernah ada dalam diri.

KESIMPULAN

Pada novel “Garis Waktu” karya Fiersa Besari ini mengungkapkan kisah nyata si

penulis tentang perjalanan menghapus sebuah luka, mulai dari bagaimana luka itu
pekat pada

dirinya, bagaimana dia bertahan dengan sebuah luka, terus bersabar akan setiap
prosesnya

hingga dia mampu mengikhlaskan luka untuk menjadikannya pelajaran hidup


yang mampu ia
petik dari segi positifnya. Serta menyadarkan bahwa terlalu larut dalam luka juga
tidaklah

baik untuk dirinya. Sehingga mampu menempuh kehidupan di depan yang masih
panjang

dengan masa lalu yang dijadikannya pengalaman berharga dalam hidupnya.


Begitu kuatnya

kesabaran hati dalam menghadapi sebuah luka. Namun, selalu yakin bahwa
rencana Tuhan

pasti yang terbaik untuk kita. Berfikir positif pada setiap rencana Tuhan, karena
Tuhan maha

adil dan sudah mengatur segala rencananya dengan baik. Terlalu larut dalam luka
juga

tidaklah baik untuk dirinya, sehingga mampu menempuh kehidupan di depan


yang masih

panjang dengan masa lalu yang dijadikannya pengalaman berharga dalam


hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai