Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Asia Pasifik merupakan surganya bagi para wisatawan. Di kawasan
ini banyak sekali negara-negara yang memiliki industri wisata yang menarik.
Beberapa negara yang memiliki industri wisata yang telah maju adalah Singapura
dan Malaysia. Penduduk di negara-negara ini telah mencapai taraf kemakmuran
ekonomi. Salah satu faktor dari tercapainya kemakmuran ekonomi tersebut adalah
keberhasilan dalam pengelolaan industri kepariwisataannya.

Negara Indonesia sendiri dalam industri kepariwisataan dapat dikatakan sudah


membanggakan. Pada awalnya, peringkat Industri pariwisata Indonesia menurut
catatan terbaru yang dikeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report
2009, berada di urutan 81 dunia (Kompas. 2009). Ada sebuah kabar gembira saat
kita melewati triwulan pertama tahun 2017. Insan pariwisata Indonesia boleh
berbesar hati, bahkan bangsa Indonesia boleh mulai percaya diri. Setelah
melompat tajam dari ranking 70 pada tahun 2013 menjadi ranking 50 pada tahun
2015, kembali indeks daya saing Indonesia melesat naik 8 peringkat ke peringkat
42 pada tahun 2017 (Liputan6. 2017).

Dari naiknya peringkat Indonesia di dalam peringkat industri pariwisata dunia


tentuya sangat membanggakan. Namun, hal ini belum bisa dikatakan sebagai
capaian yang memuaskan. Dikarenakan negara tetangga seperti Singapura pada
telah berada di peringkat 10 dunia. Jika dibandingkan negara tetannga yang tidak
begitu besar, tetnunya pencapain Indonesia masih belum maksimal. Bahkan W.J
Perkins, seorang pelukis dari Kanada mengungkapkan bahwa dia sangat puas bisa
mengunjungi Indonesia, alam Indonesia masih sangat natural dan rakyatnya
sangat ramah. Dia juga berani bertaruh bahwa bila alam Indonesia dapat dikelola
dengan baik, maka pusat wisata dunia akan berpindah ke Indonesia.

Wisata Indonesia tidak dapat berkembang karena banyak hal, bisa karena
promosi yang kurang, transportasi yang sulit, penginapan yang nyaaman dll. oleh
karena itu, diperlukan sebuah evaluasi dan penilaian terhadap pariwisata
Indonesia yang akan digunakan acuan untuk pengembangan pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimanakah cita-cita pembangunan dan pariwisata Indonesia?


2. Bagaimana peranan pemerintah dalam industri pariwisata?
3. Bagaimana untung rugi Industri pariwisata?
1.3 Tujuan dan Manfaat
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Cita-cita Pembangunan dan Pariwisata
Kebanyakan pemerintah Asia menghadapi problem-problem pembangunan
yang berat, dikarenakan perkembangan masyarakat telah membuat segala
kebutuhan berlipat gada. Masyarakat dan pemerintah sadar akan adanya peluang
yang ditimbulkan oleh dunia pariwisata. Dimana para wisatawan akan membawa
mata uang asing yang diperlukan guna membangun negaranya. Akan tetapi,
perkembangan dalam industri pariwisata juga akan menghasilkan akibat yang
lebih luas daripada akibat ekonomis saja.

Dr. James dan J. Spillane (1991) mengungkapkan tujuan pembinaan


masyarakat pariwisata ialah:

1) Menggalakkan pemliharaan segi-segi positif yang berupa kegiatan, sifat


atau sikap masyarakat yang langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi
pengembangan masyarakat itu sendiri maupun kepariwisataan. Misalnya,
keramahan masyarakat terhadap para wisatawan akan memabantu
meningkatkan eksistensi dari wisata yang ada.
2) Menggalakkan usaha-usaha pencegahan pengaruh buruk yang mungkin
timbul sebagai akibat pengembangan pariwisata, atau setidak-tidaknya
membatasi pengaruh tersebut sekecil-kecilnya. Misalnya, mengadakan
pendidikan kepribadian, membuat tempat khusus untuk para wisatawan
asing dan sebagainya.

Kerja sama merupakan kunci berhasilnya pengembangan pariwisata, baik


kerja sama dalam pembinaan produk wisata, kerjasama dalam pemanfaatan atau
dalam usaha pembinaan masyarakat. dengan demikian, diharapkan ditemukannya
kebijakan yang sesaui untuk menanungi hal tersebut. faktor-faktor penting dalam
hal ini ialah:

1. Adanya kepentingan bersama


2. Hubungan antarmanusia
3. Kelancaran organisasi kerja sama
Dengan kata lain, kebijakan pokok untuk mencapai tujuan ini adalah
meningkatkan “sadar wisata”. Peningkatan kesadaran wisata ini dapat diwujudkan
dengan diadakannya penerangan dan penyuluhan ataupun kegiatan-kegiatan
lainnya. Sadar wisata masyarakat di lain pihak merupakan sarana yang kuat pula
untuk menggalakkan perkembangan wisata dalam negeri atau wisata dalam negeri
atau wisata nusantara karena mampu meningkatkan motivasi berwisata.

2.2 Peranan Pemerintah dalam Industri Pariwisata


Selo Soemardjan menyatakan bahwa pengembangan pariwisata harus
merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat
diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial
ataupun yang lainnya ( James., Spillane. 1991: 133).

Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya


ialah menyediakan infrastruktur yang dapat menunjang pariwisata. Selain itu,
kegiatan koordinasi antara pemerintah dan pihak swasta, pengaturan dan promosi
umum ke luar negeri merupakan peran yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Pengembangan pariwisata ini haruslah berdasarkan skala prioritas. Kenapa?
karena setiap daerah di Indonesia hampir memiliki potensi wisata. Hanya yang
menjadi pokok persoalan adalah sarana-prasarana penunjang pariwisata dan
keadaan infrastruktur yang kurang memadai.

M.J Prajogo (( James., Spillane. 1991: 134) menyatakan bahwa negarayang


sadar dan peduli untuk mengembangkan pariwisatanya akan menimbang hal
berikut:

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh. Artinya


pengembangan pariwisata harus diperhitungkan dengan matang dengan
memperhatikan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan
sektor lain. Misalnya jika pengemabngan di sektor lain lebih
menguntungkan daripada mengembangkan sektor pariwisata, maka sektor
lain itulah yang dikembangkan. Pengembangan jenis pariwisata juga perlu
dipertimbangkan apakah pengembangan pariwisata jenis “wisata
komersial” atau jenis pariwisata “wisata sosial”.
pengembangan pariwisata harus diintegrasikan kedalam pola dan program
pengembangan semesta ekonomi, fisik, dan sosial suatu negara.

2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program


pembangunan semessta ekonomi, fisik, dan sosial suatu negara.
Dikarenakan pembangunan pariwisata juga akan mempengaruhi sektor
lain di sebuah negara. Misalnya, apabila sektor wisata di suatu negara
maju, maka akan berdampak pada perekonomian masyarakatnya.
Pendapatan dan kemakmuran akan tercapai. selain itu, akan ada dampak di
bidang yang lain, misalnya cara berpakaian, dll.
3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan agar kesejahteraan ekonomi
dapat tersebark kesuluruh wilayah.
4. Pengembangan wisata harus “sadar Lingkungan”. Artinya pengembangan
pariwisata jangan sampai berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Baik
dalam hal fisik maupun sosial. Agar tidak ada dampak buruk bagi
lingkungan, pariwisata dapat dijadikan sarana sebagai pelindung
lingkungan. Sehingga, ciri khas dari suatu wilayah itu tetap terjaga dan
masyarakat akan bangga karena memiliki ciri khas itu.
5. Pengembangan pariwisata jangan sampai menimbulkan pertentangan
sosial. Sedapat mungkin pertentangan ini harus dicegah dan
pengembangan yang dilakukan harus menampakkan perubahan yang
positif.
6. Penentuan tata cara pelaksanannya harus disusun sejelas-jelasnya berdasar
pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan.
7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menerus mengenai pengaruh
pariwisata terhadapa sesuatu masyarakat dan lingkungan, merupakan
bahan yang baik untuk meluruskan kembali akibat perkembangan
pariwisata yang merugikan, sehingga merupakan sarana pengendalian
pengembangan yang terarah.
Apabila ditinjau dari teknis opreasionalnya, maka yang harus diperhatikan
ialah:

1) Pembinaan produk wisata

Pembinaan produk wisata berkaitan dengan peningkatan mutu maupun


pelayanan dari berbagai unsur produk wisata. Misalnya, jasa penginapan, jasa
angkutan, jasa hiburan, makanan dan sebagainya. Pembinaan tersebut dapat
berupa kombinasi, misalnya, pendidikan dan latihan, pengaturan/pengarahan
pemerintah, pemberian rangsangan, atau terciptanya suasana daya saing sehat
yang dapat meningkatkan mutu pariwisata.

2) Pemasaran

Pemasaran disini berkaitan dengan bagaimana kita menarik pembeli.


Wisatawan internasional yang mengunjungi Indonesia semakin banyak, maka
kebudayaan semakin bertambah karena dipadu dengan kebudayaan yang dibwa
oleh industri pariwisata. Untuk menarik wisatawan ke negara ini, dan kemudian
melayaninya dengan baik, maka harus didirikan perusahaan penerbangan, travel
biro, hotel, motel, perusahaan transpot darat dana ir. Demikian juga kita harus
mendirikan sekolah dan kursus-kursus bagi karyawan yang akan bekerja di tempat
pariwisata tsb.

Pengembangan wilayah pariwisata tentunya akan memiliki dmapak positif dan


dampak negatif, karena itu diperlukan usaha dari pemerintah untuk
mengoptimalkan dampak positif yang terjadi dan meminimalkan dampak negatif.
Dua hal yang perlu dilakukan, yaitu pemerintah melakukan penelitian dampak
sosial yang mungkin terjadi.berdasarkan hasil penelitian itu, dirancang beberapa
usaha pengembangan. Kedua, sejauh mungkin mengikutsertakan masyarakat
setempat dalam perencanaan dan pengembangan. Masyarakat harus sadar bahwa
mereka juga memiliki kepentingan atas keberhasilan pariwisata yang dijalankan.

2.3 Untung Rugi Industri Pariwisata


Dewasa ini pariwisata merupakan produk dari kemajuan sosial. Dengan
pengelolaan yang sehat serta pengetian yang tepat, maka dia bisa merupakan
wahana yang baik dalam mencapai kemajuan sosial, serta hubungan damai antara
bangsa-bangsa dunia. Perjalanan ke luar negeri yang dilakukan oleh seseoran
gmerupakan faktor penting dalam kemajuan pariwisata di suatu negara. Namun
demikian, industri pariwisata juga memiliki keuntungan dan kerugian yang pasti
dirasakan oleh negara ataupun masyarakat yang disekitarnya. Misalnya:

a. Keuntungan
1) Membuka kesempatan kerja.
Industri pariwisata telah menciptakan lapangan kerja yang luas untuk
masyarakat di sekitar tempat pariwisata ataupun bagi masyarakat di
luar wilayah tersebut. hal ini dikarenakan pariwisata ibarat mata rantai
yang sangat panjang yang di dalamnya terdapat aktivitas
perekonomian yang sanagat berpotensi untuk menampung tenaga
kerja.
2) Menambah pemasukan/ pendapatan masyarakat daerah.
Dengan adanya pariwisata di suatu daerah, masyarakat dapat menjual
barang atau jasa. Misalnya: membuka restoran, toko, hotel, motel dll.
3) Menambah devisa negara.
Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Indonesia
maka akan semakin banyak devisa yang diterima.
4) Merangsang pertumbuhan kembudayaan asli Indonesia.
Kebudayaan yang ada di Indonesia begitu beragam dan menarik bagi
para wisatawan. Dengan demikian, masyarakat akan berusaha untuk
menampilkan budaya yang dia miliki sehingga kebudayaan tersebut
akan terus lestari.
5) Menunjang gerak pembangunan di daerah.
Di daerah wisata biasanya akan dibangun jalan, hotel, restoran, dan
lain-lain, sehingga pembangunan di daerah itu lebih maju.
b. Kerugian
1) Neraca pembayaran.
Bukti yang ada menyarankan bahwa sumabngan bersih dari turisme
terhadap neraca pembayaran tidaklah setinggi sebagaimana secara umum
diharapkan menurut promundi vita.
2) Pariwisata merusakkan lingkungan.
Agar dapat memberikan kebutuhan infarastruktur, turisme kadang-kadang
menjadi destruktif. Misalnya masyarakat nelayan di banyak negara Asia
diusir dari rumah mereka agar mengosongkan lahnnya yang akan
dijadikan sebagai tempat pariwisata.
3) Pariwisata di tangan orang asing.
Tingkat yang tinggi dari pengawasan dan pemilikan modal bagi pariwisata
dari pihak asing. Juga banyak kebutuhan bagi industri pariwisata harus
diimpor. Ada banyak ketergantungan pada bantuan asing dan investasi-
investasi asing asing dan ketergantungan pada naik turunnya ekonomi di
negara-negara dunia pertama.
4) Pencurian benda-benda kuno.
Banyak orang yang tertarik akan benda-benda kuno, termasuk pada
wisatawan. Banyak dari mereka yang ingin memiliki benda-benda kuno
tersebut karena memiliki nilai dan harga yang tinggi. karena itu, sering
kali terjadi pencurian benda-benda kuno yang tentunya merugikan industri
pariwisata.
5) Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional.
Upacara dan kesenian yang dulunya sebagai adat kebiasaan telah berubah
tujuannya menjadi komersil.
6) Timbulnya industri seks.
Di daerah wisata biasanya juga timbul industri sex yang menyebabkan
moralitas masyarakat di sekitarnya menurun. Munculnya industri ini
sebetulnya merupakan dampak dari kebudayaan orang asing yang dibawa
ke Indonesia. Kebudayaan tersebut merupakan kebudayaan sex bebas yang
telah meracuni moralitas masyarakat.
7) Merosotnya mutu barang kerajinan.
Permintaan barang yang semakin meningkat dari para wisatawan membuat
para pengrajin menjadi tergesa-gesa. Sehingga membuat barang yang asal
jadi saja. Alhasil kualitas barang menjadi turun.
8) Akibat pada lingkungan.
Wisatawan banyak yang menyukai keindahan begitu pula ada wisatawan
yang suka merusaknya. Misalnya dengan membuang puntung rokok
sembarangan, memtik bunga dll. hal semacam inilah yang membuat
tempat wisata menjadi rusak.

Agar dampak negatif tidak timbul atau menyebar, pemerintah Indonesia


harus mencoba menjalankan kebijaksanaan denagn membatasi tempat pariwisata
pada daerah tertentu, misalnya di samping daerah sanur dan kuta di Bali yang
sudah berisikan hotel internasional dan lain-lain. Maka, industri pariwisata yang
baru hanya boleh dibangun di daerah Nusa Dua saja. Daerah tersebut terletak di
sudut selatan pulau Bali yang memiliki penduduk sedikit.

Dengan kebijakan seperti ini diharapkan bahwa pertumbuhan wisata tidak


terlalu cepat dan dapat berkembang secara bersamaan. Selain itu, hal ini juga
bertujuan untuk menjaga kebudayaan Bali yang masih hidup di desa-desanya.
Dengan demikian, seni tari dan seni lainnya sebaiknya tidak ditampilkan di hotel
agar kreatifitas seni masyarakat Bali masih segar.

Dalam ( James., Spillane. 1991) disampaikan bahwa ada beberapa unsur-


unsur pariwisata yang tidak bisa dipisahkan, yaitu:

1. Pelayanan terhadap wisatawan harus ditingkatkan. Pelayanan ini


mencakup segala aktivitas yang dilakukan wisatawan, dari wisatawan
datang, menuju ke penginapan, makan di restoran, pergi ke tempat
wisata dan sampai wisatawan pergi dari wilayah atau negara kita.
2. Usaha promosi yang intensif. Anggaran promosi yang kurang
memadai bisa membuat kita sukar untuk “menjual pariwisata”.
Akhirnya industri pariwisata yang dijalankan akan jarang dikenal dan
akan mengakibatkan pada melambatnya perkembangan pariwisata.
3. Adanya jalinan kerja sama badan pengembangan pariwisata, biro
perjalanan, hotel internasional, biro perjalana multinasional umunya
memiliki mata rantai. Masalahnya adalah bagaimana kita memotong
dan merangkul mata rantai itu dengan fasilitas pembebasan visa yang
baru dicanangkan.

Para perencana pemerintah diharapkan memiliki hubungan dengan instansi


internasional yang mengendalikan industri turis dan konsumerisme. Selain itu,
pemerintah dapat melakukan dialog dengan para turis atau wisatawan tentang apa
saja yang harus mereka perhatikan ketika berada di negara kita. Ketika perencana
pemerintah berdialog dengan berbagai intansi dapat membicarakan mengenai
berbagai aspek. Misalnya, aspek ekonomi, mereka dapat menggunakan bahan-
bahan asli dari penduduk lokal atau menggunakan infrastruktur seperti tempat
penginapan dari rumah-rumah penduduk lokal ( James., Spillane. 1991: 143).

Dalam aspek sosial, mereka dapat memperjuangkan hak-hak penduduk


lokal dengan menolak penempatan kembali yang dipaksakan, pembangunan
kebun binatang dengan memelihara budaya asli, dan sebagainya. Hal ini dapat
menyadarkan para politikus akan hukum danperlakuan yang tidak adil ketika akan
membangun sebuah tempat pariwisata. Cara yang dapat mengurangi ketidak
adilan itu adalah membantu penduduk untuk mendirikan tokok-toko kecil,
restoran-restoran, tempat binatu, dan sebagainya yang memerlukan modal kecil.
Proyek ini dapat berjalan dengan patungan dari pihak pemerintah dan dari pihak
pengembang pariwisata ( James., Spillane. 1991: 143-144).

Anda mungkin juga menyukai