Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334462269

MEMBINGKAI KONSEP PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN MELALUI


COMMUNITY-BASED TOURISM : SEBUAH REVIEW LITERATUR

Article in JPSI (Journal of Public Sector Innovations) · May 2019


DOI: 10.26740/jpsi.v3n2.p50-56

CITATIONS READS

4 1,464

2 authors, including:

Teguh Kurniawan
Faculty of Administrative Sciences, University of Indonesia
50 PUBLICATIONS 86 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Environmental Governance in Indonesia View project

Public Governance in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Teguh Kurniawan on 13 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Journal of Public Sector Innovation, Vol. 3, No. 2, Mei Tahun 2019, (50 – 56)

MEMBINGKAI KONSEP PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN MELALUI


COMMUNITY-BASED TOURISM: SEBUAH REVIEW LITERATUR

Ikke Febriandhika
Program Magister Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia
ikkefebriandhika@yahoo.com

Teguh Kurniawan
Fakultas Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia
teguh.kurniawan@ui.ac.id

Abstrak
Pariwisata memiliki pengaruh positif terutama dalam aspek ekonomi. Kegiatan pariwisata sendiri
melibatkan interaksi antara komunitas tuan rumah dengan wisatawan. Salah satu konsep yang digunakan
dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah Community-Based Tourism. Konsep ini
membutuhkan kontribusi dan partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata. Artikel
ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana konsep pariwisata yang berkelanjutan melalui pendekatan
Community-Based Tourism. Metode penelitian yang digunakan adalam metode kualitatif melalui studi
lieratur. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa konsep Community-Based Tourism sebagai bentuk
pengembangan pariwisata yang bertumpu pada masyarakat dengan mengutamakan potensi lokal dan
mendorong pengembangan kapasitas masyarakat. Adapun aspek-aspek penting dalam keberhasilan
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui Community-Based Tourism dilihat dari bidang sosial
politik, ekonomi, lingkungan dan budaya. Bidang sosial-politik terkait keterlibatan masyarakat dalam
pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengembangan pariwisata. Bidang ekonomi bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan, bidang lingkungan dan budaya merujuk kepada
pelestarian keanekaragaman sumber daya alam dan budaya.
Kata Kunci: pariwisata; pariwisata berkelanjutan; Community-Based Tourism

Abstract
Tourism has a positive impact, especially in economic aspects. The tourism activities involve interaction
between the host community and tourist. One of the concepts in sustainable tourism development is
Community-Based Tourism. This concept requires contribution and active participation of the local
community in tourism development. The purpose of this study is to explain how the concept of sustainable
tourism through Community-Based Tourism approach. This study used a qualitative method with a
literature study. Finding of this study is the concept of Community-Based Tourism is used as tourism
development design that focuses on the community with emphasizing the local potential and encouraging
the community capacity development. The important aspects in the successful sustainable tourism
development through Community-Based Tourism can be seen from various fields, like social-political,
economic, environmental and cultural. In the social-political related to community involvement in
decision-making, planning, and development. In the economic aspect aims to improve community welfare.
While the environmental and cultural aspect associated with the protection of natural and cultural
resources.
Keywords: tourism; sustainability tourism; Community-Based Tourism

PENDAHULUAN negara menjadikan sektor pariwisata sebagai strategi


Sektor pariwisata memiliki peran penting bagi pembangunan.
sebuah negara. Piartrini (2018) mengungkapkan, bahwa Hal yang sama juga diungkapkan Gunarekha et
pariwisata melibatkan interaksi dari individu-individu al. (2017), pariwisata sebagai salah sumber pendapatan
yang berasal dari daerah dan budaya yang berbeda dengan yang dapat menciptakan peluang kerja secara langsung
masyarakat setempat, yang mana kemudian terciptanya ataupun tidak langsung bagi tenaga terampil dan tidak
suatu hubungan sosial dan ekonomi. Schubert et al. terampil, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
(2011) menjelaskan, bahwa pariwisata internasional dan sebagai pengentasan kemiskinan. Dengan kata lain,
memiliki pengaruh positif terhadap terhadap peningkatan adanya pariwisata dapat mendorong pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, sehingga banyak ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan dan
pendapatan, serta melibatkan masyarakat lokal secara

50
Ikke Febriandhika: Membingkai Konsep Pariwisata Yang Berkelanjutan…

aktif untuk terlibat dalam sektor pariwisata, sehingga pada Keterkaitan antara pariwisata yang
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan dengan Community-Based Tourism
itu sendiri. diungkapkan oleh Tamir (2015), bahwa pariwisata yang
Dalam mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan pendekatan pariwisata yang
berkelanjutan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal. menekankan pentingnya komunitas tuan rumah dan juga
Sebagaimana yang diungkapkan Albrecht (2010), bahwa bertujuan mengoptimalkan manfaat ekonomi pariwisata
keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pariwisata bagi masyarakat tuan rumah itu sendiri. Community-
ditentukan oleh persepsi masyarakat tersebut terhadap Based Tourism sendiri dipandang sebagai strategi untuk
rencana pengembangan pariwisata itu sendiri, termasuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan
juga bagaimana potensi dampak ekonomi, sosial, dan pembangunan sosial. Dengan kata lain, konsep
lingkungannya terhadap mata pencaharian masyarakat. keberlanjutan berhubungan dengan lingkungan, manusia,
Untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, salah ekonomi, dan politik. Selain itu, pentingnya Community-
satu pendekatan yang digunakan adalah Community- Based Tourism ini dapat membantu meningkatkan
Based Tourism atau pariwisata berbasis komunitas yang di kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan pariwisata di
dalamnya melibatkan pemberdayaan masyarakat dan daerahnya dan bagi wisatawan dapat menghargai
partisipasi mereka. Kontogeorgopoulos et al. (2014) kehidupan masyarakat lokal.
menegaskan, bahwa partisipasi sebagai kunci dari Pemahaman tentang pariwisata yang
Community-Based Tourism. Dengan kata lain, berkelanjutan dan Community-Based Tourism sangat
pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari diperlukan. Untuk itulah, di dalam penelitian ini akan
masyarakat. dikaji bagaimana konsep pengembangan pariwisata yang
Selain itu, pariwisata sebagai salah satu strategi berkelanjutan melalui Community-Based Tourism.
untuk mengurangi kemiskinan. Hal ini diungkapkan oleh
Scheyvens (2011), bahwa pariwisata sebagai sektor
ekonomi yang menjanjikan untuk strategi pengentasan METODE
kemiskinan. Lee et al. (2019) mengungkapkan terkait Di dalam penelitian ini, pendekatan yang
pengentasan kemiskinan, Community-Based Tourism digunakan merupakan pendekatan kualitatif. Teknik
memiliki peran penting karena kontribusinya terhadap pengumpulan data sebagaimana yang dijelaskan Creswell
pengembangan masyarakat, sehingga mendukung (2009) melalui kajian dari literatur, buku, jurnal, dan
keberlanjutan masyarakat. dokumen lembaga yang terkait dengan topik penelitian
Community-Based Tourism sebagai salah satu ini.. Di dalam analisis penelitian ini, peneliti melakukan
peluang besar dalam pengembangan pariwisata yang kajian terkait bagaimana konsep pariwisata yang
berkelanjutan karena skalanya kecil, dikelola oleh berkelanjutan melalui pendekatan pariwisata berbasis
komunitas-komunitas, dan dampak negatif yang komunitas atau Community-Based Tourism.
ditimbulkan lebih kecil. Community-Based Tourism Adapun teknis analisis data yang digunakan secara
berbeda dengan pendekatan perencanaan pariwisata secara kualitatif. Hal ini merujuk kepada pendapat Miles et al.
top-down, karena pendekatan ini menekankan input dan (2014) yang membagi analisis data menjadi tiga bagian,
kontrol lokal baik dari segi jenis, skala, dan intensitas yaitu kondensasi data berupa pemilihan, pemfokusan,
pengembangan pariwisata (Othman, Sazali, dan penyederhanaan, pengabstrakan, atau transformasi data
Mohamed, 2013). yang muncul dari berbagai studi literatur; menyajikan
Konsep Community-Based Tourism menurut data; dan melakukan penarikan kesimpulan secara
Piartrini (2018) terkait keterlibatan aktif masyarakat lokal induktif.
dalam pengembangan pariwisata di daerah mereka, baik
partisipasi dalam proses pengambilan keputusan maupun
dalam distribusi manfaat yang diterima oleh masyarakat. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Sunuantari (2017), Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan
bahwa pelaksanaan Community-Based Tourism yang Komunitas berbasis tempat (Place-Based
efektif dapat menyokong pengembangan ekonomi lokal Communities) menjadi pusat konsep holistik tentang
dengan pencipataan lapangan kerja, mendorong partisipasi keberlanjutan yang mengintegrasikan pertimbangan
masyarakat lokal secara adil, meminimalkan dampak lingkungan, ekonomi, politik, budaya, dan sosial. Secara
pariwisata terhadap lingkungan, melestarikan warisan implisit pelestarian lingkungan alamiah harus berdasarkan
budaya, dan meningkatkan kesejahteraan hidup. pada komunitas dan masyarakat yang memanfaatkannya
dan bergantung padanya (Richards dan Hall, 2000).

51
Journal of Public Sector Innovation, Vol. 3, No. 2, Mei Tahun 2019, (50 – 56)

Pentingnya keberlanjutan karena masyarakat sepuluh alat atau teknik keberlanjutan, meliputi
membutuhkan dukungan bagi diri mereka sendiri perlindungan hukum terkait kategori kawasan lindung;
berdasarkan sumber daya yang tersedia. Pada dasarnya adanya regulasi industri pariwisata; teknik manajemen
keterlibatan masyarakat bukan hanya penting dalam pengunjung terkait pelayanan dan pengendalian
melestarikan lingkungan, tetapi juga membentuk aliansi pergerakan wisatawan; analisis mengenai dampak
yang lebih luas lagi secara global. lingkungan; daya dukung baik secara fisik, ekologis,
Di Trossachs, Skotlandia menurut Caffyn (2000) sosial, ataupun lingkungan; komitmen dan partisipasi aktif
adanya peran Tourism Management Programme (TMP) masyarakat lokal; kode etik baik untuk wisatawan,
dalam mengembangkan dan mengelola pariwisata yang industri, masyarakat lokal, dan pemerintah lokal; indikator
berkelanjutan. TMP bertindak sebagai fasilitator yang keberlanjutan terkait penggunaan sumber daya, limbah,
menggabungkan kepentingan masyarakat dan polusi, akses pada kebutuhan dasar dan fasilitas, bebas
memungkinkannya pemberdayaan masyarakat setempat. dari penindasan, akses pada proses pengambilan
Di Skotlandia sendiri sektor publik berfokus dalam keputusan, dan keanekaragaman kehidupan alam dan
mengembangkan proyek-proyek pariwisata yang budaya; footprinting dan analisis anggaran karbon yang
berkelanjutan dan lebih baik, lebih inklusif terhadap dapat meningkatkan globalwarming; dan perdagangan
masyarakat, dan dilakukan pemantauan dengan baik agar yang adil dalam pariwisata. Namun, terkait dengan
dapat mencapai keberlanjutan. regulasi industri pariwisata masih menjadi perdebatan
Pembangunan yang berkelanjutan berhubungan karena dapat dijadikan alat bagi kelompok tertentu untuk
dengan bagaimana konsep pembangunan yang mengontrol industri pariwisata, sehingga mengakibatkan
berdasarkan atas penyelesaian di tingkat lokal. Terkait perebutan kekuasaan di antara berbagai kelompok
dengan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan kepentingan.
menitikberatkan bagaimana memanfaatkan pengaruh
positif sektor pariwisata, meningkatkannya, dan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui Community-
mendistribusikan manfaatnya secara adil dan merata Based Tourism
kepada semua pihak yang terlibat. Di sisi lainnya, Dalam pengembangan pariwisata yang
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan ini juga berkelanjutan salah satu konsepnya melalui pemberdayaan
terkadang dapat memberikan pengaruh negatif dan dapat masyarakat lokal. Pemberdayaan sendiri merupakan salah
mengganggu lingkungan masyarakat lokal tersebut. Selain satu sarana untuk pengembangan masyarakat dan dalam
itu, aspek yang perlu menjadi bahan pertimbangan terkait hal ini berkaitan erat dengan Community-Based Tourism.
dengan kondisi masyarakat lokalnya sendiri, apakah Sebagaimana yang diungkapkan Tolkach et al. (2015),
cenderung tertutup dengan budaya yang masih kental atau bahwa Community-Based Tourism menggambarkan
terbuka menerima pengunjung dari luar yang budaya bentuk alternatif dari pengembangan pariwisata yang
berbeda dengan mereka. Untuk itulah, pengembangan mengoptimalkan manfaat lokal, mendorong
pariwisata yang berkelanjutan harus berkelanjutan secara pengembangan kapasitas dan pemberdayaan sebagai
ekologis, ekonomi, dan sosial-budaya. sarana mencapai tujuan pengembangan masyarakat.
Peran masyarakat sendiri sebagai komunitas Konsep pariwisata yang berkelanjutan melalui
sangat penting dalam untuk mewujudkan pariwisata yang Community-Based Tourism ini dijelaskan oleh Rozemeijer
berkelanjutan, karena menurut dasar pemikiran (2001), yang mana dalam pembangunan pariwisata
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan terkait berkelanjutan harus memperhatikan, antara lain secara
dengan kepastian manfaat ekonomi, sosial, dan budaya ekonomi dalam proyek pariwisata berbasis masyarakat
bagi masyarakat itu sendiri dan lingkungannya. Tanpa pendapatan harus melebihi biaya, lingkungan tidak boleh
keberlanjutan masyarakat, maka sulit diharapkan berkurang nilainya, distribusi biaya dan manfaat harus
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Mowforth adil, dan pengaturan kelembagaan harus transparan dan
et al. (2009) mengungkapkan, bahwa terdapat beberapa mewakili kepentingan semua anggota masyarakat. Untuk
prinsip terkait dengan pariwisata yang berkelanjutan, itulah, Community-Based Tourism sebagai sebuah upaya
antara lain keberlanjutan ekologis terkait dengan yang dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan
kebutuhan untuk menghindari atau meminimalisir dampak masyarakat terutama di daerah terpencil dan miskin. Pada
lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pariwisata, prinsipnya memastikan penggunaan sumber daya yang
keberlanjutan sosial dan budaya, keberlanjutan ekonomi, berkelanjutan dan mencerminkan kepentingan setiap
unsur pendidikan terkait pariwisata yang berkelanjutan, pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya.
partisipasi lokal, dan elemen konservasi. ASEAN (2016) juga memberikan definisi terkait
Untuk melihat praktik pariwisata yang lebih dengan konsep Community-Based Tourism, yang mana
berkelanjutan menurut Mowforth et al. (2009) dilihat dari suatu kegiatan pariwisata yang dimiliki dan dijalankan

52
Ikke Febriandhika: Membingkai Konsep Pariwisata Yang Berkelanjutan…

oleh masyarakat, serta dikelola di tingkat komunitas, pembangunan sosial dan ekonomi, pendistribusian
sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan manfaat yang adil, serta promosi pengalaman antara
kesejahteraan masyarakat dan melindungi warisan alam, wisatawan dengan masyarakat lokal. Sedangkan, dalam
budaya, dan tradisi lokal. Konsep Community-Based konteks Indonesia sektor pariwisata menurut Wardoyo
Tourism ini sebetulnya mencoba mendukung dan Bahtarudin (2003) dijadikan sebagai salah satu sektor
pengembangan ekonomi dengan mempertimbangkan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional,
konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan pondasi yang di dalamnya melibatkan pengembangan
utamanya terletak pada potensi lokal. Hal ini sebagaimana kepariwisataan melalui pemberdayaan perekonomian
yang juga dijelaskan oleh Martokusumo (2015), bahwa rakyat. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja
konsep Community-Based Tourism merujuk kepada Kementerian Pariwisata (LAKIP) tahun 2017, kontribusi
pengembangan pariwisata yang bertujuan membagi kepariwisataan dengan tindakan pemberdayaan
manfaat secara maksimal di antara masyarakat lokal, masyarakat, dengan mana bertujuan menambah
melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal dalam pengetahuan, wawasan, dan kesadaran tentang pariwisata.
perencanaan dan manajemen pariwisata, menekankan Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan
kontrol lokal, memajukan pembangunan sosial dan kontribusi, kapabilitas, dan kedudukan masyarakat untuk
ekonomi, dan mendukung pelestarian terhadap warisan mengembangkan usaha di bidang pariwisata.
budaya lokal. Secara umum dalam pengembangan
Definisi-definisi tersebut pada dasarnya pariwisatanya, pemerintah Indonesia menghadapi
menekankan, bahwa Community-Based Tourism sebagai berbagai macam kendala. Hal ini dijelaskan di dalam
salah satu upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata tahun 2012-
pariwisata dan bertujuan mewujudkan pembangunan yang 2014, antara lain kurangnya sarana dan prasarana
berkelanjutan secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. penunjang kepariwisataan, kuantitas sumber daya
Di dalam praktiknya Community-Based Tourism manusia dan kesadaran masyarakat lokal yang rendah,
menekankan pada penyelenggaraan ekonomi kerakyatan, kebijakan yang tidak terpadu, dan nilai investasi rendah.
yang mana kegiatannya dilakukan oleh masyarakat dan Permasalahan yang sama juga muncul kembali,
juga dapat dinikmati manfaatnya oleh mereka. Namun, sebagaimana yang juga dijelaskan di dalam Rencana
tentunya dalam pengembangan pariwisata yang Strategis Kementerian Pariwisata tahun 2015-2019,
berkelanjutan melalui Community-Based Tourism ini juga bahwa masalah utama yang harus dihadapi terkait dengan
membutuhkan dukungan dan kerja sama dari pemerintah isu perubahan iklim yang berdampak pada terjadinya
dan swasta. bencana alam, ketiadaan infrastruktur yang baik dan
Dalam aplikasi konsep Community-Based memadai, belum maksimalnya kesiapan masyarakat di
Tourism sendiri harus memperhatikan berbagai aspek daerah destinasi pariwisata, dan adanya hambatan iklim
endogen dan eksogen yang mempengaruhi usaha untuk berinvestasi. Salah satu hal yang disoroti di
pelaksanaannya. Adapun komponen penting yang harus dalam permasalahan tersebut terkait dengan masyarakat,
diperhatikan terkait dengan Community-Based Tourism yang mana pemberdayaan masyarakat belum berjalan
menurut Martokusumo (2015), yaitu partisipasi yang adil sebagaimana mestinya karena mereka tidak memahami
dalam pembuatan keputusan dan berbagai manfaat, dan belum mampu dalam mengembangkan dan
menggunakan pendekatan bottom-up, penggunaan sumber mengelola potensi pariwisata di daerah mereka.
daya dan pengetahuan lokal, kepemilikan lokal, kontrol Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan
lokal, peningkatan mata pencaharian yang berkelanjutan, Hernanda (2015) terkait permasalahan pemberdayaan
dan pemberdayaan. Selain itu komponen lainnya terkait masyarakat berbasis Good Tourism Governance di
dengan kesejahteraan masyarakat, memperbaiki kualitas Kampung Kopi, Desa Gombengsari merujuk kepada
hidup, pelestarian lingkungan dan sumber daya alam, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah yang
pelestarian warisan budaya, skala yang ditetapkan kecil, berakibat pada kurangnya pemahaman dan sebagian dari
peningkatan interaksi antara wisatawan dan masyarakat mereka bersifat tertutup yang menolak pengembangan
lokal sebagai tuan rumah, pengembangan masyarakat, dan pariwisata di daerah mereka. Di sisi lain, ketersediaan
peka terhadap memperlakukan setiap jender secara adil. infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi hambatan
Merujuk pada pelaksanaan Community-Based dalam pengembangan pariwisata. Kendala lainnya juga
Tourism di Thailand, menurut Kontogeorgopoulos et al. dikemukakan oleh Tolkach et al. (2015), bahwa kesulitan
(2014) berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam dalam pengembangan Community-Based Tourism
yang berkelanjutan, promosi tradisi budaya, pelibatan berkaitan dengan kurangnya keterampilan dan
masyarakat dalam perencanaan wisata, pembagian pemahaman masyarakat tentang sektor pariwisata itu
keuntungan pariwisata kepada masyarakat untuk sendiri.

53
Journal of Public Sector Innovation, Vol. 3, No. 2, Mei Tahun 2019, (50 – 56)

Keterlibatan masyarakat dalam sektor pariwisata dengan keterampilan dan upah yang rendah, kemerosotan
tanpa didukung dengan kesiapan mereka akan membuat sumber daya alam dan budaya, dan tingkat pemberdayaan
tujuan dari Community-Based Tourism tidak tercapai. yang rendah.
Pada hakikatnya pelaksanaan Community-Based Tourism Di balik tantangan yang harus dihadapi dalam
untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. pelaksanaan Community-Based Tourism, beberapa
Prinsipnya yang paling utama pun berfokus pada penelitian juga mengkaji terkait dengan faktor-faktor
bagaimana mendukung dan memastikan baik keberhasilan dari konsep Community-Based Tourism
kesejahteraan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di sendiri. Kajian yang dilakukan Karacaoğlu et al. (2017)
tempat pariwisata itu berlangsung. Salah satu upaya yang mengelompokkannya menjadi enambelas (16) faktor
penting dilakukan dalam mendukung tingkat kesiapan penting, antara lain partisipasi komunitas, hubungan
masyarakat melalui pendidikan, pelatihan, dan sosialiasi antaranggota komunitas satu sama lain, pembagian
kepada masyarakat lokal itu sendiri. Dengan kata lain, di manfaat, pembagian sumber daya, perlindungan sumber
dalam Community-Based Tourism adanya konsep daya pariwisata, kolaborasi di antara pemangku
pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan kepentingan, mendapatkan dukungan eksternal dari
penyediaan akses bagi mereka untuk mendapatkan hak pemangku kepentingan, kepemilikan lokal,
yang sama dalam politik, ekonomi, dan sosial-budaya. kepemimpinan lokal, skala pengembangan pariwisata,
Gunarekha et al. (2017) mengungkapkan, kepuasan wisatawan, peningkatan kualitas hidup, inovasi
penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal, rasa tanggung jawab bersama, keaslian lokal, dan
tentang pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui keunikan lokal.
Community-Based Tourism dan melibatkan semua Community-Based Tourism akan lebih sukses
pemangku kepentingan. Partisipasi aktif masyarakat juga jika berfokus pada keterampilan dan daya tarik
sangat penting, karena dapat meningkatkan tanggung tradisional masyarakat lokal itu sendiri. Namun, hal
jawab mereka terhadap pertumbuhan pariwisata di daerah tersebut juga harus mendapat dukungan dari pemerintah,
mereka sendiri. Hal yang sama juga dijelaskan oleh swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan para
Tamir (2015), bahwa upaya kolaborasi dengan wisatawan, agar dapat mewujudkan pariwisata yang lebih
masyarakat lokal berperan penting dalam Community- berkelanjutan. Dengan kata lain, keberhasilan dalam
Based Tourism, sehingga dibutuhkannya pengembangan pelaksanaannya pun bukan hanya bergantung pada
kesadaran masyarakat lokal tentang konsep, manfaat, dan komunitas saja, melainkan juga pada organisasi yang
nilai pariwisata itu sendiri. Selain itu, masyarakat lokal betul-betul representatif dan tidak mengabaikan
juga membutuhkan pendidikan pelatihan terkait kebutuhan masyarakat lokal itu sendiri.
pariwisata. Dalam pembuatan keputusan terkait Peran kapasitas masyarakat dalam Community-
pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat Based Tourism ini menurut Lucchetti et al. (2013)
tanpa terkecuali. berhubungan dengan ketersediaan aset pariwisata yang
Pelaksanaan Community-Based Tourism yang menarik dan unik dapat menawarkan peluang yang lebih
efektif dan berhasil harus memperhatikan aspek baik dalam pengembangan produk pariwisatanya. Selain
keberlanjutan itu sendiri. Namun, memang tidak mudah itu, penting adanya kepercayaan dalam kegiatan
untuk menerapkan konsep itu di dalam masyarakat. Ada pariwisata dan pada pemangku kepentingan yang terlibat,
sejumlah tantang dan hambatan yang dihadapi selain memahami keterampilan yang ada dalam masyarakat, dan
berkaitan dengan masyarakat lokal. Di Ethiopia terakhir ketersediaan dukungan sumber daya keuangan.
menemukan beberapa tantangan dalam pelaksanaan Oleh karena itu, di dalam Community-Based Tourism
Community-Based Tourism, antara lain kurangnya bukan hanya memperhatikan kepuasan wisatawan saja,
pengetahuan, minat, dan persepsi masyarakat tentang melainkan juga bagaimana melindungi lingkungan dan
pariwisata; tingkat kepedulian yang rendah; konflik memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.
kepemilikan sumber daya; kapasitas sumber daya
manusia rendah, ketidaksesuaian kebijakan dan
peraturan; serta kurangnya kerja sama di antara para PENUTUP
pemangku kepentingan (Tamir, 2015). Di sisi lain, Simpulan
pengembangan pariwisata melalui Community-Based Pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan
Tourism tidak berkelanjutan karena dampak negatif yang pemahaman baik terkait hubungan antara masyarakat
ditimbulkan oleh sektor pariwisata itu sendiri. Hal ini lokal dengan lingkungan mereka maupun juga dengan
sebagaimana yang dijelaskan oleh Lee et al. (2019), tekanan politik, ekonomi, dan budaya di dalam
masyarakat itu sendiri. Pendekatan yang digunakan
bahwa pariwisata dapat menyebabkan peningkatan biaya
dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, salah
hidup, distribusi pedapatan yang tidak merata, pekerjaan

54
Ikke Febriandhika: Membingkai Konsep Pariwisata Yang Berkelanjutan…

satunya melalui Community-Based Tourism. Dalam Creswell, John W. (2009). Research Design –
pendekatan ini masyarakat lokal memainkan peran Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
penting. Fokus dari Community-Based Tourism sendiri Approaches – Third Edition. USA: Sage.
adalah dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal Gunarekha, B. S., & Binoy, T. A. (2017). Community
khususnya dapat meningkatkan standar kehidupan dan Based Sustainable Tourism Development in
mengedepankan pentingnya keterlibatan masyarakat Karnataka: A Study on Mysuru District. Asia Pacific
lokal dalam pengembangan dan perencanaan pariwisata. Journal of Research, 1 (50): 121-126.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan Hernanda, Dedy Wahyu, Mindarti, Lely Indah, &
melalui Community-Based Tourism dibutuhkan Riyanto. (2018). Community Empowerment Based on
kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat bersama-sama Good Tourism Governance in The Development of
dengan para pemangku kepentingan lainnya. Masyarakat Tourism Destination (Case Study of Kawah Ijen
sebagai pemangku kepentingan dapat mempengaruhi Tourism Buffer Zone “Kampung Kopi” Gombengsari
perencanaan dan pengembangan pariwisata itu sendiri. Di Village, Kalipuro District, Banyuwangi Regency).
samping itu, pentingnya pemahaman masyarakat lokal Journal of Indonesian Tourism and Development
tentang pengembangan pariwisata secara umum dan Studies, 6 (2): 126-135.
Community-Based Tourism secara khusus. Namun, peran Karacaoğlu, Sila, & Birdir, Kemal. (2017). Success
yang juga tidak dapat diabaikan dalam pengembangan Factors of Community Based Tourism (CBT)
pariwisata berkelanjutan melalui Community-Based Perceived by Local Peoples: The Case of % 100
Tourism ini berhubungan dengan dukungan investor Misia Project. International Rural Tourism and
swasta, sektor publik, dan pemangku kepentingan Development Journal, 1 (2): 53-61.
lainnya. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. (2018).
Adapun elemen penting dalam keberhasilan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Community-Based Tourism dilihat dari sosial politik, Pariwisata Tahun 2017. Jakarta: Kemenpar RI.
ekonomi, lingkungan, dan budaya. Dari segi sosial politik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
melibatkan pengembangan masyarakat; memperkuat Indonesia. (2012). Rencana Strategis 2012-2014.
institusi lokal; dan keterlibatan masyarakat dalam Jakarta: Kemenpar dan ekonomi kreatif RI.
perencanaan, merancang, dan implementasi. Secara Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. (2015).
ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, Salinan Peraturan Menteri Pariwisata Republik
menciptakan peluang kerja, dan meningkatkan kualitas Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Rencana
hidup. Dari aspek lingkungan dan budaya diharapkan Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
dapat melindungi keanekaragaman sumber daya alam, Jakarta: Kemenpar RI.
warisan budaya, dan tradisi lokal. Kontogeorgopoulos, Nick, Churyen, Anuwat, &
Duangsaeng, Varaphorn. (2014). Success Factors in
Community-Based Tourism in Thailand: The Role of
Saran
Luck, External Support, and Local Leadership.
Kajan konseptual ini diharapkan dapat
Tourism Planning & Development, 11 (1): 106-124.
memberikan pemahaman tentang pariwisata yang Lucchetti, Veronica Garcia, & Font, Xavier. (2013).
berkelanjutan melalui pendekatan Community-Based Community Based Tourism: Critical Success Factors.
Tourism. Namun, perkembangan konsep ini perlu dikaji The International Centre For Responsible Tourism
kembali sebagai penelitian selanjutnya untuk memperoleh Occasional Paper, 27. Juni 2013.
pemahaman yang lebih luas dan juga dianalisis lebih Martokusumo, Kathlia Sari. (2015). Divergent
lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi proses Expectations: Case Studies of Community-Based
Tourism on The Island of The Gods, Bali. Tesis.
pelaksanaan Community-Based Tourism sendiri untuk
Massey University.
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Miles, Matthew B., Huberman, A. Michael, & Saldafia,
Johnny. (2014). Qualitative Data Analysis-A Methods
Sourcebook Edition 3. USA: SAGE Publications.
Mowforth, Martin, & Munt, Ian. (2009). Tourism and
DAFTAR PUSTAKA
Sustainability – Development Globalisation and New
Albrecht, Julian Nina. (2010). Challenges in Tourism Tourism in The Third World Third Edition. New
Strategy Implementation in Peripheral Destinations – York: Routledge.
The Case of Stewart Island, New Zealand. Tourism Othman, Fadina, Sazali, Ferdhaus, & Mohamed,
and Hospitality Planning & Development, 7 (2): 91- Badaruddin. (2013). Rural and Community Based
Tourism Development in Malaysia: Prospects for
110.
Homestays as a Social Economy Enterprise. TEAM
ASEAN. (2016). ASEAN Community Based Tourism Journal of Hospitality and Tourism, 10 (1): 65-76.
Standard. Jakarta: The ASEAN Secretariat. Piartrini, Putu Saroyini. (2018). The Relationship Among
Caffyn, Alison. Developing Sustainable Tourism in The Community Based Tourism Application, Community
Trossachs, Scotland. In: Greg Richards & Derek Hall Attitude, Community Empowerment, and Community
(Eds). (2000). Tourism and Sustainable Community Life Satisfaction. E-Journal of Tourism, 5 (2): 130-
Development. London: Routledge. 143.

55
Journal of Public Sector Innovation, Vol. 3, No. 2, Mei Tahun 2019, (50 – 56)

Richards, Greg, & Hall, Derek. (2000). Tourism and


Sustainable Community Development. London:
Routledge.
Rozemeijer, Nico. (2001). Community-Based Tourism in
Botswana – The SNV Experience in Three
Community-Tourism Projects. Gaborone: SNV
Botswana.
Tamir, Meseret. (2015). Challenges and Opportunities of
Community Based Tourism Development in Awi
Zone: A Case Study in Guagusa and Banja Woredas,
Ethiopia. Journal of Tourism, Hospitality, and Sports,
11: 50-78.
Tolkach, Denis, & King Brian. (2015). Strengthening
Community-Based Tourism in a New Resource-
Based Island Nation: Why and How? Tourism
Management, 48: 386-398.
Tsung Hung Lee, & Fen-Huah Jan. (2019). Can
Community –Based Tourism Contribute To
Sustainable Development? Evidence From Resident’s
Perceptions of Sustainability. Tourism Management,
70: 368-380.
UNESCO Regional Bureau for Science and Culture in
Europe (BRESCE). 2009. Sustainable Tourism
Development in UNESCO Designated Sites in South-
Eastern Europe. Bonn: Ecological Tourism in Europe
(ETE).
Scheyvens, Regina. (2011). Tourism and Poverty. New
York: Routledge.
Schubert, Stefan Franz, Brida, Gabriel, & Risso, Wiston
Adrián. (2011). The Impacts of of International
Tourism Demand on Economic Growth of Small
Economies Dependent on Tourism. Tourism
Management, 32 (2): 377-385.
Sunuantari, Manik. (2017). Tourism Communication in
Community Based Tourism in Dieng Community,
Central Java, Indonesia. Binus Business Review, 8 (2):
149-156.
Wardoyo, Muchtar Wisnu, & Bahtarudin. (2003).
Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan (Studi
Kasus Perumusan Kebijakan Desa Wisata di Desa
Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten
Banyumas). Jurnal Pembangunan Pedesaan, 3 (1):
39-47.

56

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai