Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS BENTUK GAYA BAHASA PADA NASKAH DRAMA

“PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

IMAN ANUGRAH

STB. 220 502 010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Perumusan Masalah......................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian........................................................................................4

II. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................5

A. Tinjauan Umum Drama................................................................................5

B. Tinjauan Umum Gaya Bahasa....................................................................10

C. Penelitian Relevan.......................................................................................13

D. Pendekatan Penelitian.................................................................................14

III. METODE DAN JENIS PENELITIAN.......................................................15

A. Metode Penelitian.......................................................................................15

B. Jenis Penelitian............................................................................................15

C. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................15

D. Data Dan Sumber Data...............................................................................15

E. Teknik Pengumpulan..................................................................................16

F. Teknik Analisis Data...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tertulis untuk

mencapai banyak sasaran dan tujuan. Bahasa secara umum adalah alat

komunikasi untuk berinteraksi dalam hubungan sosial bermasyarakat.

Seseorang dapat mengungkapkan atau mengekspresikan ide, pikiran,

pengalaman dan perasaan yang dimiliki dengan bahasa. Ekspresi-ekspresi,

ide-ide, gagasan-gagasan dapat juga diwujudkan melalui karya sastra salah

satunya adalah drama.

Drama adalah salah satu karya sastra yang mengungkapkan cerita

melalui dialog-dialog para tokohnya. Pada umumnya, drama dibagi ke dalam

babak-babak. Babak adalah bagian dari drama yang merangkum semua

peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Suatu babak

biasanya dibagi lagi dalam adegan berisi tentang peristiwa yang berhubung

dengan datangnya atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita ke atas

pentas.

Dalam suatu drama terdapat berbagai bentuk dan fungsi gaya bahasa.

Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam

bertutur atau menulis. Cara-cara tertentu yang digunakan seorang pengarang

untuk menuturkan hal yang ada di dalam pikiran dan perasaannya, serta

menuangkan ekspresinya biasanya dengan gaya bahasa. Seorang pengarang

menggunakan gaya bahasa berharap pesan yang hendak dikirimkan akan

sampai dan memberi pengaruh juga kesan kepada pembaca.

1
Dalam sejarah perkembangannya, drama di Indonesia dibagi atas lima

periode yaitu periode drama Melayu-Rendah, periode drama Pujangga Baru,

periode drama Zaman Jepang, periode drama sesudah kemerdekaan dan

periode drama mutakhir. Dalam Periode Melayu-Rendah, penulis lakonnya

didominasi oleh pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa

peranakan. Dalam Periode Drama Pujangga Baru lahirlah “Bebasari” karya

Roestam Effendi sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh

pengarang Indonesia. Dalam Periode Drama Zaman Jepang, setiap

pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu

sebelum dipentaskan. Dengan adanya sensor ini, di satu pihak dapat

menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah

drama. Pada Periode Drama Sesudah Kemerdekaan, naskah-naskah drama

yang dihasilkan sudah lebih baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada saat itu penulis drama yang

produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye

dan Rendra. Pada Periode Mutakhir, peran Taman Ismail Marzuki

(TIM) dan Dewan Kesenia Jakarta (DKJ) menjadi sangat menonjol karena

terjadi pembaharuan dalam struktur drama. Pada umumnya tidak memiliki

cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas identitasnya, dan bersifat

nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Putu

Wijaya, Riantiarno, dan Arifin C. Noer.

Salah satu penulis lakon drama periode mutakhir adalah Arifin C. Noer.

Arifin C. Noer merupakan penulis naskah drama juga sutradara yang beberapa

2
kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik dan penulis

skenario terbaik. Naskah karyanya, Lampu Neon atau Nenek Tercinta, telah

memenangkan sayembara Teater Muslim tahun1987. Saat berkuliah di

Universitas Cokroaminoto, ia bergabung dengan Teater Muslim yang

dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan

mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968. Naskah lakon Kapai-Kapai yang

ditulis tahun 1970, terpilih sebagai salah satu karya dalam antologi seratus

tahun drama Indonesia yang diterbitkan Yayasan Lontar, diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris dengan judul Moths. Selain Kapai-kapai, ada Banyak

naskah drama yang telah ditulis pria kelahiran cirebon ini, salah satunya

naskah drama yang berjudul “Pada suatu hari”.

Pada Suatu Hari menceritakan tentang dua orang Kakek dan Nenek

yang hidup bahagia di sebuah rumah dengan hanya ditemani Joni, pembantu

mereka. Dua anaknya, Novia dan Nita telah berumah tangga dan hidup

terpisah dengan mereka. Suatu hari tokoh Nenek marah pada tokoh Kakek

karena seorang janda bernama Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan

pacar tokoh Kakek. Saat Nyonya Wenas datang, tokoh Joni membuat

minuman kesukaan Nyonya Wenas dan mengatakan bahwa tokoh Kakeklah

yang telah menceritakan berbagai kesukaan Nyonya Wenas pada tokoh Joni.

Melihat dan mendengar hal ini, tokoh Nenek pun marah pada tokoh Kakek.

Klimaks konflik ini terjadi ketika Nenek tidak mau menerima penjelasan

Kakek tentang hubungannya dengan Nyonya Wenas. Kakek menjelaskan

3
bahwa antara dirinya dengan Nyonya Wenas sudah tidak pernah terjadi apa-

apa lagi. Akhirnya, tokoh Nenek ingin bercerai dengan tokoh Kakek.

Drama ini sangat menarik untuk dijadikan sebuah penelitan tentang

gaya bahasa. Pengarang dalam setiap naskahnya memiliki khas tersendiri,

memiliki gaya bahasa yang beragam salah satunya adalah naskah drama yang

berjudul “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer. Naskah drama ini terdiri

dari 31 halaman. Dalam naskah drama ini ditemukan berbagai macam variasi

gaya bahasa dalam dialog-dialog. Sehingga, penulis memutuskan untuk

mengambil judul “Analisis Bentuk dan Fungsi Gaya Bahasa Pada Naskah

Drama Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noer”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah: Apakah bentuk gaya bahasa dalam naskah drama “Pada

Suatu Hari” karya Arifin C. Noer?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis bentuk gaya bahasa

dalam naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi pembaca terhadap

aspek dalam karya sastra, terutama gaya bahasa yang terdapat pada naskah

drama.

4
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Drama

Kata drama berasal dari bahasa Greek; tegasnya dari kata kerja dran

yang berarti “berbuat, to act atau to do”. Demikianlah dari segi etimologinya,

drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap

karangan yang bersifat drama. Maka tidak usah kita heran kalau Moulton

mengatakan bahwa “drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life

presented in action) ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa

“drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”

(Slametmuljana dalam Tarigan, 1985: 70). Jadi, drama adalah sebuah cerita

yang membawakan tema tertentu dengan dialog dan gerak sebagai

pengungkapannya.

Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya

memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan diantara tokoh-

tokoh yang ada (Budianta dkk., 2002: 95). Dalam pertunjukkan drama, yang

paling penting adalah dialog atau percakapan yang terjadi di atas panggung

karena dialog tersebut menentukan isi dari cerita drama yang dipertunjukkan.

Pada umumnya drama mempunyai pengertian dan bentuk yang hampir

sama, tidak ada perbedaan yang menyolok dan tidak terlalu tajam antara

drama di Eropa maupun di Indonesia. Agar dapat lebih mudah dalam

mengevaluasi maupun memahami cerita drama, harus mengetahui juga unsur-

unsur drama. Dari uraian-uraian di atas telah disebutkan beberapa unsur-unsur

drama, diantaranya alur dan dialog. Dalam Hasanuddin (1996: 75)

5
menyatakan di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita,

sebagaimana terdapat di dalam fiksi. Alur di dalam drama lebih dapat

ditelusuri melalui motif yang merupakan alasan untuk munculnya suatu

peristiwa. Meskipun dalam menulis pengarang dapat mempergunakan

kebebasan daya ciptanya yang dimilikinya, ia tetap harus memikirkan

kemungkinan dapat terjadinya laku (action) di pentas. Faktor laku merupakan

wujud lakon, dan motiflah yang merupakan landasannya.

1. Unsur Intrinsik Drama

a. Plot atau Alur Drama

Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga

akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang

berlawanan. Menurut Wiyanto (2002: 24), secara rinci, perkembangan

plot drama ada enam tahap, yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis,

resolusi, dan keputusan.

1) Eksposisi Tahap ini disebut pula tahap perkenalan, karena

penonton mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan

ditontonnya meskipun hanya dengan gambaran selintas. Wujud

perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton

pada situasi awal lakon drama.

2) Konflik Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok.

Dalam tahap ini mulai ada insiden (kejadian). Insiden pertama

inilah yang memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan

konflik yang menjadi dasar sebuah drama.

6
3) Komplikasi Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan

konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan

yang kait-mengait, tetapi semuanya masih menimbulkan tanda

tanya.

4) Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya

(klimaks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan

puncak ketegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks

berarti titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis

(pemeran kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan).

5) Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan

keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai

tampak jelas.

6) Keputusan Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan

sebentar lagi cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka

tontonan drama sudah usai (bubar).

7) Plot dalam drama berfungsi (1) untuk mengungkapkan buah

pikiran penulis teks, (2) menangkap, membimbing dan

mengarahkan perhatian pembaca atau penonton, (3)

mengungkapkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita.

Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut sehingga

membentuk sebuah plot, pembaca mungkin akan menggarapnya

berdasarkan urutan waktu maupun urutan sebab akibat.

b. Dialog

7
Dialog adalah ekspresi yang diungkapkan oleh tokoh lewat

media bahasa. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung

karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan plot lakon

drama. Dialog dapat terjadi antara dua tokoh atau lebih yang

memperlihatkan perilaku atau watak masingmasing tokoh. Pada

umumnya peranan dialog dalam teks dramatik adalah untuk

menghidupkan tokoh atau membangun tokoh, watak, ruang, waktu dan

lakuan. Dalam dialog biasanya ada interaksi timbal balik atau ada

reaksi dari lawan main. Hal ini yang sebagai ciri dan fungsi dari

dialog.

c. Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama.

Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi

cerita yang menarik (Wiyanto, 2002: 23). Sedangkan Waluyo (2001:

24) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang terkandung

dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut

yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan

sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut

pandangan ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh

pengarang tersebut.

d. Latar

Waluyo (2002: 23) menyatakan bahwa latar atau tempat

kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Wiyatmi (2006: 51)

8
menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu dan

suasana yang akan ditunjukkan dalam teks samping. Untuk memahami

latar, maka seorang pembaca naskah drama, juga para aktor dan

pekerja teater yang akan mementaskannya harus memperhatikan

keterangan tempat, waktu, dan suasana yang terdapat pada teks

samping atau teks non dialog.

e. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis

kepada pembaca naskah atau penonton drama (Wiyanto 2002: 24).

Pesan itu tentu saja tidak saja disampaikan secara langsung, tetapi

lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau

penonton dapat menyimpulkan, pelajaran moral apa yang diperoleh

dari membaca atau menonton drama itu. Amanat sebuah drama akan

lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu

biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis.

2. Unsur Ekstrinsik Drama

Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar

teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut.

Unsur-unsur itu antara lain biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah

hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masayarakatnya yang dianggap

dapat memberikan masukan yang menunjangnya penciptaan karya drama

tersebut.

3. Ragam Drama

9
Secara Pokok ada lima jenis drama, yaitu: tragedi, komedi,

tragikomedi, melodrama, dan farce. Drama tragedi adalah lakuan yang

menampilkan sang tokoh dalam kesedihan, kemuraman, keputusasaan,

kehancuran, dan kematian. Drama komedi adalah lakon ringan yang

menghibur, menyindir, penuh seloroh, dan berakhir dengan kebahagiaan.

Tragikomedi adalah gabungan antara tragedi dan komedi. Melodrama

adalah lakuan tragedi yang berlebih-lebihan. Dan force adalah komedi

yang dilebih-lebihkan.

B. Tinjauan Umum Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan

istilah stlye. Kata Stlye diturunkan dari kata latin stilus yaitu semacam alat

untuk menulis pada lempengn lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan

mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu

penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka stlye lalu

berubah menjadi kemampuan dab keahlian untuk menulis atau

mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2004:112). Sebagai gejala

sosial, bahas dan pemakaian gaya bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor

internal saja melainkan faktor-faktor sosial dan situasional. Faktor sosial

misalnya status sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, tingkat

ekonomi dan sebagainya.

1. Jenis Gaya Bahasa

a. Gaya Bahasa Perbandingan

10
Pradopo berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah

bahasa yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan

mempergunakan kata-kata pembanding, seperti; bagai, sebagai, bak,

seperti, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding yang

lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perbandingan adalah

gaya bahsa yang mengandung maksut membandingkan dua hal yang

dianggap mirip atau mempunyai persamaan sifat (bentuk) dari dua hal

yang dianggap sama. Contoh: bibirnya seperti delima merekah, adapun

gaya bahasa perbandingan ini meliputi: Hiperbola, metonimia,

personfikasi, metafora, sinekdoke, alusi, simile, asosiasi, eufemisme,

pars pro toto, epitet, eponym dan hipalase

b. Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan ialah kata-kata berkias yang

menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh

pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau

meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca dan pendengar.

Di dalam kelompok gaya bahasa pertentangan ada dua puluh tujuh

jenis gaya bahasa sebagai berikut.

1) Hiperbola 6) Zeugma dan Silepsis

2) Litotes 7) Satire

3) Ironi 8) Inuendo

4) Oksimoron 9) Antifrasis

5) Paralipsis 10) Paradoks

11
11) Klimaks 16) Histeron proteron

12) Anti klimaks 17) Hipalase

13) Apostrof 18) Sinisme

14) Anastrof atau inversi 19) Sarkasme

15) Apofasis

c. Gaya Bahasa pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang menggunakan

kata-kata kiasan yang berhubungan atau bertautab terhadap sesuatu hal

yang ingin disampaikan. Gaya bahasa pertautan dibagi menjadi tiga

belas, berikut penjelasannya:

1) Metonimia 8) Paralelism

2) Sinekdok 9) Antonomasia

3) Alusi 10) Elipsis

4) Eufemisme 11) Gradasi

5) Eponim 12) Asindeton

6) Epitet 13) Polisindeton

7) Erotesis

d. Gaya Bahasa Perulangan

Perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung

perulangan bunyi, suku kata, kata atau frase, ataupun bagian kalimat

yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks

yang sesuai. Kedua belas jenis gaya bahasa yang termasuk ke dalam

12
kelompok gaya bahasa perulangan atau repetisi itu akan kita bahas satu

persatu secara terinci sebagai berikut:

1) Aliterasi 7) Anafora

2) Asonansi 8) Epistrofa

3) Antanaklasis 9) Simploke

4) Kiamus 10) Mesodilopsis

5) Epizeukis 11) Epanalepsis

6) Tautotes

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang pertama berjudul “Gaya Bahasa Dalam Naskah

Drama Mega-Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA”, yang disusun oleh I Mukhamad

Ilham Maulana, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pancasakti

Tegal, pada tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat ditemukan beberapa

penggunaan gaya bahasa yaitu majas perbandingan dan majas penegasan.

Majas perbandingan meliputi personifikasi, hiperbola, metafora, sinekdok,

simbolik, dan asosiasi, sedangkan dalam majas penegasan terdapat klimaks

dan antiklimaks. Di mana data hasil penelitian dalam jenis majas

perbandingan ditemukan 18 data hiperbola, 9 personifikasi, 2 metafora, 1

sinekdok, 1 simbolik, dan 4 asosiasi, sedangkan dalam jenis majas penegasan

terdapat 1 data antiklimaks dan 3 data klimaks.

13
Penelitian yang kedua berjudul “Analisis Bentuk dan Fungsi Gaya

Bahasa Dalam Naskah Drama L’Annonce faite à Marie Karya Paul Claudel”,

yang disusun oleh I Komang Soni Anggarika Suwirna Bratha, mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Yogyakarta, pada tahun 2018.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, naskah drama L’Annonce faite à

Marie karya Paul Claudel menggunakan berbagai gaya bahasa. Setelah

dilakukan analisis diperoleh 68 data yang terdiri dari 13 jenis gaya bahasa

yaitu: inversi/anastrof, apostrof, pertanyaan retoris, eufimisme, hiperbola,

Paradoks, simile, metafora, personifikasi, sinekdokke pars pro toto, sarkasme,

anafora, dan antitesis. Paul Claudel memiliki kecenderungan memakai gaya

bahasa anafora untuk memberikan penekanan pada suatu hal yang sedang

dibicarakan dan juga untuk menambah nilai estetik.

D. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

stilistika. Stilistika sebagai ilmu pengetahuan mengenai gaya bahasa, maka

sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan

bahasa, baik lisan maupun tulisan. Hal ini meliputi karya sastra dan karya seni

pada umumnya, maupun bahasa sehari-hari. Namun demikian, sebagai

kekhasannya sendiri, stilistika pada umumnya dibatasi pada karya sastra.

Analisis stilistika diarahkan untuk membahas keindahan isi dan makna

penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra.

14
III. METODE DAN JENIS PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6).

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif, Menurut

Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan

untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas

atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur

atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Tujuan digunakannya

penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis bentuk

gaya bahasa pada naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Daerah Kab. Konawe Prov.

Sulawesi Tenggara, pada bulan Maret tahun 2022.

D. Data Dan Sumber Data

1. Data

Menurut Slamet Riyan, data adalah kumpulan informasi yang

diperoleh dari pengamatan dimana data bisa berupa angka-angka atau

15
lambang-lambang. Data dalam penelitian ini adalah frasa, kalimat yang

mengandung gaya bahasa yang terdapat dalam naskah drama “Pada Suatu

Hari” karya Arifin C. Noer.

2. Sumber Data

Data merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena data

inilah yang nantinya akan diolah serta dianalisis untuk mendapatkan hasil

penelitian. sumber data penelitian ini adalah naskah drama “Pada Suatu

Hari” karya Arifin C. Noer.yang terdiri dari 31 halaman.

E. Teknik Pengumpulan

Data dari teks drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer dianalisis

dengan teknik baca dan teknik catat, dalam hal ini peneliti membaca teks

drama, mencermati dan mencatat. Teknik ini digunakan untuk memperoleh

data-data yang berhubungan dengan stilistika dalam teks drama “Pada Suatu

Hari” karya Arifin C. Noer.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis teks, yaitu

menganlisis teks naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Teknik

analisis data pada penelitian ini adalah: 1) Membaca teks naskah drama dengan

seksama, 2) Mencatat dialog-dialog yang memiliki gaya bahasa, 3)

Menganalisis data yang menunjukkan aspek stilistika gaya bahasa yang

terkandung dalam teks naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer,

4) Menyusun dan mendeskripsikan hasil analisis, dan 5) Membuat simpulan

hasil analisis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brata, I., & Suwirna, K. S. A. (2018). Analisis Bentuk dan Fungsi Gaya Bahasa

dalam Naskah Drama L’annonce Faite À Marie Karya Paul

Claudel. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Harimurti Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Maulana, I. 2020. Gaya Bahasa Dalam Naskah Drama Mega-Mega Karya Arifin

C. Noer Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di

SMA. Disertasi. Universitas Pancasakti Tegal.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sudaryanto. 2007. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

17

Anda mungkin juga menyukai