PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Asia Pasifik merupakan surganya bagi para wisatawan. Di kawasan
ini banyak sekali negara-negara yang memiliki industri wisata yang menarik.
Beberapa negara yang memiliki industri wisata yang telah maju adalah Singapura
dan Malaysia. Penduduk di negara-negara ini telah mencapai taraf kemakmuran
ekonomi. Salah satu faktor dari tercapainya kemakmuran ekonomi tersebut adalah
keberhasilan dalam pengelolaan industri kepariwisataannya.
Wisata Indonesia tidak dapat berkembang karena banyak hal, bisa karena
promosi yang kurang, transportasi yang sulit, penginapan yang nyaaman dll. oleh
karena itu, diperlukan sebuah evaluasi dan penilaian terhadap pariwisata
Indonesia yang akan digunakan acuan untuk pengembangan pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
2) Pemasaran
a. Keuntungan
1) Membuka kesempatan kerja.
Industri pariwisata telah menciptakan lapangan kerja yang luas untuk
masyarakat di sekitar tempat pariwisata ataupun bagi masyarakat di
luar wilayah tersebut. hal ini dikarenakan pariwisata ibarat mata rantai
yang sangat panjang yang di dalamnya terdapat aktivitas
perekonomian yang sanagat berpotensi untuk menampung tenaga
kerja.
2) Menambah pemasukan/ pendapatan masyarakat daerah.
Dengan adanya pariwisata di suatu daerah, masyarakat dapat menjual
barang atau jasa. Misalnya: membuka restoran, toko, hotel, motel dll.
3) Menambah devisa negara.
Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Indonesia
maka akan semakin banyak devisa yang diterima.
4) Merangsang pertumbuhan kembudayaan asli Indonesia.
Kebudayaan yang ada di Indonesia begitu beragam dan menarik bagi
para wisatawan. Dengan demikian, masyarakat akan berusaha untuk
menampilkan budaya yang dia miliki sehingga kebudayaan tersebut
akan terus lestari.
5) Menunjang gerak pembangunan di daerah.
Di daerah wisata biasanya akan dibangun jalan, hotel, restoran, dan
lain-lain, sehingga pembangunan di daerah itu lebih maju.
b. Kerugian
1) Neraca pembayaran.
Bukti yang ada menyarankan bahwa sumabngan bersih dari turisme
terhadap neraca pembayaran tidaklah setinggi sebagaimana secara umum
diharapkan menurut promundi vita.
2) Pariwisata merusakkan lingkungan.
Agar dapat memberikan kebutuhan infarastruktur, turisme kadang-kadang
menjadi destruktif. Misalnya masyarakat nelayan di banyak negara Asia
diusir dari rumah mereka agar mengosongkan lahnnya yang akan
dijadikan sebagai tempat pariwisata.
3) Pariwisata di tangan orang asing.
Tingkat yang tinggi dari pengawasan dan pemilikan modal bagi pariwisata
dari pihak asing. Juga banyak kebutuhan bagi industri pariwisata harus
diimpor. Ada banyak ketergantungan pada bantuan asing dan investasi-
investasi asing asing dan ketergantungan pada naik turunnya ekonomi di
negara-negara dunia pertama.
4) Pencurian benda-benda kuno.
Banyak orang yang tertarik akan benda-benda kuno, termasuk pada
wisatawan. Banyak dari mereka yang ingin memiliki benda-benda kuno
tersebut karena memiliki nilai dan harga yang tinggi. karena itu, sering
kali terjadi pencurian benda-benda kuno yang tentunya merugikan industri
pariwisata.
5) Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional.
Upacara dan kesenian yang dulunya sebagai adat kebiasaan telah berubah
tujuannya menjadi komersil.
6) Timbulnya industri seks.
Di daerah wisata biasanya juga timbul industri sex yang menyebabkan
moralitas masyarakat di sekitarnya menurun. Munculnya industri ini
sebetulnya merupakan dampak dari kebudayaan orang asing yang dibawa
ke Indonesia. Kebudayaan tersebut merupakan kebudayaan sex bebas yang
telah meracuni moralitas masyarakat.
7) Merosotnya mutu barang kerajinan.
Permintaan barang yang semakin meningkat dari para wisatawan membuat
para pengrajin menjadi tergesa-gesa. Sehingga membuat barang yang asal
jadi saja. Alhasil kualitas barang menjadi turun.
8) Akibat pada lingkungan.
Wisatawan banyak yang menyukai keindahan begitu pula ada wisatawan
yang suka merusaknya. Misalnya dengan membuang puntung rokok
sembarangan, memtik bunga dll. hal semacam inilah yang membuat
tempat wisata menjadi rusak.