Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2615-6628

Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS


MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PERKOTAAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI AYUNG
(Studi Kasus Tukad Bindu, Desa Kesiman, Kecamatan
Denpasar Timur)
Luh Putu Kirana Pratiwi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati
kirana.pratiwi@unmas.ac.id

ABSTRAK

Pembangunan pariwisata berkelanjutan diarahkan untuk mengembangkan


pariwisata perkotaan yang ramah lingkungan. Revitalisasi sungai di Kota Denpasar
merupakan salah satu program kerja pemerintah Kota Denpasar yang bertujuan
untuk memberikan pendidikan ekologi kepada masyarakat sekitar yang juga dapat
memiliki nilai ekonomi. Secara tradisional, sungai adalah kawasan suci yang layak
untuk dilestarikan dalam mewujudkan kegiatan dalam kebijaksanaan Tri Hita
Karana, yaitu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, alam dan manusia, sehingga
keberadaan air di Bali harus terus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Strategi penting
untuk mengetahui potensi pengembangan ekowisata di daerah perkotaan adalah
pemberdayaan masyarakat sekitar di kawasan wisata. Pemberdayaan masyarakat
adalah unit vital yang terkait dengan aspek fisik, materi, ekonomi dan pendapatan,
aspek kelembagaan (pertumbuhan kekuatan individu dalam bentuk
kelompok/kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual, dan kekuatan
bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Prinsip
ekowisata memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan meminimalkan dampak
negatif dari lingkungan sekitarnya melalui upaya konservasi dengan menjaga
kualitas lingkungan dan budaya lokal, serta mampu memberdayakan ekonomi
masyarakat sekitar.
Kata kunci: Potensial, Ekowisata, Penguatan, Pemberdayaan Masyarakat.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 76

POTENTIAL OF COMMUNITY-BASED ECOTOURISM DEVELOPMENT AS URBAN


COMMUNITY EMPOWERMENT EFFORTS IN THE AYUNG RIVER FLOW AREA
(Case Study of Tukad Bindu, Kesiman Village, East Denpasar District)

ABSTRACT

Sustainable tourism development is directed at developing environmentally


friendly urban tourism. The revitalization of rivers in Denpasar City is one of the
work programs of the Denpasar City government that aims to provide ecological
education to the surrounding community can also have economic value.
Traditionally, the river is a sacred area that deserves to be preserved in realizing the
activities in the wisdom of Tri Hita Karana, namely maintaining good relations with
God, nature and humans, so that the presence of water in Bali continues to maintain
its quality and quantity. An important strategy to find out the potential for
ecotourism development in urban areas is the empowerment of surrounding
communities in the tourist area. Community empowerment is a vital unit related to
physical, material, economic and income aspects, institutional aspects (growth of
individual strengths in the form of groups / groups), strength of cooperation,
intellectual strength, and shared strength to comply with and apply the principles of
empowerment. The principle of ecotourism has an inseparable part by minimizing
the negative impact of the surrounding environment through conservation efforts by
maintaining the quality of the environment and local culture, as well as being able
to empower the economy of the surrounding community.
Keywords: Potential, Ecotourism, Empowerment, Urban Communities

PENDAHULUAN Seiring dengan kesadaran


wisatawan terhadap lingkungan dan
Pariwisata menjadi landasan
isu-isu tentang pembangunan
kebijakan pengembangan perkotaan
berwawasan lingkungan, memberikan
yang mengkombinasi sediaan (supply)
pandangan pada masyarakat bahwa
yang kompetitif sesuai dengan
pentingnya prinsip-prinsip pariwisata
harapan pengunjung dengan
yang berkelanjutan. Suatu upaya
kontribusi positif terhadap
pemanfaatan sumberdaya lokal yang
pembangunan kota dan kesejahteraan
optimal adalah dengan
penduduknya (Pujaastawa, 2005).
mengembangkan pariwisata dengan
Idealnya, pengembangan wisata
konsep ekowisata. Ekowisata
berkelanjutan diarahkan pada
merupakan daerah tujuan wisata
pengembangan pariwisata perkotaan
untuk menikmati dan mempelajari
yang berwawasan lingkungan (urban
mengenai alam, sejarah, dan budaya
ecotourism). Revitalisasi sungai-sungai
pada suatu daerah, yang mana pola
yang sungai ada di Kota Denpasar
wisatanya membantu ekonomi
adalah salah satu program kerja
masyarakat lokal dan mendukung
pemerintah Kota Denpasar yang
pelestarian alam. Prinsip ekowisata
bertujuan di samping memberikan
memiliki bagian yang tidak
pendidikan ekologis bagi
terpisahkan dengan meminimalisir
masyararakat sekitar dapat juga
dampak negatif lingkungan sekitar
bernilai ekonomis.
melalui upaya-upaya konservasi
dengan mempertahankan kualitas

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 77

lingkungan dan budaya setempat, keterlibatan masyarakat lokal


serta mampu memberdayakan merupakan kunci utama dalam
ekonomi masyarakat sekitar (Fandeli, pembangunan pariwisata, sehingga
dkk. 2000). konsep pemberdayaan muncul
Pergeseran konsep sebagai usaha untuk memberikan
kepariwisataan dunia menuju model masyarakat lokal agar terlepas dari
ekowisata, disebabkan karena ketidakmampuan bersuara
kejenuhan wisatawan untuk (voicelessness) dan ketidakberdayaan
mengunjungi obyek wisata buatan. (powerlessness) yang mencakup empat
Oleh sebab itu, peluang ini dapat indikator utama yaitu: (1) kualitas
dimanfaatkan secara maksimal untuk sumber daya manusia, (2) akses
menarik wisatawan asing terhadap berbagai informasi dalam
mengunjungi obyek berbasis alam dan pekerjannya, (3) akuntabilitas
budaya penduduk lokal. Beberapa (tanggung jawab pelestarian
aspek kunci dalam pengembangan masyarakat lokal, serta (4) kapasitas
ekowisata berbasis masyarakat organisasi lokal dalam membina
(community based ecotourism) adalah masyarakat untuk lebih berdaya.
(1) jumlah pengunjung terbatas atau Dengan demikian, pentingnya
diatur supaya sesuai dengan daya pemberdayaan masyarakat adalah
dukung lingkungan dan sosial budaya menciptakan kemandirian agar
masyarakat setempat. (2) Pola wisata mampu berbuat, memahami serta
ramah lingkungan (nilai konservasi). mengaplikasikan berbagai kegiatan
(3) Pola wisata ramah budaya (nilai pembangunan, sehingga ke depan
edukasi dan wisata. (4) Membantu mampu meningkatkan taraf hidup,
secara langsung perekonomian pengembangan ekonomi masyarakat
masyarakat lokal (nilai ekonomi). (5) dan kesejahteraannya.
Modal awal yang diperlukan untuk Revitalisasi sungai-sungai yang
infrastruktur tidak besar (nilai sungai ada di Kota Denpasar adalah
partisipasi masyarakat dan ekonomi) salah satu program kerja pemerintah
(Satria, 2009). Kota Denpasar yang bertujuan
Sunyoto Usman dalam Hikmat disamping memberikan pendidikan
(2004) menyebutkan bahwa salah satu ekologis bagi masyararakat sekitar
strategi penting dalam pengembangan dapat juga bernilai ekonomis. Secara
ekowisata di perkotaan adalah tradisional, sungai merupakan
pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah suci yang patut untuk
pada area kawasan wisata. dilestarikan dalam mewujudkan
Pemberdayaan masyarakat adalah aktivitas dalam kearifan Tri Hita
satu kesatuan yang vital terkait aspek Karana yaitu menjaga hubungan baik
fisik, material, ekonomi dan terhadap Tuhan, alam dan manusia,
pendapatan, aspek kelembagaan sehingga keberadaan air di Bali tetap
(tumbuhnya kekeuatan individu lestari kualitasnya dan kuantitasnya
dalam bentuk wadah/kelompok), (Suwantoro, 2001). Sejalan dengan
kekuatan kerjasama, kekuatan RPJMD Semesta Berencana Kota
intelektual, dan kekuatan bersama Denpasar Tahun 2016-2021 yaitu:
untuk mematuhi dan menerapkan Kebijakan umum pembangunan Kota
prinsip-prinsip pemberdayaan. Pitana, Denpasar disusun sesuai dengan
dkk (2005) menyebutkan bahwa prioritas pengembangan sektor

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 78

pembangunan yakni sebagai berikut. wisata ini. Lebih lanjut menurutnya


Pertama, kebudayaan dalam penataan Tukad Bindu dilakukan
penguatan pembangunan budaya mulai tahun 2010 hingga 2012. Agar
yang mencakup 4 dimensi antara lain: pengelola Tukad Bindu ditangani
(a) budaya sebagai landasan pihak yang resmi maka terbentuk
membentuk karakter, mental, dan jati Yayasan Tukad Bindu pada 23 Maret
diri serta identitas masyarakat; (b) 2017 (Suparta, 2017). Dengan
Budaya untuk mengembangan produk demikian, seluruh sub sektor terkait
seni dan kerajinan; (c) Budaya sebagai edukasi, lingkungan, pertanian, dan
landasan pembangunan ekonomi pariwisata harus dioptimalkan,
kerakyatan; serta (d) Budaya sebagai sehingga mampu menjadi pendukung
landasan pelestarian lingkungan. dan mitra pertumbuhan industri
Kedua, pangan untuk rakyat sebagai pariwisata berkelanjutan berbasis
upaya pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan ekowisata masyarakat
rakyat berupa pangan secara mandiri di Kota Denpasar. Tujuan penlelitian
(selfsuffency) (Badan Perencanaan ini untuk mengetahui seberapa besar
Pembangunan Daerah Kota potensi pengembangan ekowisata
Denpasar). berkelanjutan sebagai wujud
Tukad Bindu Kesiman pemberdayaan masyarakat lokal
Kecamatan Denpasar Timur sebagai perkotaan di kawasan Daerah Aliran
salah satu kawasan sungai yang telah Anak Sungai Ayung yakni Tukad
mampu ditata Pemkot Denpasar Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan
bersama masyarakat setempat. Denpasar Timur Kota Denpasar.
Penataan Tukad Bindu juga berhasil
METODE PENELITIAN
meraih penghargaan Nasional belum
lama ini. Daya tarik Tukad Bindu Penelitian ini dilakukan di
hingga penataan kebersihannya pun Sepanjang Daerah Aliran Sungai
membuat Dinas Lingkungan Hidup Ayung yakni Tukad Bindu di Desa
(DLH) Kabupaten Bandung kepincut Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur,
melakukan kunjungan ke Tukad Kota Denpasar. Sampel dalam
Bindu Kesiman Kecamatan Denpasar penelitian ini adalah pada masyarakat
Timur, Sabtu (22/07). Kunjungan ini lokal di Sepanjang Daerah Aliran
dilakukan dalam upaya peningkatan Sungai Ayung yakni Tukad Bindu
kader sabilulungan bersih yang akan dengan. Metode penentuan responden
dilakukan oleh Kabupaten Badung. adalah dengan teknik purposive
Penasehat Yayasan Tukad Bindu Ida sampling (sengaja) (Sugiyono, 2012).
Bagus Alit B.A mengatakan Tukad Metode pengumpulan data melalui
Bindu bisa ditata dan dijadikan objek wawancara mendalam (in-depth
wisata sebagai upaya menumbuhkan interview) pada informan kunci
rasa cinta lingkungan masyarakat seperti: Kepala Desa Kesiman, Kepala
sekitar, sekaligus pemberdayaan pengelola Yayasan Tukad Bindu serta
masyarakat di lingkungan Kesiman, tokoh masyarakat setempat. Metode
Denpasar. Tidak hanya fokus ke pengumpulan data penelitian ini juga
penataan aliran sungai, inovasi ini dilengkapi dengan dokumentasi dan
juga membuka ruang keterlibatan studi kepustakaan.
masyarakat sekitar untuk menjual Analisis dalam penelitian ini
kuliner khas Bali disekitar objek termasuk penelitian deskriptif dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 79

menggunakan metode gabungan pengembangan ekowisata digunakan


SWOT dengan AHP. Penelitian ini untuk menyusun matriks analisis
menggali dan menganalisis potensi faktor internal dan faktor eksternal.
pengembangan ekowisata Setelah mengetahui selanjutnya
berkelanjutan sebagai wujud dilakukan analisis dengan
pemberdayaan masyarakat lokal menggunakan matriks IFAS (Internal
perkotaan di kawasan Daerah Aliran Strategic Factor Analysis Summary)
Anak Sungai Ayung yakni Tukad dan EFAS (External Factor Analysis
Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan Summary) yang dapat menganalisis
Denpasar Timur Kota Denpasar. potensi pengembangan ekowisata
Pada Faktor ekternal (EFE dan berkelanjutan sebagai wujud
faktor internal (IFE) dalam pemberdayaan masyarakat lokal
pengembangan ekowisata perkotaan di kawasan Daerah Aliran
berkelanjutan dianalisis dengan Anak Sungai Ayung yakni Tukad
menggukanakan AHP. Analisis SWOT Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan
dilakukan untuk mengetahui sebesar Denpasar Timur Kota Denpasar.
pemberdayaan masyarakat lokal Faktor-faktor kekuatan dan
perkotaan di kawasan Daerah Aliran kelemahan merupakan bagian dari
Anak Sungai Ayung yakni Tukad lingkungan internal pengembangan
Bindu, dilakukan dengan beberapa ekowisata yang dapat memacu
tahapan antara lain: berkembangnya pemberdayaan petani
1. Menyusun faktor internal (IFE) dan di perkotaan. Sedangkan faktor-faktor
faktor eksternal (EFE) dalam peluang dan ancaman merupakan
pengembangan ekowisata maka bagian dari lingkungan eksternal
masing-masing faktor ditentukan pengembangan ekowisata yang dapat
bobot dan rangkingnya. memacu berkembangnya
2. Pemberian bobot masing-masing pemberdayaan masyarakat lokal di
faktor mulai dari sangat penting perkotaan.
(1.0) sampai dengan tidak penting
(0,0). Faktor-Faktor Internal dan Evaluasi
3. Setelah bobot ditentukan Faktor Internal Potensi
kemudian rating ditentukan dari Pengembangan Ekowisata
pengaruh. Nilai Rating memiliki Berkelanjutan Sebagai Wujud
rentang 1 s/d 5. Rating 1 berati Pemberdayaan Masyarakat Lokal
tidak berpengaruh sedangkan Perkotaan Di Kawasan Daerah Aliran
rating 5 berati sangat berpengaruh. Anak Sungai Ayung
4. Skor ditentukan hasil pengalian Penentuan faktor-faktor
antara bobot dengan rating. 5. internal pengembangan ekowisata,
Kemudian tentukan total skor ditentukan melalui Focus Group
faktor internal dan faktor eksternal Discusion (FGD). Faktor-faktor
(Rangkuti, 2002). internal yang dipilih yaitu faktor
kekuatan dan kelemahan yang ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada pemberdayaan masyarakat lokal
Hasil penentuan faktor-faktor di perkotaan. Peserta Focus Group
strategis lingkungan internal dan Discusion (FGD) merupakan orang-
eksternal yang berpengaruh terhadap orang yang dianggap dapat mewakili

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 80

responden internal yaitu informan baik untuk say hello, membeli


kunci di Daerah Aliran Anak Sungai produk olahan makanan
Ayung yakni Tukad Bindu di Desa masyarakat lokal, peken bindu,
Kesiman. Faktor internal yang dsb.
digunakan untuk menyususn matriks f. Lingkungan yang bersih dan indah
IFAS, dapat dilihat sebagai berikut: disepanjang areal wisata, karena
berada di sepanjang Daerah Aliran
Faktor-faktor kekuatan antara lain Anak Sungai Ayung yakni Tukad
sebagai berikut. Bindu di Desa Kesiman dengan
a. Objek wisata yang menarik, karena berbagai wahana wisata lainnya.
pada lokasi ini ditetapkan sebagai g. Fasilitas penunjang wisata yang
jalur hijau untuk melestarikan lengkap yakni: area jogging track
lingkungan sungai di perkotaan untuk jogging maupun cycling,
khususnya Daerah Aliran Anak bangunan semi permanen untuk
Sungai Ayung yakni Tukad Bindu makanan khas kesiman, wisata air,
di Desa Kesiman. wisata spiritual, gazebo (tempat
b. Aksesibilitas mudah, karena lokasi bersantai), dsb.
wisata yang strategis berada
tengah kota, dekat bandara, berada Faktor-faktor kelemahan antara lain
di areal jalan bypass Ngurah Rai, sebagai berikut.
sehingga dalam jalur transportasi a. Atraksi pertanian urban farming
pun mudah. perkotaan kurang menonjol.
c. Kehidupan sosial budaya menarik, b. Atraksi budaya kurang mononjol:
karena anggota subak dan seni patung, karena kegiatan
masyarakat sekitar masih utama wisata adalah potensi
melestarikan tradisi hindu buatan yakni: memancing, wisata
berlandaskan konsep Tri Hita air, wisata spiritual: yoga,
Karana (hubungan yang harmonis bersantai menikmati
antara manusia dengan Tuhan pemandangan.
(parhyangan), manusia dengan c. Rendahnya pengetahuan
manusia lainnya (pawongan), dan masyarakat mengenai potensi
manusia dengan alam wisata menyebabkan masyarakat
(palemahan). Hal ini masih kurang berkontribusi secara
tercermin pada ritual upacara langsung dalam program wisata
keagamaan, adat bali menyama yang dijalankan.
braya pada nelu bulanin, nganten, d. Promosi wisata yang kurang
mesangih, ngaben, dsb. maksimal, karena hanya
d. Potensi wisata buatan yang mengandalkan kenalan, atau
menarik, pada kawasan Tukad mouth to mouth. Untuk media
Bindu terdapat paket wisata: online belum sepenuhnya
wisata memancing, edukasi produktif dijalankan baik bermitra
lingkungan hayati, wisata air, dengan dinas pemerintahan, pihak
wisata religi, wisata pertanian tour and travel, maupun
urban farming di perkotaan (urban perhotelan, sehingga benefit yang
farming), dsb. di dapat tiap tahunnya tidak terlalu
e. Masyarakat yang ramah dan tinggi.
terbuka disepanjang areal wisata

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 81

e. Kelembagaan ekonomi yang memiliki koperasi sebagai arus kas


kurang produktif, karena belum dalam pengelolaan wisata.

Tabel 1 Matriks Evaluasi Faktor Internal Model Strategi Pengembangan Ekowisata


dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Internal


No Kekuatan Bobot Rating Skor
1 Objek Wisata Menarik 0,17 5 0,63
2 Aksesibilitas Mudah 0,15 5 0,59
3 Kehidupan sosial budaya menarik 0,11 4 0,25
4 Potensi wisata buatan yang menarik 0,16 5 0,54
5 Masyarakat yang ramah dan terbuka 0,15 4 0,52
6 Lingkungan bersih dan indah 0,14 4 0,41
7 Fasilitas penunjang pariwisata lengkap 0,12 4 0,48
TOTAL 1,00 31 3,42

Tabel 1 Lanjutan Matriks Evaluasi Faktor Internal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Internal


No Kelemahan Bobot Rating Skor
1 Atraksi pertanian kurang menonjol 0,20 5 0,61
2 Atraksi budaya kurang menonjol 0,22 5 0,59
Rendahnya pengetahuan
3 0,19 5 0,63
masyarakatmengenai program wisata
4 Promosi wisata kurang maksimal 0,17 4 0,68
Kelembagaan ekonomi yang kurang
5 0,22 4 0,73
produktif
TOTAL 1,00 23 3,24
Sumber: Analisis data Primer

Faktor-Faktor Eksternal dan Discusion merupakan orang-orang


Evaluasi Faktor Eksternal Strategi yang dianggap dapat mewakili
Pengembangan Pertanian Perkotaan responden eksternal yaitu Kepala
di Kota Denpasar Desa, Kelian Adat, Kepala Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura,
Penentuan identifikasi faktor-
Perkebunan Kota Denpasar, serta
faktor eksternal potensi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar.
pengembangan ekowisata
Faktor-faktor eksternal yang dipilih
berkelanjutan sebagai wujud
yaitu faktor kekuatan dan kelemahan
pemberdayaan masyarakat lokal
yang dimiliki oleh pengembangan
perkotaan di kawasan Daerah Aliran
ekowisata dalam upaya pemberdayaan
Anak Sungai Ayung adalah,
masyarakat lokal Kawasan Daerah
ditentukan melalui Focus Group
Aliran Anak Sungai Ayung di Kota
Discusion (FGD). Peserta Focus Group

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 82

Denpasar. Faktor eksternal yang g. Meningkatkan PAD, karena Tukad


digunakan untuk menyusun matriks Bindu pada kawasan sungai
EFAS, dapat dilihat pada faktor-faktor perkotaan di Desa Kesiman
peluang sebagai berikut. merupakan salah satu lokasi
wisata yang sering dikunjungi
Faktor-Faktor Peluang antara lain masyarakat perkotaan.
sebagai berikut.
a. Lingkungan Sungai di perkotaan Faktor-faktor ancaman dapat dilihat
lestari, hal ini karena revitalisasi sebagai berikut:
sungai sebagai kawasan yang wajib a. Pengembangan wisata ke depan
dilestarikan padai sungai-sungai dapat merusak sektor lingkungan
yang sudah sangat tercemar di apabila limbah yang dihasilkan
perkotaan. wisata disalurkan pada aliran
b. Budaya lokal sebagai atraksi sungai dan pengunjung yang tidak
wisata, misalnya kesenian patung tertib pada kawasan pertanian.
ukir, kegiatan menyama braya, Terkikisnya nilai budaya apabila
dan ritual keagamaan petani di dalam program wisata tidak
kawasan wisata. terdapat paket budaya yang
c. Bangunan wisata yang tidak ditawarkan secara kontinyu.
merusak lingkungan, hal ini b. Lingkungan yang mulai tercemar,
karena bangunan wajib dibangun apabila ketika acara atau kegiatan
secara semi permanen untuk wisata limbah tidak mampu
perlindungan kawasan jalur hijau dikelola dengan baik.
pertanian perkotaan. c. Masyarakat lokal sebagai objek
d. Kebersihan dan keamanan wisata apabila tidak dilibatkan
lingkungan terjaga karena prinsip secara langsung dalam program
palemahan dalam konsep Tri Hita wisata, sehingga perlu edukasi dan
Karana untuk menjaga dimasukkan sebagai mitra kerja
keharmonisan dengan alam swasta untuk kegiatan wisata.
sekitar. d. Pemasaran produk pertanian
e. Menggerakkan sektor belum sepenuhnya terlibat di
perekonomian masyarakat, hal ini kawasan wisata, karena belum
karena Tukad Bindu merupakan dibuat seperti kegiatan pasar tani
daerah ekowisata perkotaan atau pun kawasan strategis dan
membuka peluang lapangan sebagai wahana promosi.
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. e. Masyarakat tidak sepenuhnya
f. Dukungan pemerintah kota dalam terlibat dalam kegiatan wisata
pelestarian jalur hijau diperkotaan, karena edukasi dan partisipasi
dengan pembuatan areal jogging aktif yang kurang dan komunikasi
track di kawasan Tukad Bindu dan keduanya yang belum transparan
bangunan semi permanen di areal untuk mengelola wisata.
wisata.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 83

Tabel 2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Eksternal


No Peluang Bobot Rating Skor
1 Pertanian di perkotaan lestari 0,15 5 0,63
2 Budaya lokal sebagai atraksi wisata 0,11 5 0,33
Bangunan wisata tidak merusak
3 0,13 4 0,40
lingkungan
Kebersihan dan keamanan lingkungan
4 0,16 4 0,39
sungaiterjaga
Menggerakkan sektor perokonomian
5 0,15 4 0,30
masyarakat
Dukungan pemerintah dalam
6 pelestarian jalur hijau di DAS 0,17 4 0,57
perkotaan
7 Meningkatkan PAD 0,13 4 0,35
TOTAL 1,00 30 2,97

Tabel 2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Eksternal


No Ancaman Bobot Rating Skor
Pengembangan wisata merusak
1 0,15 4 0,40
pertanian
2 Terkikisnya nilai budaya 0,12 4 0,29
3 Lingkungan mulai tercemar 0,11 3 0,27
Masyarakat lokal hanya sebagai objek
4 0,16 5 0,51
wisata
Pemasaran produk pertanian belum
5 sepenuhnya terlibat di wisata Tukad 0,17 4 0,53
Bindu
Masyarakat tidak sepenuhnya terlibat
6 0,18 5 0,61
dalam pengelolaan wisata
7 Persaingan wisata perkotaan lainnya 0,11 4 0,21
TOTAL 1,00 29 2,82
Sumber: Analisi data Primer

Penentuan Alternatif Strategi strategi mana yang terbaik. Tidak


dengan Matriks SWOT semua strategi yang dikembangkan
dalam matriks SWOT yang dipilih
Tujuan dari tahap ini adalah
untuk implementasi. Empat tipe
untuk menghasilkan alternatif strategi
strategi yang disarankan yaitu strategi
yang layak bukan untuk memilih
SO (kekuatan-peluang), strategi ST

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 84

(kekuatan-ancaman), strategi WO 3. Strategi W-O (Weeknesses-


(kelemahan-peluang), dan strategi WT Opportunities)
(kelemahan-ancaman). Matriks SWOT Strategi yang memperkecil
dalam mengukur potensi kelemahan dengan memanfaatkan
pengembangan ekowisata peluang yang ada. Strategi yang
berkelanjutan sebagai wujud digunakan adalah memberikan
pemberdayaan masyarakat lokal edukasi dan penyuluhan melalui dinas
perkotaan di kawasan Daerah Aliran pemerintahan Kota Denpasar pada
Anak Sungai Ayung yakni Tukad masyarakat lokal terkait program
Bindu, di Desa Kesiman, dan wisata yang dijalankan dan
dirumuskan beberapa alternatif meningkatkan produktivitas sayuran
strategi, yakni: organik, pemanfaatan sungai sebagai
1. Strategi S-O (Strengths- wisata air dan wisata spiritual, dan
Opportunity) edukasi lingkungan hayati sehingga
Strategi yang menggunakan promosi wisata mampu lebih efektif
kekuatan untuk memanfaatkan dan menguntungkan
peluang yaitu melestarikan pertanian 4. Strategi W-T (Weeknesses-Treaths)
(urban farming) perkotaan dan edukasi Strategi untuk meminimalkan
lingkungan hayati di sepanjang kelemahan dan mengantisipasi
kawasan aliran sungai melalui ancaman adalah menjalin kerjasama
pengembangan ekowisata dalam dengan pemerintah, pihak swasta
meningkatkan produktivitas lainnya untuk meningkatkan promosi
pertanian, atraksi wisata, menjaga wisata dan pengembanagan atraksi
kelestarian lingkungan, dan pertanian, budaya, edukasi
meningkatkan ekonomi masyarakat lingkungan dalam keberlanjutan
dengan kegiatan wisata yang program ke depan.
dijalankan.
2. Strategi S-T (Strengths-Threaths) Penentuan Prioritas Strategi
Strategi menggunakan kekuatan
Berdasarkan pembobotan hasil
untuk mengatasi ancaman dengan
kuisioner, maka disusun prioritas
memberdayakan masyarakat lokal
strategi yang memiliki nilai paling
melalui partisipasi aktif dalam
tinggi sampai paling rendah, seperti
pengelolaan wisata di Tukad Bindu,
terdapat pada tabel 3.
sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani dalam mengelola
wisata.

Tabel 3 Prioritas Strategi Model Pengembangan Ekowisata dalam Upaya


Pemberdayaan Petani Perkotaan

Prioritas Strategi Bobot Nilai


I Strength- Threat (ST) 2,86
II Weaknesas- Opportunity (WO) 2,32
III Weakness- Threat (WT) 2,21
IV Strength- Opportunity (SO) 1,83
Sumber: Analisis Data Primer

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 85

Urutan alternatif strategi hasil dengan kegiatan wisata yang


interaksi IFAS-EFAS pada tabel 5 dijalankan.
menunjukkan bahwa yang 2. Strategi S-T (Strengths-Threaths)
menghasilkan alternative strategi Strategi menggunakan kekuatan
dengan bobot tertinggi adalah strategi untuk mengatasi ancaman dengan
Strength-Threat (ST), dalam hal ini memberdayakan masyarakat lokal
pembentukan potensi pengembangan melalui partisipasi aktif dalam
ekowisata adalah strategi pertama pengelolaan wisata di Tukad Bindu,
yang harus dilakukan. Kemudian sehingga mampu meningkatkan
alternative strategi yang kedua adalah pendapatan masuarakat lokal dalam
strategi Weakness-Opportunity (WO), mengelola wisata.
diadakannya 3. Strategi W-O (Weeknesses-
pemberdayaanmasyarakat lokal. Opportunities)
Strategi ketiga adalah Weakness- Strategi yang memperkecil
Threat (WT), yaitu memberikan kelemahan dengan memanfaatkan
edukasi dan penyuluhan. Strategi peluang yang ada. Strategi yang
keempat adalah Strength-Opportunity digunakan adalah memberikan
(SO) yaitu menjalin kerjasama dengan edukasi dan penyuluhan melalui dinas
pemerintah, pihak swasta. pemerintahan Kota Denpasar pada
petani terkait program wisata yang
SIMPULAN DAN SARAN
dijalankan dan meningkatkan
Simpulan produktivitas pertanian organik (urban
farming), edukasi lingkungan hayati,
Berdasarkan temuan-temuan
sehingga promosi wisata lebih efektif
penelitian dan hasil pembahasan
dan menguntungkan
dapat disimpulkan pada alternatif
4. Strategi W-T (Weeknesses-Treaths)
strategi yang digunakan untuk potensi
Strategi untuk meminimalkan
pengembangan ekowisata
kelemahan dan mengantisipasi
berkelanjutan sebagai wujud
ancaman adalah menjalin kerjasama
pemberdayaan masyarakat lokal
dengan pemerintah, pihak swasta
perkotaan di kawasan Daerah Aliran
lainnya untuk meningkatkan promosi
Anak Sungai Ayung yakni Tukad
wisata dan pengembanagan atraksi
Bindu, di Desa Kesiman, adalah
pertanian perkotaan, budaya, edukasi
sebagai berikut.
lingkungan hayati dalam
1. Strategi S-O (Strengths-
keberlanjutan program ke depan.
Opportunity)
Strategi yang menggunakan Saran
kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yaitu melestarikan pertanian Dari uraian dan kesimpulan
perkotaan dan lingkungan sungai yang diperoleh tentang potensi
melalui pengembangan ekowisata pengembangan ekowisata
dalam meningkatkan produktivitas berkelanjutan sebagai wujud
pertanian, atraksi wisata, menjaga pemberdayaan masyarakat lokal
kelestarian lingkungan sungai, dan perkotaan di kawasan Daerah Aliran
meningkatkan ekonomi masyarakat Anak Sungai Ayung yakni Tukad

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 86

Bindu, di Desa Kesiman, dapat Hikmat, H. 2004. Strategi


disarankan hal-hal sebagai berikut Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
1. Dalam upaya memberdayakan Humaniora.
masyarakat lokal diperlukan
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri.
dukungan sektor swasta (investor)
2005. Sosiologi Pariwisata.
dalam pengembangan ekowisata
Yogyakarta: Andi. Prasiasa.
berbasis masyarakat untuk
melibatkan masyarakat lokal Pitana, I Gde .2005. Subak, Sistem
secara aktif dalam aktivitas wisata Irigasi Tradisional di Bali. Denpasar:
yang dilakukan. Upada Sastra.
2. Pihak Yayasan Tukad Bindu
Pujaastawa, I B G, Wirawan I GP,
diharapkan lebih intensif dalam
Adhika I M. 2005. Pariwisata Terpadu
membina masyarakat lokal dengan
Alternatif Model Pengembangan
bekerja sama pihak dinas terkait
Pariwisata Bali Tengah. Denpasar:
untuk pengembangan pertanian
Universitas Udayana Press.
yang menguntungkan, edukasi
lingkungan hayati, sehingga Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT
produk wisata dalam aktivitas Teknik Membedah Kasus Bisnis.
wisata yang dijalankan bisa Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
disediakan masyarakat lokal untuk Utama.
dipasarkan secara kontinyu.
3. Pemerintah melalui Dinas terkait Satria, D. 2009. Strategi
diharapkan memfasilitasi secara Pengembangan Ekowisata Berbasis
konsisten dalam akses pemasaran Ekonomi Lokal dalam Rangka Program
produk pertanian, promosi wisata Pengentasan Kemiskinan di Wilayah
melalui berbagai acara-acara besar Kabupaten Malang. Journal of
Dinas untuk diadakan di Tukad Indonesian Applied Economics
Bindu, sehingga peningkatan 3(1):37-47.
ekonomi dapat tercapai secara Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
signifikan. Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar-Dasar
Fandeli, D. 2000. Pengertian dan
Pariwisata. Yoyakarta : ANDI
Konsep Dasar Ekowisata. Fakultas
Yogyakarta.
Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06

Anda mungkin juga menyukai