Anda di halaman 1dari 9

Alasan yang menyebabkan puisi perlu dianalisis

Puisi perlu dianalisis karena untuk mengetahui makna puisi tersebut secara utuh dan
menyeluruh. Misalnya dengan analisis struktural, maka kita akan mengetahui struktur fisik
dan struktur batin yang membangun puisi tersebut. Kita dapat mengetahu diksi, citraan, kata
konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi sebagai struktur fisiknya dan tema, nada,
perasaan, amanat sebagai struktur batinnya.
Oleh Riffaterre disebutkan bahwa dalam membuat puisi terjadi ketidaklangsungan
puisi yang terdiri dari penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Analisis
struktural ini membuat pembaca mengetahui maksud pengarang dalam menyampaikan
puisinya, karena tidak semua puisi ditulis menggunakan kata-kata yang sebenarnya
(denotasi).
Analisis intertekstual bisa menunjukan puisi dengan hipogram

atau teks

trasformasinya. Jadi dari berbagai metode analisis puisi yang digunakan sesungguhnya
tujuannya sama, yaitu untuk mengetahui makna puisi

NALISIS STRUKTURAL PUISI KEPADA UANG KARYA JOKO


PINURBO DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puisi. jika berbicara tentang puisi akan banyak berbagai pendapat yang muncul mengenai
puisi. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair,
mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat.
Bahasa yang dipergunakan oleh penyair harus dapat mewakili rasa dan pesan yang hendak
disampaikan . Puisi juga merupakan hasil penggambaran tentang suatu hal yang diungkapkan
melalui bahasa dan ekspresi yang mewakili perasaan sang penyair. hal ini diperlukan agar
para pembaca bisa masuk dan memahami dan merasakan kekuatan jiwa penulis yang akan
disampaikan melalui puisi tersebut.
Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk
mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan
dan alasan yang menyebabkannya ada. Sedangkan menurut Lascelles Abercramble puisi
adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam upacara
atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang
mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat (Tarigan, 1984:5).
Dari pendapat-pendapat para ahli, dapat kita simpulkan bahwa definisi puisi menurut mereka
memiliki sebuah kesamaan yaitu pengungkapan ekspresi dan jiwa. Puisi itu tercipta karena
pengalaman atau sebaliknya. Bisa dikatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari segala
pengalaman imajinatif yang dirasakan oleh manusia dalam hidupnya.
Puisi dapat dikaji dengan menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah satu pendekatan
yang sering digunakan untuk menganalisis puisi adalah teori yang diungkapkan oleh Abrams.
Abrams membagi pendekatan itu menjadi empat, yakni:
1. Objektif, suatu telaah dari sudut pandang karya itu sendiri.
2. Ekspresif, suatu telaah dari sudut pandang pengarangnya.
3. Mimesis, suatu telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan alam, baik yang secara langsung atau pun tidak langsung.
4. Pragmatik, suatu telaah yang ditinjau dari sudut pandang pembaca atau penerima.
Banyak orang yang menganggap pendekatan yang dikatakan oleh Abrams adalah pendekatan
tradisional. Dikatakan tradisional karena sekarang pendekatan-pendekatang itu telah
dikembangkan menjadi beberapa pengembangan. Pendekatan objektif telah dikembangkan
menjadi pendekatan struktural yang terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah karya
sastra. Pendekatan ekspresif telah dikembangkan menjadi psikologi sastra dan antropologi
sastra. Pendekatan mimesis dikembangkan sehingga lahirlah pendekatan sosiologi sastra dan
sastra marxis. Dan pendekatan pragmatik dikembangkan, lalu lahirlah pendekatan resepsi
sastra dan hermeunetika.
Semiotik bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna yang terkandung di
dalam simbol, tanda dan lambang. Jan Mukarovsky dan Felix Vodicka (Teeuw, 1983:63)
merupakan dua orang yang mengembangkan strukturalisme atas dasar konsep semiotik
dengan pengertian dapat memahami sepenuhnya seni sastra sebagai struktur perlu diinsyafi
ciri khasnya sebagai sebuah tanda (sign).

1.2

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah yang berjudul Analisis Struktural dengan Pendekatan
Semiotik Puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo adalah untuk memahami lebih dalam makna
puisi yang ditulis oleh Joko Pinurbo dengan menggunakan pendekatan semiotik. Secara
teoritis, tujuan penulisan ini dibagi menjadi dua tujuan pokok, yaitu tujuan teoritis dan tujuan
praktis. Dalam membaca sebuah puisi alangkah bijaksananya kita jika terlebih dahulu
menganalisis puisi yang akan dibacakan guna memperdalam penghayatan dan penjiwaan saat
kita membacakannya. Selain itu tulisan ini juga digunakan untuk memberikan gambaran
khusus mengenai segala yang terkandung di dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo
kepada para pembaca, agar tidak ada kesalahpahaman di dalamnya.
1.3 Rumusan Masalah
Sebuah karya sastra, salah satunya puisi terkandung beberapa hal yang yang patut untuk
dikaji, antara lain masalah tema, pendekatan, sudut pandang, dan tujuan diciptakannya puisi
tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
diketahui perumusan masalah yang akan dikaji dalam puisi. Adapun rumusan masalah puisi
Kepada Uang karya Joko Pinurbo adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo?
2. Bagaimana menganalisis makna pada puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo jika
ditinjau dengan pendekatan Semiotik?
3. Apakah pendekatan struktural dan pendekatan semiotik cocok untuk mengkaji puisi
Kepada Uang karya Joko Pinurbo?

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam mengkaji puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo penulis menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan pendekatan semiotik.
2.1 Pendekatan Struktural
Semua karya sastra adalah struktur. Struktur yang dimaksud adalah setiap karya sastra
memiliki unsur-unsur yang mempunyai sistem. Semua unsur itu saling berhubungan, saling
menentukan, adanya hubungan timbal balik, dan terikat. Unsur-unsur itu tidak dapat berdiri
sendiri, karena jika tidak ada satu unsur yang mendukung tidak akan tercipta sebuah karya
sastra.
Dalam pengertian struktur ini (Piaget via Hawkes, 1978:16) terlihat adanya rangkaian
kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide
pengaturan diri sendiri (self-regulation).
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam
struktur sajak dan pengurain bahwa tiap unsure itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya
dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata
lain, sebuah unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain.
Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk memahami karya

sastra (sajak) haruslah karya sastra (sajak) dianalisis (Hill, 1966:6). Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya, karya sastra merupakan perpaduan unsur-unsur yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan koheren. T.S Eliot pernah mengemukakan
(via Sansom, 1960:155) bahwa bila kritikus terlalu memecah-mecah sajak dan tidak
mengambil sikap yang dimaksudkan penyairnya (sarana kepuitisan itu dimaksudkan untuk
mendapat jaringan efek puitis), maka kritikus cendrung mengosongkan arti sajak (Pradopo,
1993:120). Jadi, untuk memahami sebuah sajak atau puisi, harus diperhatikan hubunganhubungan antar unsur yang harus berkaitan, karena keterkaitan antar unsure itu sebagai
bagian dari keluruhan karya sastra.
2.3 Pendekatan Semiotik
Semiotik diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo sebagai symbol atau tanda. Bahasa
digunakan sebagai medium karya sastra sudah merupakan simbol atau tanda. Pada dasarnya
bahasa atau kata-kata yang digunakan dalam karya sastra sudah menjadi sebuah lambang atau
tanda yang memiliki makna tersendiri, yang telah ditentukan secara konvensional. Bahasa
merupakan sistem ketandaan yang telah dimaknai menurut konvensi masyarakat. Sistem
mengenai tanda atau simbol ini disebut semiotik atau semiologi.
Bahasa sebagai medium karya sastra bukanlah sebagai bahan yang bebas, namun bahasa itu
sudah menjadi sebuah sistem semiotik. Penulis akan mencoba menganalisis puisi dengan
teori yang dikemukakan oleh Riffaterre. Menurut Riffaterre, puisi adalah pemikiran baku
yang dilakukan dengan medium bahasa sebagai tanda. Langkah-langkah dalam menganalisis
sebuah teks menurut Riffaterre dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Pembaca diharuskan menemukan kata kunci yang terdapat dalam sebuah puisi atau karya
sastra.
2. Sebelum dilakukan pendekatan semiotik atau sistem ketandaan diharuskan membaca
sesuai dengan struktur kebahasaannya.
3. Pembaca juga dituntut membaca secara hermeneutik, yaitu pembacaan menurut
maknanya.
4. Pembaca harus menemukan hubungan intertekstualitas antara karya sastra tersebut dan
juga mencari sumber teks,juga model varian.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam semiotik adalah sistem tanda, yaitu pengertian
tanda itu sendiri. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda
yang pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda hubungan antar penanda dan
petanda yang bersifat alamiah. Indeks adalah hubungan alamiah antara penanda dan petanda
yang memiliki hubungan sebab akibat. Sedangkan simbol adalah tanda yang tidak
menunjukan sifat hubungan alamiah antara penanda dan petanda. Hubungan antara penanda
dan petandanya bersifat arbiter atau semaunya yang telah ditentukan konvensinya oleh
masyarakat.
Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan internal antar unsurunsurnya akan dihasilkan berbagai macam makna. Kritikus menyendirikan satuan-satuan
yang berfungsi dan konvensi-konvensi yang berlaku (Preminger dkk., 1974:981). Alur,
setting, penokohan, satuan-satuan bunyi, kelompok kata, kalimat atau gaya bahasa, satuan
fisual seperti tipografi, enjambement, bait, merupakan contoh dari satuan-satuan dari fungsi
dan konvensi sastra yang berlaku. Seperti yang diungkapkan oleh Culler dalam bukunya The
Pursuit of Signs (1981), member makna sajak atau puisi itu adalah mencari tanda-tanda yang
memungkinkan timbulnya maknsa sebuah sajak, maka menganalisis sastra itu tidak lain
adalah memburu tanda-tanda (pursuit of signs).
Puisi secara semiotik seperti yang telah dijelaskan merupakan struktur tanda-tanda yang
memiliki makna yang telah ditentukan dan disepakati oleh konvensi. Menganalisis sajak atau
puisi adalah berusaha memahami arti dari sebuah kata dalam bahasa. Namun bukan hanya

sekedar arti menurut kebahasaan saja, melainkan arti yang menurut konvensi sastra yang
bersangkutan (Pradopo, 1993:123).

BAB III
PEMBAHASAN
Analisis Struktural
Puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo dengan
Pendekatan Semiotik
KEPADA UANG
Joko Pinurbo
Uang, berilah aku rumah yang murah saja, (1)
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku. (3)
Sabar ya,aku harus menabung dulu. (4)
Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)
Uang berilah aku ranjang yang lugu saja. (7)
yang cukup hangat buat merawat encok-encokku, (8)
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku. (9)
-20063.1 Pendekatan Struktural
Sebelum melangkah ke berbagai pendekatan dalam pengkajian sebuah puisi kita diharuskan
menggunakan pendekatan awal dalam penelitian karya sastra, yaitu pendekatan struktural.
Begitu juga dengan puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo ini terlebih dahulu akan
dianalaisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang terdiri dari empat hakikat puisi,
yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat.
a. Tema
Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin
diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko
Pinurbo adalah kemiskinan. Kemiskinan yang mengharapkan datangnya uang hasil, tetapi
bukan dalam jumlah yang besar, melainkan yang cukup untuk melangsungkan hidupnya
secara sederhana.
Uang, berilah aku rumah yang murah saja, (1)
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku. (3)
Dari larik ke-1 jelas sekali si aku memang menginginkan rumah. Tetapi si aku tidak meminta
yang mewah, melainkan lebih menginginkan sebuah kesederhanaan. Pada larik ke-2, kata
cukup sudah menggambarkan bahwa si aku bukanlah orang yang tamak, hanya
menginginkan kelayakan.
b. Perasaan
Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk
kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan
yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo adalah kesedihan dan
kesabaran. Kesedihan dan ketabahan itu tergambarkan pada larik ke-4, 5, dan 6.
Sabar ya, aku harus menabung dulu. (4)
Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)

Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)


Ketabahan si aku jelas terlihat, si aku harus menabung segala yang dia punya, bahkan
kesehatan. Hal itu dilakukan oleh sang aku dikarenakan ia menginginkan kekuasan yang
dilambangkan dengan uang.

c. Nada dan Suasana


Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan
keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi
Kepada Uang karya Joko Pinurbo akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat
mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada seperti si aku sedang berdoa, berdoa
kepada uang agar datang kehadapannya. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat
sesuai dengan nada menenangkan, dan nada sedih.
Nada seakan berdoa terlihat pada larik ke-1 dan larik ke-7, yaitu:
Uang, berilah aku rumah yang murah saja, (1)
Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja, (7)
Nada yang terkesan menenangkan, yang terdapat pada larik ke-4, yaitu:
Sabar ya, aku harus menabung dulu. (4)
Nada yang terlihat sedih yang terdapat pada larik ke-5 dan ke-6, yaitu:
Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)
Nada yang terlihat berkuasa, terdapat pada larik ke-7, larik ke-8, dan larik ke-9 yaitu:
Uang berilah aku ranjang yang lugu saja. (7)
yang cukup hangat buat merawat encok-encokku, (8)
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku. (9)
d. Amanat
Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi.
Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui
puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo
adalah jangan selalu bergantung kepada uang. Jika memang ingin berdoa untuk sebuah
kebaikan yang ingin dicapai, janganlah selalu mendewakan uang. Karena uang belum tentu
hal terbaik untuk mencapai kebahagiaan. Uang juga bisa membuat kita berkuasa dan lupa
akan kuasa atas diri kita sendiri. Dengan uang kita bisa memiliki apa pun, tetapi uang tidak
bisa membeli hati manusia. Walaupun untuk kebaikan, tapi janganlah kau gunakan kekuasaan
itu hanya untuk diri sendiri, jadikan diri kita berguna bagi orang lain.
3.2 Pendekatan Semiotik
Semiotika adalah suatu metode analisis yang menitikberatkan penelitian terhadap tandatanda. Tentu saja bukan hanya sekedar tanda biasa, melainkan tanda yang memiliki makna
yang berdasarkan konvensi yang berlaku di masayarakat.
Uang, berilah aku rumah yang murah saja, (1)
Uang, ditinjau dari segi kebahasaan adalah sebuah alat pertukaran untuk membeli barangbarang, sebagai alat transaksi, dan juga penimbun harta kekayaan. Dalam puisi ini uang
disimbolkan sebagai tuhan. Si aku ketika menginginkan sebuah rumah ia tidak berdoa kepada
tuhan, melainkan berdoa kepada uang. Seolah-olah ia telah menjadikan uang sebagai tuhan.

Jika ingin membeli suatu barang, konvensinya adalah menggunakan uang, tetapi di dalam
puisi ini uangnya lah yang dijadikan tempat untuk memohon. Uang juga dapat disimbolkan
sebagai penguasa, karena ada segelintir orang yang beranggapan uang adalah segalanya.
Uang dalam puisi menempati posisi yang penting, yaitu menentukan nasib kehidupan orang.
Penyair menggambarkan kata uang pada larik ke-1 sebagai Tuhan yang selalu dipuja-puja
oleh si aku.
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku. (3)
Senja merupakan peristiwa terbenamnya matahari di ufuk barat. Menghilangnya matahari dan
menandakan kepergian sore hari menjadi malam yang gelap. Senja juga identik dengan
warna kuning kemerahan. Warna itu kuning kemerahan itu juga terlihat sangat sendu. Senja
dalam puisi ini dimaknai sebagai masa tua. Manusia yang sudah tua hamper sama dengan
matahari yang akan pergi karena digantikan oleh bulan. Dalam puisi Kepada Uang karya
Joko Pinurbo kata senja pada larik ke-2 digambarkan oleh penyair sebagai masa tua si aku.
Sedangkan jendela hijau yang menganga seperti jendela mataku menggambarkan
ketentraman, suatu kedamaian jiwa dan raga yang ingin dirasakan oleh si aku.
Sabar ya,aku harus menabung dulu. (4)
Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)
Sang penyair menggambarkan tokoh aku rela menyimpan rasa lapar dan menunda mimpi
demi bergelut dengan uang. Bersakit-sakit hanya untuk mendapatkan uang dan
menelantarkan yang lain.
Uang berilah aku ranjang yang lugu saja. (7)
Seperti yang sudah dijelaskan pada awal analisis, uang jika ditinjau dari segi kebahasaan
konvensional adalah sebuah alat pertukarang barang, alat jual beli, dan sebagai alat penimbun
kekayaan. Namun penyair menulis kata uang pada larik ke-7 puisi ini melambangkan
symbol kekuasaan. Sedangkan kata ranjang dalam segi bahasa adalah tempat untuk
istirahat dan melepas lelah. Kata ranjang yang lugu jika disimbolkan oleh penyair dalam
puisi Kepada Uang adalah sebagai seorang istri yang menuruti perintah sang aku. Jika dilihat
secara keseluruhan, larik ke-7 dapat dikatakan seorang aku jika mendapat kekuasaan dengan
uang ia bisa mendapatkan kekuasaan penuh atas istri yang akan ia miliki.

yang cukup hangat buat merawat encok-encokku, (8)


Hangat jika diartikan dalam kebahasaan adalah rasa yang tidak panas dan juga tidak dingin.
Biasa digunakan untuk menggambarkan air dalam konvensi kebahasaan. Tetapi dalam
konteks puisi ini, penyair menggambarkan hangat melambangkan sebagai sentuhan yang
lembut dari seorang istri (simbol ranjang dari larik ke-7). Encok dalam bahasa diartikan
sebagai sebuah penyakit yang sering diderita kaum lansia. Encok adalah nama penyakit yang
menyerang daerah sekitar pinggang dengan rasa sakit dan ngilu luar biasa. Namun, dalam
konvensi sastra yang dibangun penyair, kata encok-encok pada larik ke-8 puisi Kepada
Uang diartikan sebagai masa tua, karena rata-rata penyakit itu hanya menyerang kaum lansia
dan penyair mengartikannya sebagai masa tua.
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku. (9)
Pada larik ke-9, penyair menggambarkannya sebagai kenangan masa kecil si aku. Ia

membayangkan ia masih seperti masa anak-anak yang dimanja. Kata kakinya (istri yang
didambakan si aku) dapat memanjakan si aku seperti masa kecilnya.
BAB IV
PENUTUP4.1 Kesimpulan
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam
struktur sajak dan pengurain bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya
dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata
lain, sebuah unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain.
Puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo jika ditinjau dengan analisis struktural bertemakan
tentang kemiskinan dan kesederhanaan yang berdampak menjadi kekuasaan atas orang lain.
Perasaan dalam puisi ini bermacam-macam, salah satunya adalah kesedihan dan keinginan
kuat untuk mendapatkan kekuasaan. Nada dan suasana dalam puisi ini juga beragam, ada
yang bernada sedih, terkesan menenangkan, seperti memanjatkan doa, lalu berkuasa. Amanat
yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo adalah jangan selalu
bergantung kepada uang. Jika memang ingin berdoa untuk sebuah kebaikan yang ingin
dicapai, janganlah selalu mendewakan uang. Karena uang belum tentu hal terbaik untuk
mencapai kebahagiaan. Uang juga bisa membuat kita berkuasa dan lupa akan kuasa atas diri
kita sendiri. Dengan uang kita bisa memiliki apa pun, tetapi uang tidak bisa membeli hati
manusia. Walaupun untuk kebaikan, tapi janganlah kau gunakan kekuasaan itu hanya untuk
diri sendiri, jadikan diri kita berguna bagi orang lain.
Jika ditinjau dengan pendekatan Semiotik, yaitu menganalisis sebuah tanda yang memiliki
makna dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo banyak menggunakan tanda dan
symbol. Salah satunya adalah uang, yang menjadi symbol sebuah kekuasaan dan penguasa.
Kata senja dilambangkan sebagai masa tua, begitu juga dengan istilah encok-encok yang
digambarkan sebagai masa tua pula. Lalu jendela hijau dilambangkan sebagai symbol
ketentraman dan kedamaian yang diinginkan si tokoh aku. Sedangkan ranjang yang lugu
dapat diartikan sebagai seorang istri yang selalu menurut kepada sang suami (tokoh aku).
Analisis struktural cocok digunakan untuk mengkaji semua puisi, bahkan semua pendekatan
yang akan dilakukan terhadap karya sastra harus menggunakan analisis struktural. Sedangkan
melalui pendekatan semiotik, memang terasa sedikit sukar untuk mengetahui makna-makna
setiap simbol yang terkandung di dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo, tetapi bisa
dikatakan puisi ini bisa dikaji dengan pendekatan semiotik, karena penulis makalah telah
berhasil menganalisis puisi ini dengan pendekatan semiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Anoegrajekti, Novi dkk. 2008. Estetika. Jakarta: UNJ Press
Djojosuroto, Kinayati. 2007. Dasar-dasar Teori Apresiasi Puisi. Jakarta: UNJ
Pinurbo, Joko. 2007. Kepada Cium. Jakarta: PT Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suhita, Sri. 2009. Kajian Puisi. Jakarta: UNJ
Diposkan oleh Tony Vasgard di 07.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Anda mungkin juga menyukai