Kelompok 2
Baharuddin (1855041018)
Rindiani (1855042005)
T. A 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
menganugerahkan begitu banyak limpahan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ilmiah ini secara maksimal dan optimal. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tersampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wassalam yang telah
begitu banyak mengajarkan kebijakan dan menyebarkan ilmunya pada semua umatnya.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber serta bantuan dari berbagai pihak. Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Teori dan Apresiasi
Drama” serta untuk menambah wawasan Pembaca mengenai “Perkembangan Drama di
Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hajrah, S.S., M.Pd. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Teori dan Apresiasi Drama sekaligus dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun Kelompok II
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran............................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Perkembangan Drama di Indonesia......................................................................................3
1. Periode Drama Melayu-Rendah........................................................................................3
2. Periode Drama Pujangga Baru..........................................................................................4
3. Periode Drama Zaman Jepang..........................................................................................4
4. Periode Drama Sesudah Kemerdekaan.............................................................................4
5. Periode Drama Mutakhir...................................................................................................4
B. Perkembangan Teater di Indonesia.......................................................................................5
1. Teater Indonesia Periode 1920-an.....................................................................................6
2. Teater Indonesia Periode 1930-an.....................................................................................6
3. Teater Indonesia Periode 1940-an.....................................................................................6
4. Teater Indonesia Periode 1950-an.....................................................................................7
5. Teater Indonesia Periode 1960 – 1970-an.........................................................................7
6. Teater Indonesia Periode 1980 – 1990-an.........................................................................7
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan penulis lakukan yaitu bagaimana perkembangan drama di
Indonesia dan Bagaiamana kondisi drama dan teater yang mengalami perkembangan di
Indonesia.
1
C. Tujuan Pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
Drama yaitu suatu karya sastra yang dirancang untuk dipentaskan di panggung
oleh para aktor di pentas. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru, seiring
dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an.Sastra drama
di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901, oleh seorang peranakan
Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu babak berjudul Lelakon Raden
Beij Soerio Retno. kemudian bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa
Melayu Rendah yang ditulis oleh para pengarang peranakan Belanda dan/ atau Tionghoa.
Sejarah perkembangan drama di Indonesia dipilah menjadi sejarah perkembangan
penulisan drama dan sejarah perkembangan teater di Indonesia. Sejarah perkembangan
penulisan drama meliputi:
1) Periode Drama Melayu-Rendah
2) Periode Drama Pujangga Baru
3) Periode Drama Zaman Jepang
4) Periode Drama Sesudah Kemerdekaan
5) Periode Drama Mutakhir.
3
2. Periode Drama Pujangga Baru
Dalam Periode Drama Pujangga Baru lahirlah Bebasari karya Roestam Effendi
sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia. Bebasari
adalah drama yang mempropogandakan gagasan kemerdekaan sebagai lakon
simbolis.
Dalam Periode Drama Zaman Jepang setiap pementasan drama harus disertai
naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dengan adanya
sensor ini, di satu pihak dapat menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru
memacu munculnya naskah drama. Perkembangan drama boleh dikatakan praktis
berubah ke arah lain ketika pada awal tahun 1940-an para pemerintah Jepang
menguasai militer Indonesia dan menentukan dengan tegas bahwa segala jenis seni,
tak terkecuali pertunjukkan, harus dipergunakan sebagai alat propaganda untuk
mendukung gagasan Asia Timur Raya. Dalam Periode Drama Zaman Jepang setiap
pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu
sebelum dipentaskan, dengan adanya sensor ini, di satu pihak dapat menghambat
kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah drama. Drama pada
masa ini hanya dipergunakan sebagai alat propaganda untuk mendukung gagasan
Asia Timur Raya.
Pada Periode Mutakhir peran TIM dan DKJ menjadi sangat menonjol. Terjadi
pembaruan dalam struktur drama. Pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot,
nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas identitasnya, dan bersifat nontematis. Penulis-
penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, dan
Riantiarno.
Istilah teater belum muncul di Indonesia pada tahun 1920-an. Istilah yang ada pada
waktu itu adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda, Het Tonee). Istilah sandiwara
konon diungkapkan kali pertama oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata
sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi berarti rahasia, dan wara atau warah yang
berarti pengajaran. Menurut Ki Hajar Dewantara, sandiwara berarti pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang (Harymawan, 1993:2).
Pada masa itu, rombongan teater menggunakan nama Sandiwara sementara cerita
yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada zaman pendudukan Jepang dan
permulaan zaman kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater
bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah zaman kemerdekaan (Kasim Achmad,
2006:34).
- Teater Tradisional
Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional,
sebagai lawan dari teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa
naskah (bersifat improvisasi). Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang
tampat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didearah – daerah di seluruh
Indonesia.
1) Teater Rakyat
2) Teater Klasik
- Teater modern/ transisi
Teater transisi disebut juga sebagai teater modern. Teater transisi
dilatarbelakangi oleh pengaruh budaya lain sehingga memberi sentuhan warna
yang berbeda. Unsur teater transisi terdiri atas teknik teater barat yang mana pada
masa itu dilakoni oleh orang Belanda pada tahun 1805.
Pertunjukan teater transisi pada masa kolonial Belanda menjadi salah satu
alasan berdirinya gedung Schouwburg atau Gedung Kesenian Jakarta di tahun
5
1821. Teater transisi mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia pada tahun
1891 atau bertepatan dengan berdirinya Komedie Stamboel di Surabaya.
Tidak hanya sampai di situ saja, teater transisi terus mengalami
perkembangan hingga berdirinya The Malay Opera Dardanella atau Sandiwara
Dardanella. Teater tersebut didirikan oleh Willy Klimanoff di tahun 1926. Tak
lama setelahnya, perkembangan teater transisi terus bermunculan hingga zaman
penjajahan Jepang seperti Sandiwara Orion, Komidi Bangsawan, dan lainnya.
Teater pada masa ini merupakan lanjutan dari periode sebelumnya yang
bertemakan perjuangan. Akan tetapi, terdapat tambahan warna dengan sentuhan cerita
kerajaan dan kisah mistis.
Beberapa di antaranya adalah Keris Empu Gandring yang ditulis oleh Imam
Supardi, Hantu yang ditulis oleh Mr. Singgih, dan Nyai Blorong yang ditulis oleh Dr.
Satiman Wirjosandjojo.
Selain itu, Ir. Soekarno juga berkontribusi terhadap perkembangan teater di
Indonesia di masa pengasingannya ke Bengkulu. Beliau menuliskan lakon Dr. Setan,
Kriukut Bikutbi, dan Rainbow di tahun 1927.
Pada periode ini, teater berkreasi dengan menggabungkan unsur tarian, dagelan,
dan unsur etnis lainnya. Beberapa karya terkenal di masa ini di antaranya adalah
Paman Vanya oleh Anton Chekhov, Biduanita Botak dan Badak-badak oleh Ionesco
di tahun 1960, Pangeran Geusan Ulun oleh Saini KM di tahun 1961, Teater Teror,
dan Teater Koma.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan drama dan teater di Indonesia pada
masa ke masa mengalami perkembangan karena adanya beberapa faktor/ pendukung
yang mengakibatkan mengalami perkembangan.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk memahami baik dan benar isi makalah ini
sehingga tujuan makalah ini dapat tercapai yaitu untuk mengetahui perkembangan drama
dan teater di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://thefiveklm.blogspot.com/2017/02/dramadimaksudkan-sebagai-karya-sastra.html?m=1
diakses pada 6 September 2020.
https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/01/sejarah-perkembangan-drama-dan-
teater.html diakses pada 6 September 2020.
https://dafikurrahman-mashor.blogspot.com/2012/05/perkembangan-teater-di-indonesia.html
diakses pada 6 September 2020.