Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH KEMAHIRAN BAHASA INDONESIA II

Di Susun Oleh:

Ari Wibowo (14141015080)

Dosen Pembimbing: Dr. H. Mursalim, M.Hum

UP. FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah yang berjudul “Drama” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas mata kuliah “ Kemahiran
Bahasa Indonesia II”
Makalah ini dibuat dengan harapan agar yang membaca mendapatkan ilmu yang
bermanfaat serta membuka wawasan pembaca tentang drama itu sendiri.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita, khususnya selaku penulis, kami
sadar dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun penulisan, untuk itu
penulis sampaikan maaf yang sebesar besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun untuk penyusunan makalah kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
Samarinda, 21 Februari 2015

Penulis

Daftar Isi
Sampul………………………………………………………………………………………….
.i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………....ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………...iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..…...1
B.Tujuan……………………………………………………………………………….….......1
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………………,,……..1
Bab II Awal Sejarah
A. Sejarah Drama……………………………………………………………………….……2
B. Pengertian Drama Menurut Para Ahli…………………………………………………….2
Bab III Pembahsan
A. Pengertian Drama………………………………………………………………………...3
B. Unsur – Unsur Drama…………………………………………………………………….4
C. Struktur Drama………………………………………………………………………..….5
D. Jenis – Jenis Drama……………………………………………………………………....5
E. Langkah Langkah Mengarang Drama……………………………………………………6
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………………………………
9
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah
imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada
umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan
sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang, bahkan di zaman ini
telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang drama. Contohnya sinetron, film layar
lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini,
penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal,
tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang
profesionalitas agar dapat berkembang terus.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1) Untuk meningkatkan pembelajaran tentang drama
2) Meningkatkan kemampuan kalian dalam berbahasa indonesia, secara baik dan benar. Baik
secara lisan maupun tertulis.
3) Dan supaya menambah keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.
C. Rumusan Masalah
1) Pengertian drama?
2) Unsur – unsur drama?
3) Struktur drama?
4) Jenis jenis drama
5) Langkah langkah mengarang drama

BAB II
AWAL SEJARAH

A. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian,
sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan
pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno.
Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal.
Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston
Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai
tokohnya.

B. Pengertian Drama Menurut Para Ahli

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, drama berasal dari bahasa Yunani purba dram, artinya
berbuat. ‘’Pengertian drama merujuk kepada karya tulis untuk teater, setiap situasi yang
mempunyai konflik dan solusi, jenis karya sastra yang berbentuk dialog yang dibuat
untuk tujuan dipertunjukkan di atas pentas (Hasanuddin WS dkk, 2007 : 229).
1) menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in
action).
2) Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
3) Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia
dengan gerak.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak.
Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari Drama adalah kualitas
komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian,
kehebatan (acting), dan ketegangan pada para pendengar.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-
tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai
pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama
berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing
menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi,
dan merupakan karya sastra yang dicetak
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat
di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para
pendengar.
Arti kedua, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan
pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh
Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap
satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak
bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat
modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.

B. Unsur – unsur Drama


Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1) Tema :Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama.
Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang
memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog.
2) Alur: Alur atau plot adalah jalan cerita yang dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal
tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis
(pertentangan mencapai titik puncak-klimak sampai dengan antiklimaks), resolusi (pemecahan
masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam
sebuah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
3) Tokoh: Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau
pemain drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita drama berkaitan
dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
· Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
· Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan
(sampingan).
4) Latar/Setting: bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketika
tokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
· latar sosial: latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
· latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur,
sawah, hutan, pakaian/ baju.
5) Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik
dalam suatu cerita.

C. Struktur Drama
Adapun strukturdrama yaitu :
1) Eksposisi : yaitu pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan
posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhirnya antagonis berhasil
menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
2) Raising Action : yaitu menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil
akhirnya protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan
Protagonis. Awal terjadi masalah
3) Complication : yaitu perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder.
Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil
akhirnya antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
4) Klimaks : yaitu jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis.
Hasil akhirnya peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan
kekuatan antar kubu.
5) Resolusi : yaitu hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh
baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang
kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya
berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.

D. Jenis – jenis Drama


Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada
mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan
istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :


1. Drama Komedi, adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi, adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi, adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera, adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan, adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang
gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette, adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim, adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat
tanpa pembicaraan.
8. Tablau, adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh
dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie, adalah drama yang mengandung unsur agama / religius.
10. Wayang, adalah drama yang pemain dramanya berupa boneka wayang. Atau sejenisnya

E. Langkah Langkah Mengarang Drama


1) Menentukan Tema.
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang
kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya tema
yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita hal tersebut
harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap
maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.
2) Menentukan Persoalan (Konflik).
Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita drama. Tidak ada cerita drama tanpa
konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan
disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan
mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang
yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian
dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.
3) Membuat Sinopsis (ringkasan cerita).
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis
digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar.
Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada.
4) Menentukan Kerangka Cerita.
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini
membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian.
Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga
cerita tidak bertele-tele. William Froug (1993) misalnya, membuat kerangka cerita (skenario)
dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian
pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian
pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian
tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik
cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara sekaligus penulis naskah
Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi
pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan
penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat.
5) Menentukan Protagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan
menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan.
Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan
sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain,
berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis, maka
semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis
maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis
sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan
mudah diciptakan.
6) Menentukan Cara Penyelesaian.
Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa
lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa,
bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti
oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-
gesa.
7) Menulis.
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan
mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan
gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik
mungkin.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-
tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai
pengertian action, dalam sebuah cerita drama tentu memiliki unsure yang akan mendukung
sebuah cerita drama ursur tersebut adalah tema, alur, tokoh, latar/setting, dan amanat.
Terciptnya sebuah drama yang menarik tentu harus ada pondasi yang di susun dengan teratur
yaitu mulai dari eksposisi, rising action, complication, klimaks, resolu. Untuk mengarang
sebuah cerita drama, langkah langkahnya yaitu; menentukan tema, menentukan persoalan
(konflik), membuat sinopsis (ringkasan cerita), menentukan kerangka cerita, menentukan
protagonist, menentukan cara penyelesaian, setelah itu menulis.

B. SARAN

Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma seni yang pekat di mata
internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni drama mendapatkan perhatian yang
tinggi, baik di kalangan biasa, pendidikan, pebisnis maupun pemerintah.

Daftar Pustaka
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-
bahasa-indonesia
http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/01/unsur-unsur-drama.html
http://www.dbp.gov.my/lamandbp/main.php?Content=vertsections&SubVertSectionID=893
&VertSectionID=25&CurLocation=208&IID=&Page=1
http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-penulisan-naskah-
drama/
http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-
bahasa-indonesia
http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-drama
http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/
Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV. Aneka
Ilmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai