Mutia Maulida
Prodi Studi Destinasi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Jl. Setiabudi 186, Kota Bandung 40141, INDONESIA
Email: mutiam420@gmail.com
ABSTRAK
Dalam pandangan konsep pembangunan keberlanjutan, keseimbangan aspek ekonomi,
lingkungan dan social-budaya merupakan sebuah perhatian pokok semua pihak terlibat.
Menjadikan pembangunan menjadi sebuah proses yang lebih bertanggung jawab, peduli, dan
tanggap akan dampak yang mungkin terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam aspek social, dibutuhkan partisipasi aktif yang melibatkan 3 tokoh utama, yakni ahli,
masyarakat/komunitas, dan pemerintahan. Ketiga pihak tersebut memegang peranan penting
dalam proses pembangunan dengan konsep Community-Based Tourism yang merupakan
pecahan konsep dari Sustainable Tourism Development dan Sustainable Development. Jurnal
ini memberikan sebuah pandangan nyata tentang bagaimana konsep Community Based
Tourism menjadi jalan keluar, menjembatani pihak-pihak terkait demi terciptanya keselarasan
3 aspek utama dalam pembangunan berkelanjutan. Menjelaskan bagaimana setiap tahapan
proses perencanaan dibentuk dan dilaksanakan dengan tepat guna juga tepat sasaran. Dalam
konsep keberlanjutan semua pihak terlibat harus mendapatkan keuntungan, atau manfaat dari
industry, baik secara langsung maupun tidak. Yang terpenting adalah, tidak ada pihak yang
merasa dirugikan oleh industry terkait. Dengan demikian, jurnal ini akan meningkatkan
kesadaran pentingnya berkomunikasi dan kemudian menjadi acuan bagaimana sebuah konsep
dengan partisipasi aktif dapat berkolaborasi, untuk meciptakan pembangunan pariwisata
berkelanjutan.
PENDAHULUAN yang kemudian menjadi dasar lahirnya
konsep pembangunan berkelanjutan.
Berawal dari paradigma masyarakat
Melihat hal itu, mulai tercetus sebuah
yang menganggap kegiatan pariwisata
pemikiran bahwa pariwisata harus dapat
sebagai sebuah ancaman, bersifat merusak
dijalankan dengan lebih bertanggung jawab
dan tidak memberikan banyak keuntungan
dan memperhatikan keberlanjutannya
bagi masyarakatnya. Pariwisata memang
terutama sumber daya yang digunakan.
suatu yang rentan akan penyelewengan
Baik itu sosial, budaya, ekonomi, maupun
pembangunan, dan sangat rentan akan
bentang alam atau lingkungan. Menurut
sesuatu yang lebih bernilai ketika (sumber
Cooper, Fletcher, Fyall, Gilbert, Wanhill
daya pariwisata) dapat “di komersiali-
(2008), dalam Klaipeda (2012) me-
sasikan”, saya tidak menampik bahwa
nyebutkan bahwa, pembangunan ber-
pariwisata sangat berpotensi memiliki
kelanjutan adalah pembangunan yang
dampak yang merusak, terlebih pada apa
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
yang menjadi sumber daya baginya.
mengurangi kemampuan generasi men-
Kesadaran terhadap keberlanjutan inilah
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka penguasa dan atau pemilik utama daripada
sendiri. sumber daya pariwisata yang digunakan.
Pendekatan ini (CBT) lebih berfokus
Prinsip keberlanjutan mengacu pada
aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial terhadap partisipasi masyarakat lokal dalam
budaya dari pengembangan perencanaan dan pengembangan destinasi
pariwisata. Memanfaatkan secara pariwisata, Tosun dan Timothy (2003).
optimal sumber daya lingkungan yang
Selain itu, Isnaini, (2007) menyebutkan
merupakan elemen kunci dalam
bahwa definisi CBT adalah pariwisata yang
pengembangan pariwisata, mem-
pertahankan proses ekologis yang menyadari kelangsungan budaya, sosial,
penting dan membantu melestarikan dan lingkungan.
warisan alam dan keanekaragaman Dibuatnya jurnal ini sebagai
hayati. (…) Menghormati keaslian
presentasi nyata tentang pengimplemem-
sosial budaya dari masyarakat
tasian konsep Community-based tourism,
setempat, melestarikan warisan
budaya dan nilai-nilai tradisional yang dan menjelaskan setiap tahapan proses
dibangun dan hidup, dan berkontribusi yang dilakukan dalam sebuah kawasan,
pada pemahaman dan toleransi antar sehingga dapat menolong terbukanya
budaya. (…) Pariwisata berkelanjutan
pemikiran yang lebih luas, meningkatnya
juga harus menjaga tingkat kepuasan
kualitas dan taraf hidup masyarakat terlibat,
wisatawan yang tinggi dan memastikan
pengalaman yang berarti bagi para dengan masih terjaganya segala sumber
wisatawan, meningkatkan kesadaran daya yang dibutuhkan. Adapula alasan
mereka tentang masalah keberlanjutan dibuatnya jurnal ini adalah agar dapat
dan mempromosikan praktik pariwisata
menjadi salah satu referensi tentang
berkelanjutan di antara mereka.
bagaimana sebuah proses eksekusi rencana
Tersedia: https://www.unwto.org/
yang melibatkan masyarakat dapat berjalan
sustainable-development
dengan baik, sukses, dan tidak merusak
Merujuk pada Meyer, Milewski,
lingkungan alam sekitar. Banyak jurnal
(2009) dalam Klaipeda (2012) menyebut-
diluar sana yang hanya menyajikan
kan bahwa pembangunan berkelanjutan
implementasi konsep terhadap suatu
berdasar pada 3 pilar utama, yaitu
kawasan, dengan tanpa proses yang
pembangunan ekonomi; perlindungan
dijelaskan secara merinci. Atas dasar itulah
lingkungan; dan pembangunan atau
yang kemudian mendorong keinginan
penguatan sosial-budaya. kesemuanya itu
penulis untuk dapat menyajikan sebuah
dijalankan, dirasakan juga dipengaruhi
jurnal yang informative dan dengan sudut
langsung oleh masyarakat sebagai
pandang yang baru.
PEMBAHASAN tradisional yang di-bangun dan hidup,
dan ber-kontribusi pada pemahaman
Kolaborasi merupakan sebuah
dan toleransi antar budaya.
perpaduan yang saling melengkapi satu
3. Memastikan operasi ekonomi jangka
sama lain dalam sebuah keharmonisan
panjang yang layak, memberikan
tertentu untuk dapat mencapai tujuan
manfaat sosial-ekonomi kepada semua
bersama. Kolaborasi menjadi sebuah
pemangku kepentingan yang
keharusan ketika suatu bidang tertentu akan
terdistribusi secara adil, termasuk
dilakukan dengan cakupan yang luas dan
kesempatan kerja yang stabil dan
membutuhkan beragam keahlian di-
peluang memperoleh penghasilan serta
dalamnya. Kolaborasi memiliki tenggang
layanan sosial bagi masyarakat
waktu yang panjang. Hal ini yang
setempat, dan berkontribusi ter-hadap
membedakan antara kolaborasi dengan
pengentasan kemiskinan.
kerjasama dalam sebuah tim. Sebagai
UNEP (2004) dalam Klaipeda (2012).
sebuah proses, kolaborasi merupakan
interaksi di antara beberapa orang yang Dari prinsip keberlanjutan itulah
terus berkesinambungan, Anderson & terpilih Kampung Naga yang berada di
McFarlane (2004). Kolaborasi itulah yang Kabupaten.Tasikmalaya dan juga Desa
kemudian menjadi titik berat pembangunan Jatiwangi, di Kabupaten.Majalengka yang
pariwisata berbasis masyarakat, dilakukan dirasa sesuai dan mampu menjadi contoh
sesuai dengan tuntutan dari pariwisata nyata dalam penerapan beragam konsep
berkelanjutan. Penerapan pariwisata pembangunan berkelanjutan, khususnya
berkelanjutan diantaranya berdasar pada dalam bidang pemberdayaan dan pelibatan
prinsip-prinsip berikut: masyarakat. Pada dasarnya, Kampung
Naga merupakan salah satu kampung adat
1. Memanfaatkan sumber daya
sunda yang masih bertahan memegang
lingkungan secara optimal yang
teguh kebudayaannya, di era globalisasi
merupakan elemen kunci dalam
seperti saat ini.
pengembangan pariwisata, me-
melihara proses ekologis yang penting Kampung Naga merupakan,
dan membantu melestari-kan warisan Kampung yang digadang-gadang
alam dan keaneka-ragaman hayati. merupakan nenek moyang masyarakat
2. Menghormati keaslian sosial-budaya sunda, khususnya masyarakat daerah
masyarakat tuan rumah, melestarikan Tasikmalaya, merupakan kampung yang
warisan budaya dan nilai-nilai menjadikan alam sebagai “ibu” mereka.
Segala aturan, pola hidup dan tatakrama utama dalam setiap tahapan proses
kehidupan masyarakat Kampung Naga, pembangunan.
didasarkan pada penghormatan mereka
Mengacu pada John Urry (1995)
terhadap alam. Hidup bersama alam itulah
memperluas konsep dari Bell dan Newby
yang kemudian menjadi sebuah perhatian
(1976) dalam Reid (2003) analisis konsep
yang dapat dijadikan sebuah contoh konkrit
untuk memasukkan empat penggunaan
bagaimana masyarakat menjadi sebuah
istilah yang berbeda (dalam mengartikan
kunci kesuksesan pembangunan yang ber-
masyarakat/komunitas). Pertama, gagasan
kelanjutan. Dengan kondisi globalisasi
komunitas sebagai milik lokasi topografi
seperti sekarang, Kampung Naga men-
tertentu. Kedua, mendefinisikan sistem
dapatkan banyak perhatian khusus dari
sosial lokal tertentu. Ketiga, dalam hal
berbagai pihak untuk dapat tetap terjaga
perasaan 'komunitas' atau kebersamaan;
keaslian, dan melestarikan kebudayaan-
dan keempat sebagai ideologi, sering kali
nya, dengan hidup sebagaimana aturan adat
menyembunyikan hubungan kekuasaan
yang mereka yakini.
yang mau tidak mau mendasari masyarakat
Melihat masyarakat dalam proses Akan tetapi bukan hanya masyarakat yang
partisipasi pembangunan bukan suatu hal menjadi tokoh penting dalam pembangunan
yang baru dalam pelaksanaan kegiatan berkelanjutan, adapula ahli yang menjadi
pariwisata, akan tetapi pemaksimalan penengah antara kepentingan pemerintah
keterlibatan itulah yang menjadi perhatian dan keinginan masyarakat, baik lokal
baru dalam usaha pembangunan pariwisata maupun sekitar.
berkelanjutan. Anonim, (2000:XVI)
menjelaskan bahwa produk pariwisata Adapula peran ahli dalam tahapan
menjadi penerima keuntungan yang oleh suatu destinasi agar tepat guna dan
permanen dan bukan sebagai korban tepat sasaran. Fungsi keberadaan ahli dalam
Ahli, menjadi pihak yang meracik strategi dalam proses pembangunan tidak lain
karena pengembangan pariwisata ber-
kelanjutan membutuhkan partisipasi dengan norma etika (dalam Yilmaz dan
informatif dari semua pemangku Atalay, 2009).
kepentingan terkait, serta kepemimpinan
Setelah semua peran diketahui dan
politik yang kuat untuk memastikan
dipahami peranannya dalam pembangunan.
partisipasi luas dan pembangunan
Maka selanjutnya adalah mengetahui
konsesnsus, Klaipeda (2012). Kepercayaan
bagaimana saja proses perencanaan dapat
yang tinggi terhadap politik merupakan
dilakukan, sampai akhirnya bisa
kunci berjalannya komunikasi yang terjalin
mendapatkan kesepakatan pembangunan
antara semua pihak dengan baik. Berbekal
bersama sehingga tercipta strategi yang
kepercayaan itulah, tidak akan banyak
apik dan tidak merugikan satu pihak
kecurigaan yang timbul dari masyarakat
manapun.
terhadap pemerintah, dan semua program
yang diajukannya. Ketika kepercayaan Dalam Reid (2003), hal.146,
telah terbangun, maka kemudahan untuk menampilkan sebuah tahapan proses pem-
untuk dapat dicapai dengan mudah oleh konsep Community Tourism Product
yang dimilikinya terhadap masyarakat, dan konsep ini, pembangunan terbagi menjadi 3