Anda di halaman 1dari 10

Volume 10 Nomor 2 Tahun 2019

KOLABORASI YANG DILAKSANAKAN DI KAWASAN WISATA DERMAGA


KERENG BANGKIRAI KOTA PALANGKA RAYA
Ferry Setiawan 1 dan Ahmad Saefulloh2
1;2
Universitas Palangka Raya, Kota Palangka Raya, Indonesia
setiawan.ferry36@fisip.upr.ac.id

Abstrak
Salah satu lokasi daya tarik wisata di Kota Palangka Raya yang dapat diunggulkan adalah dermaga Kereng
Bangkirai yang merupakan pintu masuk Taman Nasional Sebangau yang berada di Desa Kereng Bangkirai,
Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya. Namun demikian, kegiatan pariwisata perlu melibatkan banyak pihak
supaya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat dalam melakukan pembangunan pariwisata di kawasan dermaga Kereng Bangkirai Kota
Palangka Raya serta mengajukan sebuah model kolaborasi pemerintah dan swasta yang sesuai untuk
pengembangan pariwisata di lokasi tersebut. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi faktor penghambat
dan pendukung kolaborasi dalam pengembangan pariwisata di kawasan dermaga Kereng Bangkirai Kota Palangka
Raya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi di Kawasan Wisata Dermaga Kereng
Bangkirai Kota Palangka Raya. Adapun Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis). Target dan luaran penelitian ini adalah
gambaran kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat yang nantinya dapat digunakan
sebagai dasar bagi pemerintah kota untuk mengembangkan model kolaborasi tripartit bagi pengembangan
pariwisata di kawasan dermaga Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya. Selain itu, penelitian ini juga akan
mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung kolaborasi serta manajemen pariwisata dalam penawaran
pariwisata yang dilaksanakan dalam pengembangan pariwisata di kawasan tersebut.

Kata kunci: pariwisata, kolaborasi, sebangau, desa wisata

Abstract
One of the tourist attraction locations in Palangka Raya City that can be seeded is the Kereng Bangkirai pier which is
the entrance to the Sebangau National Park in the Village of Kereng Bangkirai, Sabangau District, Palangka Raya
City. However, tourism activities need to involve many parties in order to improve people's welfare and sustainable
development goals can be achieved. Thus, this study aims to find out the collaboration carried out by the government,
the private sector and the community in developing tourism in the Kereng Bangkirai jetty in Palangka Raya City and
proposes a government and private collaboration model suitable for tourism development in these locations. In
addition, this study also identifies inhibiting factors and supports collaboration in the development of tourism in the
Kereng Bangkirai jetty in Palangka Raya City. This research was conducted using descriptive qualitative research
methods with data collection techniques through observation, interviews and documentation studies in the Tourism
Region of the Kereng Bangkirai Pier Palangkaraya City. The data analysis technique used in this study is an analysis
using an interactive model. The target and output of this research is a picture of collaboration carried out by the
government, private sector and the community which can later be used as a basis for the city government to develop a
tripartite collaboration model for tourism development in the Kereng Bangkirai pier area in Palangka Raya City. In
addition, this research will also identify inhibiting factors and support collaboration and tourism management in
tourism deals carried out in the development of tourism in the region.

Keywords: tourism, collaboration, sebangau, village tourism

I. PENDAHULUAN negatif. Dampak tersebut akan berpengaruh yang


Menurut Goodwin dalam Ardika (2005: 20) signifikan, baik bagi negara tujuan maupun bagi
Pengembangan pariwisata suatu daerah akan masyarakat lokal (Goodwin, 1996). Ketimpangan
memberikan dampak positif maupun dampak ini terjadi karena sebagian besar usaha pariwisata

71
skala besar dimonopoli oleh pengusaha besar. pengunjung perminggu berkisar 700 hingga 800
Usaha pariwisata jenis ini menetapkan berbagai pengunjung, sedangkan pada hari – hari besar
standar tertentu bagi setiap aspek kegiatannya. sekitar 800 hingga 1000 pengunjung pada dermaga
Pembangunan pariwisata yang menekankan wisata Kereng Bangkirai di Kota Palngka Raya.
pada masyarakat lokal baik yang terlibat langsung Maka dari pada itu pokdarwis meningkatkan
maupun yang tidak terlibat langsung pada industri pengunjung dengan penambahan pondok-pondok
pariwisata (Hausler). Hal ini dilakukan dengan kecil dan renovasi yang dilakukan, sekarang
bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam Dermaga Kereng Bangkirai telah menjadi salah
manajemen dan pembangunan pariwisata yang satu pusat wisata yang banyak diminati oleh
berujung pada pemberdayaan politis melalui wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara.
kehidupan yang lebih demokratis termasuk dalam Masyarakat sudah merasakan adanya manfaat
pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang signifikan dari adanya kolaborasi yang
yang lebih adil bagi masyarakat lokal. Gagasan ini dilaksanakan di Kawasan Wisata Dermaga Kereng
disampaikan untuk mengkritisi pembangunan Bangkirai. Dari uraian diatas maka penulis tertarik
pariwisata yang seringkali mengabaikan peran mengetahui bagaimana kolaborasi yang
serta masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. dilaksanakan di Kawasan Wisata Dermaga Kereng
Konsep community based tourism merupakan dasar Bangkirai Kota Palangka Raya
dari sustainable tourism development yang
menegaskan bahwa masyarakat bukan lagi menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA
objek pembangunan akan tetapi sebagai penentu
pembangunan itu sendiri (Ardika, 2005 :33).
Konsep Pembangunan
Menurut Yatmaja (2019:28) Masyarakat yang
Menurut pengertian ilmu ekonomi yang
merupakan salah satu stakeholder (selain
ketat, istilah pembangunan secara tradisional
pemerintah dan swasta) dalam dunia
diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
kepariwisataan berkedudukan sebagai tuan rumah,
perekonomian nasional yang kondisi-kondisi
memiliki sumber daya berupa adat istiadat, tradisi
ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis
dan budaya untuk menunjang keberlangsungan
dalam kurun waktu yang cukup lama (Todaro :
pariwisata. Selain itu masyarakat dapat berperan
2006). Pembangunan dilakukan untuk
sebagai pelaku pengembangan kepariwisataan
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang
sesuai kemampuan yang dimiliki.Hal tersebut
sering kali diukur dengan tinggi rendahnya
menunjukkan bahwa kedudukan masyarakat
pendapatan dan meningkatkan produktivitas.
memiliki peran yang strategis dalam upaya
Untuk itu sebelum berbicara pembangunan,
pengembangan kepariwisataan di daerah.
beberapa para ahli memberikan gagasannya
Penekanan pada pola kehidupan tradisional
mengenai pembangunan. Menurut Bintoro
merupakan hal penting yang harus di
Tjokroamidjojo, pembangunan merupakan suatu
pertimbangkan, mempersiapkan interaksi spontan
proses perubahan sosial berencana, karena
antara masyarakat dan wisatawan atau
meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan
pengunjung untuk dapat memberikan pengertian
kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi,
dan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan
modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan
dan kebudayaan setempat selain memberikan rasa
lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas
bangga masyarakat lokal terhadap kebudayaannya.
manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Kota Cantik Palangka Raya merupakan salah
Menurut Deddy T. Tikson, bahwa pembangunan
satu daerah tujuan wisata di Palangka Raya, selain
dapat pula diartikan sebagai transformasi
terkenal dengan tempat yang cocok bersantai,
ekonomi, sosial dan budaya yang secara sengaja
salah satu tujuan wisata Kota Cantik Palangka Raya
melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
yaitu Desa Kereng Bangkirai di tempat ini juga
diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi,
memiliki daya tarik susur sungai, Dermaga Kereng
misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau
Bangkirai dahulunya merupakan tempat bagi para
pertumbuhan produksi , transformasi dalam
atlet dayung untuk berlatih dan juga merupakan
struktur sosial dapat dilihat melalui
tempat dilaksanakannya kejuaraan nasional
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan
dayung di Kalimantan Tengah.
memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-
Dermaga Kereng Bangkirai terdapat tribun
ekonomi, sedangkan transformasi budaya sering
yang sudah tua dan usang namun sekarang
dikaitkan dengan bangkitnya semangat
pemerintah Kota Palangka Raya telah merenovasi
kebangsaan dan nasionalisme.
sebagian dari fasilitas yang ada di lokasi tersebut
Menurut Todaro (2006:62) bahwa
antara lain tribun dan ditambah dengan pondok-
pembangunan merupakan proses multidimensi
pondok kecil yang dibuat disekitar pinggiran
yang mencakup perubahan-perubahan penting
sungai Sebangau.
dalam struktur sosial, sikap - sikap rakyat dan
Berdasarkan data tahun 2019 bulan
lembaga-lembaga national serta akselerasi
September 2019 dari pokdarwis bahwa jumlah
pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan

72
(inequality), dan pemberantasan kemiskinan 3. Pembangunan yang di orientasikan
absolut. Pembangunan sebagai suatu proses kepada masyarakat melalui
belajar. pengembangan sumber daya manusia.
Menurut Soekanto (2005:437),
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa
proses perubahan yang direncanakan dan pembangunan merupakan suatu usaha perubahan
dikehendaki. Dengan demikain dapat dikatakan untuk menjadi kearah yang lebih baik dari keadaan
bahwa pembangunan tidak dapat dipisahkan dari sebelumnya, direncanakan secara sadar agar
pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan tercapai sesuai dengan tujuan berdasarkan
dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang normanorma tertentu. Menuju modernitas secara
terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. bertahap dengan mendayagunakan potensi baik
Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan alam, manusia, maupun sosial dan budaya.
usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar
terencana, dan bertanggung jawab dalam mencapai Pengertian Pariwisata
tujuan kearah-arah perubahan lebih baik, yakni Pengertian-pengertian mengenai pariwisata
kesejahteraan dan kemakmuran yang merata dan yang menitik beratkan pada kegiatan berwisata
adil bagi rakyat. yang bertujuan untuk bersenang-senang dan
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (2006), mendapatkan service selama dalam perjalanan.
pembangunan merupakan suatu proses perubahan Tetapi, konsep dalam ilmu pariwisata yang
sosial berencana, karena meliputi berbagai dimensi seharusnya didasari atas moral sehingga tercipta
untuk mengusahakan kemajuan dalam suatu tata krama yang baik selama melakukan
kesejahteraan ekonomi, modernisasi, perjalanan ke suatu negara atau wilayah.
pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan Pernyataan ini didukung oleh pengertian
bahkan peningkatan kualitas manusia untuk pariwisata sebagai berikut, (Kencana, 2009:15)
memperbaiki kualitas hidupnya. Menurut Deddy T. menyatakan :
Tikson (2005:132), bahwa pembangunan dapat “Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, Bahasa Sansekerta, yaitu kata “pari” yang
sosial dan budaya yang secara sengaja melalui berarti halus, maksudnya mempunyai tata
kebijakan dan strategi menuju arah yang krama tinggi dan “wisata” yang berarti
diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, kunjungan atau perjalanan untuk melihat,
misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau mendengar, menikmati dan mempelajari
pertumbuhan produksi , transformasi dalam sesuatu. Jadi, pariwisata itu berarti
struktur sosial dapat dilihat melalui menyuguhkan suatu kunjungan secara bertata
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan krama dan berbudi”
memperoleh akses terhadap sumber daya sosial- Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 tahun
ekonomi, sedangkan transformasi budaya sering 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa
dikaitkan dengan bangkitnya semangat pariwisata adalah :
kebangsaan dan nasionalisme, “berbagai macam kegiatan wisata dan
Adapun pembangunan menurut (Tjahja, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
2000:54) adalah perubahan yang terencana dari disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik. pemerintah dan pemerintah daerah”.
Terkait dengan hal itu konsep pembangunan Sedangkan Pendit (2003 : 20), mendefinisikan
berkelanjutan yang didukung dengan pendekatan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian
kemanusiaan merupakan suatu konsep yang telah sementara dari seseorang atau lebih menuju
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
masyarakat, karena secara kodrati masyarakat kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan,
mempunyai kecenderungan untuk merubah hidup baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
dan kehidupan sesuai dengan perkembangan kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun
jaman. Oleh karena itu pendekatan masyarakat kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,
dititik beratkan pada lingkungan sosial ekonomi menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
yang bercirikan: Rhama (2019) juga menyatakan bahwa
1. Pembangunan yang berdimensi pariwisata telah menjadi sebuah fenomena sosial
pelayanan sosial dan diarahkan pada dan ekonomi dari pergerakan yang dilakukan oleh
kelompok sasaran melalui pemenuhan beberapa orang atau seseorang dalam periode
kebutuhan dasar. tertentu (hingga 1 tahun) dari tempat tinggalnya
2. Pembangunan yang ditujukan pada Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (2008 : 111),
pembangunan sosial seperti terwujudnya menjelaskan Pariwisata sebagai suatu aktivitas
pemerataan pendapatan dan manusia yang dilakukan secara sadar yang
mewujudkan keadilan. mendapat pelayanan secara bergantian diantara
orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di
luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari

73
daerah lain untuk sementara waktu mencari Robert Agranoff dan Michael McGuire (2012: 144-
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda 153) yaitu memandang kolaborasi sebagai
dengan apa yang dialaminya, dimana ia aktivitas-aktivitas yang bersifat horizontal dan
memperoleh pekerjaan tetap. Dari telaah berbagai vertikal. Kemudian, aktivitas tersebut dianalisis
literatur dapat disimpulkan bahwa pariwisata melalui komponenkomponen sebagai berikut:
adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari
suatu tempat ke tempat lain, untuk sementara 1. Komunikasi
waktu dengan maksud atau tujuan tidak untuk Komunikasi yang intensif sangatlah penting
berusaha atau mencari pekerjaan di tempat yang dalam kolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi
perjalanan bertamasya, untuk memenuhi yang dilakukan secara tidak langsung dapat
keinginan yang beraneka ragam. melalui perantara teknologi. Komunikasi melalui
perantara akan lebih efektif diterapkan pada
Kolaborasi kolaborasi yang terdapat konflik antar aktor.
Kolaborasi merupakan istilah yang sangat
sering digunakan untuk menggambarkan suatu 2. Nilai tambah
pola kaitan kerja sama yang dilakukan oleh lebih Nilai yang dimaksud disini adalah nilai publik,
dari satu pihak. Ada sekian banyak pengertian yakni yang dihasilkan dari efisiensi, demokrasi
tentang kolaborasi yang dikemukakan oleh dalam institusi/organisasi, dan proses kolaborasi.
berbagai ahli dengan sudut pandang yang beragam. Permasalahan dalam menciptakan nilai publik
Beragamnya pengertian tersebut didasari oleh adalah adanya tingkat kepentingan, urgensi, ruang
prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, lingkup permasalahan yang meranah lintas-
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung sektoral, sehingga menyadarkan bahwa
jawab dan tanggung gugat. pemerintah sendiri tidak mampu menciptakan
Kolaborasi adalah hubungan antar organisasi bagian penting dari nilai publik itu sendiri
yang saling berpartisipasi dan saling menyetujui (Muqorrobin, 2016: 41), sehingga diperlukan
untuk bersama mencapai tujuan, berbagi kolaborasi dengan aktor non-pemerintah.
informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat,
dan bertanggungjawab dalam pengambilan 3. Deliberasi
keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai Deliberasi merupakan kelebihan dari
masalah. kolaborasi yang membentuk pembelajaran saling
Emily R. Lai (2011 :2) menjelaskan, menguntungkan (mutual learning), pembangunan
“Collaboration is the mutual engagement of komunitas (building communities), dan
participants in a coordinated effort to solve a pemanfaatan proses interaktif (employing
problem together. Collaborative interactions are interactive).
characterized by shared goals, symmetry of
structure, and a high degree of negotiation, Faktor Pendukung (Internal)
interactivy, and interdependence.” Definisi Pengembangan Pariwisata Faktor pendukung
tersebut menjelaskan bahwa kolaborasi adalah adalah suatu kondisi yang dapat mendorong atau
keterlibatan bersama dalam upaya terkoordinasi menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau
untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online).
Interaksi kolaboratif ditandai dengan tujuan Modal kepariwisataan (torism assets) sering
bersama, struktur yang simeteris dengan negosiasi disebut sumber kepariwisataan (tourism
tingkat tinggi melalui intertivitas dan adanya saling resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat
ketergantungan. menjadi tujuan wisata jika kondisinya sedemikian
rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi
Komponen-Komponen Kolaborasi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan
Dalam sebuah kolaborasi terdapat komponen- menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal
komponen yang menjadi kunci keberhasilan atau sumber kepariwisataaan. Menjadi atraksi
kolaborasi itu sendiri. Komponen-komponen wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus
tersebut saling melengkapi satu sama lain, komplementer dengan motif perjalanan wisata.
sehingga kolaborasi akan berhasil apabila Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan
memenuhi semua komponen. suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang
Dalam sebuah kolaborasi terdapat dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo dalam
komponenkomponen yang menjadi kunci Lintang (2016) modal atraksi yang menarik
keberhasilan kolaborasi itu sendiri. Komponen- kedatangan wisatawan ada tiga diantaranya :
komponen tersebut saling melengkapi satu sama 1) Modal dan potensi alam, alam merupakan
lain, sehingga kolaborasi akan berhasil apabila salah satu faktor pendorong seorang melakukan
memenuhi semua komponen. Berikut ini akan perjalanan wisata karena ada orang berwisata
dijelaskan tiga komponen kolaborasi menurut hanya sekedar menikmati keindahan alam,

74
ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian 1. Attraction (daya tarik) Dimana daerah
fisik, flora dan faunanya. tujuan wisata dalam menarik wisatawan
2) Modal dan potensi kebudayaannnya. Yang hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik
dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan berupa alam maupun masyarakat dan budayanya .
kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi 2. Accesable (bisa dicapai). Dalam hal ini
seperti kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan dimaksudkan agar wisatawan domestik dan
tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan mancanegara dapat dengan mudah dalam
yang hidup di tengah-tengah kehidupan pencapaian tujuan ke tempat wisata
masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau 3. Fasilitas (Amenities) Syarat yang ketiga ini
pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan
waktu di tengahtengah masyarakat dengan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan
kebudayaannya yang dianggap menarik. tinggal lebih lama di daerah tersebut.
3) Modal dan potensi manusia. Manusia 4. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary)
dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan
keunikan-keunikan adat istiadat maupun mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di
kehidupannya namun jangan sampai martabat dari daerah tersebut wisatawan dapat merasakan
manusia tersebut direndahkan sehingga keamanan (Protection of Tourism) dan terlindungi
kehilangan martabatnya sebagai manusia. baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik
dan saran mengenai keberadaan mereka selaku
Faktor Penghambat (Eksternal) pengunjung/ Orang berpergian.
Pengembangan Pariwisata. Selain faktor Berdasarkan pemaparan di atas dapat
pendorong, ada juga faktor penghambat disimpulkan aspek penawaran sangat dibutuhkan
pengembangan wisata. Hal ini tidak lepas dari dalam manajemen pariwisata. Aspek tersebut erat
adanya permasalahan yang menyebabkan kaitannya dengan manajemen objek wisata, objek
kurangnya daya tarik wisata yang ada di destinasi wisata yang akan dikelola harus memiliki potensi
wisata. Belum tertata dengan baik berbagai macam yang dapat dilihat dari terpenuhinya aspek-aspek
potensi wisata maupun sarana dan prasarana tersebut.
objek wisata juga menjadi faktor penghambat
pengembangan wisata. Faktor yang menjadi III. METODE PENELITIAN
penghambat bisa saja ditemukan dari faktor Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
internal maupun faktor eksternal. metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
Dari faktor internal misalnya dalam teknik pengumpulan data melalui observasi,
pengembangan destinasi wisata, kurangnya wawancara dan studi dokumentasi di Kawasan
sumber daya manusia yang mampu mengolah dan Wisata Dermaga Kereng Bangkirai Kota Palangka
mengembangkan potensi wisata, kurangnya lahan Raya. Teknik penentuan informan menggunakan
untuk dikembangkan, serta kurangnya sarana dan teknik purposive bertujuan memperluas deskripsi
prasarana. Sedangkan dari faktor eksternal, informasi dan melacak variasi informasi yang
dukungan dari pemerintah yang belum maksimal dimungkinkan ada, juga untuk mengetahui dan
membuat pengembangan pariwisata terhambat, mengulas lebih dalam mengenai kolaborasi antar
misalnya seperti akses jalan yang rusak hingga saat stakeholder di Kawasan Wisata Dermaga Kereng
ini belum diperbaiki, ketersediaan listrik yang Bangkirai Kota Palangka Raya. Adapun Teknik
belum memadai. Hal tersebut tentunya akan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
menjadi penghambat perjalanan wisatawan adalah analisa dengan menggunakan model
yangakan berkunjung. interaktif (interactive models of analysis).

Kajian Manajemen Pariwisata dalam


Penawaran Pariwisata
IV. HASIL PENELITIAN DAN
Manajemen pariwisata tidak terlepas dari dua PEMBAHASAN
konsep yaitu: konsep manajemen dan konsep
pariwisata. Kedua konsep tersebut sangat Kolaborasi yang dilakukan oleh Pemerintah,
berhubungan, karena dalam manajemen pariwisata Swasta dan Masyarakat dalam melakukan
selain memerlukan sarana dan prinsip-prinsip Pembangunan Pariwisata
manajemen, pada manajemen pariwisata
memerlukan aspek potensi yang dimiliki oleh Komunikasi
objek wisata tersebut sebagai input awal Komunikasi yang intensif sangatlah penting
penawaran wisata agar dapat dilakukan proses dalam kolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan
manajemen. Menurut Medlik dalam Astarina secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi
(2010:19) ada empat aspek (4A) yang harus yang dilakukan secara tidak langsung dapat
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek- melalui perantara teknologi. Komunikasi melalui
aspek tersebut adalah:

75
perantara akan lebih efektif diterapkan pada Faktor Pendukung Kolaborasi yang
kolaborasi yang terdapat konflik antar aktor. dilaksanakan dalam Pembangunan Pariwisata
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Kolaborasi yang dilakukan Faktor pendukung merupakan faktor atau
oleh Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam penyebab dari terjadinya sesuatu yang bersifat
melakukan Pembangunan Pariwisata melalui mendukung atau membenarkan. Sedangkan faktor
komunikasi yaitu telah dibentuknya wadah yang di penghambat itu merupakan penyebab dari
prakarsai oleh Dinas Kepariwisataan Dinas gagalnya suatu hal yang diinginkan. Faktor
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya pendukung kolaborasi yang dilaksanakan dalam
antara lain dengan terbentuknya Pokdarwis yang pembangunan pariwisata di Kawasan Dermaga
memfasilitasi serta menjadi jembatan pertemuan- Kereng Bangkirai bermacam-macam. Begitu juga
pertemuan yang dilakukan dalam rentan waktu 3 dengan faktor penghambatnya.
bulan sekali dengan topik pembahasan Maka untuk menemukan potensi
peningkatan meningkatkan jumlah wisata di kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman
dermaga wisata kereng bangkirai dan dalam hal ini kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut
yang membahas tentang kepariwisataan, namun Soekadijo dalam Lintang (2016) modal atraksi
belum sepenuhnya memberikan dan mewakili yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga di
partisipasi serta kepuasan kepada antaranya:
masyarakat/swasta pada umumnya.
1) Modal dan potensi alam
Nilai Tambah
Nilai yang dimaksud disini adalah nilai publik, Alam merupakan salah satu faktor pendorong
yakni yang dihasilkan dari efisiensi, demokrasi seorang melakukan perjalanan wisata karena ada
dalam institusi/organisasi, dan proses kolaborasi. orang berwisata hanya sekedar menikmati
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin
bahwa Kolaborasi yang dilakukan oleh Pemerintah, menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.
Swasta dan Masyarakat dalam melakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat
Pembangunan Pariwisata yang menghasilkan nilai disimpulkan bahwa Modal dan potensi alam, alam
tambah adalah secara mayoritas sudah terjadinya merupakan faktor pendorong seorang melakukan
keterlibatan semua unsur yang ada di wilayah perjalanan wisata karena kedatang wisatawan
Wisata Kereng Bangkirai baik pemerintah, swasta berwisata untuk menikmati keindahan alam,
dan masyarakat. Namun demikian perlu adanya ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian
kolaborasi yang lebih menekankan kepada fisik, flora dan faunanya. Ini menandakan potensi
partisipasi masyarakat agar keberlangsungan alam yang merupakan faktor pendorong seorang
wisata dermaga kereng bangkirai tetap melakukan perjalanan wisata masyarakat dan
berkelanjutan. lingkungan sekitar kawasan Wisata.

Deliberasi 2) Modal dan potensi kebudayaannnya.


Deliberasi merupakan kelebihan dari
kolaborasi yang membentuk pembelajaran saling Yang dimaksud potensi kebudayaan disini
menguntungkan (mutual learning), pembangunan merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan
komunitas (building communities), dan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan
pemanfaatan proses interaktif (employing keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan
interactive). segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah
Berdasarkan hasil penelitian dapat kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan
disimpulkan bahwa Kolaborasi yang dilakukan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan
oleh Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam dapat menghabiskan waktu di tengahtengah
melakukan Pembangunan Pariwisata yang dilihat masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap
dari deliberasi adalah terjadinya perubahan positif menarik.
yaitu dari pekerjaan masyarakat sekitar dari ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat
rumah tangga, nelayan, buruh harian lepas, serta disimpulkan bahwa Modal dan potensi
illegal loging kini mereka beralih ke tempat usaha kebudayaannnya, potensi kebudayaan disini
berupa warung, toko, parkir dan penyediaan sewa merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan
perahu yang hampir seluruhnya merupakan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan
inisiatif warga sekitar kawasan pariwisata Kereng keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan
Bangkirai. Ini menandakan adanya kondisi saling segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah
menguntungkan antara wisatawan, masyarakat kehidupan masyarakat. Ini menandakan potensi
dan lingkungan sekitar kawasan Wisata. budaya yang merupakan faktor pendukung sebagai
pendorong seorang melakukan perjalanan wisata
masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan
Wisata.

76
ada dukungan yang nyata dari pemerintah yang
3) Modal dan potensi manusia. membuat pengembangan pariwisata, misalnya
seperti akses jalan, ketersediaan listrik.
Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang
berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun Kajian Manajemen Pariwisata dalam
kehidupannya namun jangan sampai martabat dari Penawaran Pariwisata
manusia tersebut direndahkan sehingga Dalam manajemen pariwisata selain
kehilangan martabatnya sebagai manusia. memerlukan sarana dan prinsip-prinsip
Berdasarkan hasil penelitian dapat manajemen, pada manajemen pariwisata
disimpulkan bahwa Modal dan potensi manusia, memerlukan aspek potensi yang dimiliki oleh
potensi manusia disini Manusia dapat dijadikan objek wisata tersebut sebagai input awal
atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan penawaran wisata agar dapat dilakukan proses
adat istiadat maupun kehidupannya. Dalam hal ini manajemen. Menurut Medlik dalam Astarina
menandakan potensi manusia belum menjadi (2010:19) ada empat aspek (4A) yang harus
faktor pendorong seorang melakukan perjalanan diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-
wisata masyarakat dan lingkungan sekitar aspek tersebut adalah:
kawasan Wisata Dermaga Kereng Bangkirai.
1. Attraction (daya tarik)
Faktor Penghambat Kolaborasi yang
dilaksanakan dalam Pembangunan Pariwisata Dimana daerah tujuan wisata dalam menarik
wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik
Pengembangan Pariwisata. Selain faktor daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan
pendorong, ada juga faktor penghambat budayanya.
pengembangan wisata. Hal ini tidak lepas dari Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
adanya permasalahan yang menyebabkan bahwa Attraction (daya tarik) Dimana daerah
kurangnya daya tarik wisata yang ada di destinasi tujuan wisata dermaga kereng bangkirai dalam
wisata. Belum tertata dengan baik berbagai macam menarik wisatawan telah memiliki daya tarik
potensi wisata maupun sarana dan prasarana tersendiri yaitu air hitam maupun masyarakat dan
objek wisata juga menjadi faktor penghambat budaya dayak itu sendiri.
pengembangan wisata. Faktor yang menjadi
penghambat bisa saja ditemukan dari faktor 2. Accesable (bisa dicapai).
internal maupun faktor eksternal.
Dari faktor internal misalnya dalam Dalam hal ini dimaksudkan agar wisatawan
pengembangan destinasi wisata, kurangnya domestik dan mancanegara dapat dengan mudah
sumber daya manusia yang mampu mengolah dan dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.
mengembangkan potensi wisata, kurangnya lahan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
untuk dikembangkan, serta kurangnya sarana dan bahwa Accesable (bisa dicapai) telah dilaksanakan
prasarana. baik kemuudahan transportasi darat, sungai dan
Sedangkan dari faktor eksternal, dukungan udara. Yang tujuannya adalah agar wisatawan
dari pemerintah yang belum maksimal membuat domestik dan mancanegara dapat dengan mudah
pengembangan pariwisata terhambat, misalnya dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata di
seperti akses jalan yang rusak hingga saat ini kawasan Wisata Dermaga Kereng Bangkirai.
belum diperbaiki, ketersediaan listrik yang belum
memadai. Hal tersebut tentunya akan menjadi 3. Fasilitas (Amenities)
penghambat perjalanan wisatawan yang akan
Syarat yang ketiga ini memang menjadi salah
berkunjung.
satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana
Berdasarkan hasil penelitian dapat
wisatawan dapat dengan tinggal lebih lama di
disimpulkan bahwa Faktor yang menjadi
daerah tersebut.
penghambat bisa saja ditemukan dari faktor
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
internal maupun faktor eksternal, faktor internal
bahwa Fasilitas (Amenities) Syarat yang ketiga ini
misalnya dalam pengembangan destinasi wisata,
sudah dilaksanakan dan disediakan dengan baik
kurangnya sumber daya manusia yang mampu
sehingga kawasan wisata di dermaga kereng
mengolah dan mengembangkan potensi wisata
bangkirai menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan
serta keterbatasan lahan. Dalam hal ini faktor
Wisata (DTW) di Kota Palangka Raya.
internal masih menjadi kendala terbesar dimana
masih kurangnya sumber daya manusia yang
4. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary)
mampu mengolah dan mengembangkan potensi
wisata serta keterbatasan lahan di kawasan Wisata Wisatawan akan semakin sering mengunjungi
Dermaga Kereng Bangkirai. Sedangkan faktor dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila
eksternal tidak menjadi hambatan karena sudah di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan

77
keamanan (Protection of Tourism) dan terlindungi yaitu dari pekerjaan masyarakat sekitar dari ibu
baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik rumah tangga, nelayan, buruh harian lepas, serta
dan saran mengenai keberadaan mereka selaku illegal loging kini mereka beralih ke tempat usaha
pengunjung/ Orang berpergian. berupa warung, toko, parkir dan penyediaan sewa
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan perahu yang hampir seluruhnya merupakan
bahwa telah dibentuknya HPI ( Himpunan inisiatif warga sekitar kawasan pariwisata Kereng
Pramuwisata Indonesia ) dan Pokdarwis ( Bangkirai. Ini menandakan adanya kondisi saling
Kelompok Sadar Wisata sebagai Lembaga menguntungkan antara wisatawan, masyarakat
Pariwisata (Ancillary) Wisatawan menjadi daya dan lingkungan sekitar kawasan Wisata.
tarik tersendiri sehingga wisatawan akan semakin 2. Faktor Pendukung Kolaborasi yang
sering mengunjungi dan mencari DTW (Daerah dilaksanakan dalam Pembangunan Pariwisata di
Tujuan Wisata) di kawasan Wisata Dermaga kawasan wisata Dermaga Kereng Bangkirai Kota
Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya. Palangka Raya.
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
V. PENUTUP pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Modal dan potensi alam, alam merupakan faktor
pendorong seorang melakukan perjalanan wisata
Simpulan
karena kedatang wisatawan berwisata untuk
menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.
di atas maka penelitian ini dapat disimpulkan Ini menandakan potensi alam yang merupakan
sebagai berikut : faktor pendorong seorang melakukan perjalanan
1. Kolaborasi yang dilaksanaka oleh wisata masyarakat dan lingkungan sekitar
Pemerintah, Swasta dan Masyarakat di kawasan kawasan Wisata.
wisata Dermaga Kereng Bangkirai Kota Palangka 2. Berdasarkan hasil penelitian dan
Raya dalam melakukan Pembangunan Pariwisata pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dilihat dari beberapa aspek antara lain : Modal dan potensi kebudayaannnya, potensi
a. Berdasarkan hasil penelitian dan kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian
Kolaborasi yang dilakukan oleh Pemerintah, atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi
Swasta dan Masyarakat dalam melakukan adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di
Pembangunan Pariwisata melalui komunikasi yaitu tengah-tengah kehidupan masyarakat. Ini
telah dibentuknya wadah yang di prakarsai oleh menandakan potensi budaya yang merupakan
Dinas Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan faktor pendukung sebagai pendorong seorang
Pariwisata Kota Palangka Raya antara lain dengan melakukan perjalanan wisata masyarakat dan
terbentuknya Pokdarwis yang memfasilitasi serta lingkungan sekitar kawasan Wisata.
menjadi jembatan pertemuan-pertemuan yang 3. Berdasarkan hasil penelitian dan
membahas tentang kepariwisataan, namun belum pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
sepenuhnya memberikan dan mewakili partisipasi Modal dan potensi manusia, potensi manusia disini
serta kepuasan kepada masyarakat/swasta pada Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang
umumnya serta hendaknya ada komunikasi yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun
baik terhadap pihak Kelurahan. kehidupannya. Dalam hal ini menandakan potensi
b. Berdasarkan hasil penelitian dan manusia belum menjadi faktor pendorong seorang
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan perjalanan wisata masyarakat dan
Kolaborasi yang dilakukan oleh Pemerintah, lingkungan sekitar kawasan Wisata Dermaga
Swasta dan Masyarakat dalam melakukan Kereng Bangkirai.
Pembangunan Pariwisata yang menghasilkan nilai 3. Faktor Penghambat Kolaborasi yang
tambah adalah secara mayoritas sudah terjadinya dilaksanakan dalam Pembangunan Pariwisata di
keterlibatan semua unsur yang ada di wilayah kawasan wisata Dermaga Kereng Bangkirai Kota
Wisata Kereng Bangkirai baik pemerintah, swasta Palangka Raya.
dan masyarakat. Namun demikian perlu adanya Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
kolaborasi yang lebih menekankan kepada di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor yang
partisipasi masyarakat agar keberlangsungan menjadi penghambat bisa saja ditemukan dari
wisata dermaga kereng bangkirai tetap faktor internal maupun faktor eksternal, faktor
berkelanjutan. internal misalnya dalam pengembangan destinasi
c. Berdasarkan hasil penelitian dan wisata, kurangnya sumber daya manusia yang
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mampu mengolah dan mengembangkan potensi
Kolaborasi yang dilakukan oleh Pemerintah, wisata serta keterbatasan lahan. Dalam hal ini
Swasta dan Masyarakat dalam melakukan faktor internal masih menjadi kendala terbesar
Pembangunan Pariwisata yang dilihat dari dimana masih kurangnya sumber daya manusia
deliberasi adalah terjadinya perubahan positif

78
yang mampu mengolah dan mengembangkan diskusi untuk melakukan perbaikan bersama sama.
potensi wisata serta keterbatasan lahan di Baik itu pengaturan tentang kebersihan area
kawasan Wisata Dermaga Kereng Bangkirai. wisata pengaturan ratio pelaku usaha agar
Sedangkan faktor eksternal tidak menjadi proporsional yaitu jumlah pengusaha yang ada
hambatan karena sudah ada dukungan yang nyata jangan lebih banyak dari wisatawan yang datang
dari pemerintah yang membuat pengembangan yang berakibat penurunan pendapat pelaku usaha
pariwisata, misalnya seperti akses jalan, dan masyarakat.
ketersediaan listrik dan sarana prasarana lainnya.
4. Kajian Manajemen Pariwisata dalam
Penawaran Pariwisata di kawasan wisata Dermaga VI. DAFTAR PUSTAKA
Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya
1) Berdasarkan hasil penelitian dapat Agranoff, Robert dan Michael McGuire. 2003.
disimpulkan bahwa Attraction (daya tarik) Dimana Collaborative Public Management:
daerah tujuan wisata dermaga kereng bangkirai NewStrategies for Local Governments.
dalam menarik wisatawan telah memiliki daya Washington DC: Georgetown University Press.
tarik tersendiri yaitu air hitam maupun Ardika, I Wayan. 2004. Pariwisata Bali:
masyarakat dan budaya dayak itu sendiri. Membangun Pariwisata-Budaya dan
2) Berdasarkan hasil penelitian dapat Mengendalikan Budaya Pariwisata. Bali Menuju
disimpulkan bahwa Accesable (bisa dicapai) telah Jagadhita: Aneka Perspektif. Denpasar: Pustaka
dilaksanakan baik kemuudahan transportasi darat, Bali Post.
sungai dan udara. Yang tujuannya adalah agar Astarina, Yesita. 2010. Manajemen Pariwisata.
wisatawan domestik dan mancanegara dapat Pagaralam: Makalah Press.
dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat Darminta, J., 2006, Praksis Pendidikan Nilai,
wisata di kawasan Wisata Dermaga Kereng Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Bangkirai. Oka A Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi,
3) Berdasarkan hasil penelitian dapat Informasi, dan Implementasi. Jakarta : Penerbit
disimpulkan bahwa Fasilitas (Amenities) Syarat Kompas.
yang ketiga ini sudah dilaksanakan dan disediakan Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah
dengan baik sehingga kawasan wisata di dermaga Pengantar Perdana. Jakarta: PradnyaParamita.
kereng bangkirai menjadi salah satu syarat Daerah Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu
Tujuan Wisata (DTW) di Kota Palangka Raya. Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
4) Berdasarkan hasil penelitian dapat Supriatna Tjahja. 2000. Strategi Pembangunan dan
disimpulkan bahwa telah dibentuknya HPI ( Kemiskinan. Rineke Cipta. Jakarta.
Himpunan Pramuwisata Indonesia ) dan Syafie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu
Pokdarwis ( Kelompok Sadar Wisata sebagai Pariwisata. Bandung: Mandar Maju Yogyakarta:
Lembaga Pariwisata (Ancillary) Wisatawan Gava Media.
menjadi daya tarik tersendiri sehingga wisatawan Tikson, T. Deddy. 2005. Administrasi
akan semakin sering mengunjungi dan mencari Pembangunan. Makassar : Gemilang Persada.
DTW (Daerah Tujuan Wisata) di kawasan Wisata Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006.
Dermaga Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya. Pembangunan Ekonomi (edisi kesembilan, jilid
I). Jakarta : Erlangga.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis Sumber Perundang-Undangan:
menuliskan beberapa saran yakni sebagai berikut:
1. Kolaborasi dalam hal komunikasi perlu di Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
tingkatkan lagi dan perlu dilibatkannya pihak 2009 tentang Kepariwisataan.
Kelurahan.
2. Intensitas sosialisasi dan pelatihan Sumber Jurnal :
mengenai kepariwisataan baik itu pelatihan
kesenian tradisional dayak maupun pertunjukan Emily R. 2011; Collaboration: A Literature Review,
budaya perlu ditingkatkan agar semakin banyak Jurnal Pearson’s Research Reports.
masyarakat yang sadar akan pentingnya Rhama, Bhayu. 2017. The Implications Of The
kebersihan di area pariwisata dan memiliki Values And Behaviours Of Actors For
kemampuan untuk melihat serta mengelola potensi Ecotourism Policy: A Case Study Of Sebangau
wisata di daerahnya agar wisata di dermaga National Park, Central Kalimantan, Indonesia.
Kereng Bangkirai dapat berkelanjutan. Yatmaja, Panji Try, 2019, Efektivitas
3. Mengingat ada beberapa kekurangan pemberdayaan masyarakat 0leh kelompok
dalam hal pengaturan sarana prasarana wisata, sadar wisata (POKDARWIS) dalam
Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Palangka Raya, mengembangkan pariwisata berkelanjutan.
kelurahan masyarakat dan swasta perlu untuk

79
Administratio: Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik dan Pembangunan, 10(1), 27-36.

Sumber Internet:

Kereng – Bangkirai Wordpress,


https://kerengbangkirai.wordpress.com/tenta
ng-kelurahan/profil-kelurahan/.

80

Anda mungkin juga menyukai