Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

“PERKEMBANGAN PARAWISATA”

DISUSUN OLEH :
HANNA MARDIAH RENWARIN
202228097
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………….….. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 3

2.1 Pengembangan Parawisata ……………………………………. 3

2.2 Destinasi Parawisata…………………………………………… 4

2.3 Pemasaran Parawisata………………………………................ 4

2.4 konfirmasi informasi dan media masa ……………………………5

2.5 Produk Parawisata….……………………………….......................6

2.6 Prinsip Dasar Pengelolaan Parawisata ….…………………………6

2.7 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Parawisata……………...6

BAB III KESIMPULAN………………………………………………… 8

3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………8

ii
BAB
I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan pariwisata merupakan peran penting bagi pembangunan

suatu daerah. Dengan adanya kegiatan pariwisata di suatu daerah maka daerah- daerah

yang memiliki potensi dasar pariwisata akan dapat lebih mudah berkembang dan maju.

Selain itu, daerah yang memiliki potensi dasar pariwisata cenderung mengembangkan

potensi daerah yang ada sehingga mampu menarik wisatawan dalam jumlah besar.

Melihat besarnya peran dan kontribusi pariwisata, menjadikan kepariwisataan

sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan perekonomian Negara. Salah

satu wujud pembangunan kepariwisataan yaitu pengembangan wisata yang

mengikutsertakan komunitas masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata berbasis

komunitas diharapkan dapat memberikan kontribusi secara signifikan sehingga

berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal.

Pemerintah daerah bekerjasama dengan masyarakat menjadikan pembangunan

di bidang pariwisata sebagai salah satu strategi dalam mengurangi kemiskinan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, keadaan

alam, flora dan fauna sebagai karunia Tuhan Yang MahaEsa, serta peninggalan

1
dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan

kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana

termaktub didalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan deskripsi permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam

pengembangan wisata?

2. Bagaimana model kerjasama pengembangan wisatamampu melibatkan

masyarakat?

B. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui sejauh mana model kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam

pengembangan Kampung Wisata

2
BAB
II
PEMBAHASAN

2.1 PENGEMBANGAN PARAWISATA

Pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke (dalam http://www.scribd.com)


merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan
berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar
pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan
pengembangan pariwisata. Tujuan pariwisata merurut Sari (2004: 7-8) adalah memberikan
dampak positif dan keuntungan sebesar-besarnya baik bagi seluruh lapisan dan golongan
masyarakat, pemerintah, swasta, maupun bagi wisatawan. Keuntungan-keuntungan
tersebut diantaranya adalah:(1) Penerimaaan devisa dapat diperbesar, (2) Memperluas
lapangan pekerjaan karena jumlah tenaga kerja yang setiap tahunnya meningkat, (3)
Memperluas bidang usaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat, (4) Mendorong
pembangunan daerah.

Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun negatif, maka


diperlukan perencanaan untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan (Spillane,
1994:51-62).

Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:

Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat
karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan. Sebagai
sumber devisa asing. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata
secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah
desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar
pembangunan regional.

Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi:

Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian


terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability),
khususnya kalau Negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing. Banyak kasus
kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata berskala besar
dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar
negeri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan
percontohan dari pariwisata dan lainnya. Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana
perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar
dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain, sedangkan perusahaan kecil
harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini
menjadi hambatan dimana terjadi konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan
besa

3
2.2 Destinasi Pariwisata

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara, diketahui bahwa terdapat beberapa


peran penting keberadaan SDM di industri pariwisata, yaitu sebagai motor penggerak
kelangsungan industri, pelaku utama yang menciptakan produk inti pariwisata
(pengalaman), dan salah satu faktor penentu daya saing industri. SDM Pariwisata
Kabupaten Bulungan masih kurang, sehingga pengelolaan wisata tidak berjalan dengan
baik yang mengakibatkan obyek wisata yang ada banyak terbengkalai dan tidak terawat.
Infrastruktur Sebagai destinasi pariwisata yang mulai berkembang kearah lebih maju maka
upaya pengembangan kepariwisataan memerlukan perencanaan yang cermat dan detail
karena dalam dunia kepariwisataan menyangkut berbagai bidang sektor kehidupan, baik
bagi pengunjung dalam hal ini adalah wisatawan asing atau lokal maupun bagi masyarakat
setempat yang menjadi penyedia produk kepariwisataan dan sekaligus sebagai tuan rumah.

Perencanaan kepariwisataa di suatu destinasi pariwisata tidak hanya merupakan


kepentingan wisatawan tetapi juga harus melihat kepentingan masyarakat atau melibatkan
masyarakat baik bersifat lokal, daerah dan nasional. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara, dapat diketahui bahwa destinasi pariwisata Kabupaten Bulungan saat ini
cukup berpotensi hanya saja masih perlu dilakukan perbaikan dan penambahan fasilitas-
fasilitas umum yang menunjang aktifitas pendukung seperti ramburambu peringatan
bahaya yang masih balum ada

2.3 Pemasaran Pariwisata

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pemasaran yang dilakukan


oleh Dinas Kebudyaan dan Pariwisata dalam pemasaran obyek wisata nya masih kurang
baik dari segi promosi kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak pernah
mendapatkan brosur/leflet tetang pariwisata yang ada di Kabupaten Bulungan.

Pemasaran dalam bidang pariwisata sangat diperlukan, karena adanya pemasaran


obyek wisata tersebut jadi dikenal masyarakat luas dan dapat menarik banyak wisatawan
untuk datang berkunjung.

4
2.4 Komunikasi Informasi dan Media Massa

komunikasi informasi dan media massa yang ada masih terbatas, karena hanya di
informasikan melalui surat kabar serta media sosial dan tidak di informasikan melalui radio
maupun media lainnya. Namun masih terus melakukan pengembangan dalam informasi
kepariwisataan.

Melakukan promosi melalui media massa merupakan cara gampang dan mudah
untuk berpromosi, karena seluruh dunia dapat melihat dan menerima informasi tersebut.
Oleh karena itu, kini teknologi sudah semakin maju dan berkembang dalam melakukan
aktivitas kepariwisataan yang dapat mendatangkan banyak wisatawan untuk berkunjung
ke suatu daerah. Selain kebutuhan wisatawan akan informasi yang lengkap, akurat dan
mudah di dapat, maka pihak lain yang juga membutuhkan data dan informasi tersebut
adalah pihak pengelola industri pariwisata dan pemerintah sebagai pihak pengambil
keputusan dan penentu kebijakan dibidang pariwisata. Berdasarkan hasil penelitian,
penulis mengetahui bahwa komunikasi informasi dan media massa sektor pariwisata yang
ada di Kabupaten Bulungan masih terbatas, karena hanya di informasikan melalui surat
kabar serta media sosial dan tidak di informasikan melalui radio maupun media lainnya.
Namun masih terus dilakukan pengembangan informasi kepariwisataan

2.5 Produk Parawisata

Produk pariwisata merupakan suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata dikemas
dalam suatu kesatuan rangkaia perjalana yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh
rangkain perjalann tersebut dapat memberikan pengalaman yang bak bagi orang yang
melakukan atau menggunakan produk tersebut.Sehingga bentuk dari produk itu pada
hakikatnya adalah tidak nyata, karena suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam
unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan yang di lakukan oleh
wisatawan.

Mason dan Poerwanto dalam Suryadana dan Octavia (2015) membuat rumusan
tentang komponen kompenen produk pariwasata yaitu: 1) Aksebilitas, 2) amenities, 3)
networking, yaitu daya tarik wisata, baik alam budaya maupun buatan manusia seperti
festival atau pentas seni.

Jenis produk pariwisata yang dibutuhkan secara langsung oleh wisatawan adalah
terdiri dari berbagai jasa pelayanan, antara lain sebagai berikut: Jasa perjalanan wisata,
Jasa transportasi wisata,Jasa penyediaan akomodasi , Jasa penyediaan makanan dan
minuman Jasa daya tarik wisata, Jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, Jasa
wiata tirta, Jasa informasi pariwisata, dan jasa pramuwisata

5
2.6 Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang


menenkankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai social yang
memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bag
kesejahteraan komunitas local.

Menurut Dox (1985) dalam pitama dan Surya Diarta pengelolaan pariwisata harus
memperhatikan ptinsip-prinsp berikut:

1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah di dasarkan pada kearifan local


dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan
lingkungan

2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis
pengembangan kawasan pariwisata

3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasana budaya local

4) Pelayanan kepada budaya yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan local

5) Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan


pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif tetapi sebalilknya mengendalikan
dan/atau menghentikan aktifitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carryng
capacity)lingkungan alam atau akseptabilitas social walaupun di sisi lain mampu
meningkatkan pendapatan kepada masyrakat.

2.7 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Parawisata

Peran pemerintah dalam mengembangkan dan mengelolah pariwisata secara garis


besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas
berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak
swasta, pengaturan dan promosi umum ke daerah lain maupun ke luar negeri. Pemerintah
mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur
yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.Tidak hanya itu, pemerintah bertanggung jawab
dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang
ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan
peran masing-masing. Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 17 UU Nomor 10 Tahun
2009 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisatadengan cara:

a. membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecil,


menengah, dan koperasi; dan

6
b. memfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan
usaha skala besar.2 Model pelaksanaan pengembangan destinasi pariwisata daerah yang
diusulkan untuk diterapkan dalam pengembangan potensi wisata yang ada di kabupatenTana
Toraja mengacu pada kondisi aktual saat ini berupa potensi dan wisata alam. Untuk
mengembangkan wisata-wisata terdapat stakeholder yang teribat (pemerintah, lembaga non
pemerintah), SDM, programprogram, dana dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders
dan berdasarkan berdasar kondisi saat ini di dapatkan pogram-program yang diharpakan apat
memberikan arahan yang jelas dalam upaya pengembangan daerah tujuan wisata di kabupaten
Tana Toraja ke depannya. Sasaran tersebut dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan
yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupuan swasta yang berkaitan dengan
pengembangan kegiatan pariwisata sehingga di perlukan dukungan serta peran dari masyarakat
dan pemerintah dan seluruh sektor yang berperan kepariwisataan. Keberhasilan pelaksanaan
pengembangan daerah tujuan wisata tidak terlepas dari peran semua elemen, tentunya dengan
memperhatikan unsur program, anggaran dan proses yang sudah ada.

7
BAB
III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesetaraan atau Keseimbangan, ditandai dengan pelaksanaan hak dan kewajiban


oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat yang belum seimbang, padahal hak dan
kewajibannya sudah diketahui oleh masing-masing pihak. Hal tersebut disebabkan masih
ada pihak yang tidak percaya diri, rendahnya pemahaman karena keterbatasan sumber daya
manusia serta tidak ada aturan hukum yang mengatur tentang hal tersebut.

Model kerjasama yang dibangun pihak swasta dan pemerintah daerah dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah termasuk
dalam model Pseudo partnership atau kemitraan semu jika ditinjau dari fenomena biologis
kehidupan organisme. Sedangkan jika ditinjau dari azas kehidupan organisasi pada
umumnya, termasuk dalam model Subordinate union of partnership yaitu kemitraan atas
dasar penggabungan dua pihak atau lebih yang berhubungan secara subordinatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ratna Medi, 2015 : PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN POTENSI


PARIWISATA

Serly Wulandary dan Sari Indah Murwani, 2014 : POLA KEMITRAAN DALAM PENGEMBANGAN
PARIWISATA

Anda mungkin juga menyukai