Anda di halaman 1dari 15

Kolaborasi Untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Mutia Maulida
Prodi Studi Destinasi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Jl. Setiabudi 186, Kota Bandung 40141, INDONESIA
Email: mutiam420@gmail.com

ABSTRAK
Dalam pandangan konsep pembangunan keberlanjutan, keseimbangan aspek ekonomi,
lingkungan dan social-budaya merupakan sebuah perhatian pokok semua pihak terlibat.
Menjadikan pembangunan menjadi sebuah proses yang lebih bertanggung jawab, peduli, dan
tanggap akan dampak yang mungkin terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam aspek social, dibutuhkan partisipasi aktif yang melibatkan 3 tokoh utama, yakni ahli,
masyarakat/komunitas, dan pemerintahan. Ketiga pihak tersebut memegang peranan penting
dalam proses pembangunan dengan konsep Community-Based Tourism yang merupakan
pecahan konsep dari Sustainable Tourism Development dan Sustainable Development. Jurnal
ini memberikan sebuah pandangan nyata tentang bagaimana konsep Community Based
Tourism menjadi jalan keluar, menjembatani pihak-pihak terkait demi terciptanya keselarasan
3 aspek utama dalam pembangunan berkelanjutan. Menjelaskan bagaimana setiap tahapan
proses perencanaan dibentuk dan dilaksanakan dengan tepat guna juga tepat sasaran. Dalam
konsep keberlanjutan semua pihak terlibat harus mendapatkan keuntungan, atau manfaat dari
industry, baik secara langsung maupun tidak. Yang terpenting adalah, tidak ada pihak yang
merasa dirugikan oleh industry terkait. Dengan demikian, jurnal ini akan meningkatkan
kesadaran pentingnya berkomunikasi dan kemudian menjadi acuan bagaimana sebuah konsep
dengan partisipasi aktif dapat berkolaborasi, untuk meciptakan pembangunan pariwisata
berkelanjutan.
PENDAHULUAN yang kemudian menjadi dasar lahirnya
konsep pembangunan berkelanjutan.
Berawal dari paradigma masyarakat
Melihat hal itu, mulai tercetus sebuah
yang menganggap kegiatan pariwisata
pemikiran bahwa pariwisata harus dapat
sebagai sebuah ancaman, bersifat merusak
dijalankan dengan lebih bertanggung jawab
dan tidak memberikan banyak keuntungan
dan memperhatikan keberlanjutannya
bagi masyarakatnya. Pariwisata memang
terutama sumber daya yang digunakan.
suatu yang rentan akan penyelewengan
Baik itu sosial, budaya, ekonomi, maupun
pembangunan, dan sangat rentan akan
bentang alam atau lingkungan. Menurut
sesuatu yang lebih bernilai ketika (sumber
Cooper, Fletcher, Fyall, Gilbert, Wanhill
daya pariwisata) dapat “di komersiali-
(2008), dalam Klaipeda (2012) me-
sasikan”, saya tidak menampik bahwa
nyebutkan bahwa, pembangunan ber-
pariwisata sangat berpotensi memiliki
kelanjutan adalah pembangunan yang
dampak yang merusak, terlebih pada apa
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
yang menjadi sumber daya baginya.
mengurangi kemampuan generasi men-
Kesadaran terhadap keberlanjutan inilah
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka penguasa dan atau pemilik utama daripada
sendiri. sumber daya pariwisata yang digunakan.
Pendekatan ini (CBT) lebih berfokus
Prinsip keberlanjutan mengacu pada
aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial terhadap partisipasi masyarakat lokal dalam
budaya dari pengembangan perencanaan dan pengembangan destinasi
pariwisata. Memanfaatkan secara pariwisata, Tosun dan Timothy (2003).
optimal sumber daya lingkungan yang
Selain itu, Isnaini, (2007) menyebutkan
merupakan elemen kunci dalam
bahwa definisi CBT adalah pariwisata yang
pengembangan pariwisata, mem-
pertahankan proses ekologis yang menyadari kelangsungan budaya, sosial,
penting dan membantu melestarikan dan lingkungan.
warisan alam dan keanekaragaman Dibuatnya jurnal ini sebagai
hayati. (…) Menghormati keaslian
presentasi nyata tentang pengimplemem-
sosial budaya dari masyarakat
tasian konsep Community-based tourism,
setempat, melestarikan warisan
budaya dan nilai-nilai tradisional yang dan menjelaskan setiap tahapan proses
dibangun dan hidup, dan berkontribusi yang dilakukan dalam sebuah kawasan,
pada pemahaman dan toleransi antar sehingga dapat menolong terbukanya
budaya. (…) Pariwisata berkelanjutan
pemikiran yang lebih luas, meningkatnya
juga harus menjaga tingkat kepuasan
kualitas dan taraf hidup masyarakat terlibat,
wisatawan yang tinggi dan memastikan
pengalaman yang berarti bagi para dengan masih terjaganya segala sumber
wisatawan, meningkatkan kesadaran daya yang dibutuhkan. Adapula alasan
mereka tentang masalah keberlanjutan dibuatnya jurnal ini adalah agar dapat
dan mempromosikan praktik pariwisata
menjadi salah satu referensi tentang
berkelanjutan di antara mereka.
bagaimana sebuah proses eksekusi rencana
Tersedia: https://www.unwto.org/
yang melibatkan masyarakat dapat berjalan
sustainable-development
dengan baik, sukses, dan tidak merusak
Merujuk pada Meyer, Milewski,
lingkungan alam sekitar. Banyak jurnal
(2009) dalam Klaipeda (2012) menyebut-
diluar sana yang hanya menyajikan
kan bahwa pembangunan berkelanjutan
implementasi konsep terhadap suatu
berdasar pada 3 pilar utama, yaitu
kawasan, dengan tanpa proses yang
pembangunan ekonomi; perlindungan
dijelaskan secara merinci. Atas dasar itulah
lingkungan; dan pembangunan atau
yang kemudian mendorong keinginan
penguatan sosial-budaya. kesemuanya itu
penulis untuk dapat menyajikan sebuah
dijalankan, dirasakan juga dipengaruhi
jurnal yang informative dan dengan sudut
langsung oleh masyarakat sebagai
pandang yang baru.
PEMBAHASAN tradisional yang di-bangun dan hidup,
dan ber-kontribusi pada pemahaman
Kolaborasi merupakan sebuah
dan toleransi antar budaya.
perpaduan yang saling melengkapi satu
3. Memastikan operasi ekonomi jangka
sama lain dalam sebuah keharmonisan
panjang yang layak, memberikan
tertentu untuk dapat mencapai tujuan
manfaat sosial-ekonomi kepada semua
bersama. Kolaborasi menjadi sebuah
pemangku kepentingan yang
keharusan ketika suatu bidang tertentu akan
terdistribusi secara adil, termasuk
dilakukan dengan cakupan yang luas dan
kesempatan kerja yang stabil dan
membutuhkan beragam keahlian di-
peluang memperoleh penghasilan serta
dalamnya. Kolaborasi memiliki tenggang
layanan sosial bagi masyarakat
waktu yang panjang. Hal ini yang
setempat, dan berkontribusi ter-hadap
membedakan antara kolaborasi dengan
pengentasan kemiskinan.
kerjasama dalam sebuah tim. Sebagai
UNEP (2004) dalam Klaipeda (2012).
sebuah proses, kolaborasi merupakan
interaksi di antara beberapa orang yang Dari prinsip keberlanjutan itulah
terus berkesinambungan, Anderson & terpilih Kampung Naga yang berada di
McFarlane (2004). Kolaborasi itulah yang Kabupaten.Tasikmalaya dan juga Desa
kemudian menjadi titik berat pembangunan Jatiwangi, di Kabupaten.Majalengka yang
pariwisata berbasis masyarakat, dilakukan dirasa sesuai dan mampu menjadi contoh
sesuai dengan tuntutan dari pariwisata nyata dalam penerapan beragam konsep
berkelanjutan. Penerapan pariwisata pembangunan berkelanjutan, khususnya
berkelanjutan diantaranya berdasar pada dalam bidang pemberdayaan dan pelibatan
prinsip-prinsip berikut: masyarakat. Pada dasarnya, Kampung
Naga merupakan salah satu kampung adat
1. Memanfaatkan sumber daya
sunda yang masih bertahan memegang
lingkungan secara optimal yang
teguh kebudayaannya, di era globalisasi
merupakan elemen kunci dalam
seperti saat ini.
pengembangan pariwisata, me-
melihara proses ekologis yang penting Kampung Naga merupakan,
dan membantu melestari-kan warisan Kampung yang digadang-gadang
alam dan keaneka-ragaman hayati. merupakan nenek moyang masyarakat
2. Menghormati keaslian sosial-budaya sunda, khususnya masyarakat daerah
masyarakat tuan rumah, melestarikan Tasikmalaya, merupakan kampung yang
warisan budaya dan nilai-nilai menjadikan alam sebagai “ibu” mereka.
Segala aturan, pola hidup dan tatakrama utama dalam setiap tahapan proses
kehidupan masyarakat Kampung Naga, pembangunan.
didasarkan pada penghormatan mereka
Mengacu pada John Urry (1995)
terhadap alam. Hidup bersama alam itulah
memperluas konsep dari Bell dan Newby
yang kemudian menjadi sebuah perhatian
(1976) dalam Reid (2003) analisis konsep
yang dapat dijadikan sebuah contoh konkrit
untuk memasukkan empat penggunaan
bagaimana masyarakat menjadi sebuah
istilah yang berbeda (dalam mengartikan
kunci kesuksesan pembangunan yang ber-
masyarakat/komunitas). Pertama, gagasan
kelanjutan. Dengan kondisi globalisasi
komunitas sebagai milik lokasi topografi
seperti sekarang, Kampung Naga men-
tertentu. Kedua, mendefinisikan sistem
dapatkan banyak perhatian khusus dari
sosial lokal tertentu. Ketiga, dalam hal
berbagai pihak untuk dapat tetap terjaga
perasaan 'komunitas' atau kebersamaan;
keaslian, dan melestarikan kebudayaan-
dan keempat sebagai ideologi, sering kali
nya, dengan hidup sebagaimana aturan adat
menyembunyikan hubungan kekuasaan
yang mereka yakini.
yang mau tidak mau mendasari masyarakat
Melihat masyarakat dalam proses Akan tetapi bukan hanya masyarakat yang
partisipasi pembangunan bukan suatu hal menjadi tokoh penting dalam pembangunan
yang baru dalam pelaksanaan kegiatan berkelanjutan, adapula ahli yang menjadi
pariwisata, akan tetapi pemaksimalan penengah antara kepentingan pemerintah
keterlibatan itulah yang menjadi perhatian dan keinginan masyarakat, baik lokal
baru dalam usaha pembangunan pariwisata maupun sekitar.
berkelanjutan. Anonim, (2000:XVI)
menjelaskan bahwa produk pariwisata Adapula peran ahli dalam tahapan

berkelanjutan dioperasikan secara pem-bagunan sangat penting sebagai

harmonis dengan lingkungan lokal, profesional yang mengetahui potensi dan

masyarakat dan budaya, sehingga mereka sistematika pengelolaan yang dibutuhkan

menjadi penerima keuntungan yang oleh suatu destinasi agar tepat guna dan

permanen dan bukan sebagai korban tepat sasaran. Fungsi keberadaan ahli dalam

pembangunan pariwisata. Kembali, perencanaan pembangunan adalah sebagai

penekanan terhadap kontribusi masyarakat berikut,

dalam usaha pembangunan berkelanjutan Perencana pariwisata akan membantu


masyarakat dan pemangku kepen-
sangat diperhitungkan sebagai kontributor tingan lainnya dalam proses meng-
identifikasi isu-isu penting yang harus
ditangani, kemudian melibatkan
disiplin ilmu yang tepat untuk me- yang kemudian diterapkan pada destinasi,
lakukan pengumpulan dan analisis
data terkait dengan masalah tersebut. agar tidak ada pihak yang merasa
Pada akhirnya, perencana akan
berusaha untuk memungkinkan dirugikan. Rentan terjadi ketidak sesuaian
masyarakat dan para profesional yang
terlibat dalam proses, untuk me-
itu disebabkan oleh banyaknya masyarakat
nentukan makna dari hasil analisis dan dan pihak dari pemerintah yang tidak
memutuskan bagaimana hasil tersebut
akan menginformasikan rencana dan mengetahui langkah, juga strategi yang
pengembangan selanjutnya. Jelas,
perencana dalam hal ini bertindak dapat diterapkan dalam sebuah destinasi
sebagai fasilitator proses, alih-alih
menyebarkan pengetahuan spesialis di agar pembangunan juga keberaadaannya
area pariwisata tertentu. (...)
Perencana itu seperti konduktor
dapat dilaksanakan dengan berkelanjutan.
orkestra, dimana ia memastikan bahwa
semua aktor dalam proses bekerja Terakhir adalah pemerintah,
dengan cara yang terkoordinasi -
membuat musik, dari apa yang merupakan tokoh yang memiliki sedikit
sebaliknya hanya akan menjadi
kebisingan. peran dalam berkontribusi langsung
Diterjemahkan dari, Reid (2003) menangani pembangunan, namun memiliki
Dari pemaparan tersebut, dapat
tugas dengan kuasa yang sangat penting
diketahui bahwa keterlibatan ahli dalam
bahkan dapat dikatakan fatal, selain
proses perencanaan tidak dapat
masyarakat sebagai final executor.
dikesampingkan. Profesi ahli, menjadi
Pemerintah memiliki tugas sebagai
jembatan antara pemegang kuasa
pemangku kebijakan yang menangani
(pemerintah) dan masyarakat lokal.
urusan perizinan, pembiayaan pembangun-
Merumuskan strategi terbaik yang dapat
an kawasan, penyedia ahli, menyelenggara-
dilakukan agar masalah terselesaikan,
kan pelatihan, mengadakan workshop, dan
potensi tetap terjaga, dan pembangunan
hal lainnya yang bersifat formal dan kaku.
tetap ramah, baik itu terhadap lingkungan,
Pemerintah biasanya menjadi tokoh dibalik
masyarakat, wisatawan, dan pihak
tercetusnya banyak rencana-rencana pem-
berkepentingan lainnya. Darisanalah dapat
bangunan, hal ini dikarenakan banyak
kita pahami bahwa pembangunan tidak
kawasan strategis yang dimiliki ataupun
dapat dilakukan oleh dua pihak saja, yakni
dikuasai oleh pemerintah, khususnya
pemerintah dan masyarakat. Perencanaan
kawasan alam dan dilindungi, yang mana
dengan tanpa diawasi oleh ahli,
kawasan tersebut disertai dengan potensi
pembangunan rentan terjadi ketidak-
pariwisata yang tinggi.
sesuaian antara potensi ‘alamiah’ yang
dimiliki dengan proses eksekusi nantinya. Perlunya keterlibatan pemerintah

Ahli, menjadi pihak yang meracik strategi dalam proses pembangunan tidak lain
karena pengembangan pariwisata ber-
kelanjutan membutuhkan partisipasi dengan norma etika (dalam Yilmaz dan
informatif dari semua pemangku Atalay, 2009).
kepentingan terkait, serta kepemimpinan
Setelah semua peran diketahui dan
politik yang kuat untuk memastikan
dipahami peranannya dalam pembangunan.
partisipasi luas dan pembangunan
Maka selanjutnya adalah mengetahui
konsesnsus, Klaipeda (2012). Kepercayaan
bagaimana saja proses perencanaan dapat
yang tinggi terhadap politik merupakan
dilakukan, sampai akhirnya bisa
kunci berjalannya komunikasi yang terjalin
mendapatkan kesepakatan pembangunan
antara semua pihak dengan baik. Berbekal
bersama sehingga tercipta strategi yang
kepercayaan itulah, tidak akan banyak
apik dan tidak merugikan satu pihak
kecurigaan yang timbul dari masyarakat
manapun.
terhadap pemerintah, dan semua program
yang diajukannya. Ketika kepercayaan Dalam Reid (2003), hal.146,

telah terbangun, maka kemudahan untuk menampilkan sebuah tahapan proses pem-

melakukan kerjasama sangat mungkin bangunan berbasis masyarakat, dengan

untuk dapat dicapai dengan mudah oleh konsep Community Tourism Product

pemerintah ketika mengajukan program Development Planning Process. Dalam

yang dimilikinya terhadap masyarakat, dan konsep ini, pembangunan terbagi menjadi 3

masyarakat akan dengan mudah menerima, kelompok besar, pre-operation (kotak

menyetujui, dan bersedia untuk melakukan merah); operating development (kotak

kerjasama. biru); dan post operation (kotak kuning).


Dalam setiap tahapan itulah terjadi
Kepercayaan merupakan sebuah
beragam penyesuaian yang dilakukan oleh
keyakinan terhadap orang lain, baik itu
setiap pihak terlibat (masyarakat,
individu, maupun kelompok atau badan
pemerintah, dan tenaga ahli). Dalam setiap
tertentu yang dimana mereka akan
tahapan ini semua pihak mencoba untuk
memenuhi ekspektasi yang diyakini dan
saling memahami kebutuhan, dan aspirasi
bertindak sesuai peraturan yang berlaku,
yang diutarakan dari siapa saja, yang
atau disetujui. Adapula pendapat dari
mungkin akan berdampak besar pada
Carnevale dan Wechsler yang men-
perencanaan pariwisata, dan sub-sektor
defenisikan kepercayaan adalah suatu sikap
dibawahnya (hospitality, food and
yang menganggap bahwa individu atau
beverage service, tour and travel operator
kelompok bermaksud baik, adil dan sesuai
etc).
Gambar 1.1 Community Tourism Product Development Planning Process
Sumber : Reid, 2003

Konsep ini dilakukan dengan hati 1. Pre-Operation


hati, menuntut keterlibatan aktif dan
menyeluruh dari setiap pihak yang
bersangkutan. Terlebih, partisipasi atau
keterlibatan masyarakat merupakan suatu
proses yang selayaknya terus berjalan, dan
partisipasi secara terus menerus mendorong
hubungan untuk dapat terus berhubungan
dengan proses perencanaan dengan waktu Pada tahap awal ini, semua individu
yang lama. dikumpulkan, baik itu orang per-orang,
stake holder (meliputi pemilik bisnis, menjadi tolak ukur utama setiap
investor, pegawai, masyarakat, tahapan proses.
pemerintah, dll). Mereka dikumpulkan Merujuk pada Anonim,
untuk mengambil keputusan yang akan (2000:XVI) yang menegaskan
diambil nantinya, membicarakan semua bahwa produk pariwisata ber-
rencana pembangunan dengan mengacu kelanjutan dioperasikan secara
pada tuntutan kebutuhan komunitas, harmonis dengan lingkungan lokal,
dan atau penyesuaian terhadap tuntutan masyarakat dan budaya, sehingga
permintaan pihak pemerintah. Tahapan mereka menjadi penerima ke-
ini melalui beberapa langkah proses. untungan yang permanen dan bukan
Langkah awal yang dilakukan adalah: sebagai korban pembangunan
a. Menyamakan persepsi semua orang c. Peran ahli, sebagai pembimbing.
yang terlibat dalam proses Telah disebutkan sebelumnya,
pembangunan harus menyamakan Perencana pariwisata akan mem-
persepsi terlebih dulu, melibatkan bantu masyarakat dan pemangku
seluruh pastisipan yang akan kepentingan lainnya dalam proses
mengambil peran dalam proses mengidentifikasi isu-isu penting
pembangunan, partisipan tersebut yang harus ditangani, kemudian
meliputi pemerintah, masyarakat, melibatkan disiplin ilmu yang tepat
dan ahli. Penyamaan persepsi ini untuk melakukan pengumpulan dan
dilakukan untuk menghindari analisis data terkait dengan masalah
terjadinya kesalah pahaman yang tersebut, Reid (2003). Alih-alih
mungkin saja akan terjadi dan menunjukan keahliannya di bidang
mengganggu jalannya rencana pariwisata dan sub-sektor dibawah-
pembangunan. nya, profesi ahli lebih berperan
b.Memahami kebutuhan, keinginan, sebagai pembimbing bagi
dan beragam aspirasi masyarakat masyarakat, dan tangan kanan bagi
dalam perencanaan pembangunan. pemerintah. Menjembatani antara
Hal ini ditujukan agar pembangun- tuntutan pemerintah, dengan ke-
an kegiatan pariwisata dapat ber- inginan dan aspirasi masyarakat,
jalan dengan aman, tanpa masyara- untuk dapat mencapai kesepakatan
kat merasa dirugikan oleh kegiatan bersama, dan tercipta strategi yang
tersebut. Masyarakat dilibatkan dan tepat guna serta tepat sasar. Sebagai
satu-satunya pihak netral yang
tanpa dibebani kepentingan ter- Dengan melakukan be-berapa analisis
tentu, profesi ahli bekerja ibarat awal, seperti analisis ekonomi, analisis
koki yang menyatukan beragam inventarisasi sumber daya manusia, dan
rasa, agar menjadi kesatuan yang analisis sumber daya fisik (seperti
dapat dinikmati, diterima, dan infrastructure/superstructure)
dikenang oleh banyak orang yang 2. Operating Development
mencicipinya, dan menarik
perhatian mereka yang melihat atau
mendengar ulasannya.
Dalam posisi ini, pihak ahli
harus dapat menjadi pendengar
yang baik, dan pengamat yang
cerdas, karena seringkali perminta-
an dari keinginan masyarakat,
Tahap kedua merupakan
tuntutan permintaan pemerintah
tahap Persiapan pelaksanaan
tidak sesuai dengan kondisi alam,
eksekusi rencana pembangunan,
lingkungan, dan sosial-budaya
pada tahapan ini diperlukan
setempat. Sebelum menentukan
partisipasi aktif dari semua pihak
langkah perencanaan selanjutnya,
terlibat agar rencana dapat
ahli harus dapat menganalisa
terlaksana sesuai dengan rencana
kehidupan ekonomi, keberadaan
yang telah dibuat sebelumnya.
sumber daya fisik (kondisi alam,
Analisa tentang sumber daya
bangunan, dll), sumber daya
manusia, ekonomi dan sumber daya
manusia (rata-rata usia, profesi, dll),
fisik juga dilakukan dalam tahap
analisa infrastruktur, peraturan atau
kedua ini. Akan tetapi terdapat
kebijakan setempat, dan kebutuhan
beberapa tambahan poin analisis
lainnya.
yang diperuntukan agar
Semua tahapan dalam Pre-
pembangunan dapat bekerja dengan
Operation bertujuan untuk dapat
tepat sasar. Tambahan poin analisis
menciptakan gambaran masa depan
tersebut diantaranya adalah market
atau gambaran rencana pembangunan
analysis (menentukan pasar yang
yang akan di-lakukan, serta
tepat dengan jenis wisata yang akan
menentukan tujuan dan objektivikasi
dikembangkan, apakah akan dibuka
pengaturan rencana tahap selanjutnya.
secara masal (mass tourism) atau pihak yang menjadi acuan
hanya pasar khusus (special interest penentuan jenis wisata yang akan
tourism); cost benefit analysis dibuat setelah dilakukannya
(penentuan penerapan harga, penyesuaian terhadap karaketristik
berbanding dengan value yang nanti wilayah, sosial-budaya, dan
akan didapatkan); social impact komponen lainnya yang termasuk
analysis (pencegahan dampak kedalam komponen produk
buruk terhadap tatanan social pariwisata.
masyarakat setempat, seperti Disinilah peranan ahli
perubahan pola hidup yang tidak menjadi sangat penting dan cukup
diinginkan, terjadi persaingan tidak krusial. Ahli sepenuhnya menjadi
sehat, atau bahkan masyarakat peracik strategi pembangunan
merasa dirugikan); environtmental pariwisata, dengan berbekal ilmu
impact analysis (analisa dampak perencanaan pariwisata, dan
terhadap alam, pencegahan pemahaman ilmu sub-sektor
perusakan alam akibat industri, dibawahnya. Yang mana tujuan
sperti pencemaran suara, udara, akhir dari proses ini adalah untuk
tanah, atau bahkan perusakan alam dapat menciptakan sebuah
secara besar-besaran, sebagai akibat development framework sebagai
dari peluasan lahan), semua itu acuan pengembangan produk
dilakukan agar dapat memper- pariwisata.
hitungkan dan mengurangi dampak
buruk yang mungkin saja ditimbul- b. Feasibilty Assesment
kan oleh industri. Setelah development
framework siap untuk digunakan,
Dalam tahapan kedua ini setidaknya
dalam tahapan selanjutnya ini,
ada 3 langkah lanjutan yang dilakukan:
dilakukan analisis terhadap
a. Program & Product Development beragam faktor yang mungkin saja
Tahapan ini dilakukan oleh dapat mem-pengaruhi berjalannya
ahli, dengan didasari oleh pariwisata. Dengan mengacu pada
komponen produk wisata, dan konsep pembangunan berkelanjut-
pemanfaatan penuh daripada an, atau lebih dikenal dengan istilah
sumber daya yang tersedia. Peran sustainable tourism, analisa ter-
masyarakat dan pemerintah menjadi sebut dilakukan untuk dapat meng-
antisispasi ancaman pariwisata kualitas, pengecekan kondisi fisik
yang dilakukan dengan kurang atau material yang digunakan,
bertanggung jawab dan tidak pengecekan terhadap barang
mempedulikan keberlanjutannya. penunjang keselamatan, dll.
c. Program and Product Refinement d. Implementation
Dalam tahap ketiga, Tahap yang terakhir adalah
dilakukan beragam persiapan tahapan dimana destinasi dan
sebelum akhirnya kegiatan seluruh komponen didalamnya
pariwisata dilaksanakan. Persiapan dirasa sudah siap untuk dapat
tersebut meliputi penentuan melayani dan menerima tamu. Dan
peraturan, seperti standarisasi yang paling penting adalah
pegawai, keselamatan, keamanan, masyarakat dilibatkan secara aktif
SOP, dll. Adapula untuk para dan menerima keuntungan baik
pegawai, dilakukanlah pelatihan, secara ekonomi maupun social.
seminar, dan ragam pembekalan Penekanan terhadap masyarakat
pengetahuan juga kemampuan dilakukan untuk dapat menjadikan
lainnya yang dapat menunjang kegiatan pariwisata yang
kualitas kinerja-nya dalam bidang berkelanjutan, dilakukan dengan
pariwisata. Pengetahuan dan bertanggung jawab, terkontrol,
kemampuan. Semua itu dilakukan terkelola dengan baik, dan tidak
guna meningkatkan kualitas, serta merugikan satu pihak manapun.
kepercayaan diri masyarakat, dan 3. Post Operation
juga tokoh terlibat lainnya, sebagai
persiapan mental, dan fisik dimana
mereka berhadapan dan menangani
langsung kebutuhan pengunjung.
Akan tetapi, selain para pelaksana
program, penyesuaian akhir juga
dilakukan dalam sisi produk agar
semua aspek dalam kegiatan
a. Evaluation
pariwisata dapat berjalan sesuai
Tahapan post operation
dengan SOP dan standarisasi yang
merupakan tahapan yang paling
telah ditentukan. Pengecekkan
terakhir, namun menjadi
dapat dilakukan berupa pengecekan
penentu langkah pengembangan Studi Kasus
selanjutnya yang akan
Dalam implementasinya Kampung
dilakukan oleh destinasi. Disini
Naga dalam tahap pertama, melakukan
dilakukan review terhadap
musyawarah yang melibatkan pemerintah,
beragam faktor, salah satunya
ketua adat, perwakilan masyarakat, dan ahli
adalah tentang dampak positif
dibidang pariwisata yang diambil dari
ataupun negatif, yang ditimbul-
pemerintah dinas pariwisata setempat.
kan industri pariwisata terhadap
Mereka berembuk untuk membicarakan
perekonomian masyarakat, kon-
pembangunan yang akan dilakukan.
disi alam, keadaan sosial
Setelah pemerintah dan ahli memaparkan
maupun hal lainnya yang
maksud dan tujuan dari rencana
berpotensi merasakan dampak
pembangunan mereka, kini giliran untuk
tersebut.
mendengarkan segala peraturan adat yang
Dalam sisi pengembangan,
dimiliki oleh Kampung Naga, sebagai suatu
dilakukan review terhadap
aturan mutlak yang tidak boleh dilanggar
produk. Hal itu ditujukan
oleh pihak manapun.
sebagai langkah evaluasi
apakah harus dilakukan Peraturan tersebut menjadi tolak ukur
pengembangan, atau pergantian pembangunan, merupakan batasan
terhadap prosuk tersebut. Selain jangkauan yang boleh dicampur tangani
itu juga dapat dilakukannya oleh pihak luar dan tidak. Apabila hukum
inovasi atau pengembangan adat berlaku, maka mau tidak mau, dalam
mengikuti trend pasar, dengan pemberdayaan ini, pemerintah dan ahli
tanpa meninggalkan identitas tidak boleh memaksakan kehendak
asli dari destinasi. Tahap terhadap masyarakat dengan hukum adat
evaluasi ini dilakukan oleh yang kuat. Jika itu dilanggar maka
masyarakat, dan wisatawan penolakan terhadap pembangunan tersebut,
sebagai evaluator dan kembali mutlak terjadi.
melibatkan ahli sebagai
Meskipun pada awalnya masyarakat
pembina dalam melakukan
merasa risih dengan adanya pariwisata
pengembangan pariwisata, agar
yang datang ke daerahnya, dengan alasan
tidak melenceng jauh dari
merasa dijadikan tontonan terhadap
konsep awal pebangunan.
kehidupan miskin mereka. Akan tetapi
setelah dilakukannya sosialisasi dan hanya sebagai lembaga formalitas yang
masyarakat disana diberikan pemahaman turut serta menjaga kelestarian dari
tentang manfaat kegiatan pariwisata, pada masyarakat ini. Adapun peraturan seperti
akhirnya mereka pun menyetujui SOP ditentukan atas persetujuan mengenai
pengembangan kegiatan pariwisata di batasan yang boleh dan tidak boleh
daerahnya. dilakukan di Kampung Naga.

Kemudian pada tahapan kedua, Dalam persiapan produk, tidak


masyarakat Kampung Naga bekerja sama banyak yang dilakukan disini. Keberadaan
membangun produk yang menarik. Mereka Kampung Naga yang sudah ada sejak
yang sudah dibekali pemahaman terhadap jaman dahulu, dengan struktur alam dan
kegiatan pariwisata, menjadi lebih terbuka bangunan yang tidak berubah,
terhadap wisatawan yang datang, dan mulai membutuhkan hanya sedikit penyesuaian
memberikan beragam pelayanan menarik, berupa perapihan hal-hal yang diperlukan,
seperti penginapan, guiding, menyediakan seperti pengadaan akses berupa tangga,
pernak-pernik, menjajakan oleh-oleh khas, jalan setapak yang di semen atau memakai
dan meladeni wisatawan yang ingin bebatuan, dll. Kemudian Proses terakhir
berinteraksi dengan mereka. Meskipun adalah evaluasi, pada tahap ini cukup
begitu, kondisi alam disana masih sangat dilakukan sederhana dengan cara
terjaga keasriannya, hal ini karena bermusyawarah antara seluruh perwakilan
masyarakat yang mengendalikan arah Kampung Naga, dengan diipimpin oleh
pengembangan di destinasi, dan memegang ketua adat, yang nantinya ketua adat akan
kontrol penuh terhadap peraturan yang menyampaikan dana tau mengkonsultasi-
berlaku. kannya ke pihak yang bersangkutan
(pemerintah beserta ahli).
Peran pemerintah tidak begitu
menjadi perhitungan dalam proses KESIMPULAN
pembangunan. Akan tetapi, pemerintah
Melihat kesuksesan Kampung Naga
lebih menjadi pelindung bagi Kampung
dalam mempertahankan adat, masyarakat,
Naga dari beragam ancaman investor luar
dan kondisi alamnya, dibarengi dengan
yang mengajukan penanaman investasi atau
pembangunan pariwisata yang setiap
kerjasama di Kampung Naga ini.
tahunnya semakin berkembang,
Kepercayaan masyarakat bertumpu pada
menegaskan bahwa pemerintah sebagai
ketua adat, yang menjadi tokoh yang
pemangku kebijakan yang memiliki kuasa
dituakan disana, sehingga peran pemerintah
tertinggi diantara 3 peran lainnya, haruslah diberikan hak untuk merencanakan
dapat bersinergi baik dengan masyarakat pariwisata di daerahnya sendiri, dan
dan ahli. Hal ini ditujukan agar sudah terlibat secara langsung.
keseimbangan tetap terjaga. Ketika bersifat bottom-up.
kepercayaan terhadap masyarakat
Dari penjabaran tersebut, maka data
diciptakan, maka kerap kali rasa tanggung
disimpulkan, masyarakat Kampung
jawab dan memiliki sumber daya tersebut
Naga, sejak awal melakukan perencanaan
muncul dalam benak masyarakat.
pembangunan, sudah menempati posisi
Kemudian secara sukarela, mereka akan
partisipasi poin ketiga yaitu
menjaga seluruh potensi sumber daya yang
Spontanneous Pariticipation.
dimiliki, dan itu merupakan kunci dari
Spontanneous Pariticipation ini bersifat
pemberdayaan masyarakat dalam pem-
bottom-up, dimana masyarakat dapat
bangunan yang berkelanjutan. Tidak ada
mengontrol pembangunan yang
pihak yang dirugikan, dan pariwisata
dilakukan di daerahnya, dan dapat
dilakukan dengan penuh tanggung jawab,
mempengaruhi keputusan yang akan
serta masyarakat menjadi penerima
diterapkan.
keuntungan, bukan kerugian dan dampak
negatif yang merusak kenyamanan mereka. Tentu hal ini adalah pencapaian
yang sangat diharapkan oleh semua
Apabila merujuk pada Tosun, 2006
pihak, dimana pariwisata dapat menolong
dalam putra, dan suryawan, 2018 yang
masyarakatnya, meningkatkan taraf
menyebutkan bahwa partisipasi digolong-
hidup, ekonomi, dengan tanpa merusak
kan menjadi 3 poin berbeda, yaitu:
tatanan sosial-budaya, dan lingkungan
a. Coersive Participation (Partisipasi yang terus lestari seiring dengan semakin
Paksaan). Partisispasi ini masih berkembangnya industri. Pencapaian
bersifat paksaan, adanya pengaruh dari tersebut tidak terlepas dari kesadaran
pihak luardan masyarakat menerima semua pihak, tentang peran yang
segala keputsan. Bersifat top-down. dimilikinya. Tidak menyalahgunakan
b. Induced Participation (Partisipasi jabatan untuk kepentingan, dan tidak
Terdorong). Masyarakat sudah menolak perubahan untuk kehidupan
memproleh hak tetapi masih bersifat yang lebih baik.
tidak langsung. Bersifat top-down.
Peran ahli yang menjadi koki dalam
c. Spontanneous Pariticipation (Partisi-
peracikan strategi pembangunan inilah
pasi Spontan). Masyarakat sudah
yang pada akhirnya membuahkan hasil Hiwasaki, L. (2007). community-based
tourism: a pathway to sustainability for
yang sangat memuaskan bagi semua japan's protected areas. society &
pihak. Ketika rancangan strategi dapat natural resources: an international
journal, 674-692.
diaplikasikan dengan tepat guna dan tepat
Kibicho, W. (2004). community tourism: a
sasar, dua peran lainnya akan
lesson from kenya's coastal region.
menjalankan tugas mereka tanpa journal vacation of marketing, 32-42.
keterpaksaaan. Darisinilah dapat kita lihat Klaipeda. (2012). Sustainable tourism
development, 1-12.
bahwa, pentingnya kesadaran mengenai
Lewis, J., & Lewis, B. (2009). bali's silent
peran, serta batasan keterlibatan dalam
crisis. UK: LEXINGTON BOOKS.
suatu proses harus selalu ditanamkan. Hal
Perdomo, Y. (2016). key issues for tourism
tersebut bukan serta merta hanya sebagai development - the AM-UNWTO
formalitas, akan tetapi berlaku sebagai contribution, 625-632.

kerangka kerja untuk kedepannya. Purmada, D. K., Wilopo, & Luchman, H.


(2016). pengelolaan desa wisata dalam
Tidak lupa komunikasi yang aktif persperktif Community Based tourism,
15-22.
diantara semua pihak menjadi jalan
Putra, P. G., & Suryawan, I. B. (2018). Jurnal
keluar yang cepat, untuk dapat segera Destinasi Pariwista. Partisipasi
menentukan strategi pembangunan, dan Masyarakat DesaPartisipasi
Masyarakat Desa Jungutbatu Di Daya
penerapannya di destinasi. Baik Tarik Wisata Mangrove Tour, Nusa
Lembongan, Kecamatan Nusa Penida,
pemerintah, masyarakat, dan ahli, harus
Kabupaten Klungkung, 129-133.
dapat berkolaborasi dengan apik dan
Reid, D. G. (2003). tourism globalization and
menjadi kesatuan yang kokoh, dengan development. london: pluto press.
tanpa memaksakan kepentingan semata. Richards, G., & hall, D. (2000). Tourism and
sustainable community development.
DAFTAR PUSTAKA London: Routledge.
Ruiz-Ballestros, E. (2010). Tourism
Management. social-ecological
Adikampana, I. M. (2017). pariwisata berbasis
resilnece and community-based
masyarakat. denpasar, bali: cakra
tourism an approach from Agua
press.
Blanca, Ecuador, 655-666.
Blackstock, K. (2005). community
Smith, M., & robinson, M. (2005). Cultural
development journal. a critical look at
Tourism in a Changing World. UK:
community based tourism, 39-49.
Clevedon, USA: Tonawanda, Canada:
Felix G, N. C. (2016). tourism planning & Ontario: Cromwell Press.
Development. community
Widjajanti, K. (2011). model pemberdayaan
participation framnework for protected
masyarakat. jurnal ekonomi
area-based tourism planning, 1-18.
pembangunan, 15-27.

Anda mungkin juga menyukai