Anda di halaman 1dari 6

Volume 1 No.

1 2019

Upaya Pemberdayaan Ekonomi, Sosial dan


Budaya pada Masyarakat Melalui Pengembangan
Bisnis Ekowisata
Eldi Mulyana
Institut Pendidikan Indonesia Garut
Jl. Terusan Pahlawan No.83, Sukagalih, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat
eldimulyana@institutpendidikan.ac.id

Abstrak– Bisnis industri pariwisata memang menjadi primadona dan semakin menjanjikan. Bertambahnya
minat wisatawan asing dan dalam negeri untuk travelling ke Indonesia. Beberapa faktor selain dikarenakan
keindahan destinasinya yang menawarkan keindahan panorama alam, tak lain karena kemudahan pembelian
tiket transportasi, hotel hingga paket wisata. Peluang besar ini banyak dimanfaatkan sebagai ajang bisnis pada
sektor pariwisata. Terlebih juga bisa meningkatkan perekonomian di daerah. Namun demikian, membangun
pariwisata mengharuskan banyak aktivitas yang dapat membawa dampak negatif pada lingkungan. Karena
itu, untuk meminimalisir resiko dampak negatif dari pembangunan industri pariwisata adalah dengan
mengimplementasikan pembangunan bisnis ecotourism atau sustainable tourism development dalam bentuk
ekowisata. Penerapan pembangunan pariwisata yang ramah lingkungan yang disesuaikan dengan kearifan
lokal dan kecerdasan spatial setempat dapat diukur keberhasilannya melalui siklus sumberdaya alam dan
lingkungan di mana proses ekonomi dapat memberikan keuntungan secara berkelanjutan. Apabila
pendekatan ekowisata diterapkan dengan baik maka industri pariwisata berpotensi untuk memberikan
keuntungan secara berkelanjutan. Jika pendekatan ekowisata diterapkan dengan baik maka industri
pariwisata berpotensi untuk memberikan dampak positif yang menguntungkan bagi lingkungan. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui upaya-upaya perlindungan dan konservasi lingkungan di mana pariwisata dapat
menjadi sumber untuk perlindungan sumberdaya lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi. Selain itu,
perlindungan terhadap sumberdaya lingkungan dapat bermanfaat pada pemberdayaan dalam bidang sosial
dan budaya pada masyarakat yang ada di sekitarnya.

Kata Kunci- ekowisata, pariwisata, bisnis, ekonomi, sosial, budaya.

I. PENDAHULUAN Pariwisata sebagai core economy, kini menjadi


Pariwisata di Indonesia memiliki nilai dan tujuan bersama, tak hanya segenap insan Kemenpar,
keuntungan yang signifikan bagi kemajuan ekonomi tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam
lokal dan global karena itu sektor pariwisata ini beberapa tahun ke depan kita akan bertransformasi
digolongkan sebagai industry terbesar di dunia dan menjadi sebuah negara besar yang sebagian
merupakan sektor ekonomi yang memiliki ekonominya didukung sektor pariwisata. Laporan
pertumbuhan yang sangat cepat dan penyedia lapangan WTTC juga menambahkan bahwa di kebanyakan
pekerjaan yang banyak. Sumber ekonomi dan lapangan Negara, wisata pesisir merupakan industry wisata
pekerjaan ini dapat dilihat dari travel, akomodasi, terbesar dan memberikan kontribusi yang signifikan
rumah makan, catering, layanan wisata, dan berbagai bagi PDB. Sebagai salah satu sektor ekonomi penting
usaha kecil. Berdasarkan laporan dari World Trade and maka pariwisata memiliki dampak yang berlipat
Tourism Council (WTTC) tahun 2018 bahwa sektor ganda, baik positif dan negatif, bagi manusia dan
pariwisata Indonesia mencatat pertumbuhan tertinggi lingkungan. Secara garis besar dampak industri
dengan menduduki peringkat ke-9 di dunia. Menteri pariwisata dapat digolongkan ke dalam tiga dampak,
Pariwisata Arief Yahya menyambut baik rangking yakni dampak lingkungan, dampak sosial-budaya dan
yang dikeluarkan WTTC. Hal ini menurut Arief dapat dampak ekonomi.
lebih memperkuat posisi pariwisata Indonesia sebagai
bagian penting dari perekonomian. II. PENGEMBANGAN BISNIS EKOWISATA

38
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal
Volume 1 No.1 2019
Pengembangan kepariwisataan dewasa ini, 3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif
mulai diarahkan pada penggalian obyek-obyek wisata 4. Memberikan keuntungan finansial
alam yang belum berkembang atau belum digali. Hal 5. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial
ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaring dan lingkungan
wisatawan yang sudah mulai berubah dalam orientasi 6. Menghormati HAM
kegiatan wisatanya melalui Special Interest Tourism Berdasarkan prinsip-prinsipnya maka kegiatan
atau Alternative Tourism. Kecenderungan dewasa ini bisnis ekowisata merupakan kegiatan wisata yang
menunjukkan para wisatawan dalam dan luar negeri menaruh perhatian besar terhadap kelestarian
lebih memilih pada jenis wisata minat khusus. sumberdaya pariwisata. Karena itu, kegiatan bisnis
Pengembangan obyek wisata ini menjadi sangat ekowisata sangat berbeda dengan kegiatan wisata
penting artinya terutama pada era otonomi daerah yang lainnya yang lebih bersifat massal. Berikut adalah
berguna sebagai percepatan perekonomian di daerah. karakteristik dari kegiatan bisnis ekowisata:
Suatu obyek wisata yang akan dikembangkan, 1. Aktivitas wisata berkaitan dengan konservasi
wajib dilakukan pengkajian oleh para ahli secara lingkungan
multidisipliner, integrasi dan lintas sektoral. Hal ini 2. Penyedia jasa menyiapkan atraksi dan
dilakukan untuk mencegah pengembangan obyek menawarkan wisatawan untuk menghargai
wisata yang hanya menitikberatkan pada eksploitasi lingkungan
keindahan dan keuntungan semata tanpa 3. Kegiatan wisata berbasis alam
mempertimbangkan dampak negatif dari hasil 4. Tour operator menunjukkan tanggung jawab
pengembangan tersebut. Pengembangan obyek wisata finansial dalam pelestarian lingkungan
yang berwawasan lingkungan merupakan wisata 5. Mengumpulkan dana untuk kegiatan pelestarian
alternatif sebagai upaya untuk mengantisipasi lingkungan
menurunnya kepopuleran pariwisata massal. 6. Penggunaan transportasi dan akomodasi lokal,
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang bersifat sederhana, hemat energi, dan melibatkan
menaruh perhatian besar terhadap kelestarian partisipasi masyarakat
sumberdaya pariwisata. Di dalam etika suatu 7. Berskala kecil
perencanaan dan pengembangan bisnis ekowisata, Selain karakteristik kegiatannya, ekowisata
terdapat tiga perspektif yang perlu diperhatikan, yaitu: juga memiliki pasar dengan karakteristik
1. Ekowisata sebagai produk wisatawannya, sebagai berikut:
2. Ekowisata sebagai pasar 1. Berusia 15-54 tahun
3. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan 2. 50% adalah perempuan
Berdasarkan perspektif di atas maka jelaslah 3. 85% berpendidikan tinggi
bahwa ekowisata merupakan salah satu produk 4. Kelompok kecil atau individual
alternatif kegiatan wisata yang memberikan daya tarik 5. Memiliki durasi perjalanan yang panjang (8-14
tersendiri, pangsa pasar yang berbeda dengan hari)
pemasaran wisata lainnya, dan upaya-upaya yang 6. Membelanjakan uangnya lebih besar
harus dilakukan dalam perencanaan dan 7. Kawasan alam bebas
pengembangannya pun sangat berbeda dengan jenis- 8. Menikmati pemandangan dan mencari
jenis wisata lainnya. Bisnis ekowisata merupakan pengalaman baru
produk wisata yang lebih menitikberatkan pada aspek Memperhatikan bisnis ekowisata sebagai salah
pendidikan dan informasi, aspek sosial, estetika, aspek satu wisata yang memiliki produk dan pasar
etika dan reputasi. Karena itu, di dalam perencanaan tersendiri, maka dalam upaya pengembangannya
bisnis ekowisata harus diarahkan pada konsep, prinsip perlu memperhatikan berbagai pertimbangan dalam
dan analisis pasar tersebut. perencanaannya. Beberapa pertimbangan yang perlu
Menurut From (2004) terdapat tiga konsep diperhatikan adalah sebagai berikut:
ekowisata, yaitu: bersifat outdoor; akomodasi yang 1. Pengembangan produk wisata bernilai ekologi
dicipta dan dikelola masyarakat lokal; dan memiliki tinggi
perhatian terhadap lingkungan alam dan budaya lokal. 2. Seleksi kawasan wisata yang menawarkan
Karena itu, kegiatan bisnis ekowisata memiliki prinsip- keanekaragaman hayati
prinsip sebagai berikut: 3. Pengabaian produk dan jasa yang banyak
1. Mengurangi dampak negatif mengkonsumsi energi dan menimbulkan limbah
2. Membangun kesadaran dan penghargaan

39
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal
Volume 1 No.1 2019
4. Standarisasi dan sertifikasi produk wisata mengalami banyak kendala baik dalam perencanaan
berbasis ekologi maupun pelaksanaannya. Kendala tersebut terutama
5. Pelatihan dan penguatan kesadaran lingkungan di terletak pada masalah-masalah substansial seperti
kalangan warga masyarakat esensi pariwisata berkelanjutan itu sendiri,
6. Pelibatan penduduk lokal dalam kegiatan pengembangan produk, pasar dan pemasaran, serta
penyediaan dan pengelolaan jasa wisata dampaknya bagi berbagai lapisan masyarakat. Akar
7. Kolaborasi manajemen trans-sektoral dalam permasalahan dari kondisi tersebut sudah jelas, yaitu
pengembangan belum adanya kebijakan bisnis pariwisata yang jelas
Menurut Low Choy dan Heilbornn (1996), dan terpadu.
merumuskan lima faktor batasan yang mendasar Bisnis ekowisata merupakan salah satu wisata
dalam penentuan prinsip utama bisnis ekowisata, alternatif dianggap salah satu cara untuk meningkatkan
yaitu: kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan karena
1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada dianggap bisa memberikan kesempatan kerja,
lingkungan alam, budaya yang relatif belum kesempatan berusaha, serta meningkatkan
tercemar atau terganggu pengembangan kemampuan berusaha (Scheyvens,
2. Masyarakat; ecotourism harus memberikan 2000), serta memberikan kesempatan yang lebih besar
manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung untuk mengontrol penggunaan sumber daya alam di
kepada masyarakat daerah tertentu sebagai salah satu aset kegiatan bisnis
3. Pendidikan dan pengalaman; ecotourism harus ekowisata (Ashley & Roe, 1997).
dapat meningkatkan pemahaman akan Bisnis ekowisata merupakan suatu kegiatan
lingkungan alam dan budaya dengan adanya yang memanfaatkan sumber-sumber alam atau daerah-
pengalaman yang dimiliki daerah yang relatif belum berkembang (sekaligus
4. Berkelanjutan; ecotourism dapat memberikan dengan budaya aslinya) dengan bercirikan sebagai
sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi berikut: mempromosikan konservasi alam,
lingkungan baik jangka pendek maupun jangka memberikan dampak sedikit mungkin terhadap
panjang; lingkungan serta memberikan manfaat ekonomi bagi
5. Manajemen; ecotourism harus dikelola secara masyarakat setempat (Ceballos-Lascurain, 1996).
baik dan menjamin sustainability lingkungan Walaupun secara umum definisi tersebut telah
alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan mencakup pemberdayaan masyarakat setempat di
kesejahteraan sekarang maupun generasi mana kegiatan bisnis ekowisata dilaksanakan, namun
mendatang cara-cara bagaimana memberdayakan masyarakat
setempat untuk meningkatkan status masyarakat
III. UPAYA PEMBERDAYAAN EKONOMI, secara ekonomi belum mendapatkan perhatian yang
SOSIAL DAN BUDAYA PADA selayaknya dari para peneliti, terutama di negara
MASYARAKAT MELALUI berkembang seperti Indonesia. Dampak negatif bisnis
PENGEMBANGAN BISNIS EKOWISATA ekowisata dan wisata alternatif lainnya serta
kemungkinan potensi ekowisata dalam pengembangan
Pariwisata adalah salah satu faktor pembangunan yang masyarakat daerah yang terbelakang masih sangat
dapat dilihat secara terpisah. Pembangunan di kurang (Scheyvens, 2000).
dalamnya juga terkait dengan sektor lain. Misalnya, Melihat banyaknya potensi yang dimiliki oleh
pendidikan di bidang ini. Permasalahan dan kendala Indonesia, bukan mustahil akan memberikan berbagai
yang dihadapi sektor pendidikan antara lain mutu dampak positif sebagai usaha pemberdayaan
masukan, sumber daya termasuk di dalamnya adalah masyarakat pada masa yang akan datang, karena
masalah pendidik, proses belajar pembelajaran, beberapa alasan, sebagai berikut:
pengelolaan yang kurang efektif dan efisien, hasil 1. Untuk meyakinkan bahwa keputusan kebijakan
belajar yang kurang efektif diharapkan serta tingkat tentang pengembangan bisnis ekowisata masa
income yang kurang memadai dan masih banyak lagi. depan merupakan cerminan dari pendapat para
Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim Musa pelaku pariwisata.
dkk. Bahwa Indonesia telah meletakkan pariwisata 2. Untuk meyakinkan terlaksananya manajemen
sebagai salah satu sektor penting untuk mempercepat yang baik terhadap aset-aset bisnis ekowisata di
proses pembangunan nasional yang berkelanjutan. Indonesia, seperti misalnya sumber alam, karena
Namun kenyataannya, konsep bisnis pariwisata, bisnis
pariwisata berkelanjutan di Indonesia masih

40
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal
Volume 1 No.1 2019
bisnis ekowisata memang didasarkan pada Pemberdayaan secara sosial didefinisikan
keberadaan sumber alam tersebut. sebagai suatu situasi di mana rasa kesatuan dan
3. Untuk meyakinkan bahwa bisnis ekowisata integritas sebuah kelompok masyarkat menjadi
memberikan keuntungan secara ekonomis, sosial semakin kuat (Scheyvens, 2000). Fungsi bisnis
dan budaya terhadap semua pelaku bisnis ekowisata sebagai faktor yang menunjang
ekowisata (stakeholders). pemberdayaan sosial sangatlah penting, karena dengan
Zeppel (1999) secara lebih luas dibangunnya ‘community- based tourism’ akan
mendefinisikan ekowisata sebagai suatu kegiatan memberikan pengaruh dinamika sosial yang cukup
wisata yang berdasar pada sumber daya alam yang kuat bagi kelompok masyarakat tersebut. Akibatnya,
berkelanjutan dengan memasukkan juga unsur-unsur anggota masyarakat akan merasa diikutsertakan dalam
dinamika sosial dan budaya, di mana wisatawan kegiatan bisnis ekowisata, yang berhasil.
berinteraksi dengan masyarakat lokal di taman Pemberdayaan sosial yang bisa dilihat secara langsung
nasional dan daerah-daerah yang belum banyak dan tidak langsung dengan dilakukannya kegiatan
dikembangkan. Padahal menurut Sri Agus (1999), bisnis ekowisata adalah semakin terbukanya
kegiatan wisata budaya di Indonesia kebanyakan kesempatan masyarakat setempat terhadap akses
masih berjalan apa adanya karena dipengaruhi oleh umum seperti misalnya air bersih, jalan yang semakin
rendahnya sumber daya manusia dalam merencanakan baik serta klinik-klinik kesehatan. Sedangkan dari
suatu paket wisata budaya. Hal ini lebih dipersulit perspektif budaya, Zeppel (1999) berpendapat bahwa
dengan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bisnis ekowisata yang dikelola dengan baik juga
pengaruh negatif pada tataran individu, keluarga, serta memungkinkan untuk digunakan sebagai suatu sarana
masyarakat (Zeppel, 1999). untuk mempertahankan keberadaan budaya asli
Selama ini pembicaraan mengenai penduduk setempat. Pemberdayaan sosial yang
pemberdayaan masyarakat lokal terhadap kegiatan memadai terhadap masyarakat setempat
bisnis ekowisata lebih banyak difokuskan pada memungkinkan mereka mempunyai kekuatan politis
masalah ekonomi, dalam kenyataannya pembangunan terhadap pembangunan fasilitas umum atau
bisnis ekowisata itu merupakan kegiatan yang pembangunan bisnis ekowisata.
multidimensional, tidak hanya semata masalah Kegiatan pariwisata sebagai salah satu
ekonomi saja. Linberg (1999) mengemukakan bahwa alternatif untuk mendapatkan penghasilan bagi
bisnis ekowisata memiliki peran yang sangat besar masyarakat dan devisa bagi negara sudah tidak
dalam hal ‘generating economic benefits’ karena bisnis diragukan lagi, meskipun di Indonesia sektor ini
ekowisata ikut membantu penciptaan lapangan kerja di mengalami pasang surut. Seperti misalnya sebelum
daerah terpencil yang secara ekonomis belum krisis ekonomi pariwisata menjadi sektor andalan bagi
mendatangkan keuntungan baik bagi pemerintah pemerintah karena memberikan kontribusi yang besar
maupun masyarakat. Meskipun kadang-kadang bagi perekonomian negara. Meskipun mengalami
skalanya sangat kecil, tetap saja akan memberikan penurunan sejak terjadinya krisis sekaligus
pengaruh yang cukup besar baik bagi individu maupun ketidakstabilan politik di Indonesia paling tidak 5 juta
masyarakat. Lebih lanjut Linberg (1999) wisatawan manca dan lebih dari 100 juta wisatawan
mengemukakan bahwa studi tentang bisnis ekowisata domestik tetap merupakan faktor penggerak ekonomi
di Australia telah membuktikan adanya pengaruh yang cukup signifikan di Indonesia. Dengan jumlah
positif dari sudut ekonomi, meskipun tingkat wisatawan mancanegara dan nusantara yang datang,
keuntungannya sangat bervariasi dari satu tempat ke maka sektor pariwisata tetap memberikan kesempatan
tempat lainnya. Jika membicarakan masalah kerja dan berusaha masyarakat Indonesia baik formal
pemberdayaan ekonomi dari sudut pandang bisnis maupun non formal.
ekowisata, perlu kiranya dibicarakan sektor formal dan Untuk mengatasi penurunan jumlah
informal serta kesempatan berusaha yang tersedia, wisatawan manca yang bersifat masal serta
karena kegiatan wisata yang sifatnya musiman pemahaman pemerintah dan wisatawan terhadap
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi dampak negatif pariwisata masal, akhir dekade ini
masyarakat lokal. Terlebih lagi, sering terjadi telah dimulai kegiatan pariwisata yang mengarah pada
ketidaksamaan pendapatan bagi orang-perorang yang Special Interest Tourism (SIT) yang ditandai dengan
dapat menimbulkan permasalahan (Wilkinson & beberapa ciri khas di antaranya adalah berskala kecil,
Pratiwi, 1995). berkelanjutan, serta melibatkan masyarakat lokal
sehingga memberikan dampak positif terhadap

41
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal
Volume 1 No.1 2019
masyarakat sekitarnya. Keberadaan fasilitas untuk masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun
pariwisata masal seperti misalnya pembangunan misalnya menyisihkan sekitar 10% hasil keuntungan
kompleks, hotel di Nusa Dua, Bali ternyata akhirnya untuk konservasi alam.
tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi Namun untuk kelompok yang satunya,
masyarakat sekitarnya karena sebagian besar yang kendala yang dihadapi lumayan besar, karena mereka
bekerja di bidang hospitality tersebut adalah memiliki keterbatasan akses baik untuk akses produksi
masyarakat dari luat daerah tersebut. Hal ini juga dan jasa serta akses pemasaran. Oleh sebab itu perlu
terjadi di Phuket, Thailand di mana masyarakat lokal ditingkatkan support dari pemerintah, tidak hanya
karena keterbatasan pendidikan dan pengetahuan serta untuk pengembangan produk tetapi pemasaran serta
kemampuan bahasa Inggris, kalah bersaing dengan peningkatan kemampuan (skills) dengan cara training
pencari kerja dari luar wilayah Phuket (Thailand serta kursus sangatlah diperlukan. Hal ini akan
Tourism Authority, 2005). meningkatkan kemampuan mereka dalam berproduksi
Dikembangkannya SIT seperti misalnya sehingga kesejahteraan mereka akan lebih terjaga.
Community-based ecotourism enterprises (Usaha
ekowisata berbasis masyarakat) di Taman Nasional IV. KESIMPULAN
Gunung Halimun, akan memberikan manfaat Kualitas lingkungan, baik alamiah maupun
ekonomis sebagai faktor pendorong utama, serta buatan manusia, sangat penting bagi pariwisata, namun
memberikan manfaat lain karena keterlibatan demikian keterkaitan antara pariwisata dan lingkungan
masyarakat lokal secara psikologis akan memberikan yang mempunyai hubungan yang rumit. Membangun
pengaruh kepercayaan diri yang besar bagi orang pariwisata mengharuskan banyak aktivitas yang dapat
memberikan rasa tanggung jawab yang besar terhadap membawa dampak negatif bagi lingkungan.
kelangsungan kehidupan di lingkungannya Kebanyakan dampak ini berhubungan dengan
(Environmental Sustainability) (Scheyvens, 2000). konstruksi infrastruktur umum seperti jalan, resort,
Proses pengembangan bisnis ekowisata tersebut hotel, restaurant, dan lain-lain. Dampak negatif
disyaratkan melibatkan masyarakat setempat tidak pembangunan bisnis pariwisata jika tidak dilakukan
hanya dalam proses inisiasi tetapi pada tahapan secara hati-hati dapat merusak sumberdaya lingkungan
pelaksanaan seperti pembangunan ecolodge di mana pariwisata itu bergantung. Untuk
(penginapan yang memenuhi persyaratan kelestarian meminimalisasi resiko atau dampak negatif
lingkungan) di Gunung Halimun sejak awal telah pembangunan pariwisata perlu dikembangkan sesuai
melibatkan masyarakat secara aktif. Meskipun praktek keunikan dan kondisi wilayah yang ada. Hindari
di lapangan menunjukkan beberapa kendala yang pembangunan industry pariwisata dengan hanya
dialami oleh fasilitator, tetapi keterlibatan masyarakat meniru atau mereplikasi industri pariwisata dari tempat
setempat sangat membantu mengurangi problem yang lain. Konsep pengembangan pariwisata yang
diasosiakan dengan pengembangan bisnis ekowisata. didasarkan pada keunikan dan kondisi wilayah dapat
Dalam skala yang lebih luas, peningkatan dikembangkan dengan mengimplementasikan
status sosial dalam masyarakat karena, berperan serta pembangunan bisnis pariwisata ekologi (ecotourism)
dalam masyarakat karena, berperan serta dalam atau pembangunan pariwisata berkelanjutan
kegiatan bisnis ekowisata ada dua yaitu secara (sustainable tourism development). Penerapan
langsung dan tidak langsung. Yang pertama misalnya pembangunan pariwisata yang ramah lingkungan dan
dengan bekerja mereka mendapatkan keuntungan disesuaikan dengan keunikan dan kondisi setempat
ekonomis sehingga kehidupan keluarga akan terjamin, keberhasilannya dapat diukur melalui proses sosial-
sedangkan pengaruh yang tidak langsung termasuk budaya yang berkelanjutan dan melibatkan jati diri
kesempatan mendapatkan akses yang lebih bagus masyarakat setempat; siklus sumberdaya alam dan
terhadap fasilitas-fasilitas umum seperti misalnya lingkungan yang berkelanjutan; serta proses ekonomi
sarana, air bersih, jalan yang semakin baik serta akses yang dapat memberikan keuntungan secara
terhadap klinik-klinik kesehatan. Bisnis ekowisata berkelanjutan. Jika pendekatan bisnis pariwisata
yang efektif sebagai kegiatan yang berbasis ekologi dan berkelanjutan diterapkan dengan baik
masyarakat semestinya memberikan keuntungan bagi maka industry pariwisata berpotensi untuk
masyarakat, karena sebagian dari kegiatan mereka memberikan dampak positif yang menguntungkan
disisihkan untuk kegiatan konservasi alam jika bagi lingkungan melalui upaya-upaya perlindungan
kegiatan bisnis ekowisata melibatkan alam sebagai dan konservasi lingkungan di mana pariwisata dapat
basis kegiatannya. Kegiatan bisnis ekowisata berbasis merupakan sumber untuk membiayai upaya

42
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal
Volume 1 No.1 2019
perlindungan sumberdaya lingkungan dan
meningkatkan nilai ekonomi sumberdaya/lingkungan,
sekaligus pemberdayaannya dalam bidang sosial dan
budaya masyarakat yang ada disekitarnya.

V. REFERENSI

[1] Ashley, C & Roe, D. (1997). Community


Involvement in Wildlife Tourism: Strengths,
Weaknesses and Challenges. London: Evaluating
Eden Project, International Institute for
Environment and Development.
[2] Barkin, D. (1999). Ecotourism: A Tool for
Suistanable Development. Available Online:
http://www.greenbuilder.com/mader/Planeta/0596
.Download on 3/3/2019.
[3] Ceballos-Lascurain, H. (1996). Tourism,
Ecotourism and Protected Areas. Gland,
Switzerland: IUCN (World Conservation Union).
[4] Linberg, K. (2002). The Economic Impacts of
Ecotourism. Available
Online:http://ecotour.csu.edu.auecotour/marl.htm.
Downloaded on 3/25/2019.
[5] Scheyvens, R. (2000). Promoting Women’s
Empowerment Through Involvement in
Ecotourism: Experiences from The Third World.
Journal of Suistanable Tourism, Vol. 8(3).PP. 232
– 249.
[6] Tourism Thailand. (2005). Bangkok Post, 19
October 2015.
[7] Zeppel, H. (2000). Ecotourism and Indigenous
Peoples. Available On-
line:http://Lorenz.mur.csu.edu.au.ecotour/Downlo
aded on 3/23/2019.

43
Copyright © 2019 BIEJ: Business Innovation & Entrepreneurship Journal

Anda mungkin juga menyukai