Anda di halaman 1dari 4

Tugas pariwisata berkelanjutan sakde

2.1. Paradigma Pembangunan Pariwisata Bertumbuh dan Berkelanjutan


Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang
diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain yang memeiliki tujuan bukan untuk
bekerja melainkan rekreasi, berlibur atau memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Pembangunan pariwisata yang bertumbuh dan berkelanjutan merupakan suatu konsep yang
berbeda.
Pembangunan pariwisata bertumbuh pada hakekatnya ditujukan untuk mencari hasil
dari pembangunan pariwisata yang hanya bisa dinikmati pada generasi tertentu tanpa
memperhatikan generasi berikutnya. Seperti contoh membuat pariwisata berkembang
dengan menebas semua pepohonan yang ada dan dijadikan tempat rekreasi yang tidak
ramah lingkungan. Pada kasus seperti ini hasil dari pembangunan pariwisata hanya akan
dinikmati oleh generasi pada saat itu saja, sedangkan generasi berikutnya akan merasakan
dampak negatif yang diberikan dengan adanya pembangunan pariwisata yang tidak ramah
lingkungan tersebut. Maka dari itu agar dampak positif dari pembangunan pariwisata dapat
dinikmati oleh generasi – generasi berikutnya maka dilaksanakanlah yang namanya
pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari
pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun pada masa mendatang.
Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi ekonomi setidaknya ada tiga factor alasan utama mengapa pembangunan
ekonomi harus berkelanjutan.
1. Faktor pertama menyangkut alasan moral, generasi kita menikmati barang dan
jasayang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral
perlu untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi
mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya
alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi
generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama.
2. Factor kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati misalnya,
memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi
semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi.
3. Factor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek berkelanjutan
adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih menjadi
perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau
belum memenuhi kriteria keberlanjutan. Seperti yang kita ketahui, bahwa dimensi
ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek
berkenlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan
antar generasi.
Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana namun
kompleks. Sehingga pengertian keberlanjutan sangat multidimensi dan multi-interpretasi.
Konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi. Pertama adalah dimensi
waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa
mendatang, kedua adalah dimensi interaksi abtara sistem ekonomi dan sumber daya alam
dan lingkungan. Menurut Kurniawati (2013), pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
dapat dikenali melalui prnsip – prinsipnya antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku,
kepemilikan local, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan
masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan
serta promosi.
1. Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan dengan ikut
terlibat menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber – sumber daya yang
akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan – tujuan dan
strategi – strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan stragtegi –
strategi yang telah disusun sebelumnya.
2. Keikutsertaan para pelaku
Para pelaku yang ikut serta dalam pengembangan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan,
pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak – pihak lain yang
berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan
pariwisata.
3. Kepemilikan local
Pembangunan pariwisata harus menawarklan lapangan pekerjaan yang berkualitas
untuki masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,
restoran dan penjualan souvenir seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara
oleh masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa Pendidikan
dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku
bisnis/wirausahawan setempat benar – benar dibutuhkan dalam mewujudkan
kepemilikan local.
4. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan
berkelanjutan yang artinya kegiatan – kegiatannya harus menghindari penggunaan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan. Hal ini juga
didukung dengan keterkaitan local dalam tahap perencanaan, pembangunan dan
pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan
buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria standar
internasional.
5. Tujuan – tujuan masyarakat
Tujuan – tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata
agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat
setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau culture
tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,
sampai pada pemasaran.
6. Daya dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, social dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus
sesuai dan serasi dengan batas – batas local dan lingkungan. Rencana dan
pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara regular sehingga dapat ditentukan
penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus
mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi.
7. Monitor dan evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup
penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan
indicator – indicator dan batasan – batasan untuk mengukur dampak pariwisata.
Pedoman atau alat – alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala
nasional, regional dan local.
8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan
mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat local
yang tercermin dalam kebijakan – kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin
akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber – sumber yang ada tidak
dieksploitasi secara berlebihan.
9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program –
program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya
meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan serta topik
– topik lain yang relevan.
10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan
dan kegiatan yang memperkuat karakter landscap, sense of place, dan identitas
masyarakat setempat. Kegiatan – kegiatan dan penggunaan lahan tersebut
seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang
memberikan kepuasan bagi pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai